PENDAHULUAN
Baut merupakan bagian dari komponen permesinan dan banyak digunakan sebagai
penyambung atau pengikat antara dua komponen. Sambungan baut-Umum digunakan dalam
otomotif, kendaraan berat dan sebagainya. Sambungan baut selain memiliki peran untuk
menyatukan atau mengikat komponen agar menjadi satu kesatuan yang kokoh juga memiliki
fungsi untuk menyalurkan gaya. Salah satu keunggulan teknik penyambungan dengan baut
dan mur adalah karena relatif aman dan dapat dibongkar pasang dengan mudah di bandingkan
dengan teknik pengelasan ataupun keling. Namun di samping keunggulannya masih terdapat
beban dinamik. Sama halnya seperti Sambungan baut pada umumnya, sambungan baut dapat
mengalami 2 kegagalan yaitu kegagalan statis dan kegagalan dinamis. Kegagalan statis terjadi
karena beban berlebih (over loading), pengencangan berlebihan saat proses pemasangan
(over tightening), atau karena cacat produk. Kegagalan dinamis lebih bersifat sukar untuk
diukur, karena berkaitan dengan kelelahan bahan (fatique) yang terakumulasi dalam kurun
di bawah naungan Daimler Group Indonesia yang bertanggung jawab dalam memproduksi
Vehicles Manufacturing Indonesia bertugas sebagai agen tunggal pemegang merek (ATPM)
untuk distribusi kendaraan niaga Mercedes-Benz yang bertanggung jawab untuk 7 merek kuat
global truk & bus. PT. Daimler Commercial Vehicles Manufacturing Indonesia melalui
1
Universitas Kristen Indonesia
pabrik di Wanaherang, memiliki produk unggulan seperti truk heavy-duty Mercedes-Benz
tipe Axor, dan terus berkembang untuk menambah ragam model kendaraan niaga yang dirakit
ragam model kendaraannya akan melalui proses pengencangan baut yang berbeda-beda
sesuai nilai tingkat kekencangan setiap komponennya. Faktor utama yang harus diperhatikan
dalam produksi perakitan truk ini adalah baut harus dikencangkan sesuai nilai torsinya
sehinga menjamin nilai keamanannya. Salah satu contoh proses penting yang menjalankan
perakitan adalah di Station-05 yang melakukan pengencangan bagian baut-U Rear Axle truk.
Baut-U akan bertugas untuk mengikat tumpukan pegas daun. Pegas daun ini terdiri dari
lembar pegas-pegas baja yang berbeda ukuran panjangnya. Kemudian disusun dan disatukan
menjadi satu unit. Pegas ini akan dipasang pada sumbu depan dan sumbu belakang dengan
Daimler
menggunakan baut-U. Pegas Commercial
daun berfungsi Vehicles Indonesiakejutan yang ditimbulkan
untuk menyerap
permukaan jalan.
2
Universitas Kristen Indonesia
Kemampuan pegas ini dapat menerima beban yang lebih besar di bandingkan dengan
pegas koil maupun pegas torsi, sehingga banyak digunakan pasa sistem suspensi pada bagian
belakang kendaraan. Susunan atau tumpukan pegas daun ini dengan poros roda akan di ikat
oleh Baut-U (U-Bolt). Fungsi Baut-U untuk pengikat pegas daun ini akan berpengaruh agar
tidak terjadi pergeseran bila roda menerima kejutan dari permukaan jalan.
Pada bulan Januari 2020, PT. Daimler Commercial Vehicles Manufacturing Indonesia
yang memproduksi beberapa macam truk dan bis, memiliki sistem pengencangan Baut-U di
Station Rear Axle dengan sistem 4 spindel yang dapat berjalan secara sinkronasi untuk
mengencangan 4 Baut-U sekaligus dalam waktu bersamaan. Namun untuk tipe Axor 4028TT
memiliki jarak gap baut yang berbeda sehingga jika menggunakan alat yang sekarang tidak
dapat dilakukan. Untuk itu dengan alat yang tersedia terdapat alat pengencangan baut lain
yang memiliki 1 spindel untuk bisa di analisis melakukan pekerjaan pengencangan baut
tersebut. Baut-U ini perlu dikencangkan dengan torsi yang benar. Sambungan Baut-U akan
bekerja mengikat pegas daun dan akan memindahkan gaya-gaya yang bekerja pada elemen
tersebut ke sambungan.
Indonesia
Beberapa penelitian yang menjadi bahan referensi tentang sistem pengencangan
sambungan baut. Dalam penelitian Ardison, dkk (2015) meneliti tentang kinerja sambungan
baut dengan metode uji eksperimental kekuatan tarik sambungannya dengan variasi
3
Universitas Kristen Indonesia
pretension antara lain 90 Tb, 100 Tb dan 110 Tb dengan menggunakan kunci torsi dan 2/3,
3/6 dan 4/6 putaran untuk kunci manual. Hasil penelitian mendapatkan nilai kekuatan tariknya
berada di rentang yang hampir sama dan menghasilkan fenomena kegagalan yang sama yaitu
kegagalan geser. Kekurangan dari penelitian ini adalah karena rentang variasi yang tidak
begitu jauh sehingga kurang dapat ditarik kesimpulan adanya pengaruh yang perlakuan
variasi pretension terhadap kinerja sambungan bautnya. Namun penelitian ini membantu
penulis untuk dapat mengetahui bahwa pengaruh nilai kekencangan baut akan berpengaruh
Y. Djoko Setiyarto (2012) yang meneliti pengaruh tata letak baut terhadap kinerja
sambungan baut dengan menguji variasi tata letak baut-Untuk membandingkan dan
mendapatkan nilai kinerja sambungan paling tinggi. Hasil penelitian dari studi parametris dan
eksperimental menunjukkan hasil yang sama, yaitu penambahan jumlah baut akan
meningkatkan kekuatan sambungan, namun dengan pengaturan tata letak baut secara
diagonal memiliki kekuatan sambungan yang paling optimal. Penelitian cukup menjelaskan
bahwa tata letak baut memiliki andil dalam kekuatan sambungannya dan penambahan jumlah
baut tidak selalu juga menambah kekuatan sambungannya namun tidak di jelaskan kapan
untuk mempertimbangkan tata letak baut atau penambahan jumlah baut atau lebih penting
mana antara menambah baut atau mengatur tata letaknya atau kedua hal ini menjadi sama
Apriardi, dkk (2018) melakukan investigasi tentang kerusakan baut yang mengalami
pengencangan berlebih dengan metode analisa fraktografi dan tegangannya. Hasil penelitian
memperlihatkan bahwa dengan nilai pengencangan yang lebih dari standarnya akan
overload) yang menunjukkan patah getas dan terjadi seketika. Kekurangan dari penelitian ini
mengkaji dari riwayat pengencangan berlebih yang dilakukan pada baut yang sudah di
4
Universitas Kristen Indonesia
kencangkan dan di kendorkan dan akhirnya di kencangkan lagi hingga mengalami
pemberian nilai torsi yang berlebih saja atau ada faktor kondisi material baut yang sudah
buruk ketika proses pengencangan pertama dan di kendorkan lagi (Ihlas et al., 2018).
Dawei, dkk (2020) melakukan penelitian dengan Finite element method (FEM) untuk
memprediksi distribusi tegangan di bawah kondisi tegangan awal baut dan proses
pengendoran ketika diberi beban melintang (transverse load). Hasil penelitian menunjukkan
distribusi tegangan di bawah pre-tightening baut terkonsentrasi pada bagian kontak kepala
dan batang baut. Penelitian ini memperlihatkan pemberian beban melintang akan mengurangi
gaya pre-tightening dan putaran baut serta menyajikan model numerik pelonggaran baut-
Untuk prediksi pengencangan baut berulir. Kelemahan dari jurnal ini adalah peneliti tidak
menjelaskan mekanisme relaksasi baut secara jelas, namun hanya menjelaskan bahwa ketika
baut sudah memasuki fase Full Slip Stage maka semakin besar koefisien geseknya dan
semakin besar terjadinya relaksasi dari pengencangan awal atau Looseness (Gao et al., 2020).
batang tarik pelat baja dengan sambungan baut variasi tebal pelat 8mm dan 10 mm dan
diameter baut Ø1/4’’, Ø3/8’’, dan Ø1/2’’. Metode yang dilakukan adalah dengan melakukan
uji tarik menggunakan mesin pembebanan tarik (Universal Testing Machine) lalu di
bandingkan dengan hasil perhitungan secara teoritis. Hasil dari penelitian tersebut
menunjukan bahwa sambungan pada pelat tebal 8 mm sedikit lebih kuat dibandingkan dengan
pelat 10 mm, dan perbandingan nilai kekuatan sambungan dari eksperimen dan perhitungan
teoritis menunjukkan perhitungan secara teoritis lebih kecil dari hasil eksperimen ini
dikarenakan dalam metode perhitungan ini memang hanya menggunakan tegangan ijin
sedangkan secara aktual eksperimen faktor pembebanan lebih berpengaruh kekuatan batang
5
Universitas Kristen Indonesia
metode ASD (Allowable Stress Design) dianggap tidak efisien namun tidak menampilkan
proses perhitungannya sehingga belum jelas apakah terdapat kesalahan pada perhitungan atau
pemilihan benda uji pelat dan diameter baut (Silviana, 2017)(Silviana, 2017).
variabel memiliki pengaruh yang perlu di perhatikan dalam proses pengencangan baut,
khususnya untuk mencapai nilai torsinya dan keamananya. Maka, dengan metode
pengencangan baut dan penggabungan komponen variasi dari penelitian sebelumnya dapat
dapat dilakukan penelitian untuk menganalisis kinerja alat pengecangan baut 4 spindel yang
Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang dapat disimpulkan adalah:
Baut-U?
pengencangan baut-U?
pengencangan baut-U?
Tujuan Penelitian
Dari latar belakang diatas, maka tujuan penelitian yang dapat disimpulkan adalah:
6
Universitas Kristen Indonesia
1. Mengetahui metode yang tepat menggunakan alat pengencang baut 1 spindel
untuk melakukan pengencangan 4 baut-U pada Rear Axle di truk tipe Axor
spindel.
2. Membuat perbandingan antara hasil dari alat pengencang baut 4 spindel dan 1
Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian yang dilakukan ini diharapkan mempinyai manfaat praktis
dan teoritis
1. Manfaat Praktis
Manufacturing Indonesia.
spindel.
Mesin UKI
2. Manfaat Teoritis
sambungan baut.
7
Universitas Kristen Indonesia
d. Menambah pengetahuan bagi peneliti maupun pembaca tentang pengaruh
Batasan Masalah
Agar sasaran dalam studi lapangan ini terarah dan terfokus sehingga mendapatkan
hasil yang diharapkan, maka perlunya batasan – batasan masalah sebagai berikut:
1. Hanya menguji untuk tipe baut-U tipe truk Axor 4028 TT (Mercedes Benz)
2. Alat pengencang baut 4 spindel yang di gunakan merk Atlas Copco (Tipe Tool
3. Hanya meneliti analisis torsi baut-U, tidak sampai pengaruhnya pada sistem
Sistematika penulisan
Penelitian ini ditulis dengan aturan sistematika penulisan yang baku agar
BAB I yang berisi Pendahuluan. Bagian ini menjelaskan latar belaknang, perumusan
BAB II berisi Landasan Teori. Bagian ini membahas teori yang berhubungan dengan
BAB III yang berisi Metode Penelitian. Bagian ini membahas mengenai objek
penelitian, pengumpulan data, metode pengolahan dan analisis data serta diagram alir
BAB IV yang berisi Pembahasan. Bagian ini membahas mengenai gambaran umum
objek penelitian yang mencakup profil perusahaan serta proses kerja, pengumpulan,
8
Universitas Kristen Indonesia
BAB V yang berisi Kesimpulan dan Saran. Bagian ini membahas mengenai kesimpulan
9
Universitas Kristen Indonesia