Anda di halaman 1dari 9

RESUME

Judul : Tinjauan Umum tentang Transportasi Umum Pelayanan Publik dan


Pengujian Kendaraan Bermotor

A. Pelayanan Publik.

1. Pengertian Pelayanan

Publik Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) dijelaskan mengenai


pelayanan yaitu sebagai usaha untuk memenuhi kebutuhan orang lain. Sedangkan
melayani adalah untuk membantu menyiapkan atau mengurus apa yang diperlukan
seseorang. Pelayanan publik diartikan pemberi layanan atau melayani keperluan orang
atau masyarakat yang mempunyai kepentingan pada organisasi itu sendiri dengan aturan
pokok dan tata cara yang telah ditetapkan. Jadi dapat disimpulkan bahwa pelayanan
merupakan aktivitas yang dapat dirasakan melalui hubungan antara penerima dan
pemberi layanan yang menggunakan peralatan berupa organisasi atau lembaga
perusahaan. Publik adalah sejumlah manusia yang memiliki kepentingan dan harapan
sama yaitu kepentingan yang berhubungan dengan orang banyak

Selanjutnya Kepmenpan No.63/KEP/M.PAN/7/2003 tentang Pedoman Umum


Penyelenggaraan Pelayanan Publik, memberikan pengertian pelayanan publik adalah
segala kegiatan pelayanan yang dilaksanakan oleh penyelenggara pelayanan publik
sebagai upaya pemenuhan kebutuhan penerima pelayanan maupun pelaksanaan ketentuan
peraturan perundang-undangan. Sedangkan dalam UU 25/2009 Pasal 1, dijelaskan
pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam pemenuhan kebutuhan
pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap warga negara dan
penduduk atas barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif yang disediakan oleh
penyelenggara pelayanan publik. Dengan demikian, pelayanan publik adalah pemenuhan
keinginan dan kebutuhan masyarakat oleh penyelenggara negara.

Dalam pelayanan publik, administrasi publik terbentuk karena jalinan hubungan


saling mempengaruhi antara administrasi publik disatu pihak serta faktor-faktor internal
dan eksternal dilain pihak. Sistem administrasi publik dibentuk dengan maksud untuk
menanggulangi masalah-masalah administrasi publik terutama dalam pelayanan publik.

Untuk memahami beberapa masalah yang sering menjadi keluhan public terkait
pelayanan birokrasi pemerintahan oleh aparat, diantaranya :

a. Memperlambat proses penyelesaian pemberian izin.


b. Mencari berbagai dalih, seperti kekuranglengkapan dokumen pendukung,
keterlambatan pengajuan permohonan, dan dalih lain yang sejenis.
c. Alasan kesibukan melaksanakan tugas lain.
d. Senantiasa memperlambat dengan menggunakan kata-kata “sedang diproses”.

Pembenahan sistem pelayanan aparatur sekarang ini harus menjadi prioritas,


bagaimana pelayanan aparatur akan menentukan mati-hidupnya aktivitas publik, karena
mereka harus melalui perizinan dan peraturan-peraturan pemerintahan. Prinsip catalytic
government, yang mengandung arti bahwa aparatur pemerintah dalam memberikan
pelayanan publik bertindak sebagai katalisator, memberikan kemudahan dan kelancaran.
Untuk itu dibutuhkan visi yang jelas dalam memberikan pelayanan yang terdepan untuk
masyarakatnya.

2. Dasar Hukum Pelayanan Publik

Dengan diterapkannya kebijakan Undang-Undang Nomor 23 tahun 2014 tentang


Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 96,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5025, yang selanjutnya disebut
UU 23/2014), dilihat dari sisi pelayanan pubik, diharapkan 6 point of delivery menjadi
lebih pendek, dalam arti titik pengiriman antara pelayanan menjadi lebih dekat ke
masyarakat. Pada UU 25/2009 Pasal 2 disebutkan pelayanan publik disini mempunyai
maksud supaya diberikannya kepastian hukum dalam hubungan antara masyarakat
dengan pemerintah dan dalam Pasal 3 disebutkan pula mengenai tujuan dari pelayanan
publik itu salah satunya adalah terwujudnya perlindungan dan adanya suatu kepastian
hukum untuk masyarakat tentang penyelenggaraan dalam hal pelayanan publik.
Sementara itu menurut Keputusan MENPAN Nomor 63 Tahun 2003 tentang
Pedoman Umum Penyelenggaraan Pelayanan Publik, pelayanan publik dapat
dikelompokkan kedalam 3 (tiga) kelompok besar, yaitu:

a. Pelayanan administratif
b. Pelayanan barang
c. Pelayanan jasa

Menurut Mardiasmo, salah satu tugas pokok pemerintah adalah memberikan


pelayanan kepada masyarakat (public service). Pemberian pelayanan publik pada
dasarnya dibiayai melalui pembebanan langsung kepada masyarakat sebagai
konsumen jasa publik (charging for service).

3. Penyelenggara Pelayanan Publik

Penyelenggara pelayanan publik adalah unit kerja pada Instansi Pemerintah


yang secara langsung memberikan pelayanan kepada penerima pelayanan publik.
Sedangkan pemberi pelayanan publik adalah pejabat/pegawai instansi pemerintah
yang melaksanakan tugas dan fungsi pelayanan publik sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.

Pelayanan publik dapat didefinisikan sebagai serangkaian aktivitas yang


dilakukan oleh birokrasi publik untuk memenuhi kebutuhan warga pengguna.
Pengguna atau Pelanggan yang dimaksudkan disini adalah warga Negara yang
membutuhkan pelayanan publik.

B. Transparansi Dalam Penyelenggaraan Pelayanan Publik

1. Pengertian Transparansi

Transparansi merupakan salah satu prinsip dalam perwujudan pemerintahan


yang baik. transparansi dapat diartikan sebagai keterbukaan dalam melaksanakan
suatu proses kegiatan dan merupakan salah satu syarat penting untuk menciptakan
good governance.
Transparansi dalam penyelenggaraan publik adalah segala kegiatan
pelayanan yang dilaksanakan oleh penyelenggara pelayanan publik sebagai upaya
pemenuhan kebutuhan penerima pelayanan maupun pelaksanaan ketentuan
peraturan perundang-undangan, yang bersifat terbuka, mudah, dan dapat diakses
oleh semua pihak yang membutuhkan serta disediakan secara memadai dan
mudah dimengerti oleh semua penerima kebutuhan pelayanan.

Di Indonesia, penyelenggaraan pelayanan publik secara umum didasarkan


pada filosofi dari UUD NRI Tahun 1945 dan UU 23/2014. Khusus untuk kebijakan
transparansi dalam penyelenggaraan pelayanan publik dijabarkan dalam Kep.
Menpan RI No. KEP/26/M.PAN/2/2004 tentang Petunjuk Teknis Transparansi dan
Akuntabilitas Dalam Penyelenggaraan Pelayanan Publik.

Tujuannya adalah untuk memberikan kejelasan bagi seluruh penyelenggara


pelayanan publik dalam melaksanakan pelayanan publik agar berkualitas dan sesuai
dengan tuntutan dan harapan masyarakat.

2. Transparansi Penyelenggaraan Pelayanan Publik

Transparansi penyelenggaraan pelayanan publik adalah pelaksanaan tugas


dan kegiatan yang bersifat terbuka bagi masyarakat dari proses kebijakan,
perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan/pengendaliannya, serta mudah diakses
oleh semua pihak yang membutuh kan informasi.

Selanjutnya penyelenggaran pelayanan publik juga ditetapkan dalam bentuk


Kep. Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 63 Tahun 2003 Tentang
Pedoman Umum Penyelenggaraan Publik adalah Segala bentuk kegiatan pelayanan
umum yang dilaksanakan oleh instansi pemerintah di pusat, di daerah dan lingkungan
BUMN atau BUMD dalam bentuk barang dan jasa, baik dalam rangka upaya
pemenuhan kebutuhan masyarakat maupun ketentuan peraturan perundang-undangan.

Keterbukaan sangat diperlukan untuk mengurangi peluang timbulnya perilaku


aparatur yang dapat merugikan negara dan masyarakat. Selanjutnya, menurut
Ratminto dan Winasih, paling tidak ada 11 (sebelas) dimensi atau kondisi aktual
yang diharapkan terjadi dalam transparansi penyelenggaraan pelayanan publik,
yaitu:

1. Manajemen dan pelaksanaan pelayanan publik harus diinformasikan


dan mudah diakses oleh masyarakat.
2. Prosedur pelayanan harus dibuat dalam bentuk Bagan Alir.
3. Persyaratan teknis dan administratif pelayanan harus diinformasikan
secara jelas pada masyarakat.
4. Kepastian rincian biaya pelayanan harus diinformasikan secara jelas
pada masyarakat.
5. Kepastian dan kurun waktu penyelesaian pelayanan harus
diinformasikan secara jelas pada masyarakat.
6. Pejabat atau petugas yang berwenang dan bertanggung jawab
memberikan pelayanan harus ditetapkan secara formal berdasarkan
SK.
7. Persoalan/sengketa, diwajibkan memakai tanda pengenal dan papan
nama di meja/tempat kerja petugas.
8. Lokasi pelayanan harus jelas.
9. Janji pelayanan harus tertulis secara jelas.
10. Standar pelayanan publik harus realistis dan dipublikasikan pada
masyarakat.
11. Informasi Pelayanan harus dipublikasikan dan disosialisasikan pada
masyarakat melalui media.

Prinsip-prinsip transparansi minimal dapat diukur melalui sejumlah indikator


seperti:

1. Mekanisme yang menjamin sistem keterbukaan dan standarisasi dari semua


proses-proses pelayanan publik.
2. Mekanisme yang memfasilitasi pertanyaan-pertanyaan publik tentang
berbagai kebijakan dan pelayanan publik, maupun proses-proses didalam
sektor publik.
3. Mekanisme yang memfasilitasi pelaporan maupun penyebaran informasi
maupun penyimpangan tindakan aparat publik didalam kegiatan melayani.

C. Pengujian Kendaraan Bermotor.

1. Pengertian Pengujian Kendaraan Bermotor

Pengujian kendaraan bermotor sering pula disebut uji kir kendaraan bermotor.
Pada PM No 133/2015, pengujian kendaraan bermotor diartikan sebagai
serangkaian kegiatan menguji dan/atau memeriksa yang dilakukan oleh penguji
pada bagian-bagian kendaraan bermotor, kereta gandengan, kereta tempelan dan
kendaraan khusus dalam rangka pemenuhan terhadap persyaratan teknis dan laik
jalan.

Pada Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2012 tentang Kendaraan


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 120, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5317, yang selanjutnya disebut
dengan PP 55/2012), menyebutkan pengujian kendaraan bermotor terdiri dari
pengujian tipe dan pengujian berkala.

Pada Pasal 140 PP 55/2012 menyebutkan pengujian tipe (prototype)


kendaraan bermotor dibentuk oleh Kementerian Perhubungan dalam hal ini
adalah Direktorat Jenderal Perhubungan Darat Departemen Perhubungan.

Tujuan dilaksanakan pengujian berkala kendaraan bermotor sebagai berikut:

1. Penyelenggaraan pengujian kendaraan bermotor yang dilakukan secara


berkala untuk menjaga agar kendaraan tersebut tidak mengandung
kekurangan-kekurangan secara teknis dan diketahui/tidak atau dapat juga
menimbulkan bahaya bagi lalu lintas, penumpang, dan lingkungan.
2. Hasil dari pengujian kendaraan bermotor dapat dipertanggungjawabkan.
3. Menjaga prasarana jalan dan jembatan agar tidak cepat rusak.

2. Tujuan diadakannya Pengujian Kendaraan Bermotor


Berdasarkan PP 55/2012, pengujian kendaraan bermotor harus dilakukan
secara berkala dalam waktu 6 (enam) bulan sekali untuk menjamin kondisi
kendaraan dalam keadaan laik jalan.

Sedangkan pelaksanaan pengujian berkala kendaraan bermotor yang diatur


berdasarkan PM No 133/2015 dan UU 22/2009 menyebutkan tujuan pelaksanaan
pengujian kendaraan bermotor sebagai berikut:

a. Memberikan jaminan keselamatan secara teknis terhadap penggunaan


kendaraan bermotor;
b. Melestarikan lingkungan dari kemungkinan pencemaran yang diakibatkan
oleh penggunaan kendaraan bermotor di jalan; dan
c. Memberikan pelayanan umum kepada masyarakat.

Dengan diberlakukannya Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000


tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Provinsi sebagai Daerah
Otonom serta UU 23/2014 menyebabkan terjadinya pergeseran-pergeseran
paradigma pemerintahan kearah desentralisasi dengan pemberian otonomi daerah
untuk mengatur dan mengurus pemerintahan di daerah.

3. Peranan dan Manfaat Pengujian Kendaraan Bermotor

Pengujian kendaraan bermotor mempunyai peran dan manfaat sebagai berikut:

1. Mencegah atau memperkecil kemungkinan terjadinya kecelakaan lalu


lintas, kebakaran, pencemaran lingkungan, kerusakan-kerusakan berat
pada waktu pemakaian.
2. Kendaraan bermotor yang telah lulus uji telah melalui serangkaian
pemeriksaan dengan peralatan mekanis akan terdeteksi dini adanya
kerusakan-kerusakan teknis agar tidak terjadi hal-hal yang
membahayakan atau kecelakaan.
3. Pemeriksaan emisi gas buang dimaksudkan untuk mencegah
pencemaran udara, terhadap kendaraan mesin diesel misalnya
dipersyaratkan maksimal 50% opasitas ketebalan asap.
4. Memberikan informasi kepada pengusaha-pemilik tentang daya
angkut kendaraan, Muatan Sumbu Terberat (MST) serta Kelas jalan
yang terendah yang dapat dilalui
5. Setiap kendaraan yang diuji akan diukur kemampuan daya angkut
maupun MST dipertimbangkan dari kelas jalan terendah yang akan
dilalui berikut kemampuan ban yang tersedia, sehingga dapat
mencegah kerusakan jalan dan jembatan maupun kendaraan itu
sendiri.
6. Memberikan saran-saran perbaikan kepada pengusaha/pemilik
kendaraan.

4. Pengujian Kendaraan Bermotor Dengan Sistem Drive Thru

Sistem drive thru memang merupakan suatu inovasi yang baik untuk
meningkatkan pelayanan terhadap pemilik kendaraan wajib uji, dalam
eksposenya bertujuan untuk memberikan kemudahan kepada masyarakat
dalam bentuk pelayanan yang cepat, tepat, mudah, dan murah dalam rangka
pelaksanaan pengujian kendaraan bermotor setiap 2 (dua) kali dalam setahun

Tujuan diberlakukannya sistem drive thru ini yaitu:

1. Sebagai inovasi pelayanan yang bertujuan untuk meningkatkan


kepercayaan masyarakat terhadap kinerja pelayanan publik yang diemban
oleh institusi Dinas Perhubungan.
2. Percepatan pelayanan kepada masyarakat selaku pemilik kendaraan
bermotor wajib uji agar mendapatkan pelayanan dengan mudah, cepat,
akurat, dan aman.
3. Mengurangi adanya pungutan liar yang dilakukan oleh oknum petugas
serta praktek-praktek percaloan yang marak terjadi.
4. Dalam rangka turut mendukung program daerah di Provinsi Bali
khususnya Clean Goverment serta di Kota Denpasar dengan program
Smart City.

Anda mungkin juga menyukai