Anda di halaman 1dari 14

FM-BINUS-AA-FPU-78/V2R1

JAWABAN:

1. Judul Proposal
“Pengaruh Digitalisasi Sumber Daya Manusia dan Kinerja Pegawai Terhadap
Performa Organisasi “

Alur Proposal penelitian

Pra - Penelitian

 Penentuan topik
 Penjelasan latar belakang
memilih topik tersebut
 Perumusan masalah
 Menetapkan tujuan dan
manfaat penelitian
 Mengumpulkan literartur yang
berhubungan dengan Sumber
daya manusia, kinerja, dan
performa organisasi sebagai
tinjauan pustaka
 Menyusun dan mengajukan
proposal

Pengumpulan Analisis hasil


data penelitian dan
pelaporan
 Membuat kuisioner penelitian
wawancara
 Menganalisis data
 Menentukan sample statistik menggunakan
penelitian aplikasi SPSS atau
 Melakukan sejenisnya
pengumpulan data  Membuat laporan
 Melakukan olah data penelitian berdasarkan
statistik hasil analisa data
2. Latar Belakang Masalah
 Fenomena Umum
Saat ini, teknologi informasi berkembang dengan sangat pesat dalam beberapa tahun terakhir.
Perkembangan teknologi mempengaruhi semua lini kehidupan, tidak terkecuali di perusahaan. Sumber
daya manusia berkembang mengikuti perkembangan teknologi dan mempengaruhi kinerja karyawan dan
juga performa kinerja organisasi yang semakin meningkat karena sudah beradaptasi dengan teknologi dan
akhirnya menciptakan sistem baru bagi organisasi.
Kinerja adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu
kegiatan/program/kebijaksanaan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, visi, dan misi organisasi
terutang dalam perumusan skema strategis suatu organisasi.(Bastian,2001:329) menurut Bastian (dalam
Hessel Nogi 2005:175) kinerja organisasi adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan
tugas dalam suatu organisasi dalam mewujudkan sasaran, tujuan, visi dan misi organisasi tersebut.
Kinerja dikatakan sebagai sebuah hasil (output) dari suatu proses tertentu yang dilakukan oleh
seluruh komponen organisasi terhadap sumber-sumber tertentu yang digunakan (input). Selanjutnya,
kinerja juga merupakan hasil dari serangkaian proses kegiatan yang dilakukan untuk mencapai tujuan
tertentu organisasi. Dalam kerangka organisasi terdapat hubungan antara kinerja perorangan (individual
Performance) dengan kinerja organisasi (Organization Performance). Organisasi pemerintah maupun
swasta besar maupun kecil dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan harus melakukan kegiatan-
kegiatan yang digerakkan oleh pimpinan atau sekelompok orang yang aktif berperan sebagai pelaku,
tercapainya tujuan organisasi hanya dimungkinkan karena adanya upaya yang dilakukan oleh orang dalam
organisasi tersebut.
Namun berdasarkan penelitian terdahulu, ternyata perkembangan teknologi juga membawa
dampak negatif bagi organisasi, banyak perusahaan yang bermasalah dengan digitalisasi sumber daya
manusia yang pada akhirnya menurunkan kinerja organisasi itu sendiri.
Fenomena Khusus
Pengembangan sistem (digitalisasi) Sumber daya manusia membawa beberapa dampak positif
maupun negatif bagi kinerja karyawan khususnya kaum millenial di kota besar seperti Jakarta yang
pengaruhnya cukup besar bagi performa organisasi. Hal ini didapatkan berdasarkan analisis dari
Preeliminary Research yang dilakukan pada 25 responden karyawan millenial yang berusia 23 – 28 tahun
di Jakarta. Dampak positif digitalisasi SDM bagi mereka adalah :
- Adanya sistem yang dibuat memudahkan karyawan mengakses pekerjaannya dari mana saja
- Memudahkan atasan atau pimpinan dalam memantau kinerja karyawan
- Memudahkan karyawan dalam mengetahui pembagian tugas dan target yang diberikan
- Memudahkan administrasi persuratan seperti surat cuti, edaran, dan lainnya
Namun, hal ini juga membawa dampak negatif, yaitu :
- Membengkaknya biaya operasional perusahaan untuk biaya pemeliharaan server
- Meningkatkan risiko kebocoran data perusahaan kepada kompetitor
- Jika sistem error atau ada data yang hilang, maka akan memakan waktu
- Pegawai harus bisa bekerja secara multitasking, dimana jika tidak bisa mengikuti
perkembangan, maka kinerjanya akan dianggap menurun
 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari penelitian ini adalah :
1. Seberapa besar pengaruh digitalisasi pada performa kinerja organisasi ?
2. Seberapa besar pengaruh kinerja karyawan pada performa kinerja organisasi?
3. Bagaimana organisasi menghadapi digitalisasi dan perkembangan teknologi yang makin
pesat?
 Tujuan penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui pengaruh digitalisasi terhadap performa organisasi
2. Untuk mengetahui pengaruh kinerja karyawan terhadap performa organisasi
3. Untuk mengukur kompetensi karyawan serta menjadi bahan pertimbangan untuk pimpinan
menilai kinerja karyawan
 Manfaat penelitian
1. Untuk penulis
a. Sebagai tambahan ilmu pengetahuan wawasan dan pengalaman bagi penulis.
b. Sebagai sarana dalam mengaplikasikan teori dan ilmu yang sudah dipelajari dalam
perkuliahan
2. Untuk perusahaan
a. Dapat menjadi bahan pertimbangan dan masukan untuk perusahaan dalam
meningkatkan kinerja organisasi
b. Sebagai informasi tambahan kepada perusahaan untuk mengembangkan lingkungan
kerja yang kondusif serta dapat membentuk sistem kinerja karyawan yang dapat
meningkatkan kinerja individu maupun perusahaan.
Sumber referensi :
- Bastian, Indra. 2001. Akuntansi Sektor Publik di Indonesia. Edisi Pertama. Yogyakarta: BPFE.
- Hessel, Nogi. 2005. Manajemen Publik. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana
3. Landasan Teori
3.1. Konsep Variabel
3.1.1. Digitalisasi SDM
Salah satu bidang yang ikut memanfaatkan teknologi digital adalah manajemen sumber
daya manusia (SDM). Sebagai pendekatan strategis dalam mengelola SDM, pimpinan
organisasi, baik swasta maupun pemerintah, melakukan upaya - upaya digitalisasi
pengelolaan SDM agar lebih efisien dan efektif. Digitalisasi (digitalization) melibatkan
organisasi dalam mengadopsi perangkat teknologi digital dan mengadaptasi proses internal
dalam menjalankan aktivitas bisnisnya seharihari (Rachida, 2020; Prakash, Krishna, dan
Mores, 2019; Nwaiwu, 2018; Burita, et al, 2018; Berman, et al, 2016; Chromjakova, 2016;
Tucek, 2015; Westerman, Bonnet, & McAfee, 2014).

Digitalisasi manajemen SDM dilakukan perusahaan dalam administrasi dan kinerja.


administrasi memanfaatkan teknologi digital sehingga mampu menyampaikan tugas dan
laporan kepada seluruh pegawai secara lebih efektif. Pengukuran kinerja pegawai pun
mengandalkan teknologi digital sehingga hasil yang diperoleh valid dan reliable.
Digitalisasi membutuhkan desain ulang peran profesional SDM dan pengembangan
kompetensi baru yang akan membantu memastikan kesejahteraan karyawan dan
keberlanjutan organisasi di era digital (Sima et al., 2020)

Dimensi Manajemen SDM menurut hasibuan (2017:12) terbagi menjadi tiga. Yaitu:

a. Pengusaha
b. Karyawan
c. Pemimpin atau manajer

Sedangkan indikator Manajemen SDM menurut Affandi (2018:10) adalah :

a. Tugas kerja.
b. Kualitas kerja
c. Kuantitas,
d. Ketepatan waktu
e. Efektifitas biaya

Berdasarkan uraian di atas maka dimensi dan indikator tersebut menggunakan pengukuran
variabel dengan menggunakan indikator menurut Hasibuan (2014,p.10) adalah sebagai
berikut

Variabel Sub-Variabel/Dimensi Indikator

Digitalisasi (X1) a. Pengusaha a. Tugas kerja


melibatkan organisasi dalam b. Karyawan b. Kualitas kerja
mengadopsi perangkat c. Pimpinan / Manager c. Kuantitas
teknologi digital dan d. Ketepatan waktu
mengadaptasi proses e. Efektifitas biaya
internal dalam menjalankan
aktivitas bisnisnya
seharihari (Rachida, 2020;
Prakash, Krishna, dan
Mores, 2019; Nwaiwu,
2018; Burita, et al, 2018;
Berman, et al, 2016;
Chromjakova, 2016; Tucek,
2015; Westerman, Bonnet,
& McAfee, 2014)
Digitalisasi membutuhkan
desain ulang peran
profesional SDM dan
pengembangan kompetensi
baru yang akan membantu
memastikan kesejahteraan
karyawan dan keberlanjutan
organisasi di era digital
(Sima et al., 2020)

3.1.2. Kinerja karyawan

Kinerja adalah hasil dari suatu proses yang mengacu dan diukur selama periode waktu
tertentu berdasarkan ketentuan atau kesepakatan yang telah ditetapkan sebelumnya.
Menurut Sutrisno (2016:172) Kinerja adalah hasil kerja karyawan dilihat dari aspek
kualitas, kuantitas, waktu kerja, dan kerja sama untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan oleh organisasi.
Menurut Mangkunegara (2017:67) Kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas
yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung
jawab yang diberikan kepadanya.
Dimensi dan indikator kinerja karyawan menurut Abun, Basilio,Fredolin, & Magallanes
(2022) adalah
a. Task Performance
- Tepat waktu
- Optimal
- Ingat hasil
- Memisahkan Masalah
- Prioritas
- Waktu minimal
b. Contextual performance
- Tanggung jawab ekstra
- Menyelesaikan pekerjaan
- Pekerjaan yang menantang
- Keterampilan
- Pengetahuan
- kreatif
Variabel Sub-Variabel/Dimensi Indikator

Kinerja Karyawan (X2) - Tepat waktu


adalah hasil dari suatu proses - Optimal
Task Performance
yang mengacu dan diukur - Ingat hasil
selama periode waktu tertentu - Memisahkan
berdasarkan ketentuan atau masalah
kesepakatan yang telah - Prioritas
ditetapkan sebelumnya. - Waktu minimal
Menurut Sutrisno (2016:172)
- Tanggung jawab ekstra
- Menyelesaikan
Contextual performance pekerjaan
- Pekerjaan yang
menantang
- Keterampilan
- Pengetahuan
- Kreatif

3.1.3. Performa kinerja organisasi


Definisi kinerja organisasi yang dikemukakan oleh Bastian dalam Hessel Nogi (2005 :
175) sebagai gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan tugas dalam suatu
organisasi, dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi, dan visi organisasi tersebut.

Menurut Moeheriono (2012:95), kinerja atau performance merupakan sebuah


penggambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu program kegiatan atau
kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, visi, dan misi organisasi yang dituangkan
dalam suatu perencanaan strategis suatu organisasi.
Dimensi dan indikator performa kinerja organisasi menurut john miner
(Sudarmanto:2009) terbagi menjadi:

a. Kualitas
b. Kuantitas
c. Penggunaan waktu dalam bekerja
d. Kerjasama dengan orang lain

Variabel Sub-Variabel/Dimensi Indikator

Performa Organisasi (Y) Penggunaan waktu dalam


merupakan sebuah bekerja
Kualitas
penggambaran mengenai
tingkat pencapaian
pelaksanaan suatu program Kerhasama dengan orang

kegiatan atau kebijakan Kuantitas lain

dalam mewujudkan
sasaran, tujuan, visi, dan
misi organisasi yang
dituangkan dalam suatu
perencanaan strategis suatu
organisasi. Moeheriono
(2012:95)

3.2. Unsur Kebaruan


Pada penelitian ini ditemukan bahwa ada unsur kebaruan terkait proses digitalisasi dan
tingkat adaptasi karyawan, dikarenakan kedua faktor tersebut menjadi faktor utama yang
menentukan performa dari organisasi. Ketidakmampuan ataupun kurangnya tingkat
adaptasi karyawan akan memberikan pengaruh yang signifikan bagi organisasi, yaitu
performa kinerja karyawan yang kurang baik dan tidak dapat teroptimalkannya sistem
yang sudah tersedia sehingga hasil dari kinerja yang diharapkan akan menjadi kurang
optimal.

3.3 Kerangka Pemikiran


Pada penelitian ini terdapat 2 variabel independen yakni Digitalisasi (X1) dan Kinerja
Karyawan (X2). Sedangkan variabel dependen pada penelitian ini adalah Performa
Organsiasi (Y). Berikut merupakan kerangka berfikir untuk penelitian ini.

3.4 Hipotesis
Hipotesis merupakan kesimpulan atau jawaban sementara terhadap masalah penelitian
yang dibuat berdasarkan kerangka pemikiran.
Hipotesis dari penelitian ini adalah:
H1: Digitalisasi memiliki pengaruh yang signifikan pada performa kinerja organisasi
H2: Kinerja karyawan memiliki pengaruh yang signifikan pada performa kinerja
organisasi
H3: Digitalisasi dan Kinerja Karyawan, keduanya memiliki pengaruh yang signifikan
pada performa organisasi

BAB 4
METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian


Pada penelitian ini desain penelitian nya adalah penelitian kuantitatif asosiatif.
Penelitian asosiatif menurut Sugiyomo (2014, 55) merupakan penelitian yang bertujuan
untuk mengetahui dua variabel atau lebih. Dalam penelitian ini maka dibuat sebuah
teori yang dapat berfungsi untuk menjelaskan dan dan menyelesaikan suatu masalah.
Penelitian ini menggunakan hubungan klausal yang mana menurut Sugiono (2014, 11)
hubungan kausal merupakan hubungan yang bersifat sebab akibat , yang terdiri dari
variabel independent, yaitu variabel yang mempengaruhi dan variabel dependen, yaitu
variabel yang dipengaruhi.

4.2 Operasional Variabel


Definisi operasional variabel adalah penjelasan pengertian dari teori variabel, sehingga
dapat diamati dan diukur dengan menentukan hal-hal yang diperlukan untuk mencapai
tujuan tertentu atau merupakan proses penguraian variabel penelitian ke dalam konsep
variabel, dimensi, indikator dan pengukuran. Menurut Sekaran (2006:240)
operasionalisasi merupakan pendefinisian sebuah ide dalam istilah yang dapat diukur
dengan mengurangi tingkat abstraksinya melalui penggambaran dimensi dan
elemennya. Menurut Sugiyono (2013:58) variabel penelitian adalah segala sesuatu
yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga
diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya. Ada empat
variabel yang akan digunakan dalam penelitian ini, yaitu beban kerja, kerja, motivasi
dan kinerja karyawan.

Penggunaan operasional variabel di penelitian ini dibagi atas tiga bagian yaitu:
1. Variabel Independen (Bebas)
Menurut Sugiyono (2013:59) variabel independen sering disebut sebagai variabel
stimulus, predictor, antecedent. Dalam bahasa Indonesia sering disebut juga sebagai
variabel bebas. Variabel bebas adalah merupakan variabel yang memengaruhi atau
yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat).
2. Variabel Dependen (Terikat)
Menurut Sugiyono (2013:59) variabel dependen sering disebut sebagai variabel
output, kriteria, konsekuen. Dalam bahasa Indonesia sering disebut sebagai variabel
terikat. Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi
akibat, karena adanya variabel bebas.

3. Variabel Intervening
Menurut Tuckman dalam Sugiyono (2013:61) variabel intervening adalah variabel
yang secara teoritis memengaruhi hubungan antara variabel independen dengan
dependen menjadi hubungan yang tidak langsung dan tidak dapat diamati dan
diukur. Variabel ini merupakan variabel penyela/ antara variabel independen
dengan variabel dependen, sehingga variabel independen tidak langsung
memengaruhi berubahnya atau timbulnya variabel dependen.

Data berskala ordinal adalah data yang diperoleh dengan cara kategorisasi
atau klasifikasi, tetapi diantara data tersebut terdapat hubungan atau tingkatan.
Misalnya, tingkat kepuasan, yang diklasifikasikan menjadi: sangat puas diberi nilai
5, puas diberi nilai 4, cukup puas diberi nilai 3, tidak puas diberi nilai 2, sangat
tidak puas diberi nilai 1. Ciri data berskala ordinal adalah posisi data tidak setara,
dalam contoh diatas, tingkat kepuasan ‘sangat puas’ lebih tinggi ‘puas’, ‘puas’
lebih tinggi dari ‘cukup puas’ dan seterusnya (Noor, 2014:14).
Menurut Riduwan dan Kuncoro (2012:20) skala Likert digunakan untuk
mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok tentang
kejadian atau gejala sosial. Dalam penelitian gejala sosial ini telah ditetapkan
secara spesifik oleh peneliti, yang selanjutnya disebut sebagai variabel penelitian.
Instrumen pengukuran dalam penelitian ini menggunakan skala Likert dengan nilai
(skor) sebagai berikut:

Tabel Skala Likert


Keterangan Penilaian
Sangat Tidak Setuju (STS) 1
Tidak Setuju (TS) 2
Netral (N) 3
Setuju (S) 4
Sangat Setuju (SS) 5
Sumber: Riduwan dan Kuncoro (2012:20)

4.3 Jenis dan Sumber Data Penelitian


Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan 2 macam sumber data yaitu sumber
data primer dan sumber data sekunder. Data primer merupakan data yang dikumpulkan
untuk penelitian dari tempat aktual terjadinya peristiwa. Data sekunder merupakan data
yang diperoleh melalui sumber yang ada, tidak perlu dikumpukan sendiri oleh peneliti,
Sekaran (2006:77).
Sedangkan jenis data dalam penelitian ini adalah kualitatif yang diperoleh dari
penyebaran kuesioner kepada karyawan HSP Academy. Menurut Noor (2014:13) data
kualitatif adalah data yang dinyatakan dalam bentuk bukan bilangan, atau dengan kata
lain data kualitatif adalah data yang disajikan dalam bentuk kata-kata yang
mengandung makna atau berbentuk kategori. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
tabel 3.4 mengenai jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini:

Tabel 3.4 Jenis dan Sumber Data Penelitian

Jenis dan Sumber Data


Data Jenis Data Sumber Data
Beban Kerja Kualitatif Data Primer dari Kuesioner
Stres Kerja Kualitatif Data Primer dari Kuesioner
Motivasi Kualitatif Data Primer dari Kuesioner
Kinerja Karyawan Kualitatif Data Primer dari Kuesioner
Profil Perusahaan Kualitatif Data Sekunder
Sumber: penulis ,2023

4.4 Teknik Pengumpulan Data


Menurut Sugiyono (2013:401) teknik pengumpulan data adalah langkah paling utama dalam
penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Teknik pengumpulan
data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Field Research
Bertujuan untuk memperoleh data sekunder dan data primer dari responden atau
perusahaan yang menjadi objek penelitian, dilakukan dengan cara sebagai berikut:
- Wawancara
Metode pengumpulan data dengan melakukan tanyajawab secara langsung pada pihak yang
berkepentingan dalam perusahaan untuk memperoleh informasi yang diperlukan dalam
penelitian. Peneliti melakukan wawancara langung dengan operator divisi produksi untuk
mendapatkan data awal mengenai latar belakang masalah penelitian dan data profil
perusahaan.
- Kuesioner
Pengumpulan data dengan memberikan beberapa pernyataan tertulis kepada para
responden karyawan departemen sumber daya manusia Bank Indonesia. Kemudian
hasil kuesioner yang telah terkumpul akan diolah agar dapat mengetahui kondisi yang
terjadi didalam perusahaan.
- Dokumen
Pencatatan data-data dari dokumen yang ada di perusahaan yang menjadi objek
penelitian.Dalam penelitian ini penulis menggunakan keterangan-keterangan yang
diperoleh dari pihak perusahaan.

2. Library Research
Teknik ini merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang dilakukan untuk
mengumpulkan data-data sekunder. Studi kepustakaan dilakukan dengan cara
membaca buku referensi yang berisi teori dan konsep, serta dengan menggunakan
sumber lain seperti jurnal, artikel di internet yang dianggap dapat memberikan
informasi mengenai penelitian yang dilakukan.

4.5 Teknik Pengambilan Sampel

Komponen dalam metode penelitian yang perlu diperhatikan adalah populasi dan
sampel. Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek
yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan peneliti untuk
dipelajari kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2013:62). Sedangkan,
sampel adalah bagian dari jumlah karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut
(Sugiyono, 2013:63).

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah


probability sampling dengan simple random sampling. Probability sampling adalah
teknik sampling yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota)
populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel. Simple random sampling adalah
pengambilan sampel yang dilakukan secara acak dimana masing-masing anggota
populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk dijadikan sampel (Pardede dan
Manurung 2014:10).

4.6 Metode Analisis


Analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode Partial Least Square
(PLS), yang di bantu menggunakan software SPSS 20.0 dan SmartPLS versi 3.0
untuk mengolah data Menurut Ghozali (2014:30) Partial Least Square merupakan
factor indeterminacy metode analisis yang powerfull oleh karena tidak
mengasumsikan data harus dengan pengukuran skala tertentu, jumlah sampel kecil.
Partial Least Square (PLS) juga digunakan untuk mengukur hubungan dari setiap
indikator dengan konstruknya dan dapat dilakukan dengan uji bootstrapping
terhadap struktural model yang bersifat outer model dan inner model.

Tabel 3.5 Metode Penelitian


Tujuan Jenis Penelitian Teknik Analisis
Penelitian
T-1 Asosoatif Partial Least Square
T-2 Asosoatif Partial Least Square
T-3 Asosoatif Partial Least Square
T-4 Asosoatif Partial Least Square
T-5 Asosoatif Partial Least Square
T-6 Asosoatif Partial Least Square
T-7 Asosoatif Partial Least Square
T-8 Asosoatif Partial Least Square
T-9 Asosoatif Partial Least Square

4.7 M
5 Menurut Hidayat (2014) analisis faktor adalah sebuah teknik yang digunakan untuk mencari faktor-
faktor yang mampu menjelaskan hubungan atau korelasi antara berbagai indikator independen yang
diobservasi. Analisis faktor digunakan untuk mengidentifikasi sejumlah faktor yang relatif kecil yang
dapat digunakan untuk menjelaskan sejumlah besar variabel yang saling berhubungan.
6 Asumsi mendasar yang harus digaris bawahi dalam analisis faktor adalah bahwa variabel-variabel
yang dianalisis memiliki keterkaitan atau saling berhubungan. Hal ini karena analisis faktor berusaha
untuk mencari kesamaan dimensi yang mendasari variabel-variabel itu, Yamin dan Kurniawan
(2009:8).
7 Hair et al dalam Yamin dan Kurniawan (2009:8) mengatakan confirmation analysis: menggunakan teknik
multivariate untuk menguji sebuah hubungan yang belum diketahui. Sebagai contoh, anggap kita
menghipotesiskan hanya dua variabel sebagai penganalisis variabel dependen. Jika kita menguji secara empiris
bagi signifikansi kedua penganalisis ini dan ketidaksignifikasian faktor-fakor lainnya. Pengujian ini merupakan
confirmation analysis dan merupakan kebalikan dari exploratory analysis. Confirmatory analysis dimaksudkan
bahwa variabel amatan tersebut benar mendefinisikan konstruk laten, Yamin dan Kurniawan (2009:41).
8 3.6.2 Partial Least Square (PLS)
9 PLS dikembangkan oleh Wold sebagai suatu metode umum untuk menaksir model jalur di antara
hubungan konstruk laten yang secara tidak langsung diukur oleh berbagai indikator. PLS pada
dasarnya didefinisikan oleh dua set persamaan, yaitu inner model dan outer model. Inner model
menentukan spesifikasi hubungan antara konstruk laten dan konstruk laten lainnya, sedangkan outer
model menentukan spesifikasi hubungan antara konstrak laten dan indikatornya, Yamin dan
Kurniawan (2009:213).
10 Partial Least Square (PLS) dinyatakan sebagai metode alternatif dari Structural Equation Modeling
(SEM) yang dapat dipakai untuk menyelesaikan permasalahan hubungan antara variabel-variabel yang
kompleks dengan ukuran data sampel kecil antara 30 sampai 100, dimana SEM memiliki ukuran data
sampel data minimal 100, Hair et al (2010). Menurut Noor (2014:144) walaupun PLS digunakan
untuk mengkonfirmasi teori, tetapi dapat juga digunakan untuk menjelaskan ada atau tidaknya
hubungan antara variable laten.
11 Hubungan antara indikator dengan konstruknya tidak hanya bersifat reflektif, tetapi dapat juga bersifat
formatif. Bersifat reflektif berarti arah kausalitas mengalir dari konstruk ke indikator sehingga
indikator diasumsikan mencerminkan variasi dalam variabel laten. Dengan kata lain, perubahan dalam
konstruk diharapkan akan berdampak pada perubahan dalam seluruh indikatornya. Sedangkan model
pengukuran formatif, indikator dipandang sebagai variabel yang memengaruhi variabel laten. Ini
berarti bahwa pengukuran indikator memengaruhi konstruk dan konstruk sepenuhnya diturunkan oleh
pengukuran-pengukurannya (Yamin dan Kurniawan, 2011:10-11).

Verified by,

Yuniarty – D5562 (APR 03, 2023)


Page 4 of 4

Anda mungkin juga menyukai