IUT Memanjang Dan Melintang
IUT Memanjang Dan Melintang
MODUL II
PROFIL MEMANJANG DAN MELINTANG
KELOMPOK 23:
Tiffany (1206222736)
Tanggal Disetujui :
Nilai :
Paraf Asisten :
1. TUJUAN PERCOBAAN
Tujuan praktikum ini umumnya adalah untuk mengetahui profil dari suatu trace baik
jalan maupun salurang, sehingga selanjutnya dapat diperhitungkan banyaknya galian dan
timbunan yang perlu dilakukan pada pekerjaan konstruksi. Pelaksanaan pekerjaan ini
umumnya dilakukan dalam 2 bagian yang disebut sebagai sifat datar profil memanjang
dan melintang, hasil akhirnya adalah ketinggian titik.
2. PERALATAN
C. Meteran 1 buah
D. Patok 6 buah
E. Payung 1 buah
F. Statif 1 buah
G. Unting-unting 1 buah
3. TEORI
h=p–t
dimana:
h = beda tinggi
atau:
h = tR – T
dimana:
4. LANGKAH KERJA
5. DATA PENGAMATAN
6. PENGOLAHAN DATA
Penentuan jarak suatu titik ke titik lain menggunakan persamaan : Jarak optis
(d) = 100 (BA - BB) cos 2(90o−α ) dengan α adalah sudut vertikal. Karena besar sudut
o
vertikal sama dengan 90 , maka berlaku :
Keterangan :
= 2.6
= 2.3
= 1.3
= 2.3
= 1.6
=3
= 2.7
=3
=2
= 2.5
= 2.9
= 2.5
= 3.2
= 2.4
= 3.2
= 2.5
=3
= 2.6
= 13.6
= 9.8 m
= -15.5 m
= -9.5 m
=3m
=2m
= 3.5 m
= 10.7 m
=3m
= -6.7 m
=3m
= 3.3 m
= 0.2 m
= 2.5 m
= 13.4 m
= 10.2 m
= -15.6 m
= -8 m
Dengan asumsi ketinggian A adalah 100 m dari muka air laut maka akan didapat
ketinggian titik yang lain. Secara lengkap, jarak doptis (D) dan perbedaan ketinggian (∆h) dan
ketinggian terhadap titik referen yang didapat dari hasil perhitungan dapat dilihat pada table di
bawah ini :
∆H
Tempat Tinggi Titik Jarak Jarak
Alat Alat Tinjauan BA BT BB (m) Optis (m) (m)
A 125 1 112.6 111.4 110 3 2.6 13.6
2 116.5 115.2 114.2 2.5 2.3 9.8
3 142.2 140.5 139.3 3 2.9 -15.5
4 133.2 134.5 131 2.5 2.2 -9.5
B 124 1 123.5 122 121.2 3 2.3 3
2 124.2 123 122.6 2.5 1.6 2
3 132.8 130.5 129 3 3.8 -5.5
4 122.7 121.5 120 2.5 2.7 3.5
C 125 1 116 114.3 113 3 3 10.7
2 123.8 122 121 2.5 2.8 3
3 133 131.7 130.5 3 2.5 -6.7
4 123.4 122 120.8 2.5 2.6 3
D 126 1 123.7 121.7 120.8 3 2.9 3.3
2 126 124.8 123.5 2.5 2.5 0.2
3 124 123.4 120.8 3 3.2 1.6
4 123.7 122.5 121.3 2.5 2.4 2.5
E 124 1 112.2 111.6 109 3 3.2 13.4
2 116.1 114.8 113.6 2.5 2.5 10.2
3 142 140.6 139 3 3 -15.6
4 134.6 133 132 2.5 2.6 -8
Kesalahan relatif merupakan selisih antara jarak lapangan dengan jarak optis di
bandingkan dengan jarak optis dan dikali 100 %. Sehingga didapat :
Penampang Memanjang
Penampang Melintang
4
3.5
3
2.5
2
1.5
1
0.5
0
-300 -200 -100 0 100 200 300
Ketinggi
Jarak an
-250 3
0 0
250 3
2.5
1.5
0.5
0
-300 -200 -100 0 100 200 300
Ketinggi
Jarak an
-250 -10.6
0 0
250 7.9
10
0
-300 -200 -100 0 100 200 300
-5
-10
-15
3
Ketinggian dari
Bench Mark
2
0
-400 -200 0 200 400
10
Ketinggian dari
5 Bench Mark
0
-300 -200 -100 0 100 200 300
-5
-10
= 37.5 cm2
1 1
- Luas segitiga di C = 2 (3.5 x -250) + 2 (2 x 250)
= -187.5 cm2
1 1
- Luas segitiga di D = 2 (3 x -250) + 2 (3 x 250)
=0
1 1
- Luas segitiga di E = 2 (-8 x -250) + 2 (10.2 x 250)
= 2275 cm2
37.5−187.5+2275
=425
Luas segitiga rata-rata = 5 cm2
Maka didapat volume tanah yang harus di timbun sama dengan Luas segitiga rata-
rata-rata di kalikan dengan jarak B sampai E :
425 x 1000=425000 cm3=0.425m3
7. ANALISIS
A. Analisis Percobaan
Hal yang sama dilakukan juga terhadap titik 3 dan 4 dengan sudut
horizontal 180º dan 270º. Untuk sudut horizontal 0º (titik tembak 1) dan 180º (titik
tembak 3) jarak antara theodolite dan titik tembak sebesar 3 m, sedangkan utuk titik
tembak 2 dan 4 dengan sudut horizontal masing-masing 90º dan 270º jarak antara
theodolite dengan titik tembak yaitu sebesar 2,5 m. Setelah selesai melakukan
pengukuran di titik A, theodolite kemudian dipindahkan menuju titik B yang berjarak 3 m
dari titik A. Pada titik B yang telah dipasangi patok, theodolite kembali dipasang tepat
berada di atas patok dengan cara mengatur nivo agar waterpass tepat berada di tengah-
tengah sebagai indikasi bahwa theodolite telah dalam keadaan seimbang. Sama seperti
pengukuran saat di titik A, pada titik B ini juga dilakukan pengukuran terhadap tinggi
theodolite serta besar nilai Batas Atas (BA), Batas Tengah (BT), dan Batas Bawah (BB)
berdasarkan sudut horizontal 0º, 90º, 180º, dan 270º. Langkah-langkah percobaan yang
telah dijabarkan diatas tetap dilakukan untuk titik awal C, D, dan E.
B. Analisis Hasil
∆H
Tempat Tinggi Titik Jarak Jarak
Alat Alat Tinjauan BA BT BB (m) Optis (m) (m)
A 125 1 112.6 111.4 110 3 2.6 13.6
2 116.5 115.2 114.2 2.5 2.3 9.8
3 142.2 140.5 139.3 3 2.9 -15.5
4 133.2 134.5 131 2.5 2.2 -9.5
B 124 1 123.5 122 121.2 3 2.3 3
2 124.2 123 122.6 2.5 1.6 2
3 132.8 130.5 129 3 3.8 -5.5
4 122.7 121.5 120 2.5 2.7 3.5
C 125 1 116 114.3 113 3 3 10.7
2 123.8 122 121 2.5 2.8 3
3 133 131.7 130.5 3 2.5 -6.7
4 123.4 122 120.8 2.5 2.6 3
D 126 1 123.7 121.7 120.8 3 2.9 3.3
2 126 124.8 123.5 2.5 2.5 0.2
3 124 123.4 120.8 3 3.2 1.6
4 123.7 122.5 121.3 2.5 2.4 2.5
E 124 1 112.2 111.6 109 3 3.2 13.4
2 116.1 114.8 113.6 2.5 2.5 10.2
3 142 140.6 139 3 3 -15.6
4 134.6 133 132 2.5 2.6 -8
C. Analisis Kesalahan
- Kesalahan pada saat pembacaan sudut untuk mengukur besar nilai BA, BT, dan BB.
Saat praktikkan menembak ke suatu titik, besar sudut vertical maupun horizontal bisa
saja berubah akibat posisi theodolite yang tidak sengaja tegeser oleh tangan
praktikkan. Hal terrsebut menyebabkan data yang dihasilkan menjadi kurang akurat
- Kesalahan dalam pembacaan nilai BA, BT, dan BB akibat pandangan mata
praktikkan tidak tegak lurus dengan lensa theodolite
8. KESIMPULAN
- Penggunaan alat, pembacaan, dan pengukuran harus dilakukan dengan baik dan teliti
agar mendapatkan hasil yang akurat dan memperkecil adanya kesalahan yang terjadi
- Perhitungan volume tanah pada posisi melintang sebagai simulasi pengaplikasian modul
percobaan ini dalam pekerjaan proyek di lapangan.
9. REFERENSI