Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam rangka mencapai tujuan nasional sebagaimana tercantum
dalam alinea keempat pembukaan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945, diperlukan Aparatul Sipil Negara
(ASN) yang profesional, bebas dari intervensi politik, bersih dari
praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme, mampu menyelenggarakan
pelayanan publik bagi masyarakat dan mampu menjalankan peran
sebagai perekat persatuan dan kesatuan bangsa berdasarkan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Tujuan nasional seperti
tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 adalah
melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan
kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.
Aparatur Sipil Negara (ASN) diserahi tugas untuk melaksanakan
tugas pelayanan publik, tugas pemerintahan, dan tugas pembangunan
tertentu. Tugas pelayanan publik dilakukan dengan memberikan
pelayanan atas barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif yang
disediakan Pegawai ASN. Adapun tugas pemerintahan dilaksanakan
dalam rangka penyelenggaraan fungsi umum pemerintahan yang
meliputi pendayagunaan kelembagaan, kepegawaian, dan
ketatalaksanaan. Sedangkan dalam rangka pelaksanaan tugas
pembangunan tertentu dilakukan melalui pembangunan bangsa
(cultural and political development) serta melalui pembangunan
ekonomi dan sosial (economic and social development) yang
diarahkan meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran seluruh
masyarakat.

1
2

Demi terwujudnya ASN yang mampu bertanggungjawab,


memegang teguh nilai-nilai dasar, semboyan dan core values yang
sama, maka lahirlah employer branding ASN "Bangga Melayani
Bangsa" oleh presiden Joko Widodo pada tanggal 27 Juli 2021.
Selanjutnya, dengan adanya hal tersebut, maka terbitlah Surat Edaran
Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Dan Reformasi Birokrasi
nomor 20 tahun 2021 tentang Implementasi Core Values Dan
Employer Branding Aparatur Sipil Negara BerAKHLAK dan employer
branding ASN "Bangga Melayani Bangsa", dalam rangka penguatan
budaya kerja sebagai salah satu strategi transformasi pengelolaan
ASN menuju pemerintahan berkelas dunia (world class government)
serta untuk melaksanakan ketentuan Pasal 4 tentang nilai dasar dan
Pasal 5 tentang kode etik dan kode perilaku Undang-undang Nomor 5
tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara diperlukan keseragaman
nilai-nilai dasar ASN.
Sebagai bentuk penyesuaian dari core values ASN BerAKHLAK,
maka terbitlah peraturan perundang-undangan terbaru dari Lembaga
Administrasi Negara Republik Indonesia yaitu Peraturan Lembaga
Administrasi Negara Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2021
tentang Perubahan Atas Peraturan Lembaga Administrasi Negara
Nomor 1 Tahun 2021 Tentang Pelatihan Dasar Calon Pegawai Negeri
Sipil. Pelatihan Dasar tahun ini menggunakan pola baru yaitu Blended
Learning. Distance Learning yang merupakan bentuk pembelajaran
kolaborasi yang dilaksanakan melalui Learning Management System
(LMS) dan aktualisasi ditempat kerja, dengan memanfaatkan
pembelajaran yang dikelola oleh LAN serta bekerjama dengan
Lembaga pelatihan pemerintah yang terakreditasi.
Tenaga Kesehatan dalam hal ini adalah Perawat sebagai
Aparatur Sipil Negara menjalankan peran dan fungsi sebagai pelayan
publik yang tidak hanya bertugas untuk membantu orang sakit, tetapi
juga harus bisa menjadi teladan di lingkungan sekitarnya. Oleh karena
3

sangat penting dalam membangun karakter core values ASN


BerAKHLAK; Berorientasi Pelayanan, yaitu komitmen memberikan
pelayanan prima demi kepuasan masyarakat, Akuntabel, yaitu
bertanggungjawab atas kepercayaan yang diberikan, Kompeten, yaitu
terus belajar dan mengembangkan kapabilitas, Harmonis, yaitu saling
peduli dan menghargai perbedaan, Loyal, yaitu berdedikasi dan
mengutamakan kepentingan Bangsa dan Negara, Adaptif, yaitu terus
berinovasi dan antusias dalam menggerakkan serta menghadapi
perubahan, Kolaboratif, yaitu membangun kerja sama yang sinergis.
Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya
kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih
mengutamakan upaya promotif dan preventif di wilayah kerjanya.
Puskesmas merupakan unit organisasi bersifat fungsional dan unit
layanan yang bekerja secara profesional. Puskesmas sendiri memiliki
fasiltas seperti rawat jalan, pusyandu, posbindu, pelayanan rawat inap
serta unit pelayanan gawat darurat.

Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan


menjelaskan bahwa kesehatan adalah keadaan sehat baik secara
fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap
orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Upaya untuk
menjaga kesehatan yaitu dengan cara kuratif, preventif, dan
rehabilitatif. Sejalan dengan hal tersebut maka pelayanan kesehatan
harus menyediakan lingkungan yang nyaman dan aman bagi pasien..
Berkaitan dengan pelayanan Kesehatan yang diberikan, terdapat
lingkup terkait dengan keselamatan pasien ketika berada dalam
pelayanan yaitu Patient Safety. Peraturan Menteri Kesehatan
(Permenkes) Republik Indonesia Nomor 11 tahun 2017 tentang
keselamatan pasien menyatakan bahwa pelayanan kesehatan yang
baik membutuhkan tindakan yang komprehensif dan responsif
terhadap kejadian yang tidak diinginkan di fasilitas pelayanan
4

kesehatan dengan menetapkan 6 indikator keselamatan pasien antara


lain, Mengidentifikasi pasien dengan benar, meningkatkan komunikasi
efektif, meningkatkan keamanan obat-obatan yang harus diwaspadai,
memastikan lokasi pembedahan yang benar, prosedur yang benar,
pembedahan pada pasien yang benar, mengurangi risiko infeksi
akibat perawatan kesehatan, serta mengurangi risiko cedera akibat
terjatuh.
Salah satu yang menjadi fokus dalam patient safety yaitu adalah
pengurangan resiko jatuh. Jatuh merupakan penyebab paling umum
terjadinya cedera. Angka pada kejadian jatuh di setiap unit layanan
diharapkan tidak terjadi atau tidak ada kejadian. Menurut (Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia, 2015) agar menghindari terjadinya
jatuh pada pasien, hendaknya dilakukan penerapan assessment
resiko jatuh yang benar oleh tenaga Kesehatan. Dengan proses
asesmen yang baik tentunya dapat meningkatkan budaya
keselamatan pasien.
Perawat merupakan bagian dari tenaga kesehatan yang
memberikan pelayanan di unit pelayanan Puskesmas, yang dimana
Puskesmas wajib menerapkan manajemen keselamatan pasien
(patient safety) yang tentunya perawat dapat melaksanakan asesmen
risiko jatuh yang baik. Perawat yang berstatus sebagai Aparatur Sipil
Negara (ASN) dituntut untuk dapat melaksanakan fungsinya dengan
memadukan ilmu keperawatan dan nilai-nilai dasar serta fungsi ASN.
Dengan salah satu fungsinya sebagai pelayan publik, ASN harus
memberikan pelayanan yang optimal, sesuai standar dan selalu
memperhatikan prinsip-prinsip pelayanan publik. Pengkajian risiko
jatuh menjadi perhatian penting bagi perawat dalam membudayakan
keselamatan pasien dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan
klinis serta merupakan bentuk pelayanan publik yang berorientasi
pada pelayanan serta memaksimalkan vore values ASN BerAKHLAK.

Berdasarkan hasil pengamatan penulis bahwa kurangnya


5

informasi pelaksanaan pencegahan resiko jatuh pada pasien yang


yang berpotensi jatuh diantaranya adalah lansia, orang sakit, anak-
anak, atau orang cedera yang sedang lemah, maka dari itu staff medis
harus sangat memperhatikan kondisi pasien dengan assesment risiko
jatuh yang dengan menggunakan instrument yang tepat. Dengan
terdapatnya kasus sebelumnya pasien resiko jatuh yang belum
mendapatkan pelayanan yang optimal. Di antaranya dari 10 orang
perawat dilakukan wawancara secara garis besar mereka mengetahui
tentang keselamatan pasien (patient safety), dalam lingkup sasaran
tentang resiko jatuh mereka belum mengoptimalkan secara khusus
terkait hal tersebut seperti belum tersedianya assesment khusus
resiko jatuh yaitu skala morse dan humpty dumpty. Belum adanya
sosialisasi secara khusus terkait pencegahan dan penanganan serta
tindaklanjutnya dan lain-lain. Dari hasil observasi alat-alat yang
disediakan oleh puskesmas seperti kursi roda, tangga bed tidak di
optimalkan secara baik, sehingga belum optimalnya pelayanan bagi
pasien yang rentan jatuh

Berangkat dari isu yang telah dipaparkan penulis, maka perlu


adanya penanganan atau solusi untuk mengatasi masalah yaitu
dengan melakukan “sosialisasi pelaksanaan pencegahan resiko jatuh
melalui penerapan assessment pada pasien yang berpotensi jatuh
pada pusat pelayanan kesehatan masyarakat (puskesmas) Simpur”.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mampu mengaktualisasikan nilai-nilai dasar ASN yaitu
(BerAKHLAK) Berorientasi Pelayanan, Akuntabel, Kompeten,
Harmonis, Loyal, Adaptif, Kolaboratif sehingga mampu
melaksanakan tugas dan perannya secara profesional sebagai
6

pelayan masyarakat, pelaksana kebijakan publik, serta perekat


pemersatu bangsa.

2. Tujuan Khusus
mensosialisasikan pelaksanaan pencegahan resiko jatuh melalui
penerapan assessment pada pasien yang berpotensi jatuh pada
pusat pelayanan kesehatan masyarakat (puskesmas) Simpur.

C. Manfaat
1. Bagi Penulis
Manfaat yang didapatkan oleh peserta Pelatihan Dasar yaitu peserta
dapat memahami, menginternalisasi dan mengaktualisasikan nilai-
nilai dasar ASN dalam melaksanakan tugas dan fungsi ASN di
tempat kerja. Kegiatan ini juga memiliki manfaat untuk meningkatkan
dan mengembangkan pengetahuan serta menerapakan
implementasi tentang standar keselamatan pasien.
2. Bagi Puskesmas
Memberikan Pelayanan yang efektif dan efisien bagi tenaga
kesehatan dalam melaksanakan tugas di UGD di Puskesmas Simpur
Kabupaten Hulu Sungai Selatan
3. Bagi Masyarakat
Manfaat bagi pasien yaitu mendapatkan pelayanan kesehatan yang
optimal dari petugas kesehatan di Puskesmas Simpur.

D. Isu Aktualisasi
Selama memberikan pelayanan sebagai Perawat Terampil di
Puskesmas Simpur, penulis menemukan beberapa isu dilingkungan
kerja. Selanjutnya isu yang didapat dilakukan analisa menggunakan
metode USG (Urgency, Seriousness, Growth). Isu yang Urgency dinilai
berdasarkan seberapa mendesaknya masalah tersebut untuk
diselesaikan berkaitan dengan dimensi waktu, isu yang Seriousness
7

mengacu pada penyelesaian masalah yang dikaitkan dengan akibat


dan bias menimbulkan masalah baru, dan Growth berkaitan dengan
kemungkinan akan memburuk kalau tidak diselesaikan. Analisa isu
dapat dilihat sebagai berikut:
Tabel 1.1
Analisa Isu berdasarkan USG
No Masalah U S G Jumlah Peringkat
1 Kurangnya informasi 4 5 5 14 I
pelaksanaan pencegahan resiko
jatuh pada pasien yang
berpotensi jatuh
2 Belum optimalnya kepatuhan 4 4 5 13 II
petugas terhadap sterelisasi alat
medis
3 Belum optimalnya kepatuhan 4 4 4 12 III
pasien terhadap protocol
kesehatan
Keterangan :
5 : Sangat urgency/seriousness/growth
4 : Urgency/seriousness/growth
3 : Cukup urgency/seriousness/growth
2 : Kurang urgency/seriousness/growth
1 : Tidak urgency/seriousness/growth

Berdasakan metode Analisa tersebut, maka didapatkan isu utama


yang dipilih dalam kegiatan ini yaitu “Kurangnya informasi pelaksanaan
pencegahan resiko jatuh pada pasien yang berpotensi jatuh”.
Selanjutnya, pada isu tersebut penulis memilih tema yaitu “sosialisasi
pelaksanaan pencegahan resiko jatuh melalui penerapan assessment
pada pasien yang berpotensi jatuh pada pusat pelayanan kesehatan
masyarakat (puskesmas) Simpur Kabupaten Hulu Sungai Selatan”.
8

Dampak dari kurangnya informasi pelaksanaan pencegahan


resiko jatuh, maka dikhawatirkan akan terjadi kejadian jatuh atau
kejadian yang tidak diinginkan kepada pasien puskesmas Simpur..
Isu yang di angkat merupakan bagian dari tugas dan fungsi
penulis sebagai Perawat Terampil, isu ini juga telah di konsultasikan
dengan mentor, teman sejawat dan coach. Penyelesaian isu ini di
angkat bertujuan untuk meningkatkan pelayanan Puskesmas Simpur
sendiri serta bahan penunjang pelaksanaan Akreditasi Puskesmas

E. Ruang Lingkup
Pelaksanaan kegiatan aktualisasi dan habituasi akan dilaksanakan
pada tanggal 1 Agustus – 6 September 2022 di Puskesmas Simpur
Kabupaten Hulu Sungai Selatan. Pelaksanaan kegiatan aktualisasi dan
habituasi ini :

1. Membuat SOP tentang assessment resiko jatuh


2. Melakukan penyusunan assesment resiko jatuh
3. Melakukan Sosialisasi tentang assesment risiko jatuh
4. Mengimplementasikan assesment resiko jatuh.
5. Melakukan pemasangan klip resiko jatuh untuk pasien resiko tinggi
jatuh
6. Meletakkan xbanner tentang peringatan resiko jatuh
7. Membuat laporan evaluasi terhadap kegiatan yang telah dilakukan

Anda mungkin juga menyukai