Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN AKTUALISASI MINGGU PERTAMA

Nama : Maria Candrayanti Ngole

Satuan Kerja : UPT Puskesmas Nelle

Gel/Angk/Kel : 2/87/4

Nomor Presensi : 04

Jabatan Peserta : Pelaksana/Terampil - Bidan

I. Bab I. Pendahuluan

BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2014 ASN adalah
Aparatur Sipil Negara yang selanjutnya disingkat ASN adalah profesi bagi pegawai
negeri sipil dan pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja yang bekerja pada instansi
pemerintah. Pegawai ASN yang diangkat sebagai pegawai tetap oleh Pejabat Pembina
Kepegawaian dan memiliki nomor induk pegawai secara nasional. Pegawai ASN
berfungsi sebagai: pelaksana kebijakan publik, pelayan publik dan perekat dan pemersatu
bangsa. Seorang pegawai ASN berperan sebagai perencana, pelaksana, dan pengawas
penyelenggaraan tugas umum pemerintahan dan pembangunan nasional melalui
pelaksanaan kebijakan dan pelayanan publik yang profesional, bebas dari intervensi
politik, serta bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme.
Calon PNS yang selanjutnya disingkat CPNS adalah warga negara Indonesia yang
lolos seleksi pengadaan PNS, diangkat dan ditetapkan oleh PPK, serta telah mendapatkan
persetujuan teknis dan penetapan nomor induk pegawai. Pelatihan Dasar CPNS adalah
pendidikan dan pelatihan dalam Masa Prajabatan yang dilakukan secara terintegrasi
untuk membangun integritas moral, kejujuran, semangat dan motivasi nasionalisme dan
kebangsaan, karakter kepribadian yang unggul dan bertanggung jawab, dan memperkuat
profesionalisme serta kompetensi bidang.
Dalam Peraturan Lembaga Administrasi Negara Nomor 1 Tahun 2021 tentang
Pelatihan Dasar Calon Pegawai Negeri Sipil, dan Keputusan Kepala Lembaga
Administrasi Negara Nomor 93/K.1/PDP.07/2022 Tentang Pedoman Penyelenggaraan
Pelatihan Dasar Calon Pegawai Negeri Sipil, disebutkan bahwa penyelenggaraan
Pelatihan Dasar Calon Pegawai Negeri Sipil diselenggarakan dengan cara:
1. Pelatihan Klasikal;
2. Blended Learning; atau
3. Distance Learning dalam Keadaan Darurat atau Keadaan Tertentu.
Yang dimaksud dengan dengan Keadaan Darurat atau Keadaan Tertentu adalah:
1. Terjadi Pandemi atau wabah penyakit secara meluas;
2. Bencana Alam;
3. Penanganan atau pemulihan keamanan lingkungan tempat penyelenggaraan
4. Pelatihan; dan/atau
5. Keadaan darurat atau keadaan lainnya yang ditetapkan oleh Pemerintah.
Kebidanan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan bidan dalam
memberikan pelayanan kebidanan kepada perempuan selama masa sebelum hamil, masa
keahhilan persalianan, paska persalinan, masa nifas, bayi baru lahir, bayi, balita dan anak
pra sekolah termasuk kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana sesuai
dngan tugas dan wewenangnya. Pelayanan kebidanan adalah salah satu bentuk pelayan
professional yang merupakan pelayanan integral dari sistem palayanan kesehatan yang
diberikan oleh bidan secara madiri, kolaboratif dan/atau rujukan. Asuhan kebidanan
adalah rangkaian kegiatan yang di dasrakan pada proses pengambilan keputusan dan
tindakan yang dilakukan oleh bidan sesuai dengan wewenang dan ruang lingkup
prakteknya berdasarkan ilmu dan kiat kebidanan.
Berdasarkan pasal 46 UU No. 4 tahun 2019 tentang kebidanan bahwa dalam
menyelenggarakan praktek kebidanan, bidan memberikan pelayanan meliputi pelayanan
kesehatan ibu, pelayanan kesehatan anak, pelayanan kesehatan reproduksi perempuan
dan keluarga berencana serta pelaksanaan tugas berdasarkan pelimpahan wewenang
dan/atau pelaksanaan tugas dalam keadaan keterbatas tertentu, dan pasal 47 mengatakan
bidan dapat berperan sebagai pemberi pelayanan kebidanan, pengelolah pelayanan
kebidanan, penyuluh dan konselor, pendidik, pembimbing dan fasilitator klinik,
penggerak peran serta masyarakat dan pemberdayaan perempuan dan/atau peneliti dalam
penyelenggaraan praktek kebidanan.
Pemeriksaan ANC (Antenatal Care) adalah pemeriksaan kehamilan yang
bertujuan untuk meningkatkan kesehatan fisik dan mental pada ibu hamil secara optimal,
hingga mampu menghadapi masa persalinan, nifas, masa pemberian ASI secara eksklusif
serta kembalinya alat reproduksi dengan wajar. Dalam Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 43 Tahun 2016 tentang SPM Bidang Kesehatan Standar Pelayanan Minimal
Bidang Kesehatan pertama yang harus dilaksanakan oleh Kabupaten/Kota adalah
Pelayanan kesehatan ibu hamil sesuai standar pelayanan antenatal. Pelayanan antenatal
merupakan pelayanan kesehatan oleh tenaga profesional yang diberikan kepada ibu
selama masa kehamilan yang dilaksanakan sesuai dengan standar pelayanan antenatal.
Pemeriksaan ini bertujuan memeriksa keadaan ibu dan janin secara berkala diikuti
dengan upaya koreksi terhadap penyimpangan yang ditemukan, dengan frekuensi
kunjungan 4 kali selama kehamilannya, yaitu 1 kali pada trimester pertama, 1 kali pada
trimester kedua dan 2 kali pada trimester ketiga. Pelayanan antenatal yang berkualitas
dapat mandeteksi terjadinya risiko pada kehamilan yaitu mendapatkan akses perawatan
kehamilan berkualitas, memperoleh kesempatan dalam deteksi secara dini terhadap
komplikasi yang mungkin timbul sehingga kematian maternal dapat dihindari (Mufdlilah,
2009). Kualitas pelayanan antenatal diberikan selama masa hamil secara berkala sesuai
dengan pedoman pelayanan antenatal yang telah ditentukan untuk memelihara serta
meningkatkan kesehatan ibu selama hamil sesuai dengan kebutuhan sehingga dapat
menyelesaikan kehamilan dengan baik dan melahirkan bayi yang sehat.
Salah satu agenda utama SDGs adalah menurunkan angka kematian ibu dan
kematian Balita. Pemeriksaan antenatal yang berkualitas dan teratur selama kehamilan
akan menentukan status kesehatan ibu hamil dan bayi yang dilahirkan. Hingga saat ini,
Angka Kematian Ibu (AKI masih di kisaran 305 per 100.000 Kelahiran Hidup, belum
mencapai target yang ditentukan yaitu 183 per 100.000 KH di tahun 2024. Demikian juga
bayi dan balita yang masih harus kita selamatkan dari kematian. Target kematian Ibu dan
anak dilakukan melalui intervensi spesifik yang dilakukan saat dan sebelum kelahiran.
Kementerian Kesehatan RI menetapkan pemeriksaan ibu hamil atau antenatal care (ANC)
dilakukan minimal sebanyak 6 kali selama 9 bulan sebagai bentuk komitmen untuk
penyediaan layanan esensial bagi Ibu hamil. Untuk mendukung aktivitas ini, Kemenkes
tengah dalam proses menyediakan USG di Seluruh Provinsi di Indonesia. Sebelumnya
pemeriksaan USG hanya dapat dilakukan di RS atau Klinik, saat ini ibu hamil sudah
dapat melakukan pemeriksaan di Puskesmas. Menkes Budi G. Sadikin mengatakan dalam
6 kali pemeriksaan ibu hamil tersebut, dua kali di antaranya harus diperiksa oleh dokter
dan di USG. Kemenkes secara bertahap akan memenuhi kebutuhan USG di semua
Puskesmas di Indonesia. Hingga nantinya akan terpenuhi kebutuhan 10.321 USG di
10.321 jumlah puskesmas pada tahun 2024. Sampai akhir tahun 2022, sebanyak 66,7%
Puskesmas atau sebanyak 6.886 puskesmas telah tersedia USG dan pelatihan dokter
terpenuhi di 42% Puskesmas atau sebanyak 4.392 Puskesmas. Pemenuhan USG untuk
tahun 2023 ditargetkan 1.943 Puskesmas, dan tahun 2024 sebanyak 1.492 Puskesmas.
Demikian juga dengan pelatihan dokter yang akan dilanjutkan pada tahun ini. Tentunya
pemeriksaan USG ini perlu didukung dengan penguatan kolaborasi layanan ANC antara
bidan, dokter umum dan dokter spesialis kebidanan serta jejaring PONED dan PONEK.

I.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang dan hasil analisa menggunakan metode APKL (Akurat,
Problematik, Khalayak, Layak) maka masalah isu prioritas yang diangkat adalah
“Rendahnya pemahaman ibu hamil tentang pentingnya kontak pertama dengan petugas
kesehatan pada awal kehamilan usian 0-12 minggu (K 1 murni ) di Poskesdes Nelle
Wutung Puskesmas Nelle Kabupaten Sikka.

I.3. Tujuan dan Manfaat


I.3.1. Tujuan
a. Tujuan Umum
Tujuan melaksanakan kegiatan aktualisasi adalah untuk menerapkan nilai-
nilai dasar Aparatur Sipil Negara (ASN) BerAKHLAK pada individu Calon
Pegawai Negeri Sipil (CPNS) berdasarkan tugas dan fungsi jabatan
Pelaksana/Terampil-Bidan di UPT Puskesmas Nelle.
b. Tujuan Khusus
Tujuan khusus kegiatan aktualisasi adalah meningkatkan pemahaman ibu
hamil tentang pentingnya K 1 Murni melaui sosialisasi di Poskesdes Nelle
Wutung Puskesmas Nelle, Kabupaten Sikka.
I.3.2. Manfaat
a. Bagi Penulis
Mampu menerapkan nilai-nilai dasar PNS BerAKHLAK sehingga menjadi dasar
dalam melaksanakan tugas dan fungsi jabatan Pelaksana/Terampil-Bidan.
b. Bagi Unit Kerja
Peningkatan pemahaman ibu hamil tentang pentingnya K 1 Murni melalui
sosialisasi di Poskesdes Nelle Wutung Puskesmas Nelle, Kabupaten Sikka bisa
mempengaruhi pemahaman ibu hamil sehingga lebih antusias dalam melakukan
pemeriksaan di awal kehamilan sehingga dapat mengurangi kehamilan dengan
resiko tinggi dan komplikasi.

I.4. Ruang Lingkup Kegiatan Aktualisasi


Ruang lingkup kegiatan aktualisasi dalam pelaksanaan Pelatihan Dasar CPNS
Golongan II Angkatan 87 lingkup Pemerintah Pemerintah Kabupaten Sikka tahun 2023
ini meliputi salah satu tugas pokok dan fungsi peserta sebagai Pelaksana/Terampil-Bidan,
yaitu Melaksanakan Kegiatan Asuhan pada Kelas Ibu dengan mengaktualisasikan nilai-
nilai dasar PNS BerAKHLAK di UPT Puskesmas Nelle. Berdasarkan isu prioritas yang
diangkat dalam rancangan aktualisasi, peserta menetapkan beberapa kegiatan untuk
menyelesaikan permasalahan isu prioritas tersebut. Kegiatan yang diaktualisasikan dalam
rancangan ini adalah sebagai berikut :
1. Melakukan konsultasi dengan Kepala Puskesmas Nelle mengenai Laporan
Aktualisasi
2. Melakukan koordinasi dengan Bidan Koordinator
3. Melakukan konsultasi dengan penanggung jawab program promosi kesehatan
4. Membuat SAP
5. Mendesaign media promosi kesehatan (leaflet dan banner) dan menyiapkan
instrument sosialisasi ( soal pre test dan post tes)
6. Melakukan koordinasi dengan penanggung jawab Poskesdes
7. Melakukan kegiatan penyuluhan Antenatal Care
8. Mengevaluasi kegiatan penyuluhan
9. Menyusun laporan Aktualisasi

I.5. Nilai-Nilai Dasar PNS BerAKHLAK


Seorang Aparatur Sipil Negara (ASN) dalam menjalankan tugas dan fungsinya
harus memperhatikan nilai-nilai dasar. Nilai-nilai dasar ASN ini dikenal dengan istilah
BerAKHLAK yang merupakan akronim dari Berorientasi Pelayanan, Akuntabel,
Kompeten, Harmonis, Loyal, Adaptif dan Kolaboratif.
1.5.1 Berorientasi Pelayanan
Defenisi dari pelayanan publik sebagaimana tercantum dalam UU Pelayanan
Publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan
pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap warga negara dan
penduduk atas barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif yang disediakan oleh
penyelenggara pelayanan publik. Secara lebih operasional, Berorientasi Pelayanan
dapat dijabarkan dengan beberapa kriteria, yakni :
1. ASN harus memiliki kode etik (code of ethics) untuk menjabarkan pedoman
perilaku sesuai dengan tujuan yang terkandung dari masing-masing nilai.
2. Untuk mendetailkan kode etik, dapat dibentuk sebuah kode perilaku (code of
conducts) yang berisi contoh perilaku spesifik yang wajib dan tidak boleh
dilakukan oleh pegawai ASN sebagai interpretasi dari kode etik tersebut.
3. Pegawai ASN harus menerapkan budaya pelayanan, dan menjadikan prinsip
melayani sebagai suatu kebanggaan.
Dalam mengamalkan nilai Berorientasi Pelayanan, seorang ASN harus
memperhatikan kode etik yang berlaku, yaitu memahami dan memenuhi
kebutuhan masyarakat ; ramah cekatan, solutif dan dapat diandalkan ; serta
melakukan perbaikan tiada henti. Dengan kata kuncinya adalah responsivitas,
kualitas dan kepuasan.
1.5.2 Akuntabel

Akuntabilitas adalah kewajiban untuk bertanggung jawab kepada seseorang


/organisasi yang memberikan amanat. Akuntabilitas dan integritas personal
seorang ASN akan memberikan dampak sistemik bila bisa dipegang teguh oleh
semua unsur. Melalui kepemimpinan, transparansi, integritas, tanggung jawab,
keadilan, kepercayaan, keseimbangan, kejelasan dan konsistensi dapat
membangun lingkungan kerja ASN yang akuntabel.
Amanah seorang ASN menurut SE Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara
dan Reformasi Birokrasi Nomor 20 Tahun 2021 adalah menjamin terwujudnya
perilaku yang sesuai dengan Core Values ASN BerAKHLAK. Dalam konteks
akuntabilitas, perilaku tersebut adalah:
1. Kemampuan melaksanakan tugas dengan jujur, bertanggung jawab, cermat,
disiplin, dan berintegritas tinggi.
2. Kemampuan menggunakan kekayaan dan barang milik negara secara
bertanggung jawab, efektif dan efisien.
3. Kemampuan menggunakan kewenangan jabatannya dengan berintegritas
tinggi. Kata kunci dari nilai dasar Akuntabel adalah integritas, konsisten,
dapat dipercaya dan transparan.
1.5.3 Kompeten

Untuk menjalankan tugas dan fungsi sebagai seorang ASN, peningkatan


kompetensi sangat penting dilakukan. Dengan kompetensi yang semakin baik
memungkinkan bagi ASN untuk dapat memberikan pelayanan yang terbaik juga
sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya. Kinerja terbaik, sukses, keberhasilan,
learning agility, serta ahli dibidangnya merupakan beberapa kata kunci yang harus
diterapkan dalam mengaktualisasikan Core Value kompeten. Panduan perilaku
Core Values kompeten adalah sebagai betikut :
1. Meningkatkan kompetensi diri untuk menjawab tantangan yang selalu
berubah,
2. Membantu orang lain belajar, serta
3. Melaksanakan tugas dengan kualitas terbaik.
1.5.4 Harmonis

Penerapan sikap perilaku beretika yang menunjukkan ciri-ciri sikap harmonis.


Tidak hanya berlaku untuk sesama ASN (lingkup kerja) namun juga berlaku bagi
stakeholders eksternal. Sikap perilaku ini bisa ditunjukkan dengan toleransi,
empati serta keterbukaan terhadap perbedaan. Dalam dunia nyata upaya
mewujudkan suasana harmonis tidak mudah. Realita lingkungan selalu
mengalami perubahan sehingga situasi dan kondisi juga mengikutinya. Oleh
karena itu, upaya menciptakan suasana kondusif yang harmonis bukan usaha yang
dilakukan sekali dan jadi untuk selamanya. Upaya menciptakan dan menjaga
suasana harmonis dilakukan secara terus menerus.
Seorang ASN harus berperilaku sesuai dengan etika nilai dasar Harmonis.
Sikap peduli, menghargai perbedaan dan selaras dalam membangun lingkungan
kerja yang harmonis. Selain itu, setiap ASN juga harus memperhatikan etika
berperilaku yang benar, yaitu menghargai setiap orang apapun latar belakangnya ;
suka menolong orang lain ; sreta membangun lingkungan kerja yang kondusif.
1.5.5 Loyal

Secara etimologis, istilah “loyal” diadaptasi dari bahasa Prancis yaitu “Loial”
yang artinya mutu dari sikap setia. Secara harifiah loyal berarti setia atau suatu
kesetiaan. Kesetiaan ini timbul tanpa adanya paksaan, tetapi timbul dari kesadaran
diri pada masa lalu. Dalam Kamus Oxford Dictionary kata loyal didefenisikan
sebagai “giving or showing firm and constant support or allegiance to a person or
institution (tindakan memberi atau menunjukkan dukungan dan kepatuhan yang
teguh dan konstan kepada seseorang atau institusi)”.
Bagi seorang Pegawai Negeri Sipil, kata loyal dapat dimaknai sebagai
kesetiaan, paling tidak terhadap cita-cita organisasi dan lebih-lebih kepada Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Loyal merupakan salah satu nilai yang
terdapat dalam Core Values ASN yang dimaknai bahwa setiap ASN harus
berdedikasi dan mengutamakan kepentingan bangsa dan negara, dengan panduan
perilakunya adalah :
1. Memegang teguh ideologi Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia tahun 1945, setia kepada NKRI serta pemerintah yang sah
2. Menjaga nama baik sesama ASN, pimpinan instansi dan negara, serta
3. Menjaga rahasia jabatan dan negara.

Adapun kata-kata kunci yang dapat digunakan untuk mengaktualisasikan


panduan perilaku loyal tersebut di atas diantaranya komitmen, dedikasi,
kontribusi, nasionalisme dan pengabdian.
1.5.6 Adaptif

Perilaku adaptif merupakan tuntutan yang harus dipenuhi dalam mencapai


tujuan baik individu maupun organisasi dalam situasi apapun. Salah satu
tantangan membangun untuk mewujudkan individual dan organisasi adaptif
tersebut adalah situasi VUCA (Volatility, Uncertainty, Complexity, dan
Ambiguity). Hadapi Volatility dengan Vision, hadapi Uncertainty dengan
Understanding, hadapi Complexity dengan Clarity dan hadapi Ambiguity dengan
Agility.
Organisasi adaptif yaitu organisasi yang memiliki kemampuan untuk
merespon perubahan lingkungan dan mengikuti harapan stakeholder dengan cepat
dan fleksibel. Budaya organisasi merupakan faktor yang sangat penting di dalam
organisasi sehingga efektivitas organisasi dapat ditingkatkan dengan menciptakan
budaya yang tepat dan dapat mendukung tercapainya tujuan organisasi. Bila
budaya organisasi telah disepakati sebagai sebuah strategi perusahaan maka
budaya organisasi dapat dijadikan alat untuk meningkatkan kinerja.
Sebagai salah satu nilai dasar ASN, panduan perilaku adaptif yang harus
diikuti oleh setiap ASN adalah cepat menyesuaikan diri menghadapi perubahan ;
terus berinovasi dan mengembangkan kreatifitas ; serta dapat bertindak proaktif.
Adapun kata-kata kunci yang dapat digunakan dalam mengaktualisasikan
panduan perilaku adaptif yaitu inovasi, antusian terhadap perubahan dan proaktif.
1.5.7 Kolaboratif

Dengan nilai dasar ini dalam pelaksanaan tugas dan fungsinya diharapkan
ASN mampu berkolaborasi dengan berbagi unsur baik dalam organisasi maupun
diluar organisasi. Keterbukaan dalam bekerja sama dan mencari solusi bersama
akan dapat menghasilkan nilai tambah dan mempercepat mencapi tujuan bersama.
Untuk itu, penerapan panduan perilaku nilai dasar kolaboratif oleh tiap ASN
dalam menjalankan tugas dan fungsinya perlu dilakukan. Panduan perilaku yang
dimaksud adalah
1. Memberikan kesempatan kepada berbagai pihak untuk untuk berkontribusi,
2. Terbuka dalam bekerja sama untuk menghasilkan nilai tambah, serta
3. Menggerakkan pemanfaatan berbagai sumber daya untuk tujuan bersama.
Adapun kata kunci yang harus dilaksanakan dalam mengaktualisasikan nilai dasar
kolaboratif, yaitu kesediaan kerjasama serta sinergi untuk hasil yang lebih baik.

I.6. Kedudukan dan Peran PNS dalam NKRI


1.6.1 Manajemen ASN
Manajemen ASN adalah pengelolaan ASN untuk menghasilkan Pegawai
ASN yang profesional, memiliki nilai dasar, etika profesi, bebas dari intervensi
politik, bersih dari praktik korupsi, kolusi dan nepotisme. Manajemen ASN lebih
menekankan kepada pengaturan profesi pegawai sehingga diharapkan agar selalu
tersedia sumber daya aparatur sipil negara yang unggul dan selaras dengan
perkembangan jaman.
Menurut UU ASN, Pegawai ASN terdiri dari Pegawai Negeri Sipil (PNS)
dan Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK). PNS merupakan warga
negara Indonesia yang memenuhi syarat tertentu, diangkat sebagai Pegawai ASN
secara tetap oleh pejabat pembina kepegawaian untuk menduduki jabatan
pemerintahan, memiliki nomor induk pegawai secara nasional. Sedangkan PPPK
adalah warga negara Indonesia yang memenuhi syarat tertentu, yang diangkat
oleh pejabat pembina kepegawaian berdasarkan perjanjian kerjasesuai dengan
kebutuhan instansi Pemerintah untuk jangka waktu tertentu dalam rangka
melaksanakan tugas pemerintahan.
Pegawai ASN berkedudukan sebagai aparatur negara yang menjalankan
kebijakan yang ditetapkan oleh pimpinan instansi pemerintah serta harus bebas
dari pengaruh dan intervensi semua golongan dan partai politik. Kedudukan ASN
berada di pusat, daerah, dan luar negeri. Namun demikian pegawai ASN
merupakan satu kesatuan. Untuk menjalankan kedudukannya tersebut, maka
pegawai ASN berfungsi sebagai berikut :
1. Pelaksana kebijakan publik,
2. Pelayan publik, dan
3. Perekat dan pemersatu bangsa.
Selanjutnya Pegawai ASN bertugas
1. Melaksanakan kebijakan yang dibuat oleh Pejabat Pembina Kepegawaian
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan,
2. Memberikan pelayanan publik yang profesional dan berkualitas, dan
3. Mempererat persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia
Selanjutnya peran dari Pegawai ASN : perencana, pelaksana, dan pengawas
penyelenggaraan tugas umum pemerintahan dan pembangunan nasional melalui
pelaksanaan kebijakan dan pelayanan publik yang profesional, bebas dari
intervensi politik, serta bersih dari praktik korupsi, kolusi dan nepotisme. Selain
itu, agar dapat melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dengan baik dapat
meningkatkan produktivitas, menjamin kesejahteraan ASN dan akuntabel, maka
setiap ASN diberikan hak. Hak PNS dan PPPK yang diatur dalam UU ASN
sebagai berikut PNS berhak memperoleh :
1. Gaji, tunjangan dan fasilitas,
2. Cuti,
3. Jaminan pensiun dan jaminan hari tua,
4. Perlindungan, dan
5. Pengembangan kompetensi.
Sedangkan PPPK berhak memperoleh :
1. Gaji dan\ tunjangan,
2. Cuti,
3. Perlindungan, dan
4. Pengembangan kompetensi.
Berdasarkan Pasal 92 UU ASN Pemerintah juga wajib memberikan perlindungan
berupa :
1) Jaminan kesehatan,
2) Jaminan kecelakaan kerja,
3) Jaminan kematian, dan
4) Bantuan hukum.
Sedangkan kewajiban adalah suatu beban atau tanggungan yang bersifat
kontraktual. Dengan kata lain kewajiban adalah sesuatu yang sepatutnya
diberikan. Kewajiban Pegawai ASN yang disebutkan dalam UU ASN adalah :
1) Setia dan taat kepada Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan Pemerintah
yang sah,
2) Menjaga persatuan dan kesatuan bangsa,
3) Melaksanakan kebijakan yang dirumuskan pejabat pemerintah yang
berwenang,
4) Menaati ketentuan perundang-undangan,
5) Melaksanakan tugas kedinasan dengan penuh pengabdian, kejujuran,
kesadaran dan tanggung jawab,
6) Menunjukkan integritas dan keteladanan dalam sikap, perilaku, ucapan dan
tindakan kepada setiap orang, baik di dalam maupun di luar kedinasan,
7) Menyimpan rahasia jabatan dan hanya dapat mengemukakan rahasia jabatan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan,
8) Bersedia ditempatkan di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
Dalam UU ASN disebutkan bahwa ASN sebagai profesi berlandaskan
pada kode etik dan kode perilaku. Kode etik dan kode perilaku ASN bertujuan
untuk menjaga martabat dan kehormatan ASN. Kode etik dan kode perilaku berisi
pengaturan perilaku agar Pegawai ASN :
1. Melaksanakan tugas dengan jujur, bertanggung jawab, dan berintegritas tinggi
;
2. Melaksanakan tugasnya dengan cermat dan disiplin ;
3. Melayani dengan sikap hormat, sopan, dan tanpa tekanan ;
4. Melaksanakan tugasnya sesuai dengan ketentuan perundang-undangan ;
5. Melaksanakan tugasnya sesuai dengan perintah atasan atau Pejabat yang
Berwenang sejauh tidak bertentangan dengan ketentuan perundang-undangan
dan etika pemerintahan ;
6. Menjaga kerahasiaan yang menyangkut kebijakan Negara ;
7. Menggunakan kekayaan dan barang milik Negara secara bertanggung jawab,
efektif, dan efisien ;
8. Menjaga agar tidak terjadi konflik kepentingan dalam melaksanakan
tugasnya ;
9. Memberikan informasi secara benar dan tidak menyesatkan kepada pihak lain
yang memerlukan informasi terkait kepentingan kedinasan ;
10. Tidak menyalahgunakan informasi intern Negara, tugas, status, kekuasaan,
dan jabatannya untuk mendapat atau mencari keuntungan atau manfaat bagi
diri sendiri atau untuk orang lain ;
11. Memegang teguh nilai dasar ASN dan selalu menjaga reputasi dan integritas
ASN ; dan
12. Melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai disiplin
Pegawai ASN.
Kode etik dan kode perilaku yang diatur dalam UU ini menjadi acuan bagi
para ASN dalam penyelenggaraan birokrasi pemerintah.

1.6.2 SMART ASN


Kompetensi literai digital diperlukan agar seluruh masyarakat digital dapat
menggunakan media digital secara bertanggung jawab. Hal uni termasuk dalam
visi dan misi Presiden Jokowi untuk meningkatkan Sumber Daya Manusia
(SDM). Penilaiannya dapat ditinjau dari etis dalam menggunakan media digital
(digital etichs), budaya menggunakan digital (digital culture), menggunakan
media digital dengan aman (digital safety), dan kecakapan menggunakan media
digital (digital skills). Transformasi digital memberikan lebih banyak informasi,
komputasi, dan konektivitas yang memungkinkan berbagai bentuk kolaborasi
baru di dalam jaringan dengan aktor yang terdiversifikasi. Realitas baru ini
menawarkan potensi luar biasa untuk inovasil dan kinerja dalam organisasi.
Ruang digital adalah lingkungan yang kaya akan informasi.
Keterjangkauan (affordances) yang dirasakan dari ruang ekspresi ini mendorong
produksi, berbagi, diskusi, dan evaluasi opini publik melalui cara kontekstual.
Affordance berarti alat yang memungkinkan kita untuk melakukan hal-hal baru,
berpikir dengan cara baru, mengekspresikan jenis makna baru, membangun jenis
hubungan baru dan menjadi tipe orang baru. Affordance dalam literasi digital
adalah akses, perangkat, dan platform digital.
Konsep literasi digital pun semakin berkembang seiring zaman. Menurut
defenisi UNESCO dalam modul UNESCO Digital Literacy Framework, literasi
digital adalah kemampuan untuk mengakses, mengelola, memahami,
mengintegrasikan, mengkomunikasikan, mengevaluasi, dan menciptakan
informasi secara aman dan tepat melalui teknologi digital untuk pekerjaan,
pekerjaan yang layak, dan kewirausahaan. Ini mencakup kompetensi yang secara
beragam disebut sebagai literasi komputer literasi TIK, literasi informasi dan
literasi media.
Kominfo sendiri menjabarkan literasi digital ke dalam 4 (empat)
kompetensi yaitu kecakapan menggunakan media digital (digital skills), budaya
menggunakan digital (digital culture), etis menggunakan media digital (digital
etichs), dan aman menggunakan media digital (digital safety). Perumusan
karangka kerja literasi digital digunakan sebagai basis dalam merancang program
dan kurikulum literasi digital Indonesia pada tahun 2020-2024. Karangka
kurikulum literasi digital ini juga digunakansebagai metode pengukuran tingkat
kompetensi kognitif dan afektif masyarakat dalam menguasai teknologi digital.
Digital Skill merupakan kemampuan individu dalam mengetahui, memahami, dan
menggunakan perangkat keras dan piranti lunak Teknologi Informasi dan
Komunikasi (TIK) serta sistem operasi digital dalam kehidupan sehari-hari.
Digital Safety merupakan kemampuan user dalam mengenali, mempolakan,
menerapkan, menganalisis, menimbang dan meningkatkan kesadaran
perlindungan data pribadi dan keamanan digital dalam kehidupan sehari-hari.
Digital Culture merupakan kemampuan individu dalam membaca, menguraikan,
membiasakan, memeriksa, dan membangun wawasan kebangsaan, nilai Pancasila
dan Bhineka Tunggal Ika dalam kehidupan sehari-hari dan digitalsasi kebudayaan
melalui pemanfaatan TIK. Sementara itu, digital ethics merupakan kemampuan
individu dalam menyadari, mencontohkan, menyesuaikan diri, merasionalkan,
mempertimbangkan, dan mengembangkan tata kelola etika digital (netiquette)
dalam kehidupan sehari-hari.
II. Deskripsi Pelaksanaan Kegiatan Aktualisasi
A. Kegiatan Pertama
Kegiatan : Melakukan konsultasi dengan Mentor

Tanggal : 15 Mei 2023

Tahapan Kegiatan :
1. Menyiapkan format rancangan kegiatan
2. Lapor diri dan konsultasi dengan mentor
3. Meminta persetujuan mentor
Deskripsi Hasil Kegiatan :
1. Menyiapkan format rancangan kegiatan
Pada tahapan kegiatan ini, saya menyiapkan Rancangan Aktualisasi yang sudah di
seminarkan dan direvisi sebagai bahan konsultasi.
Gambar 1. RA sebagai konsultasi

2. Lapor diri dan konsultasi dengan mentor


Pada tahapan kegiatan ini saya melapor diri dan setelah itu saya berkonsultasi dengan
Mentor terkait kegiatan aktualisasi yang akan saya jalankan dan ada beberapa arahan
dan masukan dari Mentor

Gambar 2. Konsultasi dengan Mentor

3. Meminta persetujuan mentor


Pada tahapan kegiatan ini saya meminta persetujuan dari mentor untuk melakukan
kegiatan aktualisasi saya dan sekaligus meminta ijin kepada Mentor untuk melakukan
tahapan kegiatan-kegiatan selanjutnya.
Gambar 3. Surat Persetujuan Aktualisasi

B. Kegiatan Kedua
Kegiatan : Melakukan koordinasi dengan bidan Koordinator
Tanggal : 17 mei 2023
Tahapan Kegiatan :
1. Menyiapkan rancangan kegiatan yang akan dilaksanakan
Pada tahapan kegiatan ini, saya menyiapkan Rancangan Aktualisasi yang akan
di lakukan

2. Melakukan koordinasi dengan Bidan Koordinator mengenai rencana


aktualisasi.
Pada tahapan kegiatan ini sayam melakukan koordinasi dengan bidan
koordinator mengenai kegiatan yang akan di lakukan sekaligus
mengumpulkan data terkait ibu hamil.
3. Meminta dukungan dari Bidan Koordinator
Pada tahapan kegiatan ini saya meminta dukungan dari bidan koordinator
untuk melakukan kegiatan aktualisasi saya.

Anda mungkin juga menyukai