Gel/Angk/Kel : 2/87/4
Nomor Presensi : 04
I. Bab I. Pendahuluan
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2014 ASN adalah
Aparatur Sipil Negara yang selanjutnya disingkat ASN adalah profesi bagi pegawai
negeri sipil dan pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja yang bekerja pada instansi
pemerintah. Pegawai ASN yang diangkat sebagai pegawai tetap oleh Pejabat Pembina
Kepegawaian dan memiliki nomor induk pegawai secara nasional. Pegawai ASN
berfungsi sebagai: pelaksana kebijakan publik, pelayan publik dan perekat dan pemersatu
bangsa. Seorang pegawai ASN berperan sebagai perencana, pelaksana, dan pengawas
penyelenggaraan tugas umum pemerintahan dan pembangunan nasional melalui
pelaksanaan kebijakan dan pelayanan publik yang profesional, bebas dari intervensi
politik, serta bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme.
Calon PNS yang selanjutnya disingkat CPNS adalah warga negara Indonesia yang
lolos seleksi pengadaan PNS, diangkat dan ditetapkan oleh PPK, serta telah mendapatkan
persetujuan teknis dan penetapan nomor induk pegawai. Pelatihan Dasar CPNS adalah
pendidikan dan pelatihan dalam Masa Prajabatan yang dilakukan secara terintegrasi
untuk membangun integritas moral, kejujuran, semangat dan motivasi nasionalisme dan
kebangsaan, karakter kepribadian yang unggul dan bertanggung jawab, dan memperkuat
profesionalisme serta kompetensi bidang.
Dalam Peraturan Lembaga Administrasi Negara Nomor 1 Tahun 2021 tentang
Pelatihan Dasar Calon Pegawai Negeri Sipil, dan Keputusan Kepala Lembaga
Administrasi Negara Nomor 93/K.1/PDP.07/2022 Tentang Pedoman Penyelenggaraan
Pelatihan Dasar Calon Pegawai Negeri Sipil, disebutkan bahwa penyelenggaraan
Pelatihan Dasar Calon Pegawai Negeri Sipil diselenggarakan dengan cara:
1. Pelatihan Klasikal;
2. Blended Learning; atau
3. Distance Learning dalam Keadaan Darurat atau Keadaan Tertentu.
Yang dimaksud dengan dengan Keadaan Darurat atau Keadaan Tertentu adalah:
1. Terjadi Pandemi atau wabah penyakit secara meluas;
2. Bencana Alam;
3. Penanganan atau pemulihan keamanan lingkungan tempat penyelenggaraan
4. Pelatihan; dan/atau
5. Keadaan darurat atau keadaan lainnya yang ditetapkan oleh Pemerintah.
Kebidanan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan bidan dalam
memberikan pelayanan kebidanan kepada perempuan selama masa sebelum hamil, masa
keahhilan persalianan, paska persalinan, masa nifas, bayi baru lahir, bayi, balita dan anak
pra sekolah termasuk kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana sesuai
dngan tugas dan wewenangnya. Pelayanan kebidanan adalah salah satu bentuk pelayan
professional yang merupakan pelayanan integral dari sistem palayanan kesehatan yang
diberikan oleh bidan secara madiri, kolaboratif dan/atau rujukan. Asuhan kebidanan
adalah rangkaian kegiatan yang di dasrakan pada proses pengambilan keputusan dan
tindakan yang dilakukan oleh bidan sesuai dengan wewenang dan ruang lingkup
prakteknya berdasarkan ilmu dan kiat kebidanan.
Berdasarkan pasal 46 UU No. 4 tahun 2019 tentang kebidanan bahwa dalam
menyelenggarakan praktek kebidanan, bidan memberikan pelayanan meliputi pelayanan
kesehatan ibu, pelayanan kesehatan anak, pelayanan kesehatan reproduksi perempuan
dan keluarga berencana serta pelaksanaan tugas berdasarkan pelimpahan wewenang
dan/atau pelaksanaan tugas dalam keadaan keterbatas tertentu, dan pasal 47 mengatakan
bidan dapat berperan sebagai pemberi pelayanan kebidanan, pengelolah pelayanan
kebidanan, penyuluh dan konselor, pendidik, pembimbing dan fasilitator klinik,
penggerak peran serta masyarakat dan pemberdayaan perempuan dan/atau peneliti dalam
penyelenggaraan praktek kebidanan.
Pemeriksaan ANC (Antenatal Care) adalah pemeriksaan kehamilan yang
bertujuan untuk meningkatkan kesehatan fisik dan mental pada ibu hamil secara optimal,
hingga mampu menghadapi masa persalinan, nifas, masa pemberian ASI secara eksklusif
serta kembalinya alat reproduksi dengan wajar. Dalam Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 43 Tahun 2016 tentang SPM Bidang Kesehatan Standar Pelayanan Minimal
Bidang Kesehatan pertama yang harus dilaksanakan oleh Kabupaten/Kota adalah
Pelayanan kesehatan ibu hamil sesuai standar pelayanan antenatal. Pelayanan antenatal
merupakan pelayanan kesehatan oleh tenaga profesional yang diberikan kepada ibu
selama masa kehamilan yang dilaksanakan sesuai dengan standar pelayanan antenatal.
Pemeriksaan ini bertujuan memeriksa keadaan ibu dan janin secara berkala diikuti
dengan upaya koreksi terhadap penyimpangan yang ditemukan, dengan frekuensi
kunjungan 4 kali selama kehamilannya, yaitu 1 kali pada trimester pertama, 1 kali pada
trimester kedua dan 2 kali pada trimester ketiga. Pelayanan antenatal yang berkualitas
dapat mandeteksi terjadinya risiko pada kehamilan yaitu mendapatkan akses perawatan
kehamilan berkualitas, memperoleh kesempatan dalam deteksi secara dini terhadap
komplikasi yang mungkin timbul sehingga kematian maternal dapat dihindari (Mufdlilah,
2009). Kualitas pelayanan antenatal diberikan selama masa hamil secara berkala sesuai
dengan pedoman pelayanan antenatal yang telah ditentukan untuk memelihara serta
meningkatkan kesehatan ibu selama hamil sesuai dengan kebutuhan sehingga dapat
menyelesaikan kehamilan dengan baik dan melahirkan bayi yang sehat.
Salah satu agenda utama SDGs adalah menurunkan angka kematian ibu dan
kematian Balita. Pemeriksaan antenatal yang berkualitas dan teratur selama kehamilan
akan menentukan status kesehatan ibu hamil dan bayi yang dilahirkan. Hingga saat ini,
Angka Kematian Ibu (AKI masih di kisaran 305 per 100.000 Kelahiran Hidup, belum
mencapai target yang ditentukan yaitu 183 per 100.000 KH di tahun 2024. Demikian juga
bayi dan balita yang masih harus kita selamatkan dari kematian. Target kematian Ibu dan
anak dilakukan melalui intervensi spesifik yang dilakukan saat dan sebelum kelahiran.
Kementerian Kesehatan RI menetapkan pemeriksaan ibu hamil atau antenatal care (ANC)
dilakukan minimal sebanyak 6 kali selama 9 bulan sebagai bentuk komitmen untuk
penyediaan layanan esensial bagi Ibu hamil. Untuk mendukung aktivitas ini, Kemenkes
tengah dalam proses menyediakan USG di Seluruh Provinsi di Indonesia. Sebelumnya
pemeriksaan USG hanya dapat dilakukan di RS atau Klinik, saat ini ibu hamil sudah
dapat melakukan pemeriksaan di Puskesmas. Menkes Budi G. Sadikin mengatakan dalam
6 kali pemeriksaan ibu hamil tersebut, dua kali di antaranya harus diperiksa oleh dokter
dan di USG. Kemenkes secara bertahap akan memenuhi kebutuhan USG di semua
Puskesmas di Indonesia. Hingga nantinya akan terpenuhi kebutuhan 10.321 USG di
10.321 jumlah puskesmas pada tahun 2024. Sampai akhir tahun 2022, sebanyak 66,7%
Puskesmas atau sebanyak 6.886 puskesmas telah tersedia USG dan pelatihan dokter
terpenuhi di 42% Puskesmas atau sebanyak 4.392 Puskesmas. Pemenuhan USG untuk
tahun 2023 ditargetkan 1.943 Puskesmas, dan tahun 2024 sebanyak 1.492 Puskesmas.
Demikian juga dengan pelatihan dokter yang akan dilanjutkan pada tahun ini. Tentunya
pemeriksaan USG ini perlu didukung dengan penguatan kolaborasi layanan ANC antara
bidan, dokter umum dan dokter spesialis kebidanan serta jejaring PONED dan PONEK.
Secara etimologis, istilah “loyal” diadaptasi dari bahasa Prancis yaitu “Loial”
yang artinya mutu dari sikap setia. Secara harifiah loyal berarti setia atau suatu
kesetiaan. Kesetiaan ini timbul tanpa adanya paksaan, tetapi timbul dari kesadaran
diri pada masa lalu. Dalam Kamus Oxford Dictionary kata loyal didefenisikan
sebagai “giving or showing firm and constant support or allegiance to a person or
institution (tindakan memberi atau menunjukkan dukungan dan kepatuhan yang
teguh dan konstan kepada seseorang atau institusi)”.
Bagi seorang Pegawai Negeri Sipil, kata loyal dapat dimaknai sebagai
kesetiaan, paling tidak terhadap cita-cita organisasi dan lebih-lebih kepada Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Loyal merupakan salah satu nilai yang
terdapat dalam Core Values ASN yang dimaknai bahwa setiap ASN harus
berdedikasi dan mengutamakan kepentingan bangsa dan negara, dengan panduan
perilakunya adalah :
1. Memegang teguh ideologi Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia tahun 1945, setia kepada NKRI serta pemerintah yang sah
2. Menjaga nama baik sesama ASN, pimpinan instansi dan negara, serta
3. Menjaga rahasia jabatan dan negara.
Dengan nilai dasar ini dalam pelaksanaan tugas dan fungsinya diharapkan
ASN mampu berkolaborasi dengan berbagi unsur baik dalam organisasi maupun
diluar organisasi. Keterbukaan dalam bekerja sama dan mencari solusi bersama
akan dapat menghasilkan nilai tambah dan mempercepat mencapi tujuan bersama.
Untuk itu, penerapan panduan perilaku nilai dasar kolaboratif oleh tiap ASN
dalam menjalankan tugas dan fungsinya perlu dilakukan. Panduan perilaku yang
dimaksud adalah
1. Memberikan kesempatan kepada berbagai pihak untuk untuk berkontribusi,
2. Terbuka dalam bekerja sama untuk menghasilkan nilai tambah, serta
3. Menggerakkan pemanfaatan berbagai sumber daya untuk tujuan bersama.
Adapun kata kunci yang harus dilaksanakan dalam mengaktualisasikan nilai dasar
kolaboratif, yaitu kesediaan kerjasama serta sinergi untuk hasil yang lebih baik.
Tahapan Kegiatan :
1. Menyiapkan format rancangan kegiatan
2. Lapor diri dan konsultasi dengan mentor
3. Meminta persetujuan mentor
Deskripsi Hasil Kegiatan :
1. Menyiapkan format rancangan kegiatan
Pada tahapan kegiatan ini, saya menyiapkan Rancangan Aktualisasi yang sudah di
seminarkan dan direvisi sebagai bahan konsultasi.
Gambar 1. RA sebagai konsultasi
B. Kegiatan Kedua
Kegiatan : Melakukan koordinasi dengan bidan Koordinator
Tanggal : 17 mei 2023
Tahapan Kegiatan :
1. Menyiapkan rancangan kegiatan yang akan dilaksanakan
Pada tahapan kegiatan ini, saya menyiapkan Rancangan Aktualisasi yang akan
di lakukan