Definisi Pelayanan
Menurut Gronroos (1990:27)
Pelayanan adalah suatu aktifitas atau serangkaian aktifitas yang bersifat tidak kasat mata
(tidak dapat diraba) yang terjadi sebagai akibat adanya interaksi antara konsumen dengan
karyawan atau hal-hal lain yang disediakan oleh perusahaan pemberi pelayanan yang
dimaksudkan untuk memecahkan permasalahan konsumen/pelanggan.
Menurut Kotler dalam Sampara Lukman : ”Pelayanan adalah setiap kegiatan yang
menguntungkan dalam suatu kumpulan atau kesatuan dan menawarkan kepuasan
meskipun hasilnya tidak terikat pada suatu produk secara fisik”.
Menurut Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 63 tahun 2003
Pelayanan adalah segala bentuk kegiatan pelayanan umum yang dilaksanakan oleh instansi
pemerintah pusat, di daerah dan di lingkungan Badan Usaha Milik Negara atau Daerah dalam
bentuk barang atau jasa, baik dalam rangka upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat maupun
dalam rangka pelaksanaan ketentuan perundang-undangan.
1. Asas Pelayanan
Untuk dapat memberikan pelayanan yang memuaskan bagi pengguna jasa, penyelenggaraan
pelayanan harus memenuhi asas-asas pelayanan sebagai berikut :
Transparansi
Bersifat terbuka, mudah dan dapat di akses oleh semua pihak yang membutuhkan dan
disediakan secara memadai serta mudah di mengerti.
Akuntabilitas
Dapat dipertanggung jawabkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Kondisional
Sesuai dengan kondisi dan kemampuan pemberi dan penerimaan pelayanan dengan tetap
berpegang pada prinsip efisiensi dan efektifitas.
Partisipatif
Mendorong peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan publik dengan
memperhatikan aspirasi, kebutuhan dan harapan masyarakat.
Kesamaan Hak
Tidak diskriminatif dalam arti tidak membedakan, suku, ras, agama, golongan, gender dan
status ekonomi.
1. Prinsip Pelayanan
Pelayanan harus memenuhi beberapa prinsip sebagai berikut :
Kesederhanaan
Prosedur pelayanan tidak berbelit-belit, mudah dipahami dan mudah dilaksanakan.
Kejelasan
Kejelasan ini mencakup kejelasan dalam hal :
Akurasi
Produk pelayanan diterima dengan benar, tepat dan sah.
Keamanan
Proses dan produk pelayanan memberikan rasa aman dan kepastian hukum.
Tanggung Jawab
Pimpinan penyelenggara pelayanan atau pejabat yang ditunjuk bertanggung jawab atas
penyelenggaraan pelayanan dan penyelesaian keluhan/persoalan dalam pelaksanaan
pelayanan.
Kemudahan Akses
Tempat dan lokasi serta sarana pelayanan yang memadai, mudah dijangkau oleh masyarakat
dan dapat memanfaatkan teknologi telekomunikasi dan informatika.
Kedisiplinan, Kesopanan dan Keramahan
Pemberi pelayanan harus bersikap disiplin, sopan dan santun, ramah serta memberikan
pelayanan dengan ikhlas.
Kenyamanan
Lingkungan pelayananan harus tertib, teratur disediakan ruang tunggu yang nyaman, bersih,
rapi, lingkungan yang indah dan sehat serta dilengkapi dengan fasilitas pendukung pelayanan.
1. Ciri-Ciri Pelayanan
Ciri-ciri pelayanan menurut Gasperz (1997:241) adalah :
Prosedur pelayanan harus mudah dimengerti dan mudah dilaksanakan, sehingga terhindar
dari prosedur birokratik yang sangat berlebihan dan berbelit-belit.
Pelayanan diberikan secara jelas dan pasti, sehingga ada suatu kejelasan dan kepastian
bagi pelanggannya dalam menerima pelayanan tersebut.
Pemberian pelayanan senantiasa diusahakan agar pelayanan dapat dilaksanakan secara
efektif dan efesien.
Memberikan pelayanan senantiasa memperhatikan kecepatan dan ketepatan waktu yang
sudah ditentukan.
Pelanggan setiap saat dapat dengan mudah memperoleh berbagai informasi yang
berkaitan dengan pelayanan secara terbuka.
Dalam berbagai kegiatan pelayanan baik teknis maupun administrasi, pelanggan selalu
diperlakukan dengan motto “Costumer is king and costumer is always right.”
1. Unsur-Unsur Pelayanan
Hak dan Kewajiban bagi pemberi maupun penerima pelayanan umum harus jelas dan
diketahui secara pasti oleh masing-masing pihak.
Pengaturan setiap bentuk pelayanan umum harus disesuaikan dengan kondisi kebutuhan
dan kemampuan masyarakat untuk membayar berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku dengan tetap berpegang pada efisiensi dan efektifitas.
Mutu proses dan hasil pelayanan umum harus diupayakan agar dapat memberi keamanan,
kelancaran dan kepastian hukum yang dapat dipertanggung jawabkan.
Apabila pelayanan umum yang diselenggarakan oleh instansi pemerintah yang
bersangkutan berkewajiban memberikan peluang kepada masyarakat untuk ikut
menyelenggarakannya sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.
1. Hakekat Pelayanan
Meningkatkan mutu dan produktivitas pelaksanaan tugas dan fungsi instansi pemerintah
dibidang pelayanan umum.
Mendorong upaya mengefektifkan sistem dan tata laksana pelayanan, sehingga pelayanan
umum dapat diselenggarakan secara lebih berdaya guna dan berhasil guna.
Mendorong tumbuhnya kreativitas, prakarsa dan peran serta masyarakat dalam
pembangunan serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat luas.
1. Standar Pelayanan Publik
Menurut Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 63 Tahun 2004,
standar pelayanan sekurang-kurangnya meliputi :
Prosedur Pelayanan
Prosedur pelayanan yang dibakukan bagi pemberi dan penerima pelayanan termasuk
pengaduan
Waktu Penyelesaian
Waktu penyeleseian yang ditetapkan sejak saat pengajuan permohonan sampai dengan
penyelesaian pelayanan termasuk pengaduan
Biaya Pelayanan
Biaya/tarif pelayanan termasuk rinciannya yang ditetapkan dalam proses pemberian
pelayanan
Produk pelayanan
Hasil pelayanan yang akan diterima sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan
Keterbukaan
Kriteria ini mengandung arti prosedur atau tata cara, persyaratan, satuan kerja atau pejabat
penanggung jawab pemberi pelayanan, waktu penyelesaian, rincian biaya serta hal-hal lain
yang berkaitan dengan proses pelayanan wajib diinformasikan secara terbuka agar mudah
diketahui dan dipahami oleh masyarakat, baik diminta maupun tidak diminta.
Efisien
Kriteria ini mengandung arti sebagai berikut :
1. Persyaratan pelayanan hanya dibatasi pada hal-hal yang berkaitan langsung dengan
pencapaian sasaran pelyanan dengan tetap memperhatikan keterpaduan antara persyaratan
dengan produk pelayanan yang diberikan.
2. Dicegah adanya pengulangan pemenuhan persyaratan, dalam hal proses pelayanan
masyarakat yang bersangkutan mempersyaratkan adanya kelengkapan persyaratan dari
satuan kerja atau instansi pemerintah lain yang terkait.
Ekonomis
Kriteria ini mengandung arti pengenaan biaya pelayanan harus ditetapkan secara wajar
dengan memperhatikan :
1. Nilai barang atau jasa pelayanan masyarakat tidak menuntut biaya yang terlalu tinggi
diluar kewajaran.
2. Kondisi dan kemampuan masyarakat untuk membayar.
3. Ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Keadilan yang merata
Kriteria ini mengandung arti cakupan atau jangkauan pelayanan harus diusahakan seluas
mungkin dengan distribusi yang merata dan diberlakukan secara adil bagi seluruh lapisan
masyarakat.
Ketepatan waktu
Kriteria ini mengandung arti pelaksanaan pelayanan masyarakat dapat diselesaikan dalam
kurun waktu yang telah ditentukan.
Terpusat
Pola pelayanan publik diberikan secara tunggal oleh penyelenggara pelayanan berdasarkan
pelimpahan wewenang dari penyelenggara pelayanan terkait lainnya yang bersangkutan
Terpadu
Pola pelayanan terpadu dibagi menjadi dua yaitu :
Gugus tugas
Petugas pelayanan publik secara perorangan atau dalam bentuk gugus tugas ditempatkan
pada instansi pemberi pelayanan dan lokasi pemberi pelayanan tertentu.
Rumah sakit berasal bahasa Belanda, dari terjemahan Zeikenhuis. Walaupun bahasa Belanda
mengenal kata hospital, Ziek berarti sakit, zieken berarti banyak orang sakit, sehingga
diterjemahkan menjadi rumah para orang sakit dan dipersingkat menjadi rumah sakit.
Ensiklopedi Nasional
Indonesia memberikan defenisi bahwa Rumah Sakit adalah:
sarana yang menyediakan pelayanan kesehatan rawat jalan dan rawat inap.
Rawat jalan berupa klinik yang bergantung pada besarnya rumah sakit yang dapt
bersifat tunggal atau terdiri dari banyak bagian sesuai pelayanan spesialistik.
Sedangkan yang ada pada rawat inap adalah melayani pasien yang diperlu dirawat,
yang biasanya terbagi dalam bagian-bagian sesuai jenis penyakit, kelompok umur
dan jenis kelamin.
Sedangkan menurut
rumusan World Health Organization
(WHO), rumah sakit adalah : “usaha yang menyediakan pemondokan yang memberikan jasa
pelayanan medik jangka pendek dan jangka panjang yang terdiri atas tindakan
observasi, diagnotik, terapeutik, dan rehabilitatif untuk orang-orang yang
menderita sakit, terluka dan untuk mereka yang melahirkan.”
Departemen Kesehatan
memberikan pengertian rumah sakit sebagai berikut :
Rumah sakit adalah sarana upaya kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan
serta dapat dimanfaatkan untuk pendidikan tenaga kesehatan dan penelitian.
Upaya pelayanan kesehatan yang diselenggarakan oleh rumah sakit meliputi
pelayanan rawat inap, rawat jalan, pelayanan gawat darurat, pelayanan medik dan
pelayanan penunjang medik dan non medik.
Pelayanan kesehatan
dapat dibedakan dalam dua golongan yakni:[2]
1. Pelayanan kesehatan primer (primary health care), atau pelayanan kesehatan masyarakat
adalah
pelayanan kesehatan yang paling depan, yang pertama kali diperlukan masyarakat
pada saat mereka mengalami gangguan kesehatan atau kecelakaan.
2. Pelayanan kesehatan sekunder dan tersier (secondary and tertiary health care),
adalah rumah sakit tempat masyarakat mendapatkan perawatan lebih lanjut.
Pelayanan kesehatan
masyarakat pada prinsipnya mengutamakan pelayanan kesehatan promotif dan
prefentiv. Pelayanan promotif adalah upaya peningkatan kesehatan masyarakat
kearah yang lebih baik lagi dan prefentiv untuk mencegah agar masyarakat terhindar
dari penyakit. Sebab itu pelayanan kesehatan tidak hanya tertuju pada
pengobatan individu yang sedang sakit saja.
Dalam rangka
menunjang terwujudnya pelayanan kesehatan yang baik dan optimal, pemerintah
menetapkan berlakunya standar pelayanan medis di rumah sakit dan standar
pelayanan rumah sakit. Standar pelayanan medis tersebut merupakan sendi utama
dalam upaya peningkatan mutu pelayanan medis di Indonesia. Standar pelayanan
meedis ini merupakan hukum yang mengikat para pihak yang berprofesi di bidang
kesehatan, yaitu untuk mengatur pelayanan kesehatan dan untuk mencegah
terjadinya kelalaian staf medis dalam melakukan tindakan medis.[3]
Standar pelayanan
medis terdiri dari dua bagian. Pertama, memuat tentang standar penyakit dengan
dua belas spesialisasi kasus-kasus penting, yaitu :[4]
1. Bagian bedah;
2. Bagian bedah ortopedi;
3. Bagian jiwa;
4. Bagian kardiologi;
5. Bagian kulit dan kelamin;
6. Bagian obstetri dan ginekologi;
7. Bagian paru;
8. Bagian penyakit dalam;
9. Bagian penyakit anak;
10. Bagian saraf;
11. Bagian mata;
12. Bagian telinga, hidung dan tenggorokan.
Sedangkan bagian
standar pelayanan medis yang kedua meliputi:
1. Bagian anestesi;
2. Bagian patologi, anatomi, forensik, klinik;
3. Bagian radiologi.
Rumah sakit adalah tempat untuk menyelenggarakan salah satu upaya kesehatan yaitu
upaya pelayanan kesehatan (health services). Dalam Pasal
58 UU Kesehatan nomor 23 tahun 1992 yang telah dicabut dinyatakan pula bahwa sarana
kesehatan tertentu harus berbentuk badan hukum antara lain rumah sakit. Ini
berarti bahwa rumah sakit tidak dapat diselenggarakan oleh orang perorangan
(individu, natuurlijk persoon), tetapi harus diselenggarakan oleh suatu badan hukum (rechts
persoon) yang dapat berupa perkumpulan,
yayasan atau perseroan terbatas.[5]
Akan tetapi dalam UU Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit dijelaskan di
Pasal 20 dan Pasal 21 yang intinya menjelaskan bahwa rumah sakit terbagi dua
yakni Publik dan Privat, dimana rumah sakit public dikelola oleh pemeintah dan
rumah sakit privat dikelola oleh badan hukum dengan tujuan profit yang
berbentuk perseroan terbatas atau persero.
Pelayanan kesehatan
merupakan usaha yang dilakukan oleh pemerintah bersama masyarakat dalam rangka
meningkatkan, memelihara, dan memulihkan kesehatan penduduk yang meliputi
pelayanan preventif, promosi, kuartif, dan rehabilitatif. Dalam arti sempit,
upaya itu dilakukan oleh lembaga-lembaga yang memberikan pengobatan kepada
seseorang yang sakit, dalam hal ini adalah rumah sakit.[6]
Oleh: ayagnawdusr
Banyak masyarakat belum mengenal hak-haknya selama menjalani pengobatan di
sebuah rumah sakit. Bahkan di kalangan internal rumah sakit sendiri belum semua lini
tuntutan akan pelayanan yang semakin baik tidak bisa dihindari lagi. Hubungan pasien-
rumah sakit tidak lagi hubungan paternalistik, pasien hanya mengikuti/menuruti begitu
saja kehendak dokter yang bekerja di rumah sakit tanpa mendapatkan penjelasan yang
jelas dan benar tentang kondisi penyakit yang diderita pasien tanpa
rumah sakit membutuhkan pasien sebagai sumber pembiayaan operasional rumah sakit
Dalam UU Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit telah diatur tentang kewajiban
dan hak baik rumah sakit maupun pasien. Kewajiban rumah sakit terhadap pasien
sebagai lembaga yang bergerak di bidang kemanusiaan dan sosial sekaligus mampu
menghidupi dirinya sendiri supaya kondisinya tetap sehat terutama dari aspek
memberi informasi yang lengkap dan jujur tentang masalah kesehatannya kepada
tenaga kesehatan di rumah sakit merupakan hal yang inheren sebagai seorang yang
mencari pelayanan kesehatan supaya dokter dapat menentukan diagnosis yang tepat.
Kewajiban rumah sakit dan pasien tidak memerlukan perdebatan yang terlalu
mendalam, karena kedua hal ini sudah terjadi secara alamiah sebagai pencari dan
pemberi pelayanan. Masalah sering muncul ketika rumah sakit tidak mau ataupun tidak
mampu memenuhi hak-hak pasien. Pemenuhan atas hak-hak pasien menjadi lebih
( dokter, perawat, bidan sampai ke tukang kebun dan cleaning service) yang ada di
rumah sakit akan menjadikan hak pasien tersebut sebagai pendorong dan motivasi
untuk memenuhi kewajiban dan hak rumah sakit itu sendiri. Artinya dengan
terpenuhinya dan menghormati hak-hak pasien maka kewajiban rumah sakit, kewajiban
pasien dan hak rumah sakit akan terpenuhi / ikut terdorong ke arah terciptanya suasana
teraeputik partnership antara dokterdan pasien. Ibarat kereta api, hak pasien adalah
lokomotif, sedangkan hak dan kewajiban rumah sakit dan kewajiban pasien adalah
meliputi diagnosis dan tatacara tindakan medis, tujuan tindakan medis, alternatif
tindakan, risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi, dan prognosis terhadap tindakan
yang dilakukan serta perkiraan biaya pengobatan” (pasal 32 point j). Demikian juga
pasal 32 point k : ”Setiap pasien mempunyai hak memberikan persetujuan atau menolak
atas tindakan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan terhadap penyakit yang
dideritanya”. Kalau saja rumah sakit melakukan kewajibannya dengan memenuhi dan
menghormati kedua contoh hak pasien di atas dalam suasana komunikasi yang jelas,
berempati, dan yang paling penting dapat dipahami dan diterima pasien sehingga
segala aturan yang berlaku di rumah sakit tersebut). Tidak menjadi jaminan kemegahan
bangunan dan kecanggihan alat-alat kedoketran yang dimiliki rumah sakit akan dapat
Namun hak pasien ini sering tidak mau dan mampu dijelaskan dengan gamblang
terutama oleh dokter yang merawatnya karena berbagai alasan. Ketidakpuasan pasien
sakit. Tidak dapat dipungkiri, manajemen rumah sakit tidak akan mampu memenuhi
semua keinginan dokter dengan segala keterbatasan (terutama anggaran) yang dimiliki
rumah sakit. Terutama keinginan dokter yang berkaitan dengan alat medis dengan
pelatihan-pelatihan (software). Kadang hal ini dipakai sebagai alasan mengapa dokter
Ada 3 upaya dalam rumusan yang sederhana, namun akan memberikan dampak
signifikan terhadap pemenuhan atas hak-hak pasaien. Pertama , mudah. Dalam hal ini
mengakses informasi, juga mudah dalam menghubungi dokter yang merawat, perawat,
satpam, petugas lab, petugas rontgen dan lain-lain. Dengan kemudahan ini, berarti
rumah sakit telah memenuhi hak pasien yang paling esensial. Kedua , mujarab. Artinya
tindakan atau pengobatan yang diberikan dokter/ rumah sakit dapat memberikan
kesembuhan ataupun terhindar dari kecacatan atau kematian pasien yang merupakan
tujuan dan harapan utama pasien dalam mencari pelayanan rumah sakit. Sembuhnya
pasien atau terhindar dari kecacatan/ kematian merupakan resultante dari tingkat
kompetensi SDM yang memadai, serta sarana prasarana penunjang yang memadai
juga. Berarti rumah sakit telah dapat menyediakan SDM dan fasilitas penunjang lainnya
yang sesuai dengan harapan pasien. Ketiga , murah. Hal yang paling ditakuti sebagian
pasien ketika harus mencari pelayanan rumah sakit adalah masalah biaya. Tingginya
biaya rumah sakit menjadi momok terutama kalau pasien mendapatkan tindakan
operasi, perawatan penyakit kronis yang perlu waktu lebih lama dan penyakit kanker
fase terminal. Tidak jarang pasien akhirnya menolak rencana tindakan yang akan
diberikan dokter setelah mendapat penjelasan ternyata biayanya tidak terjangkau dari
ukuran kantong pasien. Tentunya hal ini sangat dilematis bagi pihak rumah sakit,
karena dalam penyusunan tarif rumah sakit tentu sudah melewati kajian mendalam
tentang tarif yang kompetitif. Yang terpenting bagi pasien adalah biaya yang dikenakan
Penulis :