Disusun Oleh:
1
BAB I
PENDAHULUAN
Aparatur sipil negara adalah profesi bagi pegawai negeri sipil dan
pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja yang bekerja pada
instansi pemerintah. Berdasarkan berdasarkan Undang – Undang No
5 tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (ASN), fungsi Aparatur
Sipil Negara (ASN) adalah sebagai pelaksana kebijakan publik,
pelayan publik, serta perekat dan pemersatu bangsa.
Dalam rangka penguatan budaya kerja sebagai salah satu
strategi transformasi pengelolaan ASN menuju pemerintahan
berkelas dunia (world class government) serta untuk melaksanakan
ketentuan Pasal 4 tentang nilai dasar dan Pasal 5 tentang kode etik
dan kode perilaku Undang-undang Nomor 5 tahun 2014 tentang
Aparatur Sipil Negara diperlukan keseragaman nilai-nilai dasar ASN.
Sehingga pada tanggal 27 Juli 2021 Presiden Republik Indonesia
dalam Surat Edaran KemenpanRB no. 20 tahun 2021 tentang
implementasi core values dan employer branding aparatur sipil
negara telah meluncurkan core values (nilai-nilai dasar) ASN
BerAKHLAK dan employer branding ASN "Bangga Melayani
Bangsa".
Core values yang harus diterapkan oleh seluruh ASN di instansi
pemerintah adalah BerAKHLAK meliputi Berorientasi Pelayanan,
Akuntabel, Kompeten, Harmonis, Loyal, Adaptif, Kolaboratif.
Untuk menjadi ASN yang seutuhnya seorang CPNS harus
mengikuti diklat pendidikan dan pembekalan. Pembekalan
pengetahuan dan keterampilan CPNS diatur dalam Peraturan LAN
nomor 01 tahun 2021 tentang Pelatihan Dasar Calon Pegawai Negeri
Sipil (CPNS) disebutkan bahwa Pelatihan Dasar CPNS adalah
pendidikan dan pelatihan dalam masa prajabatan yang dilakukan
secara terintegrasi untuk membangun integritas moral, kejujuran,
semangat, dan motivasi nasionalisme dan kebangsaan, karakter
2
kepribadian yang unggul dan bertanggung jawab dan memperkuat
profesionalisme serta kompetensi bidang.
Pelaksanaan Pelatihan Dasar CPNS terdiri dari pelatihan dalam
kelas dan luar kelas. Pelatihan dalam kelas yakni pembekalan yang
mencangkup materi dinamika kelompok, pengembangan sumber
daya aparatur dan nilai-nilai ASN, muatan teknis substansi lembaga,
wawasan kebangsaan, isu kontemporer, kesiapsiagaan bela negara,
BerAKHLAK, SMART ASN, manajemen ASN, dan aktualisasi.
Adapun pelaksanaan pelatihan diluar kelas 2 berupa habituasi yakni
mengaktualisasikan rancangan aktualisasi pada lembaga atau
instansi terkait.
Tenaga kesehatan sebagai salah satu Aparatur Sipil Negara
seharusnya juga dapat membentuk karakter dari dalam dirinya sendiri
untuk menjadi ASN yang berkompeten, profesional, berintegritas, dan
berkomitmen baik atas tugas dan fungsi yang diembannya. Untuk
itulah dalam Peraturan Pemerintah Nomor 11 tahun 2017 tentang
Manajemen Pegawai Negeri Sipil, dan PerLAN No.01 Tahun 2021
Tentang Pelatihan Dasar Calon Pegawai Negeri Sipil. Yang menjadi
dasar ditetapkannya Pelatihan Dasar yang strategis untuk
mewujudkan ASN sebagai bagian dari ASN menjadi profesional.
Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut
Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya
kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih
mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya
(Permenkes No.75 Tahun 2014).
Menurut Undang-undang No. 36 Tahun 2014 tentang Tenaga
Kesehatan, bidan adalah tenaga kesehatan yang dikelompokkan ke
dalam tenaga kebidanan, memiliki kewenangan untuk melakukan
pelayanan kesehatan ibu, pelayanan kesehatan anak, dan pelayanan
kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana.
Bidan Puskesmas yang merupakan salah satu unsur ASN sangat
perlu untuk bersikap profesional dan berintegritas. Pelayanan
kebidanan merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang
3
diarahkan untuk mewujudkan kesehatan keluarga dalam rangka
terwujudnya keluarga kecil bahagia dan sejahtera, dalam hal
pelayanan tersebut bidan dituntut untuk memberikan pelayanan
prima. Hal ini sejalan dengan Visi Indonesia Sehat 2020, yaitu
pelayanan kesehatan yang bermutu, adil, dan merata merupakan
unsur pokok dalam pembangunan nasional, sebagaimana yang
tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 (Alinea ke-IV). Di era
Globlisasi ini masyarakat semakin kritis terhadap segala aspek
termasuk terhadap mutu pelayanan kesehatan yang berkualitas
sejalan dengan peningkatan pengetahuan dan teknologi, kebutuhan
dan tuntutan masyarakat terhadap mutu dan paradigma pelayanan
kesehatan semakin meningkat, baik pelayanan yang bersifat
preventif, promotif, kuratif dan rehabilitative. Hal ini menunjukkan
bahwa pandangan masyarakat terhadap kesehatan semakin kritis,
peduli dan meningkat kebutuhannya, terutama pada pelayanan
kesehatan umum masyarakat yang optimal, efektif dan efisien di
Puskesmas dengan berdasarkan pada prinsip nilai-nilai yang
terkandung pada pasal 3 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014.
Pelayanan ANC di Indonesia menggunakan standar pelayanan
10T, standar pelayanan yang dimaksud adalah (1) timbang berat
badan dan ukur tinggi badan, (2) ukur tekanan darah, (3) pengukuran
lingkar lengan atas (LLA), (4) ukur tinggi fundus uteri, (5) tentukan
presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ), (6) skrining status
imunisasi tetanus dan berikan imunisasi TT bila diperlukan, (7) beri
tablet Fe, (8) periksa laboratorium, (9) tatalaksana kasus dan (10)
temu wicara (Kemenkes RI, 2014). Pelayanan ANC dikatakan
berkualitas jika bidan memberikan pelayanan yang sesuai dengan
standar yang telah ditetapkan dan pelayanan tersebut mendekati
hasil yang diinginkan serta mengurangi risiko yang tidak diharapkan
(Imbalo, 2006). Setelah ditetapkan dan diimplementasikan berkali-kali
dengan praktik berbasis bukti, ANC terbukti dapat meningkatkan
kualitas kesehatan ibu hamil. Ibu dengan riwayat ANC yang teratur
dan berkualitas akan menciptakan fondasi yang kuat terhadap
kesehatan ibu dan anak (WHO, 2016). Oleh karena itu, pelayanan
ANC harus dilakukan secara rutin, sesuai dengan standar yang
4
ditetapkan dan terpadu untuk pelayanan yang berkualitas agar
kehamilan sehat (Kemenkes RI, 2015).
Ketidakpatuhan dalam pemeriksaan ANC Terpadu, dapat
menyebabkan tidak dapat diketahuinya berbagai macam kehamilan
risiko tinggi yang dapat mempengaruhi keberlangsungan kehamilan
atau komplikasi hamil sehingga tidak segera dapat diatasi yang akan
mengakibatkan Angka Kematian Ibu (AKI) meningkat (Marmi, 2014).
AKI di Indonesia masih tinggi, berdasarkan hasil laporan SDKI pada
tahun 2012, terdapat 359 per 100.000 kelahiran hidup yang jauh dari
target MDGs 2015 sebesar 102 per 100.000 kelahiran hidup (WHO,
2014).
Dampak kurangnya kunjungan ANC sesuai standar pada ibu
hamil yaitu tidak terdeteksi secara dini adanya kondisi ibu hamil yang
tergolong dalam kriteria 4 “terlalu”, yaitu terlalu tua pada saat
melahirkan (>35 tahun), terlalu muda pada saat melahirkan (4 anak),
terlalu rapat jarak kelahiran/paritas (< 2 tahun) yang akibatnya terjadi
komplikasi pada ibu hamil tidak dapat dicegah ataupun diobati (Dwi et
al., 2017). Pada saat pemeriksaan kehamilan sangat membantu
persiapan pengendalian risiko. Apalagi ibu hamil yang tidak
melakukan pemeriksaan kehamilan, maka tidak akan diketahui
apakah kehamilannya berjalan dengan baik atau mengalami keadaan
risiko tinggi dan komplikasi obstetrik yang dapat membahayakan
kehidupan ibu dan janinnya (Saifuddin, 2009). Beberapa faktor yang
melatarbelakangi kurangnya kunjungan ANC adalah umur,
pendidikan, paritas, pendapatan, jarak (Depkes RI, 2007). Pada
umumnya semakin tinggi pendidikan, semakin baik tingkat
pengetahuannya (Notoatmodjo, 2007). Apabila seorang ibu hamil
memiliki pengetahuan yang lebih tentang risiko tinggi kehamilan
maka kemungkinan besar ibu akan berpikir untuk menentukan sikap,
berperilaku untuk mencegah, menghindari atau mengatasi masalah
risiko kehamilan tersebut. Dan ibu memiliki kesadaran untuk
melakukan kunjungan ANC Terpadu untuk memeriksakan
kehamilannya, sehingga apabila terjadi risiko pada masa kehamilan
tersebut dapat ditangani secara dini dan tepat oleh tenaga kesehatan
(Mufdlilah, 2009). Hal ini juga dimaksudkan untuk dapat membantu
5
menurunkan AKI yang cukup tinggi di Indonesia dan diharapkan pada
tahun 2020 AKI bisa menjadi 125 per 100.000 kelahiran hidup
(Depkes, 2013)
Pemanfaatan pelayanan ANC Terpadu oleh sejumlah ibu hamil
di Indonesia belum sepenuhnya sesuai dengan pedoman yang sudah
ditetapkan. Hal ini cenderung akan menyulitkan tenaga kesehatan
dalam melakukan pembinaan pemeliharaan kesehatan ibu hamil
secara teratur dan menyeluruh, termasuk deteksi dini terhadap faktor
risiko kehamilan yang penting untuk segera ditangani (Depkes RI,
2010). Kurangnya pemanfaatan ANC Terpadu oleh ibu hamil ini
berhubungan dengan banyak faktor. Salah satu diantaranya adalah
pengetahuan ibu hamil (Kuswanti, 2014).
Salah satu faktor penentu yang dapat mempengaruhi perilaku
Seseorang atau masyarakat tentang kesehatan adalah pengetahuan,
sikap, kepercayaan, tradisi, dari orang atau masyarakat yang
bersangkutan (Notoatmodjo, 2010). Pengetahuan sangat
berpengaruh terhadap perilaku seseorang, sebagian besar ibu hamil
tidak mengetahui tentang pemeriksaan ANC Terpadu. Hal ini
berdampak pada menurunnya kesadaran ibu hamil untuk melakukan
kunjungan ANC.
Permasalahan sekarang yang ada di Wilayah Kerja Puskesmas
Tiris rendahnya pengetahuan ibu hamil untuk melakukan
pemeriksaan ANC Terpadu, seperti yang diketahui pemeriksaan
Antenatal Care merupakan pemeriksaan kehamilan yang bertujuan
untuk meningkatkan kesehatan fisik dan mental pada ibu hamil
secara optimal, hingga mampu menghadapi masa persalinan, nifas,
menghadapi persiapan pemberian ASI secara ekslusif, serta
kembalinya kesehatan alat reproduksi dengan wajar. Berdasarkan
data indikator program kesehatan Ibu dan Anak di Wilayah Kerja
UPTD Puskesmas Tiris, kecamatan Tiris, kabupaten Probolinggo
tentang ibu hamil yang periksa ANC Terpadu memiliki target 100%
dari seluruh ibu hamil. Capaian ibu hamil per juni 2022 di Puskesmas
Tiris sebanyak 297 orang (100% ), namun capaian ibu hamil yang
ANC terpadu hanya 250 orang (84%). Hal ini mencerminkan ada
sekitar 47 orang (16%) ibu hamil yang tidak mau periksa. Untuk
6
capaian ibu hamil tahun 2021 di Desa Tlogosari, sebanyak 56 orang
(100%), namun capaian ibu hamil yang periksa ANC Terpadu
sebanyak 41 orang (73%) dan sekitar 15 orang (27%) tidak periksa
ANC Terpadu. Inovasi tidak dilakukan dalam bentuk media digital
karena jaringan tidak memadai, dan berdasarkan letak geografis
desa tlogosari berada di pengunungan dan sulit jaringan.
Berdasarkan permasalahan tersebut, maka penulis akan melakukan
kegiatan aktualisasi yang berjudul “Peningkatan Pengetahuan Ibu
hamil Tentang pemeriksaan ANC Terpadu di Desa Tlogosari UPTD
Puskesmas Tiris Kabupaten Probolinggo’’.
1.2 Tujuan
1.3 Manfaat
7
Terwujudnya visi dan misi Pusyesmas Tiris yaitu
Meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang berkeadilan
dengan meningkatkan kualitas SDM dan penurunan angka
kemiskinan
Terwujudnya pengetahuan ibu hamil tentang pemeriksaan
ANC Terpadu
8
8. Melaksanakan evaluasi dengan merekap hasil pre test dan
post test
9. Menyusun laporan aktualisasi
BAB II
DESKRIPSI UNIT KERJA
9
jumlah curah setahun sebanyak 3.988 mmHg, dengan suhu udara relatif
dingin, Kecamatan Tiris mempunyai 2 (dua) Puskesmas yaitu
Puskesmas Tiris dan Puskesmas Ranugedang, wilayah Puskesmas Tiris
terdiri dari dataran pegunungan.
Puskesmas Tiris berada yang ada di desa Segaran tepatnya di
Jl.Raya Condong-Tiris KM 16 Desa Segaran kecamatan Tiris, jalan raya
yang ada di depan Puskesmas Tiris merupakan satu-satunya akses jalan
raya ke selatan menuju ke Kecamatan Tiris, sehingga mudah dijangkau
oleh masyarakat yang membutuhkan pelayanan.
Semua desa yang ada diwilayah kerja Puskesmas Tiris dapat
dijangkau dengan kendaraan roda empat dan roda dua untuk menuju
kantor desa, sedangkan ada beberapa desa yang sulit dijangkau dengan
kendaraan roda empat maupun roda dua dikarenakan medan yang sulit
dan infrastruktur jalan banyak yang rusak bahkan di jangkau dengan jalan
kaki, karena wilayah kerjanya merupakan daerah agraris pegunungan
maka sebagian besar penduduknya mayoritas bermata pencaharian
sebagai petani dan buruh tani. Pekebun dan buruh kebun. Sebagai
komoditi andalan penduduk wilayah adalah tanaman padi, jagung, kacang
tanah, ubi kayu, kopi, cengkeh, kelapa, pisang, durian, manggis, apukat,
teh, sengon dan lain-lain, dengan tumbuh suburnya berbagai macam
komoditi pertanian, perkebunan dan kehutanan secara otomatis
menjadikan perekonomian masyarakat dapat terangkat.
Wilayah kerja puskesmas Tiris mempunyai 9 desa binaan, antara
desa yang satu dengan yang lainnya tidak mengalami hambatan untuk
transportasinya bila menggunakan kendaraan roda 2, kalau
menggunakan kendaraan roda 4 ada beberapa desa sedikit mengalami
gangguan dikarenakan medan yang sulit dan infrastruktur jalan banyak
yang rusak, jarak desa binaan dengan Puskesmas paling dekat yaitu 0,5
km dan yang paling jauh 12 km, daerah ini merupakan daerah
pegunungan dengan perkebunan teh pada ketinggian 912 mdpl (meter
diatas permukaan laut), meskipun demikian tidak ada kendala dengan
masalah transpotasinya. Sedangkan jarak Puskesmas Tiris dengan Dinas
Kesehatan Kabupaten Probolinggo yang ada di Kota Kecamatan
Kraksaan berjarak 35 km.
1.
10
2.
2.1
2.1.1 Pembagian Wilayah
Jumlah Desa : 9 desa
Jumlah dusun : 55 dusun
Jumlah RW : 55 RW
Jumlah RT : 151 RT
Desa swasembada : 9 desa
2.1.2 Batas batas Wilayah Kerja Puskesmas Tiris
Sebelah Utara : Wil. Puskesmas Condong
Sebelah Selatan : Kabupaten Jember
Sebelah Barat : Wil. Puskesmas Ranugedang
Sebelah Timur : Wil. Puskesmas Krucil
2.1.3 Luas Wilayah
Luas seluruhnya : 19.437,50 Ha
Sawah dan tegal : 3.816,00 Ha
Pemukiman : 1.140,00 Ha
Tanah kering : 9.400,12 Ha
Tanah hutan Negara : 3.935,05 Ha
Kolam/danau : 108,00 Ha
Lain-lain : 1,038,33 Ha
2.1.4 Desa Binaan Puskesmas
Luas Waktu
Jarak ke Jumlah
No Desa Wil tempuh Dusun RT RW
Pusk Rumah
(Km2) (menit)
1 Tiris 9,75 3 20 5 31 5 1.530
2 Ranuagung
23,11 6 35 7 18 7 1.955
11
7 Andungsari 6,11 10 50 8 13 8 935
8 Tlogoargo 5,61 13 80 8 16 8 777
9 Andungbiru 20,5 15 80 5 15 5 1.270
JUMLAH 152,05 - - 55 151 55 10.604
12
Gambar 2.2 Peta wilayah kerja puskesmas Tiris
13
Denah Puskesmas Tiris
14
2.2 Tugas Pokok, Fungsi dan wewenang Puskesmas
2.2.1 Tugas
15
9. Memberikan rekomendasi terkait masalah kesehatan masyarakat,
termasuk dukungan terhadap sistem kewaspadaan dini dan
respon penanggulangan penyakit.
2.3 Visi, Misi, Moto, Tata Nilai, Budaya dan Tujuan Puskesmas
2
2.1
2.2
2.3
2.3.1 Visi
16
2.3.2 Misi
2.3.3 Motto
4S
“Senyum, Salam, Sapa, dan Santun”
Dalam melaksanakan pelayanan sehari-hari selalu tersenyum
menyambut pasien/klien/tamu, kemudian menyampaikan salam dan
menyapa dengan sikap santun
2.3.6 Tujuan
17
2.4 Stuktur Organisasi Puskesmas Tiris
18
Gambar 2.4 Struktur Organisasi Puskesmas
19
2.5 Uraian Tugas Jabatan (Peserta)
20
9. Memberikan informasi secara benar dan tidak menyesatkan kepada
pihak lain yang memerlukan informasi terkait kepentingan kedinasan;
10. Tidak menyalahgunakan informasi intern negara, tugas, status,
kekuasaan, dan jabatannya untuk mendapat atau mencari
keuntungan atau manfaat bagi diri sendiri atau untuk orang lain;
11. Memegang teguh nilai dasar ASN dan selalu menjaga reputasi dan
integritas ASN; dan melaksanakan ketentuan peraturan
perundangundangan mengenai disiplin Pegawai ASN.
21
19. Melakukan fasilitas Inisiasi Menyusu Dini (IMD) pada persalinan
normal;
20. Melakukan asuhan bayi baru lahir;
21. Melakukan penanganan awal kegawat daruratan pada Bayi Berat
Lahir Rendah (BBLR);
22. Memberikan Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE) tentang
Kesehatan anak pada individu/ keluarga sesuai kebutuhan;
23. Melakukan pelayanan Keluarga Berencana;
24. Memberikan Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE) tentang
Kesehatan reproduksi perempuan dan Keluarga Berencana (KB)
pada individu/keluarga sesuai kebutuhan;
25. Melakukan promosi dan edukasi tentang perilaku pola hidup sehat
untuk remaja temasuk personal hygiene dan nutrisi;
26. Melakukan pendataan sasaran pada individu (WUS/ PUS/ Keluarga
Berencana/ ibu hamil/ Ibu Nifas/ ibu menyusui/ bayu dan balita) di
wilayah kerja puskesmas melalui kunjungan rumah;
27. Melakukan tabulasi sasaran individu (WUS/ PUS/ Keluarga
Berencana/ ibu hamil/ Ibu Nifas/ ibu menyusui/ bayu dan balita);
28. Mengikuti pelaksanaan kegiatan Survey Mawas Diri (SMD) atau
Musyawarah Masyarakat Desa (MMD);
29. Melaksanakan pelayanan kebidanan di posyandu/ posbindu/
kampung Keluarga Berencana (KB) atau tempat lain sesuai
penugasan dan
30. Melakukan pemberian imunisasi rutin sesuai program pemerintah
pada anak sekolah.
22
BAB III
RANCANGAN AKTUALISASI
3.1 Identifikasi, Penetapan Dan Gagasan Pemecahan Isu
3.1.1 Identifikasi Isu
Sesuai pengamatan dan observasi penulis sebagai Bidan di
Puskesmas Tiris diperoleh beberapa temuan isu sebagai berikut :
Tabel 3.1
Identifikasi Isu
No Identifikasi Isu Kondisi Saat ini Kondisi yang diharapkan
23
ASI Ekslusif untuk Bayinya
Tabel 3.2
24
Seleksi Isu Menggunakan Metode AKPL
25
2. Masalah kurang kompleks
3. Masalah cukup kompleks namun tidak perlu segera dicarikan
solusi
4. Masalah kompleks
5. Masalah sangat kompleks sehingga perlu dicarikan segera
solusinya
Kelayakan
1. Masuk akal
2. Realistis
3. Cukup masuk akal dan realistis
4. Masuk akal dan realistis
5. Masuk akal, realistis, dan relevan untuk dimunculkan inisiatif
pemecahan masalahnya
Setelah penetapan isu dengan menggunakan teknik AKPL,
kemudian menarik 3 isu yang dipertimbangkan kembali untuk
dijadikan isu prioritas. Ketiga isu tersebut kembali diidentifikasi
dengan menggunakan teknik U (Urgency), S (Seriousness), dan G
(Growth).
Adapun penjelasan dari masing-masing kriteria adalah
sebagai berikut:
1. Urgency
Urgency artinya seberapa mendesak suatu isu harus
dibahas, dianalisis dan ditindaklanjuti.
2. Seriousness
Seriousnessartinya seberapa serius suatu isu harus
dibahas, dikaitkan dengan akibat yang akan ditimbulkan.
3. Growth
Growthartinya seberapa besar kemungkinan memburuknya isu
tersebut jika tidak segera ditangani.
Tabel 3.3
Seleksi Isu Menggunakan Metode USG
No Isu Aktual U S G Total Prioritas
26
Fasilitas Kesehatan
Seriousness:
1 : Akibat yang ditimbulkan tidak serius
2 : Akibat yang ditimbulkan kurang serius
3 : Akibat yang ditimbulkan cukup serius
4. : Akibat yang ditimbulkan serius
5. : Akibat yang ditimbulkan sangat serius
Growth:
1 : Tidak berkembang
2 : Kurang berkembang
3 : Cukup berkembang
4 : Berkembang
5 : Sangat berkembang
Berdasarkan pendekatan analisis teknik AKPL dan USG, maka
kesimpulan yang diperoleh mengarah pada isu: Rendahnya
pengetahuan Ibu hamil tentang pemeriksaan ANC Terpadu di
Desa Tlogosari UPTD Puskesmas Tiris Kabupaten Probolinggo.
27
3.1.2 Penetapan Isu
Berdasarkan list isu yang diuji dengan menggunakan
pendekatan teknik AKPL dan USG, maka dapat diperoleh isu
prioritas yang harus ditangani terlebih dahulu, yaitu
“Rendahnya pengetahuan Ibu hamil tentang pemeriksaan
ANC Terpadu di Desa Tlogosari UPTD Puskesmas Tiris
Kabupaten Probolinggo”. Pemilihan isu tersebut dilakukan
dengan analisis dampak jika hal tersebut tidak ditangani maka
akan berdampak pada hal-hal berikut ini.
1. Resiko tinggi pada ibu hamil tidak terdeteksi sedini mungkin.
2. Kesehatan ibu hamil tidak terpantau secara terpadu
3. Ibu hamil tidak mendapatkan pemeriksaan secara terpadu
(pemeriksaan dokter, dokter gigi, laborat, dan konseling gizi
serta USG)
4. Komplikasi saat persalinan tidak dapat di deteksi sedini
mungkin.
3.1.3 Gagasan Pemecahan Isu
Dari hasil Analisa Isu melalui pendekatan AKPL dan USG
maka isu strategis yang perlu diselesaikan adalah Rendahnya
Pengetahuan Ibu Hamil tentang Pemeriksaan ANC Terpadu.
Akar penyebab masalah selanjutnya didiagnosa menggunakan
Fishbone diagram. Diagram ini merupakan suatu alat untuk
mengidentifikasi, mengeksplorasi, dan menggambarkan
secara detail semua penyebab yang berhubungan dengan
suatu permasalahan. Kategori penyebab masalah yang
digunakan sebagai start awal meliputi manpower ( Sumber
daya manusia ), material ( bahan baku ), method (metode ),
dan milieu ( lingkungan ) sehiingga hasilnya di rumuskan
sebagai berikut:
28
METODE
MANUSIA
Rendahnya
pengetahuan
Ibu hamil
tentang
pemeriksaan
ANC Terpadu
Dana kurang untuk penyediaan
media penyuluhan Dukungan keluarga
kurang
Faktor Ekonomi : Ibu tidak bekerja Mitos dan kepercayaan Medan yang sulit di
dan tidak mampu mengambil tempuh
keputusan dalam masalah
finansial
LINGKUNGAN
DANA
Salah satu cara yang digunakan sebagai solusi dari penyebab isu
utama tersebut dengan melakukan penyuluhan atau sosialisasi dengan
materi yang menarik agar tidak membosankan bagi peserta sasaran.
Sedangkan untuk media penyuluhan menggunakan leaflet dan poster.
Merujuk pada permasalahan di atas, maka penulis mengusulkan sebuah
29
gagasan untuk menyelesaikan masalah tersebut yang berjudul
”Peningkatan Pengetahuan Ibu Hamil tentang Pemerikssaan ANC
Terpadu melalui Leaflet dan Poster di Desa Tlogosari UPTD
Puskesmas Tiris”.
30
Melaksanakan pre test sebelum penyuluhan
Melaksanakan evaluasi dengan merekap hasil pre test dan post test
31
3.2 MATRIKS RENCANA KEGIATAN ( Unit kerja, Identifikasi Issu, Issu yang diangkat, gagasan pemecahan Issu)
Identifikasi Isu : 1. Kurangnya kesadaran ibu hamil untuk malahirkan di Fasilitas Kesehatan
2. Rendahnya pengetahuan Ibu hamil tentang pemeriksaan ANC Terpadu
3. Rendahnya kesadaran orang tua untuk mengimunisasi dasar lengkap anak mereka
4. Rendahnya pengetahuan ibu tentang ASI EKslusif
5. Kurangnya capaian pengguna KB jangka Panjang Pada Wanita usia Subur
Isu yang Diangkat : Rendahnya pengetahuan Ibu hamil tentang pemeriksaan ANC Terpadu
Gagasan Pemecahan Isu : Peningkatan Pengetahuan Ibu Hamil tentang Pemeriksaan ANC Terpadu Melalui
Leaflet dan Poster di Desa Tlogosari UPTD Puskesmas Tiris
32
NO KEGIATAN TAHAPAN KEGIATAN OUTPU/ HASIL KETERKAITAN KONSTRIBUSI PENGUATAN
SUBTANSI MATA TERHADAP VISI NILAI
PELATIHAN MISI ORGANISASI
ORGANISASI
1 Melakukan konsultasi 1. Menentukan jadwal 1. Mendapatkan Akuntabel : Meningkatkan Integritas
kepada mentor dan konsultasi jadwal konsultasi Tanggung jawab kesejahteraan
coach terkait 2. Menyiapkan bahan dengan mentor terhadap rancangan masyarakat yang
rancangan konsultasi dan coach aktualisasi yang berkeadilan
2. Materi
aktualisasi,pelaksana 3. Memaparkan bahan dibuat dengan
konsultasi siap
an dan evaluasi konsultasi meningkatkan
3. Paparan Harmonis :
4. Mencatat kritik dan kualitas SDM
rancangan Melakukan
saran
aktualisasi dalam konsultasi dengan
5. Menyempurnakan
bentuk dokumen hormat, sopan, dan
bahan konsultasi
hasil paparan santun
berdasarkan kritik dan
4. Catatan kritik dan Kolaboratif :
saran
saran
Konsultasi dengan
5. hasil
mentor untuk hasil
penyempurnaan
yang lebih baik
kritik dan saran
2 Melakukan konsultasi 1. Menentukan jadwal 1. Mendapatkan Akuntabel : Meningkatkan Integritas
33
dengan Bidan konsultasi jadwal konsultasi bertanggung kesejahteraan
Koordinator 2. Berkolaborasi untuk dengan bidsn jawab masyarakat yang
meminta saran serta koordinator berkeadilan
cermat
masukan dari Bidan 2. Catatan saran dengan
Harmonis :
coordinator dan masukan meningkatkan
Melakukan
3. Mengumpulkan data- 3. Mendapatkan data
konsultasi dengan kualitas SDM
data pendukung – data pendukung
hormat, sopan, dan
terkait isu utama
santun
Kolaboratif :
Bekerjasama
dan sharing
Memberi
kesempatan
kepada berbagai
pihak untuk
berkontribusi
3 Membuat dan 1. Melakukan konsultasi 1. Lembar kegiatan Kompeten : Meningkatkan Integritas
mendesaian leaflet dengan mentor tentang konsultasi Melaksanakan kesejahteraan
dan poster desain leaflet dan 2. Telah tugas dengan masyarakat yang
poster tersedianya baik berkeadilan
2. Mencari referensi
34
atau sumber tentang materi Belajar secara dengan
materi penyuluhan penyuluhan berkelanjutan meningkatkan
3. Membuat leaflet dan 3. Tersedianya kualitas SDM
poster leaflet dan Adaptif :
Adaptif :
Terus berinovasi
dan kreatif
35
5 Melaksanakan 1. Membuka salam 1. Memberi salam Berorientasi Meningkatkan Integritas
pretest sebelum dan menyapa ibu dan menyapa Pelayanan : kesejahteraan
penyuluhan hamil sebelum ibu hamil Ramah dan masyarakat yang
kegiatan 2. Daftar hadir sabar dalam berkeadilan
2. Menyiapkan daftar peserta pelayanan dengan
hadir 3. Terlaksananya pre Melakukan meningkatkan
3. Melaksanakan pre test perbaiki secara kualitas SDM
test terus-menerus
Mengutamakan
kepuasan
pelanggan
Akuntabel :
Pembuatan media
yang sesuai dengan
kegiatan aktualisasi
Kompeten :
Membantu
orang lain
belajar
6 Melakukan 1. Melakukan 1. Terlaksananya Akuntabel : Meningkatkan Integritas
penyuluhan tentang penyuluhan dengan penyuluhan pada Transparan dan kesejahteraan
36
pemeriksaan ANC media leaflet dan ibu hamil jujur masyarakat yang
Terpadu kepada ibu poster pada ibu 2. Terjadinya tanya Bertanggung berkeadilan
hamil di Desa hamil tentang jawab dengan
jawab
Tlogosari pemeriksaan ANC meningkatkan
Terpadu Kolaboratif : kualitas SDM
2. Melakukan (umpan Terbuka dalam
balik) tanya jawab bekerjasama
pada ibu hamil Memberikan
kesempatan
berbagai pihak
untuk
berkontribusi
7 Melaksanakan Melaksanakan pre test Terlaksananya pre Berorientasi Meningkatkan Integritas
posttest setelah test Pelayanan : kesejahteraan
penyuluhan Ramah dan masyarakat yang
sabar dalam berkeadilan
pelayanan dengan
Melakukan meningkatkan
perbaiki secara kualitas SDM
terus-menerus
Mengutamakan
37
kepuasan
pelanggan
Akuntabel :
Pembuatan media
yang sesuai dengan
kegiatan aktualisasi
Kompeten :
Membantu
orang lain
belajar
Adaptif :
Terus berinovasi
dan antusias
menghadapai
perubahan
38
meningkatkan
kualitas SDM
9 Menyusun laporan 1. Menyusun 1. Dokumentasi Akuntabel : Meningkatkan Integritas
hasil aktualisasi bukti-bukti Testimoni Hasil Cermat, jujur kesejahteraan
pendukung kegiatan dan konsisten masyarakat yang
kegiatan 2. Mendapatkan berkeadilan
Bertanggung
dan
kritik maupun jawab dengan
Testimoni
saran dari Kompeten : meningkatkan
2. Konsultasi
mentor dan Berfikir sistemik kualitas SDM
dengan mentor
coach dan bertindak
mengenai hasil
3. Hasil laporan profesional
aktualisasi
Melaksanakan
3. Mencetak hasil
laporan
tugas dengan
baik
Harmonis :
Melakukan
konsultasi dengan
hormat, sopan, dan
santun
Kolaboratif :
Konsultasi dengan
39
mentor untuk hasil
yang lebih baik
40
pelaksanaan dan evaluasi
2 Melakukan koordinasi dengan bidan koordinator V V
41
DAFTAR PUSTAKA
42