PENDAHULUAN
Pemerintahan dimanapun di dunia ini
mempunyai tiga tugas utama yang harus dilaksanakan
yakni: to protect the people, to regulate the people dan
to serve the people. To protect the people artinya bahwa
pemerintah wajib melindungi segenap warga negaranya.
Di Indonesia, tugas ini ditegaskan dalam pembukaan
Undang-Undang Dasar 1945 yakni “… melindungi
segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia…”. Tugas perlindungan ini harus diberikan
tanpa memandang kedudukan dan status warga
negara. To regulate the people, mengandung arti bahwa
pemerintah memiliki tugas mengatur dan mengendalikan
rakyat dalam rangka ketertiban umum. Cara yang
dilakukan oleh pemerintah adalah dengan mengeluarkan
berbagai peraturan perundang-undangan dan
melengkapinya dengan sarana dan prasarana yang
dibutuhkan (misalnya, polisi). Sedangkan to serve the
people mengandung arti bahwa pemerintah dimanapun
wajib memberikan pelayanan kepada masyarakat.
Pelayanan yang diberikan kepada masyarakat didasarkan
atas berbagai kebutuhan masyarakat yang sering disebut
dengan public needs and interest. Dengan demikian
maka, sudah menjadi kewajiban pejabat publik untuk
memenuhi segenap kebutuhan masyarakat mulai hal-hal
yang kecil hingga hal-hal yang besar.
Sebagai suatu kewajiban yang diperintahkan
oleh undang-undang maka pemerintah (melalui para
pejabat-pejabatnya) tidak bisa menolak untuk
memberikan palayanan publik kepada masyarakat. Oleh
sebab itulah mengapa mereka (para pejabat itu) dikenal
sebagai abdi masyakat (public servant). Tugas utama
mereka adalah melayani segala kebutuhan warga
masyarakat, tanpa pengecualian. Semakin tinggi
kedudukan seorang pejabat pemerintah maka semakin
besar pula tanggung jawabnya memberikan layanan
publik. Namun sayangnya, banyak pejabat salah paham
dengan posisi dan kedudukan mereka yang seolah
semakin tinggi jabatannya semakin rendah tanggung
jawabnya dan semakin membutuhkan penghormatan
dari rakyat. Inilah paradigma yang harus direformasi
bahwa pejabat pemerintah itu bukan untuk dihormati
tetapi untuk melayani masyakarat. Di era otonomi
daerah dan pemilihan secara langsung (direct voting)
setidaknya telah memberikan sedikit perubahan itu. Para
kepala daerah mulai mengubah gaya kepemimpinannya
yang sering kita kenal dengan istilah blusukan atau turba
(turun ke bawah) untuk memastikan bahwa masyarakt
telah mendapatkan hak-haknya atas pelayanan publik.
Sebagian dari mereka tidak segan untuk segera
mengganti pejabat-pejabat yang tidak kompeten di
bidang tertentu atau yang kinerjanya tidak sesuai
dengan harapan masyarakat. Dengan cara seperti ini
maka masyarakat dapat mengadukan secara langsung
keluhan-keluhan mereka atas buruknya kualitas
pelayanan publik yang diberikan oleh pejabat-pejabat
pemerintah daerah.
Undang-undang pelayanan publik (UU nomor 25
tahun 2009) menjadi sangat penting untuk diketahui
setiap warga negara sebab undang-undang ini dapat
memberikan kepastian hukum dalam hubungan antara
masyarkat dan penyelenggara dalam pelayanan publik,
sebagaimana tertulis pada pasal pasal 2. Dengan
demikian maka masyarakat dapat memahami hak-hak
atas pelayanan publik sebagaimana diatur dalam
undang-undang tersebut.
PENUTUP
Pelayanan publik sejatinya merupakan hak
masyarakat dan sekaligus kewajiban pemerintah.
Masyarakat berhak mendapatkan layanan publik yang
terbaik dan pemerintah wajib memberikan pelayanan
terbaiknya menurut ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
Saat ini masyarakat tidak lagi menjadi objek dari
pelayanan publik semata-mata melainkan juga menjadi
subjek, dengan keterlibatannya dalam setiap proses
pelayanan publik sejak perencanaan, pelaksanaan,
evaluasi dan menikmati hasil layanan. Oleh sebab itu
peran serta masyarakat dalam rangka peningkatan
kualitas pelayanan publik di daerahnya masing-masing
sangatlah penting. Masyarakat dapat terlibat aktif dalam
proses pelayanan publik baik secara sendiri-sendiri
maupun berkelompok. Disamping itu kualitas pelayanan
publik juga dapat terjaga berkat adanya Ombudsman.