Anda di halaman 1dari 9

Etika tidak mempermasalahkan salah dan benar, melainkan standar nilai dan moral yang

digunakan sebagai pedoman dalam suatu tindakan. Etika dalam pelayanan publik menyangkut
standar nilai-nilai moral yang digunakan oleh pelaksana layanan publik dalam menjalankan tugas
dan fungsinya. Penerapan etika menjadi sangat penting untuk mewujudkan profesionalitas
pelayanan publik.

Uraikan dalam bentuk makalah yang membahas mengenai masalah-masalah yang menghambat
profesionalisme dalam pelayanan publik di Indonesia? bagaimana strategi penerapan etika dalam
pelayanan publik guna meningkatkan profesionalisme para pegawai dalam pelayanan publik?.

Anda dapat menggunakan studi kasus dari birokrasi pelayanan publik yang anda amati di
Indonesia!

Petunjuk Mengerjakan:

1. Jawaban ditulis dalam format A4, font 1.5, time roman

2. Sebutkan sumber referensinya dalam menjawab

3. Dilarang menyontek dan copy paste


Pendahuluan.
mekanisme penerimaan keluhan masyarakat juga belum dibuat secara sistematis. Ketika
pelayanan publik masih buruk maka jelas menunjukkan negara gagal untuk hadir bagi rakyatnya.
Sementara itu bisa kita lihat negara-negara lain yang sudah mampu meratakan pelayanan
pendidikan sehingga tidak ada ketimpangan antar sekolah seperti di Finlandia, pelayanan
pendidikan tinggi bebas biaya seperti di Slovakia, atau pun pelayanan publik berbasis teknologi
informasi seperti di Estonia.
Dunia sudah sangat cepat berubah, layanan publik dari negara tak mampu bersaing dengan
sektor bisnis. Bahkan meregulasinya pun susah payah.
Dalam penulisan makalah kali ini saya akan membahas mengenai masalah-masalah yang
menghambat profesionalisme dalam pelayanan public di Indonesia,dan bagaimana strategi
penerapan etika dalam pelayanan public guna meningkatkan profesionalisme para pegawai

Dalam Pelayanan Publik? Pembahasan


Pengertian Pelayanan Publik
Undang-Undang No. 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik mendefinisikan pelayanan publik
sebagai berikut: Pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka
pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi
setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif yang
disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik.
Pengertian pelayanan publik dari wikipedia adalah sebagai berikut: Pelayanan publik adalah
istilah untuk layanan yang disediakan oleh pemerintah kepada warga negaranya, baik secara
langsung (melalui sektor publik) atau dengan membiayai pemberian layanan swasta. Istilah ini
dikaitkan dengan konsensus sosial (biasanya diwujudkan melalui pemilihan demokratis), yaitu
bahwa layanan tertentu harus tersedia untuk semua kalangan tanpa mamandang pendapatan
mereka. Bahkan apabila layanan-layanan umum tersebut tersedia secara umum
atau dibiayai oleh umum, layanan-layanan tersebut, karena alasan politis atau sosial, berada
di bawah peraturan/regulasi yang lebih tinggi daripada peraturan yang berlaku untuk sektor
ekonomi. Istilah layanan publik juga merupakan istilah lain untuk layanan sipil
Unsur-unsur Pelayanan Publik
Terdapat empat unsur penting dalam proses pelayanan publik, yaitu (Bharata, 2004:11):

1. Penyedia layanan, yaitu pihak yang dapat memberikan suatu layanan tertentu kepada
konsumen, baik berupa layanan dalam bentuk penyediaan dan penyerahan barang (goods)
atau jasa-jasa (services).
2. Penerima layanan, yaitu mereka yang disebut sebagai konsumen (costomer) atau
customer yang menerima berbagai layanan dari penyedia layanan.
3. Jenis layanan, yaitu layanan yang dapat diberikan oleh penyedia layanan kepada pihak
yang membutuhkan layanan.
4. Kepuasan pelanggan, dalam memberikan layanan penyedia layanan harus mengacu pada
tujuan utama pelayanan, yaitu kepuasan pelanggan. Hal ini sangat penting dilakukan karena
tingkat kepuasan yang diperoleh para pelanggan itu biasanya sangat berkaitan erat dengan
standar kualitas barang dan atau jasa yang mereka nikmati.
Ciri-ciri pelayanan publik yang baik adalah memiliki unsur-unsur sebagai berikut (Kasmir,
2006:34):
✓ Tersedianya karyawan yang baik.
✓ Tersedianya sarana dan prasarana yang baik.
✓ Bertanggung jawab kepada setiap nasabah (pelanggan) sejak awal hingga akhir.
✓ Mampu melayani secara cepat dan tepat.
✓ Mampu berkomunikasi.
✓ Memberikan jaminan kerahasiaan setiap transaksi.
✓ Memiliki pengetahuan dan kemampuan yang baik.
✓ Berusaha memahami kebutuhan nasabah (pelanggan).
✓ Mampu memberikan kepercayaan kepada nasabah (pelanggan).
Asas-asas Pelayanan Publik
erdapat beberapa asas dalam penyelenggaraan pelayanan pemerintahan dan perizinan yang
harus diperhatikan, yaitu (Ratminto dan Winarsih, 2006:245):

1. Empati dengan customers. Pegawai yang melayani urusan perizinan dari instansi
penyelenggara jasa perizinan harus dapat berempati dengan masyarakat pengguna jasa
pelayanan.
2. Pembatasan prosedur. Prosedur harus dirancang sependek mungkin, dengan
demikian konsep one stop shop benar-benar diterapkan.
3. Kejelasan tatacara pelayanan. Tatacara pelayanan harus didesain sesederhana
mungkin dan dikomunikasikan kepada masyarakat pengguna jasa pelayanan.
4. Minimalisasi persyaratan pelayanan. Persyaratan dalam mengurus pelayanan harus
dibatasi sesedikit mungkin dan sebanyak yang benar-benar diperlukan.
5. Kejelasan kewenangan. Kewenangan pegawai yang melayani masyarakat pengguna jasa
pelayanan harus dirumuskan sejelas mungkin dengan membuat bagan tugas dan distribusi
kewenangan.
6. Transparansi biaya. Biaya pelayanan harus ditetapkan seminimal mungkin dan
setransparan mungkin.
7. Kepastian jadwal dan durasi pelayanan. Jadwal dan durasi pelayanan juga harus
pasti, sehingga masyarakat memiliki gambaran yang jelas dan tidak resah.
8. Minimalisasi formulir. Formulir-formulir harus dirancang secara efisien, sehingga
akan dihasilkan formulir komposit (satu formulir yang dapat dipakai untuk berbagai
keperluan).
9. Maksimalisasi masa berlakunya izin. Untuk menghindarkan terlalu seringnya
masyarakat mengurus izin, maka masa berlakunya izin harus ditetapkan selama
mungkin.
10. Kejelasan hak dan kewajiban providers dan curtomers. Hak-hak dan kewajiban-
kewajiban baik bagi providers maupun bagi customers harus dirumuskan secara jelas, dan
dilengkapi dengan sanksi serta ketentuan ganti rugi.
11. Efektivitas penanganan keluhan. Pelayanan yang baik sedapat mungkin harus
menghindarkan terjadinya keluhan. Akan tetapi jika muncul keluhan, maka harus
dirancang suatu mekanisme yang dapat memastikan bahwa keluhan tersebut akan ditangani
secara efektif sehingga permasalahan yang ada dapat segera diselesaikan dengan baik.
Prinsip Pelayanan Publik
Penyelenggaraan pelayanan publik juga harus memenuhi beberapa prinsip pelayanan sebagaimana
yang disebutkan dalam Kepmenpan No. 63 Tahun 2003 (Ratminto dan Winarsih, 2007:22) yang
menyatakan bahwa penyelenggaraan pelayanan publik harus memenuhi beberapa prinsip sebagai
berikut :
a. Kesederhanaan
Prosedur pelayanan publik tidak berbelit-belit, mudah dipahami dan mudah dilaksanakan.
b. Kejelasan
Kejelasan ini mencakup kejelasan dalam hal :

1. Persyaratan teknis dan aministratif pelayanan publik.


2. Unit kerja / pejabat yang berwenang dan bertanggung jawab dalam memberikan
pelayanan dan penyelesaian keluhan/persoalan/ sengketa dalam pelaksanaan pelayanan
publik.
3. Rincian biaya pelayanan publik dan tata cara pembayaran.
c. Kepastian waktu
Pelaksanaan pelayanan publik dapat diselesaikan dalam kurun waktu yang telah ditentukan.
d. Akurasi
Produk pelayanan publik diterima dengan benar, tepat dan sah.
e. Keamanan
Proses dan produk pelayanan publik memberikan rasa aman dan kepastian hukum.
f. Tanggung jawab
Pimpinan penyelenggara pelayanan publik atau pejabat yang ditunjuk bertanggung jawab atas
penyelenggaraan pelayanan dan penyelesaian keluhan/persoalan dalam pelaksanaan pelayanan
publik.
g. Kelengkapan sarana dan prasaranaTersedianya sarana dan prasarana kerja, peralatan kerja
dan pendukung lainnya yang memadai termasuk penyediaan sarana teknologi telekomunikasi
dan informatika (telematika).
h. Kemudahan akses
Tempat dan lokasi serta sarana pelayanan yang memadai, mudah dijangkau oleh masyarakat,
dan dapat memanfaatkan teknologi telekomunikasi dan informatika.
i. Kedisplinan, kesopanan dan keramahan
Pemberi pelayanan harus bersikap disiplin, sopan dan santun, ramah, serta memberikan pelayanan
dengan ikhlas.
j. Kenyamanan
Lingkungan pelayanan harus tertib, teratur, disediakan ruang tunggu yang nyaman, bersih, rapi,
lingkungan yang indah dan sehat serta dilengkapi dengan fasilitas pendukung pelayanan,
seperti parkir, toilet, tempat ibadah dan lain-lain.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pelayanan publik adalah bentuk pelayanan yang
dilakukan oleh pemerintah baik yang berupa barang maupun jasa guna memenuhi kebutuhan
masyarakat ataupun dalam rangka pelaksanaan peraturan perundang-undangan dengan
berpedoman pada asas dan prinsip pelayanan.
Pengertian pelayanan public menurut ombudsman RI
Sejak dari dalam kandungan sampai ke liang lahat seseorang tak bisa lepas dari urusan pelayanan
publik. Mulai dari persoalan administrasi kependudukan, kesehatan, pendidikan, maupun urusan
penghidupan lainnya. Undang-Undang Dasar 1945 telah mengamanatkan kepada negara untuk
memenuhi kebutuhan dasar setiap warga negaranya.
Berbicara tentang pelayanan publik, sesuai dengan Pasal 1 Ayat (1) Undang-Undang Nomor
25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik dinyatakan bahwa Pelayanan Publik merupakan
kegiatan atau rangkaian dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa,

dan/atau pelayanan administratif yang disediakan penyelenggara pelayanan publik.


Berdasarkan pengertian tersebut, kegiatan pelayanan publik telah diatur pemenuhannya
berdasarkan regulasi yang dibuat oleh pemerintah dengan tujuan utamanya untuk memenuhi
kebutuhan dasar dan kesejahteraan masyarakat.

Pada masa kepemimpinan Presiden RI ke-6, DR. H. Susilo Bambang Yudhoyono telah dirilis
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 Tentang pelayanan Publik yang memiliki 4 tujuan,
yakni memberikan batasan dan hubungan yang jelas terkait hak, tanggung jawab, kewajiban
dan kewenangan setiap pihak dalam penyelenggaraan pelayanan publik, mewujudkan
pelayanan publik yang berasaskan pemerintahan dan korporasi yang baik, terpenuhinya
pelayanan publik yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan meberikan
perlindungan dan kepastian hukum bagi masyarakat dalam pelayanan publik. Lebih rinci lagi,
Undang-Undang tersebut mengatur hak dan kewajiban baik penyelenggara maupun pengguna
pelayanan publik. Setidaknya ada 12 kewajiban penyelenggara dalam menyelenggarakan
pelayanan publik yang harus dipenuhi. Salah satunya adalah melaksanakan pelayanan sesuai
standar pelayanan.
Standar pelayanan adalah tolak ukur yang dipergunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
pelayanan dan acuan penilaian kualitas pelayanan sebagai kewajiban dan janji penyelenggara
kepada masyarakat dalam rangka pelayanan yang berkualitas, cepat, mudah, terjangkau, dan
teratur. Adanya Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik tentunya
memberikan arahan kepada seluruh penyelenggara pelayanan baik penyelenggara negara,

BUMN, BUMD, BHMN hingga swasta maupun persorangan menyelenggaran pelayanan yang
terstandarisasi dengan memenuhi komponen standar pelayanan.
Setiap penyelenggara pelayanan publik berkewajiban memenuhi 14 komponen standar pelayanan
yang meliputi : 1) dasar hukum, peraturan perundang-undangan yang menjadi dasar
penyelenggaraan pelayanan; 2) persyaratan, syarat yang harus dipenuhi dalam pengurusan suatu
jenis pelayanan, baik persyaratan teknis maupun admnistratif; 3) sistem, mekanisme dan
prosedur, tata cara pelayanan yang dibakukan bagi pemberi dan penerima pelayanan, termasuk
pengaduan; 4) jangka waktu penyelesaian, jangka waktu yang diperlukan untuk menyelesaiakan
seluruh proses pelayanan dari setiap jenis pelayanan; 5) biaya/tarif, ongkos yang dikenakan
kepada penerima layanan dalam mengurus dan/atau memperoleh pelayanan dari penyelenggara
yang besarnya ditetapkan berdasarkan kesepakatan antara penyelenggara dan masyarakat; 6)
produk pelayanan, hasil pelayanan yang diberikan dan diterima sesuai dengan ketentuan yang
telah ditetapkan; 7) sarana, prasarana, dan/atau fasilitas, peralatan dan fasilitas yang diperlukan
dalam penyelenggaraan
pelayanan, termasuk peralatan dan fasilitas bagi kelompok rentan; 8) kompetensi pelaksana,
kemampuan yang harus dimiliki oleh pelaksana meliputi pengetahuan, keahlian, keterampilan,
dan pengalaman; 9) pengawasan internal, pengendalian yang dilakukan oleh pimpinan satuan
kerja atau atasan langsung pelaksana; 10) penanganan pengaduan, saran, dan
masukan, tata cara pelaksanaan penanganan pengaduan dan tindak lanjutnya; 11) jumlah
pelaksana, tersedianya pelaksana sesuai dengan beban kerja; 12) jaminan pelayanan yang
memberikan kepastian pelayanan dilaksanakan sesuai dengan standar pelayanan; 13) jaminan
keamanan dan keselamatan pelayanan dalam bentuk komitmen untuk memberikan rasa aman,
bebas dari bahaya dan risiko keragu-raguan; dan 14) evaluasi kinerja pelaksanan, penilaian untuk

mengetahuai seberapa jauh pelaksanaan kegiatan sesuai standar pelayanan.

Komponen standar pelayanan publik ini didesain untuk memberikan akses informasi
seluas-
luasnya kepada publik sehingga masyarakat dimudahkan menjangkau pelayanan dasar yang
mengarah kepada kesejahteran masyarakat. Di samping itu, dengan terpenuhinya standar
pelayanan tersebut, dapat meminimalisir tindakan-tindakan maladminsitrasi seperti pungutan
liar, penyimpangan prosedur, penudaan berlarut dan sebagainya yang merupakan celah
terjadinya tindakan korupsi. Adanya standar pelayanan publik memberikan keterbukaan
akses
informasi kepada masyarakat sehingga dalam sebuah pelayanan baik persyaratan, prosedur,
biaya dan jangka waktu dapat diukur dan diketahui masyarakat tanpa mengalami kebingungan
serta menunutut pengawasan masyarakat dalam penyelenggaraannya.
Dengan
terpenuhnya standar pelayanan publik tersebut, harapannya hanyalah mewujudkan Indonesia
menjadiwelfare state yang dapat memenuhi kebutuhan dasar sebagai bentuk mekanisme
pemerataan terhadap kesejangan yang ada.
Sejurus dengan hal tersebut, Undang-Undang tersebut juga mengatur 9 hak masyarakat/pengguna
pelayanan publik. Salah satunya, masyarakat berhak untuk mengawasi
pelaksanaan pelayanan publik. Hak inilah yang menjadi bekal bagi masyarakat untuk
mengawal dan mengendalikan penyelenggaraan pelayanan publik. Tanpa pengaturan hak ini
pun, sebenarnya fungsi pengawasan pelayanan publik telah melekat kepada masyarakat.
Ini
dikarenakan sumber pembiayaan pelayanan publik yang diselenggarakan oleh pemerintah
merupakan hasil pajak yang disetorkan masyarakat pelayanan publik.

Masalah-masalah pelayanan public di Indonesia


Publik selalu menuntut kualitas pelayanan publik dari birokrat, meskipun tuntutan ini tidak
sesuai dengan harapan karena pelayanan publik secara empiris yang terjadi selama ini masih
ditandai dengan hal-hal seperti berbelit-belit, lambat, mahal, ketidakpastian melelahkan,.
Dalam keadaan seperti itu terjadi karena orang masih diposisikan sebagai pihak yang
"melayani" tidak dilayani. Jika dianggap isu-isu pelayanan publik di Indonesia, masalah utama
dari pelayanan publik saat ini dikaitkan dengan peningkatan kualitas layanan itu
sendiri. Menurut Albrecht dan Zemke (1990) kualitas pelayanan publik merupakan hasil interaksi
dari berbagai aspek, sistem pelayanan, sumber daya manusia penyedia layanan, strategi, dan
pelanggan. Sementara Mohammad (2003) menyatakan bahwa kualitas pelayanan
tergantung pada aspek- aspek seperti bagaimana pola pelaksanaannya, dukungan sumber daya
manusia, dan manajemen kelembagaan. Perspektif Baru untuk Layanan Publik dan Pemerintahan
yang Baik dianggap paling tepat untuk kondisi saat ini dalam menangani isu- isu pelayanan publik
di Indonesia, dengan menggunakan model seperti piagam warga teladan, model KYC (Know
Your Customer), dan m-Government model.
Pelayanan publik zaman masa kini tentu harus mengikuti perubahan, sayangnya lebih sering
pelayanan publik kita yang dilindas oleh perubahan akibatnya masyarakat semakin merugi. Jika
kita uraikan beberapa potret buram pelayanan publik di Indonesia sebagai berikut:
1. masih banyak instansi yang tidak memiliki prosedur yang jelas dalam menyediakan
pelayanan, prosedur pelayanan yang berbelit-belit sangat menyusahkan kita sebagai
pengguna pelayanan publik.
2. waktu pelayanan umumnya tidak efisien dan merugikan masyarakat yang sedang
membutuhkan pelayanan, pelayanan sangat lambann yang memakan waktu berjam-jam, hal
ini sangat tidak efisien.
3. keterampilan petugas pelayanan tergolong masih rendah dan tidak sesuai dengan
pekerjaan
untuk memberikan pelayanan yang baik.
4. masih banyak petugas menunjukkan sikap, cara berbicara atau memberitahukan sesuatu
yang tidak ramah, bahkan sebagian ada yang merasa berada pada posisi superior dan arogan.
5. masih ada instansi-instansi pemberi pelayanan yang belum menggunakan prasarana dan

sarana yang layak dan sesuai perkembangan jaman, hal ini juga menjadi penyebab berkurangnya
efektivitas dan efisiensi pelayanan publik. Selain beberapa hal diatas, realitas

saat ini yang menyebabkan kualitas pelayanan publik masih tergolong rendah ialah penyelenggara
pelayanan publik belum memahami hakikatnya dalam memberikan pelayanan,
staf yang menjadi pelayan publik tidak bekerja sesuai bidangnya, dan beberapa pelayan publik
juga belum kompeten dan cepat tanggap untuk melayani masyarakat. Selain itu, yang
menjadikan pelayanan publik tidak maksimal ialah maraknya korupsi di kalangan aparat
pemerintahan. Di mana anggaran yang seharusnya digunakan untuk memperbaiki kualitas
pelayanan publik, namun anggaran tersebut disalahgunakan oleh pihak yang tidak bertanggung
jawab. Bagi masyarakat, kondisi pelayanan publik ini diperburuk pula dengan ketidakjelasan
mekanisme pengaduan yang dapat mereka tempuh ketika mendapatkan layanan yang
mengecewakan atau di luar standar.
Strategi dalam mengatasi masalah public
Pelayanan publik dalam pemerintahan yang baik harus memenuhi kualitas yang harus dipenuhi.
Pelayanan publik yang ada harus berfungsi untuk mengurangi atau bahkan menghilangkan
kesenjangan peran antara organisasi pusat dengan organisasi-organisasi pelaksana yang ada
dilapangan. Untuk mewujudkan pelayanan publik yang baik maka dalam
menempatkan jumlah dan kualitas staf atau aparat harus kompeten dan memiliki pemahaman
akan pelayanan publik yang baik sehingga pelayanan publik dapat tepat sasaran dan pelayanan
yang diberikan juga dapat mendekatkan birokrasi dengan masyarakat. Dalam pelayanan prima
kepuasan masyarakat menjadi tujuan utama. Kepuasan ini dapat terwujud

jika pelayanan yang diberikan sesuai dengan standar pelayanan yang telah ditetapkan. Melayani
masyarakat dengan baik merupakan tanggungjawab bagi semua instansi pemerintah. Dengan
demikian maka setiap pegawai dalam instansi pemerintah harus melayani masyarakat dan
mempelajari cara meningkatkan keterampilan untuk melayani. Di dalam keterampilan melayani,
termasuk pula di dalamnya adalah penguasaan terhadap pengetahuan jasa layanan yang diberikan,
karena hal ini akan menunjukan kepada masyarakat
bahwa pegawai dalam instansi pemerintah tersebut adalah seorang profesional di bidang
Manajemen Pelayanan Publik. Dan juga penerapan etika memiliki keterkaitan erat dengan dunia
pelayanan publik. Hal tersebut diperkuat oleh pernyataan Keban (2005:3) yang menyatakan
bahwa di sekitar tahun 1900 sampai tahun 1929 adanya saran klasik untuk
memisahkan administrasi dari politik (dikotomi) yang menunjukan bahwa administrator
sungguh-sungguh netral, bebas dari pengaruh politik ketika melakukan pelayanan publik. Akan
tetapi kritik bermunculan menentang ajaran dikotomi administrasi politik pada tahun 1930-an
sehingga perhatian mulai ditujukan kepada keterlibatan para administrator dalam keputusan-
keputusan atau kebijakan publik. Dan sejak saat itu mata publik mulai memberikan perhatian
khusus terhadap ”permainan etika” yang dilakukan oleh para birokrat

pemerintahan. Penilaian keberhasilan seorang administrator atau apparat pemerintah tidak


semata didasarkan pada pencapaian kriteria efisiensi, ekonomi dan prinsip-prinsip administrasi
lainnya, tetapi juga kriteria moralitas, khususnya terhadap kontribusinya terhadap public interest
atau kepentingan umum. Penerapan etika dalam penyelenggaraan

pelayanan publik akan meningkatkan kualitas pelayanan publik. Etika yang dimulai dari etika
terhadap diri sendiri hingga etika dalam konteks yang lebih luas merupakan suatu pedoman dalam

bertingkah laku. Alangkah indahnya, jika semua warga negara mampu memiliki sikap

mental yang menjunjung prinsip-prinsip beretika,dalam hal pelayanan public dimana aparatur
sebagai pemberi pelayanan dan public sebagai penerima pelayanan.

Kesimpulan
Melayani masyarakat dengan baik merupakan tanggung jawab bagi semua instansi
pemerintah.dengan demikian maka setiap pegawai dalam instansi harus melayani masyarakat
dan mempelajari cara meningkatkan keterampilan untuk melayani.didalam keterampilan
melayani,termasuk pula di dalamnya ada penguasaan terhadap pengetahuan jasa yg
diberikan,karena hal ini akan menunjukan kepada masyarakat bahwa pegawai dalam instansi
pemerintahan tersebut adalah orang yg professional dibidang manajemen pelayanan public.dan
juga jangan lupa etika dalam penyelenggaraan pelayanan public akan meningkatkan kualitas
pelayanan public.etika yg dimulai cukup sederhana,yaitu mulai dari diri sendiri hingga etika
dalam konteks yang lebih luas merupakan suatu pedoman bertingkah laku.alangkah
indahnya,jika semua warga negara mampu memiliki sikap mental yang menjunjungtinggi prinsip
beretika ,dalam pelayanan public dimana aparatur sebagai pemberi pelayanan dan public sebagai
penerima pelayanan.

Sumber referensi :
Pelayanan Publik - KajianPustaka.com
Potret Buram Pelayanan Publik di Indonesia (suara.com) PENTINGNYA
STANDAR PELAYANAN PUBLIK - Ombudsman RI
Masalah Pelayanan Publik di Indonesia Dalam Perspektif Administrasi Publik | Mahsyar | Otoritas
: Jurnal Ilmu Pemerintahan (unismuh.ac.id)

Anda mungkin juga menyukai