Anda di halaman 1dari 67

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945 mengamanatkan bahwa tujuan didirikan Negara Republik

Indonesia, antara lain adalah untuk memajukan kesejahteraan umum dan

mencerdaskan kehidupan bangsa. Amanat tersebut mengandung makna

Negara berkewajiban memenuhi kebutuhan setiap warga Negara melalui

suatu sistem pemerintahan yang mendukung terciptanya penyelenggaraan

pelayanan publik yang prima dalam rangka memenuhi kebutuhan dasar hak

sipil setiap warga Negara atas barang publik, jasa publik, dan pelayanan

administratif.

Melihat dari pernyataan di atas, sesuai dengan tujuan Negara, maka

pembentukan pemerintah Indonesia diarahkan untuk mencapai kesejahteraan

masyarakat, melalui penyelenggaraan kepentingan umum (pelayanan sosial

atau pelayanan publik). Dalam hal ini pemerintah harus paham akan tuntutan

masyarakat akan pelayanan yang baik.

Saat ini penyelenggaraan pelayanan publik dihadapkan pada kondisi

yang tidak sesuai dengan kebutuhan dan perubahan di berbagai bidang

kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Tuntutan masyarakat

akan pelayanan publik yang lebih baik juga nampak di pemberitaan sehari-

hari. Oleh karena itu pemerintah dalam kewajibannya memenuhi kebutuhan

1
setiap warga Negara harus memberikan pelayanan terbaik kepada

masyarakat. Karena Pada hakekatnya pemerintah menyelenggarakan fungsi

pelayanan kepada masyarakat (public service), atau pemerintah adalah

pelayan bagi masyarakat. Ia tidaklah diadakan untuk melayani dirinya

sendiri, tetapi untuk melayani mengembangkan kemampuan dan

kreativitasnya demi mencapai tujuan bersama.

Untuk mewujudkan pemerintah yang menjalankan fungsinya sebagai

pelayan dalam penyelenggaraan pelayanan publik diperlukan sebuah

kebijakan yang mengatur tentang pelayanan publik. Dalam hal ini,

pemerintah akhirnya membuat kebijakan yaitu Undang-Undang Nomor 25

Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik. Undang-Undang ini dimaksudkan

untuk memberikan kepastian hukum bagi pihak penyelenggara pelayanan

publik maupun masyarakat. Aparatur penyelenggara harus merasa memiliki

kewajiban hukum untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat,

sedangkan masyarakat merasa apa yang harus dilakukan oleh aparatur

Negara tersebut merupakan hak dari masyarakat. Mengenai keinginan

undang-undang ini, selanjutnya dapat dilihat atau tercermin di dalam

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009, yang didalam ketentuan pada pasal

4 disebutkan, sebagai berikut :

1. Terwujudnya batasan dan hubungan yang jelas tentang hak, tanggung

jawab, kewajiban, dan kewenangan seluruh pihak yang terkait dengan

penyelenggaraan pelayanan publik.

2. Terwujudnya sistem penyelenggaraan pelayanan publik yang layak sesuai

2
dengan asas-asas umum pemerintahan dan korporasi yang baik.

3. Terpenuhinya penyelenggaraan pelayanan publik sesuai dengan peraturan

perundang-undangan.

4. Terwujudnya perlindungan dan kepastian hukum bagi masyarakat dalam

penyelenggaraan pelayanan publik.

Selanjutnya Asas pelayanan publik juga dapat dilihat dalam Undang-

Undang Nomor 25 Tahun 2009 dalam ketentuan pasal 4 yaitu :

1. Kepentingan umum

2. Kepastian hukum Kesamaan hak

3. Keseimbangan hak dan kewajiban

4. Keprofesionalan

5. Partisipatif

6. Persamaan perlakuan/tidak diskriminatif

7. Keterbukaan

8. Akuntabilitas

9. Fasilitas dan perlakuan khusus bagi kelompok rentan

10. Ketepatan waktu

11. Kecepatan, kemudahan, dan keterjangkauan.

Berdasarkan ketentuan pasal tersebut dapat dikemukakan, bahwa

pelayanan publik merupakan kewajiban pemerintah untuk dilaksanakan

sebaik-baiknya, baik dalam hal pelayanan administrasi, maupun pelayanan

atas barang jasa. Oleh karena itu sesungguhnya tidak cukup alasan untuk

tidak memberikan pelayanan yang baik kepada masyarakat, sebab hal

3
tersebut adalah kewajiban bagi aparat penyelenggara Negara untuk

memberikan pelayanan yang terbaik.

Semenjak berlakunya Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009

Tentang Pelayanan Publik pada tahun 2009 hingga sekarang masih

menimbulkan permasalahan. Karena Undang-Undang tersebut belum

sepenuhnya dilaksanakan oleh pemerintah. Secara empiris pelayanan publik

masih bercirikan berbelit-belit, lambat, mahal, dan melelahkan.

Kecendrungan seperti itu terjadi karena masyarakat masih diposisikan

sebagai pihak yang melayani, bukan yang dilayani.

Hal yang sama juga terungkap dalam pemberitaan Harian Kompas

dengan tajuk “melayani atau dilayani” disebutkan bahwa:

“Birokrat cenderung memposisikan diri sebagai “priyayi” jika berhadapan

dengan warga masyarakat. Kalau masyarakat perlu berbagai surat izin dan

surat keterangan lainnya, atau meminta pelayanan lainnya, atau meminta

pelayanan kesehatan dan kebersihan, maka masyarakat cenderung

memposisikan dirinya sebagai “abdi dalem” yang membutuhkan pelayanan

dari priyayi. Karenanya masyarakat sering kali bersikap menyenangkan hati

para sang priyayi yang nota benenya adalah birokrat pelayan publik. Apapun

caranya, dari mulai bersikap ramah hingga pemberian uang sebagai upeti.

Keadaan seperti ini semakin mempertegas masih buruknya pelayanan

publik.”1

Dari uraian diatas dapat dikemukakan, bahwa kurang terpenuhinya

1
Husni Thamrin, Hukum Pelayanan Publik di Indonesia, (Yogyakarta: Aswaja Pressindo,
2013), hal. 5-6.

4
hak-hak masyarakat untuk mendapatkan pelayanan yang baik dari

pemerintah. Serta belum maksimalnya pemerintah dalam

mengimplementasikan Undang-Undang tentang pelayanan publik. Oleh

karena itu Implementasi pelayanan publik harus dibenahi dari sistem

pelayanannya, agar mewujudkan suatu kondisi pelayanan publik yang baik.

Pelaksanaan pelayanan publik seharusnya lebih cepat dan mudah,

bahkan ada yang gratis, namun dirasakan oleh sebagian masyarakat hal itu

tidak demikian, menunjukan bahwa pelayanan publik tersebut belum sesuai

dengan asas akuntabilitas. Pelayanan publik yang sebenarnya memberikan

kesempatan kepada masyarakat untuk memperoleh informasi dan

memberikan penjelasan sebaik-baiknya namun bagi masyarakat hal itu

bukan persoalan mudah, menunjukkan bahwa asas keterbukaan belum

sepenuhnya terwujud.

Begitu pula dengan belum sepenuhnya kepastian hukum dan rasa

keadilan masyarakat dalam pelayanan pula menunjukan bahwa asas

kepastian hukum belum sepenuhnya berjalan. Oleh karena itu asas-asas

undang-undang pelayanan publik harus dilaksanakan sungguh- sungguh,

agar pelayanan publik dapat diselenggarakan dengan baik dan akan

memberikan kepuasan tersendiri bagi masyarakat sebagai pihak yang

memperoleh pelayanan.

Dinas peternakan dan perikanan merupakan salah satu organisasi

pelayanan publik di Kabupaten Bungo pada bidang peternakan dan

perikanan. Namun Pada penelitian ini penulis hanya terfokus pada

5
pelayanan publik bidang peternakan. Dinas peternakan adalah institusi

pemerintah daerah yang memberikan pelayanan umum kepada peternak

yang memiliki orientasi tidak semata-mata hanya mengambil keuntungan

tapi lebih kepada unsur social yang dituntut dapat meningkatkan pelayanan.

Hal ini dilakukan untuk meningkatkan kualitas layanan agar sesuai dengan

kode etik dan standar pelayanan serta memuaskan peternak.

Dinas peternakan juga berperan untuk menyampaikan informasi

terbaru di bidang peternakan. Selain itu, dinas peternakan memiliki

kewajiban untuk membantu peternak yang mengalami masalah di lapangan,

membimbing peternak dan sebagai sumber informasi bagi peternak.

Hasil observasi awal penulis di Dinas Peternakan Kabupaten Bungo

dapat diketahui bahwa pelayanan publik di Dinas Peternakan belum

dilakukan secara maksimal. Secara terperinci hasil observasi penulis adalah

sebagai berikut:

1. Masalah waktu pelayanan, contohnya saat masyarakat mengurus surat

izin usaha bidang peternakan, tidak sesuai dengan waktu yang ditetapkan

yaitu yang seharusnya tiga hari namun pada kenyataannya membutuhkan

waktu enam hingga tujuh hari.

2. Minimnya petugas di bagian pelayanan, ini menyebabkan pengguna

layanan harus menunggu lama.

3. Pegawai terkesan kurang ramah dalam memberikan pelayanan, serta

kurangnya respon terhadap masyarakat yang menggunakan pelayanan.

Hal ini tentu sangat mengganggu kualitas pelayanan yang diberikan.

6
Dari uraian diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian

dengan judul “Implementasi Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009

Tentang Pelayanan Publik Di Dinas Peternakan dan Perikanan

Kabupaten Bungo Provinsi Jambi”.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Implementasi Undang-undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang

Pelayanan Publik di Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bungo

Provinsi Jambi?

2. Apa kendala Implementasi Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009

Tentang Pelayanan Publik di Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten

Bungo Provinsi Jambi?

3. Apa Upaya Yang Dilakukan Dalam Mengimplementasikan Undang-

Undang Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik di Dinas

Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bungo Provinsi Jambi?

C. Batasan Masalah

Untuk lebih terarahnya pembahasan penelitian ini maka penulis perlu

membatasi bahasan penelitian ini pada sekitar hal-hal yang berkaitan dengan

implementasi implementasi undang-undang nomor 25 tahun 2009 tentang

pelayanan publik di Dinas Peternakan Kabupaten Bungo.

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan di atas, maka tujuan dari penelitian skripsi

ini adalah :

1. Untuk mengetahui dan menganalisi bagaimana implementasi undang-

7
undang nomor 25 tahun 2009 tentang pelayanan publik di Dinas

Peternakan Kabupaten Bungo.

2. Untuk mengetahui dan menganalisis apa kendala implementasi undang-

undang nomor 25 tahun 2009 tentang pelayanan publik di Dinas

Peternakan Kabupaten Bungo.

3. Untuk mengetahui dan menganalisis apa upaya yang dilakukan dalam

mengimplementasikan undang-undang nomor 25 tahun 2009 tentang

pelayanan publik di Dinas Peternakan Kabupaten Bungo.

E. Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk:

1. Menambah pengetahuan dan wawasan serta menganalisis kajian-kajian

baru untuk wahana bidang keilmuan khususnya Program Studi Ilmu

Pemerintahan di Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

2. Bagi pihak yang terkait, khususnya bagi praktisi pendidikan, masyarakat

umum maupun pemerintah. Penelitian ini juga dibuat sebagai sumbangsih

penulis untuk referensi kepada Pemerintah dalam upaya peningkatan

pelayanan publik di Dinas peternakan Kabupaten Bungo dan juga dapat

dijadikan bahan rujukan dalam rangka penelitian lanjutan tentang pelayanan

publik.

3. Penulisan karya ilmiah ini menjadi salah satu persyaratan dalam

memproleh gelar sarjana satu (S1) dalam jurusan Ilmu Pemerintahan pada

Fakultas Syari’ah di Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin

Jambi.

8
F. Kerangka Teori

1. Kebijakan Publik

Kebijakan publik diciptakan untuk mengatur kehidupan

masyarakat untuk mencapai tujuan yang telah disepakati bersama.

Menurut, Friedrich dalam Agustino, mengatakan bahwa kebijakan adalah

serangkaian tindakan/kegiatan yang diusulkan oleh seseorang, kelompok,

atau pemerintah dalam suatu lingkungan tertentu dimana terdapat

hambatan- hambatan (kesulitan-kesulitan) dan kemungkinan-kemungkinan

(kesempatan-kesempatan) di mana kebijakan tersebut diusulkan agar

berguna dalam mengatasinya untuk mencapai tujuan yang dimaksud.2

Ranney dalam Wibowo, mengatakan kebijakan publik adalah

tindakan-tindakan tertentu yang telah ditentukan atau pernyataan mengenai

sebuah kehendak.3 Sedangkan Lester memberikan usulan definisi kebijakan

publik, yaitu proses atau serangkaian keputusan atau aktivitas pemerintah

yang didesain untuk mengatasi masalah publik, apakah hal itu riil ataukah

masih direncanakan.4 Lasswell dan Kaplan dalam Islamy, memberikan arti

kebijaksanaan sebagai suatu program pencapaian tujuan, nilai-nilai dan

praktek-praktek yang terarah.5

Berdasarkan uraian diatas, bahwa kebijakan publik merupakan suatu

pedoman yang menyeluruh guna mencegah terjadinya penyimpangan dari

ketentuan-ketentuan yang ditetapkan. Kebijakan juga merupakan suatu


2
Agustino, Dasar-Dasar Kebijakan Publik, (Bandung: Alfabeta, 2006), hlm. 7
3
Eddi Wibowo, Kebijakan Publik Pro Civil Society, (Yogyakarta: YPAPI, 2004), hlm.
45.
Ibid, hlm. 46
4

5
M. Irfan Islami, Prinsip-Prinsip Perumusan Kebijaksanaan Negara, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2007), hlm. 15.

9
rencana yang mengarah pada daya pikir dari pengambilan keputusan kearah

tujuan yang diinginkan. Kebijakan terjadi dan berasal dari seperangkat

keputusan yang tampaknya tetap untuk hal-hal yang sama.

2. Implementasi Kebijakan Publik

Implementasi menurut Mazmanian dan Sabartier yang dikutip oleh

Widodo menjelaskan makna implementasi dengan mengatakan bahwa

memahami apa yang senyatanya terjadi suatu program dinyatakan berlaku

atau dirumuskan yang mencakup baik usaha-usaha untuk

mengadministrasikan maupun untuk menimbulkan dampak nyata pada

masyarakat atau kejadian- kejadian.6

Menurut Van Horn dalam Riant Nugroho mengemukakan bahwa

implementasi kebijakan meliputi tindakan-tindakan yang dilakukan baik oleh

individu/kelompok-kelompok yang diarahkan pada tercapainya tujuan yang

telah digariskan dalam keputusan kebijakan. Implementasi kebijakan dapat

dilihat dari empat aspek, yaitu:7

a. Siapa yang mengimplementasikan kebijakan

b. Hakekat dari proses administrasi

c. Kepatuhan (kompliansi) kepada kebijakan

d. Efek atau dampak dari implementasi kebijakan.

Secara garis besar dapat dikatakan bahwa fungsi implementasi ialah

6
Joko Widodo, Good Governance Telaah Dari Dimensi Akuntabilitas Dan Control
Birokrasi Pada Era Desentralisasi Dan Otonomi Daerah, (Surabaya: Insan Cendikia, 2000), hal.
20.
7
Riant Nugroho, Kebijakan Public, Model Perumusan Implementasi Dan Evaluasi,
(Jakarta: PT. Elexmedia Komputindo, 2002), hal. 65.

10
untuk membentuk suatu hubungan yang memungkinkan tujuan-tujuan atau

sasaran kebijakan Negara yang diwujudkan sebagai hasil akhir kegiatan-

kegiatan yang dilakukan pemerintah.

Selanjutnya, keberhasilan implementasi menurut Grindle (dalam

Subarsono 2005) dipengaruhi oleh 2 variabel besar yakni isi kebijakan

(content of policy) dan lingkungan implementasi (context of implementation).

Yang dimana variabel isi kebijakan mencakup:

a. Sejauh mana kepentingan kelompok sasaran atau target groups termuat

dalam isi kebijakan.

b. Jenis manfaat yang diterima oleh target groups.

c. Sejauh mana perubahan yang diinginkan dari suatu kebijakan.

d. Apakah letak suatu program telah tepat.

e. Apakah suatu kebijakan telah menyebutkan implementasinya dengan rinci.

f. Apakah sebuah program didukung oleh sumber daya yang memadai.

Serta variabel lingkungan kebijakan mencakup :

a. Seberapa besar kekuasaan, kepentingan dan strategi yang dimiliki oleh

para aktor yang terlibat dalam implementasi kebijakan.

b. Karakteristik institusi dan rejim yang berkuasa.

c. Tingkat kepatuhan dan responsivitas kelompok sasaran.

Dari beberapa teori yang menjabarkan tentang implementasi diatas

bahwa dalam suatu keberhasilan dari implementasi atau pelaksanaan pada

sebuah kebijakan ditentukan dari banyak hal terutama menyangkut dari

kepentingan-kepentingan yang terlibat di dalamnya kepentingan- kepentingan

11
yang terlibat di dalamnya untuk mencapai suatu tujuan yang diinginkan.

Jadi dapat disimpulkan bahwa Implementasi kebijakan publik adalah

suatu penerapan dari pelaksanaan sebuah kebijakan seperti Undang- undang,

Peraturan Pemerintah, Keputusan Peradilan, Dekrit Presiden yang pada

dasarnya memiliki maksud atau tujuan agar kebijakan tersebut dilaksanankan

demi kepentingan bersama.

3. Pelayanan Publik

Secara etimologi pelayanan publik terdiri dari dua kata, yaitu

pelayanan, dan publik. Pelayanan adalah kegiatan yang dilakukan oleh

seseorang atau sekelompok orang dengan landasan tertentu dimana tingkat

pemuasannya hanya dapat dirasakan oleh orang yang melayani atau

dilayani, tergantung kepada kemampuan penyedia jasa dalam memenuhi

harapan pengguna.8

Menurut Kotler dalam Sampara, pelayanan adalah setiap kegiatan

yang menguntungkan dalam suatu kumpulan atau kesatuan, dan

menawarkan kepuasan meskipun hasilnya tidak terikat pada suatu produk

secara fisik.9 Selanjutnya Sampara berpendapat, Pelayanan adalah suatu

kegiatan atau urutan kegiatan yang terjadi dalam interaksi langsung antar

seorang dengan orang lain atau mesin secara fisik, dan menyediakan

kepuasan pelanggan.10

8
Moenir A.S, Manajemen Pelayanan Umum di Indonesia, (Jakarta: Bina Aksara, 2008),
hlm. 26-27.
9
STIA LAN, Manajemen Kualitas Pelayanan, (Jakarta: STIA LAN Press, 2000), hal. 8.
10
Ibid, hal. 6

12
Sedangkan publik adalah sejumlah manusia yang memiliki

kebersamaan berfikir, perasaan, harapan, sikap, dan tindakan yang benar

dan baik berdasarkan nilai-nilai norma yang mereka miliki.11

Menurut Aswin, pelayanan publik adalah segala kegiatan dalam

rangka pemenuhan kebutuhan dasar sesuai dengan hak-hak dasar setiap

warga negara dan penduduk atas suatu barang, jasa, atau pelayanan

administrasi yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan yang terkait

dengan kepentingan publik.12

Untuk memahami lebih jauh mengenai makna dan hakekat

pelayanan publik, selanjutnya dapat dilihat di dalam (Kepmenpan Nomor

63/KEPMEN/PAN/17/2003 dirumuskan bahwa : “Pelayanan publik adalah

segala kegiatan pelayanan yang dilaksanankan oleh penyelenggara

pelayanan publik sebagai upaya pemenuhan kebutuhan penerima pelayanan

maupun pelaksana ketentuan perUndang-Undangan”.13

Karakteristik khusus dari pelayanan publik yang membedakan dari

pelayanan swasta adalah:

a. Sebagian besar layanan pemerintah berupa jasa, dan barang tak nyata.

Contohnya sertifikat, perijinan, peraturan, transportasi, ketertiban,

kebersihan, dan lain sebagainya.

11
Syafi’ie, Inu Kencana, Pengantar Ilmu Pemerintahan, (Jakarta: PT. Pertja, 1999), hal. 5.
12
Aswin. Meningkatkan Kompetensi Aparatur Pemerintah Daerah Dalam Kebijakan Dan
Pelayanan Publik, 2000, hlm. 33.
13
Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor
63/KEP/M.PAN/2003Tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan Pelayanan Publik.

13
b. Selalu terkait dengan jenis pelayanan-pelayanan yang lain, dan

membentuk sebuah jalinan sistem pelayanan yang berskala nasional.

Contohnya dalam hal pelayanan transportasi.

c. Pelanggan internal cukup menonjol, sebagai akibat dari tatanan

organisasi pemerintah yang cenderung birokratis. Dalam pelayanan

berlaku prinsip utamakan pelanggan eksternal lebih dari pelanggan

internal. Namun kondisi nyata dalam hal hubungan antar lembaga

pemerintahan sering memojokkan petugas pelayanan agar mendahulukan

pelanggan internal.

d. Efisiensi dan efektivitas pelayanan akan meningkat seiring dengan

peningkatan mutu pelayanan. Semakin tinggi mutu pelayanan bagi

masyarakat, maka semakintinggi pula kepercayaan masyarakat kepada

pemerintah. Dengan demikian akan semakin tinggi pula peran serta

masyarakat dalam kegiatan pelayanan.

e. Masyarakat secara keseluruhan diperlakukan sebagai pelanggan tak

langsung, yang sangat berpengaruh kepada upaya-upaya pengembangan

pelayanan.

Selanjutnya terkait dengan pengertian tentang pelayanan publik

diatas, maka dapat ditarik suatu pemahaman bahwa pelayanan publik adalah

segala bentuk jasa pelayanan, baik dalam bentuk barang publik maupun jasa

publik yang menjadi tanggung jawab dan dilaksanakan oleh institusi

pemerintah pusat atau daerah dalam rangka pelaksanaan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

14
4. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik

Pelayanan Publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan atau

rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai

dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap warga Negara dan

penduduk atas barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif yang

disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik.

Undang-undang pelayanan publik dimaksudkan untuk

memberikan kepastian hukum dalam hubungan antara masyarakat dan

penyelenggara dalam pelayanan publik. Tujuan Undang-undang tentang

pelayanan publik adalah :

a. Terwujudnya batasan dan hubungan yang jelas tentang hak, tanggung

jawab, kewajiban, dan kewenangan seluruh pihak yang terkait dengan

penyelenggaraan pelayanan publik.

b. Terwujudnya sistem penyelenggaraan pelayanan publik yang layak

sesuai dengan asas-asas umum pemerintahan dan korporasi yang baik.

c. Terpenuhinya penyelenggaraan pelayanan publik sesuai dengan

peraturan perundang-undangan.

d. Terwujudnya perlindungan dan kepastian hukum bagi masyarakat

dalam penyelenggaraan pelayanan publik.

Penyelenggara Pelayanan Publik berasaskan :

a. Kepentingan umum

b. Kepastian hokum

c. Kesamaan hak

15
d. Keseimbangan hak dan kewajiban

e. Keprofesionalan

f. Partisipatif

g. Persamaan perlakuan/tidak diskriminatif

h. Keterbukaan

i. Akuntabilitas

j. Fasilitas dan perlakuan khusus bagi kelompok rentan

k. Ketepatan waktu

l. Kecepatan, kemudahan, dan keterjangkauan.

Asas-asas tersebut apabila diimplementasikan dengan sungguh-

sungguh dalam pelaksanaannya, maka pelayanan publik dapat

diselenggarakan dengan baik akan memberikan kepuasan tersendiri bagi

masyarakat sebagai pihak yang menerima pelayanan.

Ketentuan Pasal 20 ayat (2) Undang-undang Nomor 32 Tahun

2004 tentang pemerintah daerah menyebutkan, bahwa pelaksanaan

pemerintahan yang baik harus berpedoman kepada Asas Umum

Penyelenggara Negara yang terdiri atas asas :

a. Asas kepastian hokum

b. Asas tertib penyelenggaraan Negara

c. Asas kepentingan umum

d. Asas keterbukaan

e. Asas proposionalitas

f. Asas akuntabilitas

16
g. Asas efisiensi

h. Asas efektifitas.

G. Tinjauan Pustaka

Sebagai pendukung penelitian yang integral seperti yang telah

dikemukakan pada latar belakang masalah, maka penulis melakukan analisis

lebih awal terhadap pustaka atau karya-karya yang lebih mempunyai

relevansi terhadap topik yang akan diteliti.

a. Skripsi yang ditulis oleh Khairul Umam, NIM SIP. 162341 Program

Studi Ilmu Pemerintahan Fakultas Syariah UIN Sulthan Thaha Saifuddin

Jambi dengan Judul “Penerapan Peraturan Daeran Kabupaten Tanjung

Jabung Timur Nomor 12 Tahun 2013 Tentang Penyelenggaraan

Pelayanan Publik”. Adapun hasil penelitiannya adalah: 1) sistem

regulasi yang tidak ada kesesuaian dari tinggkat pusat dan OSS ini juga

belum terintegerasi secara elektronik dengan seluruh

kementerian/lembaga negara hingga pemerintah daerah di Indonesia,

DPMPTSP Kabupaten Tanjung Jabung Timur juga pada saat ini masih

kekurang sumber daya manusia yang paham mengenai sistem yang baru

ini. 2) Standar pelayanan yang digunakan DPMPTSP sudah sesuia

indikator yang ada pada peraturan daerah nomor 12 tahun 2013 tentang

penyelenggaraan pelayanan publik, namun ada beberpa indikator yang

masih belum berjalan dengan baik seperti kompetensi pelaksana

pelayanan dan waktu dan biaya yang perlu dikeluarkan masyarakat. 3)

imflementasi peraturan daerah Kabupaten Tanjung Jabung Timur nomor

17
12 tahun 2013 tentang penyelenggaraan publik juga sudah berjalan

dengan baik sesuai dengan isi peraturan daerah yang ada, telihat dari

beberapa indikator-indikator yang terkait seperti tujuan kebijakan,

karakteristik dan sikap pelaksana, komunikasi juga berjalan dengan baik

namun ada beberapa yang masih belum begitu baik antranya sumber

daya manusia yang dimiliki masih kekurangan namun tidak tutup

kemungkinan proses penyelengaran pelayanan sesuia dengan peraturan

daerah yang telah dibuat dan di sepakati bersama yaitu peraturan daerah

nomor 12 tahun 2013 tentang penyelenggaran pelayanan publik.14

b. Skripsi yang ditulis oleh Amal Syahrul Rahman Fakultas Syariah

Universitas Negeri Alauddin Makassar dengan judul: Implementasi

Undang-Undang No 25 tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik Terhadap

SKPD Kabupaten Bulu Kamba. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

Pelayanan Publik belum seutuhnya terlaksana sesuai dengan aturan

undang-undang nomor 25 tahun 2009 tentang pelayanan publik. Hal ini

dapat dilihat dari pelaksanaan penyelenggara pelayanan di kabupaten

bulukumba belum memiliki standar pelayanan yang baik,dan perlu

perbaikan di dalam menjalankan pinsip-prinsip pemerintahan yang

optimal dalam menyelenggarakan pelayanan publik. Adapun faktor-

faktor yang dapat mempengaruhi pelaksanaan pelayanan harusnya

menjadi perhatian penting serta tanggung jawab pemerintah kabupaten

14
Khairul Umam, Penerapan Peraturan Daeran Kabupaten Tanjung Jabung Timur
Nomor 12 Tahun 2013 Tentang Penyelenggaraan Pelayanan Publik, Fakultas Syariah UIN
Sulthan Thaha Saifuddin Jambi 2020.

18
bulukumba terutama faktor sarana dan prasarana dalam pelaksanaan

tugas pelayanan.15

c. Skripsi yang ditulis oleh Ones Gita Crystalianim dengan judul “Kualitas

Pelayanan Publik di Kantor Kecamatan Pengasih Kabupaten Kulon

Progooleh. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa (1) Kualitas

pelayanan publik di Kantor Kecamatan Pengasih Kabupaten Kulon Progo

sudah diterapkan dimensi Tangibel, Realiability, Responsiviness,

Assurance dan Emphaty beserta indikatornya. Namun ada beberapa

indikator yang belum berjalan sesuai dengan keinginan masyarakat,

antara lain ketidaknyamanan tempat pelayanan termasuk sarana dan

prasarana yang belum lengkap, belum ahlinya pegawai dalam

menggunakan alat bantu pelayanan, dan ketidakramahan pegawai dalam

proses pelayanan. (2) Faktor penghambat pelaksanaan pelayanan publik

di Kantor Kecamatan Pengasih Kabupaten Kulon Progo adalah

kurangnya sumber daya pegawai dan masih kurangnya sarana

prasarana.16

d. Skripsi yang ditulis oleh Supardi Adam tahun 2016 tentang "Strategi

Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik Di Kantor Kecamatan Telaga

Kabupaten Gorontalo". Hasil penelitian menunjukkan bahwa Strategi

peningkatan kualitas pelayanan publik di Kantor Kecamatan Telaga

Kabupaten Gorontalo yaitu peningkatan kualitas perilaku dan

15
Amal Syahrul Rahman, Implementasi Undang-Undang No 25 tahun 2009 Tentang
Pelayanan Publik Terhadap SKPD Kabupaten Bulu Kamba, Fakultas Syariah Universitas Negeri
Alauddin Makassar, 2016.
16
Ones Gita Crystalianim, Kualitas Pelayanan Publik di Kantor Kecamatan Pengasih
Kabupaten Kulon Progooleh, Skripsi Fakultas ekonomi universitas negeri Yogyakarta, 2015.

19
keprofesionalan aparatur pemerintah, menciptakan kebijakan pelayanan

publik yang tidak terlalu prosedural dan berbelit-belit, dan membangun

motivasi kerja yang menunjang kualitas pelayanan publik. Adapun

kendala yang mempengaruhi strategi peningkatan kualitas pelayanan

publik di kantor Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo antara lain

sumber daya manusia aparatur, akuntabilitas aparat, sistem pelayanan

dan sarana dan prasarana.17

e. Skripsi tentang “Implementasi Pelayanan Publik Berbasis Aplikasi

Smart Netizen Pada Kabupaten Lampung Tengah (Studi Kasus Desa

Buyut Udik Kecamatan Gunung Sugih). Hasil penelitian ini adalah

kemudahan penggunaan aplikasi Smart Netizen pada Desa Buyut Udik

dapat meringkas prosedur pelayanan, biaya pelayanan yang seharusnya

tidak dikeluarkan oleh masyarakat, dan waktu penyelesaian pelayanan

yang diringkas dalam hitungan menit saja. Faktor pendukung dalam

implementasi pelayanan publik berbasis aplikasi Smart Netizen adalah

pelatihankhususyang diberikan Diskominfo Kabupaten Lampung

Tengah, penggunaan wi-fi di kantor desa dan faktor penghambatnya

adalah gangguan jaringan pada saat mati lampu, dan ada beberapa

fasilitas di dalam aplikasi tersebut yang belum terealisasi untuk

digunakan.

Penelitian yang penulis lakukan berbeda dengan penelitian-

penelitian yang penulis kemukakan dan paparkan di tinjauan pustaka

Supardi Adam, Strategi Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik Di Kantor Kecamatan


17

Telaga Kabupaten Gorontalo, 2016.

20
sebelumnya, karena penelitian ini dilakukan dan diteliti di tempat dan waktu

yang berbeda dan dengan konsep yang berbeda pula. Peneliti membahas

tentang implementasi Undang-undang dalam pelayanan publik.

BAB II

METODE PENELITIAN

21
A. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat atau lokasi penelitian ini yaitu di Dinas Peternakan Kabupaten

Bungo. Alasan ditetapkan lokasi ini menjadi tempat penelitian penulis adalah

karena: Pertama, Dinas Peternakan Kabupaten Bungo masih dihadapkan pada

permasalahan pelayanan publik, Kedua, permasalahan ini belum pernah diteliti

oleh peneliti sebelumnya.

B. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif. Menurut

Noeng Muhadjir penelitian kualitatif lebih konsekuen yaitu sesuai dengan

keadaan di lapangan dalam memperoleh hasil deskripsi di lapangan. 18

Pendekatan kualitatif merupakan pendekatan penelitian yang memerlukan

pemahaman yang mendalam dan menyeluruh berhubungan dengan objek yang

diteliti.

Ada dua alasan digunakannya pendekatan ini. Pertama, data yang

akan diungkap adalah dalam bentuk pendapat, pandangan, komentar, kritik,

alasan dan lain sebagainya. Kedua, penelitian ini harus memahami dan

menafsirkan makna suatu peristiwa interaksi tingkah laku dalam situasi

tertentu.19

C. Jenis dan Sumber Data

18
Noeng Muhadjir, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta: Rake Sarasin,
2005), hal. 86-87.
19
Usman dan Akbar Ps, Metode Penelitian Sosial, (Jakarta: Bumi Aksara, 1998), hal. 181.

22
Data merupakan jenis-jenis sumber yang diperoleh peneliti pada

subjek penelitiannya, data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data

yang dapat dimaknai untuk diinterpretasikan.

1. Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam proses penelitian ini terbagi

menjadi dua, yaitu data primer dan data sekunder.

a. Data primer

Data primer adalah data yang diambil langsung kepada

sumbernya, tanpa adanya perantara. Sumber yang dimaksud, dapat

berupa benda- benda, situs, atau manusia. Teknik pengumpulan data

dalam konteks data primer ini tergantung jenis data yang diperlukan, jika

data yang diperlukan adalah data tentang manusia, maka peneliti dapat

memperolehnya dengan menyiapkan seperangkat alat instrumen, atau

melakukan observasi langsung terhadap subyek atau setting social yang

diteliti.20

b. Data sekunder

Data sekunder adalah data yang diambil secara tidak langsung

dari sumbernya. Data sekunder dapat berupa dokumentasi tertulis yang

terdapat di lapangan. Sumber data merupakan hal yang penting dari suatu

penelitian, karena dari sumber data itulah akan diperoleh informasi dari
20
Mukhtar, Bimbingan Skripsi, Tesis dan Artikel Ilmiah, (Jambi: Sulthan Thaha Press.
2004), hal. 52.

23
suatu penelitian. Sumber data dapat berupa subjek penelitian (orang) dan

dapat pula berbentu objek (benda). Dari kedua sumber inilah akan

diperoleh data yang akan dijadikan sebagai jawaban dari sesuatu masalah

penelitian. Sumber data merupakan objek utama penelitian yang telah

direncanakan. Sumber data biasanya terkait dengan manusia dan

prilakunya, serta objek lainnya yang ada dalam alam ini.

Sumber data dalam penelitian adalah orang, benda, objek yang

dapat memberikan informasi, fakta, data, dan realitas yang terkait atau

relevan dengan apa yang dikaji atau diteliti. Data dan sumber data dalam

sebuah penelitian adalah satu paket. Data tidak mungkin dipisahkan

dengan sumber data. Pemahaman yang benar terhadap data akan

memudahkan dalam menemukan sumber data. Sebaliknya pemilihan

sumber data yang tepat akan menentukan kebenaran data yang dihasilkan

dalam penelitian.

Sumber data utama dalam penelitian ini adalah kepala dinas

peternakan, subbagian umum, dan subbagian informasi dan pelayanan.

Sumber data utama dihimpun melalui catatan tertulis, rekaman

video/audio, dan pengambilan foto. Pencatatan sumber data diambil

melalui wawancara dan pengamatan langsung. Sedangkan sumber data

tambahan yaitu segala bentuk dokumen baik tertulis maupun foto, seperti

buku, dokumen arsip, majalah ilmiah, dan juga termasuk jurnal ilmiah

yang dapat memberikan informasi untuk penelitian yang dilakukan.

D. Instrumen Pengumpulan Data

24
1. Observasi

Menurut Bungin, observasi atau pengamatan adalah kegiatan

keseharian manusia dengan menggunakan panca indra mata sebagai alat

bantu utamanya, di samping indra lainnya seperti telinga, hidung, mulut

dan kulit. Karena itu, observasi adalah kemampuan seseorang untuk

menggunakan pengamatannya melalui hasil kerja pancaindra

mata serta dibantu dengan panca indra lainnya.21 Teknik observasi

yang peneliti gunakan adalah observasi partisipan (participant

observation).

2. Wawancara

Wawancara diperlukan untuk melengkapi data yang tidak

terekam melalui observasi. Menurut Suharsimi Arikunto, wawancara

adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk

memperoleh informasi dari terwawancara.22 Wawancara dalam

penelitian ini dilakukan untuk menggali data tentang Implementasi

undang-undang nomor 25 tahun 2009 tentang pelayanan publik di Dinas

Peternakan Kabupaten Bungo.

3. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.

Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental

Burhan Bungin, Metodol i Penelitian Sosial dan Ekonomi, (Jakarta: Kencana Prenada
21

Media, 2013), hal. 142.


22
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta:
PT. Rineka Cipta, 2010), hal. 198.

25
dari seseorang. Metode ini digunakan untuk mengumpulkan data yang

sudah tersedia dalam catatan dokumen. Fungsinya sebagai pendukung dan

pelengkap serta menguatkan data yang telah diperoleh sebelumnya melalui

observasi dan wawancara mendalam.

Dokumen yang digunakan sebagai sumber data dalam penelitian ini

adalah dokumen resmi lembaga sebagai bukti fisik dari suatu kegiatan yang

telah dilaksanakan.

E. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses mengolah, memisahkan, mengelompokkan

dan memadukan sejumlah data yang dikumpulkan dilapangan secara empiris

menjadi sebuah kumpulan informasi ilmiah yang terstruktur dan sistematis

yang selanjutnya siap dikemas menjadi laporan hasil penelitian.

Model analisis yang penulis gunakan adalah model Miles dan

Huberman menganalisis data kualitatif secara interaktif dan berlangsung secara

terus menerus sampai tuntas hingga data yang diperoleh jenuh. Analisis data

berlangsung dalam tiga langkah yaitu data reduction, data display, dan

conclucion/drawing/verification.

F. Sistematika Penulisan

26
Untuk mendapatkan pemahaman secara berurutan, pembahasan dalam

penulisan skripsi mempunyai sistematis sebagai berikut.

Bab 1 Pendahuluan. Bab ini pada hakikatnya menjadi pijakan bagi

penulis skripsi. Bab ini berisikan tentang latar belakang masalah, rumusan

masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, kerangka teori dan tinjuan pustaka.

Bab II membahas tentang metode penelitian dalam pembuatan skripsi

dengan sub-sub tempat dan waktu penelitian, jenis dan sumber data, instrumen

pengumpulan data, analisis data, sistematika penulisan dan jadwal penelitian.

Untuk mempermudah penulis dalam menggunakan waktu dengan tepat maka

dibuat jadwal penelitian dalam sub-sub ini agar penelitian dalam penulisan ini

selesai tepat pada waktunya.

Bab III merupakan bab penelitian awal yang berisikan tentang

gambaran umum Dinas Peternakan Kabupaten Bungo, keadaan geografis,

Struktur Organisasi Pemerintahan, bentuk pelayanan publik, dan lainnya.

Bab IV yaitu pembahasan dan hasil temuan. Di dalam bab ini akan

dianalisis mengenai implementasi undang-undang dalam pelayanan public di

dinas peternakan dan perikanan kabupaten bungo, apa kendala yang dihadapi

oleh dinas peternakan, dan apa upaya yang dilakukan.

Bab V yaitu bab terakhir dalam penulisan skripsi ini, yakni bab

penutup. Sebagai bab penutup maka pada bab ini akan memuat hal-hal yang

berkenaan dengan Kesimpulan, saran-saran dan kata penutup.

27
RENCANA DAN WAKTU PENELITIAN

Jenis Tahun 2020-2021


No
Kegiatan
Penelitian Okt-Nov DesJanuari- maret April mei Juni
feb
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Pengajuan 
judul
2 Pembuatan 
proposal
3 Pengajuan 
dosen
pembimbing
4 Perbaikan 
proposal
5 Pengajuan 
izin seminar
proposal
6 Perbaikan    
hasil proposal
7 pengesahan 
judul dan izin
riset
8 Pengumpulan  
data
9 Verifikasi 
dan penulisan
data
10 Konsultasi 
pembimbing
dan
perbaikan
11 Ujian skripsi
Keterangan: rencana dan waktu penelitian sewaktu-waktu dapat berubah.

28
BAB III

DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN

A. Historis dan Geografis

1. Historis

Dinas Peternakan dan Perikanan (Disnakkan) Kabupaten Bungo

dibentuk berdasarkan Peraturan daerah Kabupaten Bungo Nomor 5 tahun

2016 tentang Pembentukan Organisasi Dinas Peternakan dan Perikanan

Kabupaten Bungo. Disnakkan merupakan salah satu unit kerja di

lingkungan Pemerintah Daerah Kabupaten Bungo dan merupakan Perangkat

Daerah untuk melaksanakan tugas dan wewenang Kepala Daerah di bidang

Peternakan dan Perikanan. Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten

Bungo merupakan salah satu Dinas pemecahan dari dinas lama yaitu Dinas

Pertanian, Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bungo, kemudian terbagi

menjadi 2 (dua) dinas dan 2 (dua) kantor.

Dalam mencapai tujuan dan sasaran pembangunan Peternakan dan

Perikanan tersebut, pada tahun 2019 Dinas Peternakan dan Perikanan

Kabupaten Bungo ditunjang oleh aparat dinas sejumlah 88 Orang dengan

memanfaatkan pembiayaan dari anggaran program dan kegiatan berjumlah

Rp. 4.989.267.642,- yang terdiri dari Belanja Pegawai Rp. 326.800.000,-

Belanja Barang dan Jasa Rp. 4.553.392.977,- belanja dan Belanja Modal

Rp. 109.074.665,- dan realisasi penerimaan pendapatan daerah dari Dinas

29
Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bungo dengan target Rp.

710.000.000,- tercapai Rp. 530.405.000 ,- atau sebesar 75% .

2. Geografis

Kabupaten Bungo terletak antara 108’ - 155’ Lintang Selatan dan

diantara 10127’ - 10230’ Bujur Timur. Daerah ini beriklim tropis,

memiliki ketinggian dari permukaan laut (elevasi) terdiri dari :

< 99 m = 39,72 %

100 - 499 m = 47,98 %

500 – 999 m = 7,04 %

> 1.000 m = 5,26 %

a. Luas wilayah Kabupaten Bungo adalah 4.659 Km2.

b. Batas-batas wilayah Kabupaten Bungo :

1) Sebelah Utara : Kabupaten Tebo dan Propinsi

Sumatera Barat

2) Sebelah Selatan : Kabupaten Merangin dan

Kabupaten Kerinci

3) Sebelah Barat : Kabupaten Kerinci dan Propinsi

Sumatera Barat

4) Sebelah Timur : Kabupaten Tebo

c. Jarak Ibukota Kabupaten Bungo (Muara Bungo) dengan ibukota


Kabupaten / Kota lainnya di Propinsi Jambi :

1) Muara Bungo – Muara Tebo = 48 km


2) Muara Bungo – Bangko = 78 km

30
3) Muara Bungo – Sarolangun = 152 km
4) Muara Bungo – Sungai Penuh = 238 km
5) Muara Bungo – Muara Bulian = 192 km
6) Muara Bungo – Sengeti = 224 km
7) Muara Bungo – Jambi = 256 km
8) Muara Bungo – Kuala Tungkal = 334 km
9) Muara Bungo – Muara Sabak = 272 km
d. Jarak Ibukota Kabupaten Bungo dengan Ibukota Kecamatan dalam

Kabupaten Bungo dapat dilihat dalam rincian tabel halaman berikut

Table 1

Nama Ibukota Kecamatan dan Jarak Ke Ibukota Kabupaten 2019

Jarak Ke Ibukota
Kecamatan Ibukota Kecamatan
Kabupaten

Pelepat Rantau Keloyang 30 Km

Pelepat Ilir Kuamang Jaya 25 Km

Bathin II Babeko Simpang Babeko 17 Km

Rimbo Tengah Cadika 2 Km

Bungo Dani Talang Pantai 7 Km

Pasar Muara Bungo Bungo Timur 5 Km

Bathin III Sungai Binjai 11 Km

Rantau Pandan Rantau Pandan 30 Km

Muko-Muko Bathin VII Tanjung Agung 10 Km

Bathin III Ulu Muara Buat 39 Km

Tanah Sepenggal Pasar Lubuk Landai 23 Km

Tanah Sepenggal Lintas Ambacang Gedang 18 Km

Tanah Tumbuh Tanah Tumbuh 39 Km

Limbur Lubuk Mengkuang Tuo Limbur 75 Km

31
Bathin II Pelayang Pelayang 48 Km

Jujuhan Rantau Ikil 50 Km

Jujuhan Ilir Pulau Batu 80 Km

Sumber : Kabupaten Bungo dalam Angka 2020 (BPS Bungo)

Wilayah Kabupaten Bungo sebagian besar beriklim tropis tipe B

berdasarkan klasifikasi iklim menurut Scmit & Ferguson, dengan bulan

basah antara 8 – 10 bulan dan bulan kering 1 – 2 bulan.

3. Penduduk

Jumlah penduduk Kabupaten Bungo berdasarkan Data Pusat

Statistik Kabupaten Bungo 2019 berjumlah 374.770 jiwa dengan tingkat

kepadatan penduduk rata-rata 80,44 orang per km.

B. Struktur Organisasi Dinas

Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bungo dibentuk

berdasarkan Peraturan Daerah (PERDA) Nomor 5 tahun 2016 tentang

Pembentukan dan Susunan Organisasi Daerah, salah satunya memuat

pembentukan Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bungo. Selanjutnya,

untuk melaksanakan tugas dan fungsi Dinas Peternakan dan Perikanan

Kabupaten Bungo, maka telah ditetapkan Peraturan Bupati Bungo Nomor : 45

Tahun 2016 tentang Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi serta Bagan

Struktur Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bungo dan Peraturan

Bupati Bungo Nomor 21 Tahun 2018 tentang Pembentukkan Pelaksana Teknis

32
pada Disnakkan Kabupaten Bungo yang merupakan salah satu unit kerja di

lingkungan Pemerintah Daerah Kabupaten Bungo.

1. Susunan Organisasi

Susunan Organisasi Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten

Bungo berdasarkan Peraturan Daerah (PERDA) Nomor : 5 Tahun 2016

adalah sebagai berikut:

a. Kepala Dinas

b. Sekretariat, membawahi :

1) Sub Bagian Umum dan Kepegawaian;

2) Sub Bagian Program, Keuangan dan Aset;

c. Kelompok Jabatan Fungsional

d. Bidang Peternakan, membawahi :

1) Seksi Budidaya dan Produksi dan Agribisnis Peternakan;

2) Seksi Penyebaran, Pengembangan Ternak dan Pemberdayaan Petani;

3) Seksi Perbibitan dan Pakan Ternak;

e. Bidang Perikanan, membawahi :

1) Seksi Perikanan Budidaya dan Agribisnis

2) Seksi Penangkapan, Pengawasan dan Kelestarian Sumberdaya

Perikanan

f.Seksi Sarana Prasarana dan Penyuluhan Perikanan.

g. Bidang Kesehatan Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner,

membawahi :

33
1) Seksi Kesehatan Hewan dan Ikan;

2) Seksi Pengendalian, Pengawasan Obat dan Makanan Asal Hewan;

3) Seksi Kesmavet dan Kualiti Kontrol.

h. Unit Pelaksana Teknis Dinas.

Adapun nama-nama pejabat struktural dan eselonering pada

Dinas Peternakan dan Perikanan pada tahun 2019 dapat dilihat pada

Tabel 3.1.

Tabel 2

Pejabat Struktural Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bungo

PANGKAT
ESELO
JABATAN NAMA/NIP (GOL/RUANG
N
)

1. Kepala Dinas IIb Ir.H.Syaiful Azhar, ME IV/c

196406151992031008

2. Sekretaris Dinas IV/b


IIIa Ir. Erianto

34
196210011993031006

2.1 Kasubag. Umun &


Kepegawaian
IVa Herman, S.Pt, M.Si III/d

2.2 Kasubag. Program 197112311993031027


Keuangan dan Aset

IVa Fatmawati, S.Pt

3. Kepala Bidang 197902212006042006 III/d


Peternakan

Enggar T.Wahyudi, S.Pt,


M.Si
3.1 Kasi Seksi Budidaya dan IIIb IV/a
Produksi dan Agribisnis 196312241989031007
Peternakan

3.2 Kasi Penyebaran, IVa III/d


Pengembangan Ternak
Kasianto, S.Pt, M.Si
dan Pemberdayaan Petani
197111142007011002
3.3 Kasi Pembibitan dan III/d
Pakan Ternak

IVa
4. Kepala Bidang IV/a
Perikanan Yuli Saptio Utomo, S.Pt

197107232005011004
IV/b

IV/d
4.1 Kasi Perikanan Budidaya IVa
Netti Novrida, S.Pt. M.Si
dan Agribisnis III/d
197712062002122004

IIIb III/c
4.2. Kasi Penangkapan, Quswen Ikmal, S.Pi

35
Pengawasan dan 196909091997031006
III/d
Kelestarian Sumberdaya

Perikanan IVa Budiyono, A.Pi, M.Si III/d


196503201989031008

III/d
4.3 Kasi Sarana Prasarana
IVa Yutria. H.R, S.Pi
dan Penyuluhan 197102212002122001 III/c

Perikanan

IVa Ahmad Affandi, S.Pt

198212152010011009
5. Kepala Bidang Keswan

dan Kesmavet

IIIb Drh. Sandi Putra

198203302011011005
5.1 Kasi Kesehatan Hewan

dan Ikan
IVa H. Afrizal, S.Pt

196106141987031004

5.2 Kasi Pengendalian dan

Pengawasan Obat dan IVa Saswi

196202191985082001
Makanan asal hewan

5.3 Kasi Kesmavet dan Iva Mansur, S.Pt


Kualiti Kontrol

36
197907102011011008

2. Sumber Daya Manusia

Jumlah keseluruhan Pegawai Dinas Peternakan dan Perikanan

Kabuaten Bungo pada Tahun 2019 adalah sebanyak 88 Orang, Dilihat

berdasarkan tingkat pendidikan maka pagawai yang memiliki latar belakang

pendidikan terakhir tingkat S.2 berjumlah 8 orang, S.1 berjumlah 25 orang,

D.IV berjumlah 5 orang, D.III berjumlah 2 orang dan setingkat SLTA

berjumlah 12 orang, Disamping itu juga ditemui pegawai Dinas Peternakan

dan Perikanan yang masih berstatus tenaga honorer sebanyak 34 Orang.

3. Hak-hak dan Disiplin Pegawai

Hak-hak yang berkaitan dengan kepegawaian meliputi kenaikan

pangkat, kenaikan gaji berkala dan cuti tahunan serta pemberian sangsi atas

pelanggaran disiplin pegawai Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten

Bungo.

4. Pendidikan dan Latihan Pegawai

Upaya untuk meningkatkan SDM aparatur pemerintah baik itu

untuk peningkatan kinerja maupun untuk meningkatkan mutu pelayanan

kepada masyarakat, maka Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten

37
Bungo hendaknya mengikutsertakan pegawainya dalam

pelatihan/pendidikan baik untuk penjejangan maupun pelatihan tekhnis

namun karena keterbatasan anggaran pada tahun 2019 Dinas Peternakan dan

Perikanan Kabupaten Bungo tidak ada mengikut sertakan pegawainya untuk

mengikuti pelatihan/pendidikan baik untuk penjejangan maupun pelatihan

teknis

5. Keuangan

a. Akuntabilitas Keuangan

Aspek keuangan merupakan salah satu bagian penting yang

sangat berpengaruh terhadap pencapaian indikatos keberhasilan

organisasi. Operasionalisasi kegiatan dapat dilaksanakan apabila

didukung oleh pembiayaan yang memadai. Sumber pembiayaan kegiatan

dimaksud berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

(APBD). Pada tahun 2019, Belanja Dinas Peternakan dan Perikanan

Kabupaten Bungo terdiri dari “belanja tidak langsung” dan “belanja

langsung” di laksanakan berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri

nomor : 13 tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah

sebagai berikut:

1) Belanja Tidak Langsung

Belanja Tidak Langsung berupa Belanja Pegawai yang

meliputi Gaji dan Tunjangan dan Tambahan Penghasilan PNS. Gaji

dan Tunjangan merupakan belanja kompensasi serta penghasilan

38
lainnya yang diberikan kepada pegawai negeri sipil yang ditetapkan

sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan oleh undang – undang,

untuk melihat pelaksanaan Belanja Tidak Langsung Tahun Anggaran

2019 di Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bungo dapat

dilihat pada Tabel 3.4. sebagai berikut :

Tabel 3

Target dan Realisasi Keuangan Belanja Tidak Langsung

TA. 2019

Jenis Belanja Anggaran Realisasi %

Gaji Pokok/Uang Representasi 3.417.435.460,38 2.984.114.400 87,32

Tunjangan Keluarga 328.964.811,96 287.191.854 87,30

Tunjangan Jabatan 246.738.000 212.890.000 86,28

Tunjangan Fungsional 169.247.999,94 147.840.000 87,35

Tunjangan Fungsional Umum 69.454.000 60.545.000 87,17

Tunjangan Beras 190.030.080 140.422.380 73,89

Tunjangan PPh/Tunj. khusus 9.007.995,24 7.380.080 81,93

Pembulatan Gaji 60.606,14 41.733 68,86

Iuran Asuransi Kesehatan 112.392.201,24 84.034.168 74,77

Iuran Jaminan Kecelakaan Kerja 8.201.836,80 6.101.568 74,39

Iuran Jaminan Kematian 24.605.641,56 18.304.755 74,39

Tambahan Penghasilan PNS 1.382.548.000 1.297.013.350 93,81

Uang Lembur Non PNS 2.310.000 - -

Honorarium non PNS 417.600.000 326.800.000 78,26

Jumlah 6.378.596.633,30 5.572.679.288 87.37

39
2) Belanja Langsung

Belanja Langsung merupakan belanja yang dianggarkan yang

terkait secara lansung dengan pelaksanaan program dan kegiatan,

yang merupakan salah satu unsur penting dalam mencapai sasaran

pembangunan. Tahun Anggaran 2019 Dinas Peternakan dan Perikanan

Kabupaten Bungo menganggarkan belanja langsung sebesar Rp.

7.967.882.950,- dan terealisasi sebesar 4.989.267.642,- atau 62.62 %.

b. Realisasi Penerimaan Pendapatan Daerah

Selain penjelasan capaian kinerja yang merupakan gambaran

penggunaan dana tersebut di atas, dapat dijelaskan pula mengenai

gambaran realisasi penerimaan pendapatan daerah tahun 2019 dari Dinas

Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bungo, yaitu sebesar Rp.

710.000.000,- dan terealisasi Rp 530.405.000,- atau mencapai 75 % .

c. U m u m

1) Surat Dinas

Arus surat dinas sampai dengan terakhir Desember 2019

sebanyak 2.199 buah surat, secara lengkap surat-surat yang

dikendalikan berdasarkan surat masuk dan keluar yang mengacu

pada unit pengolahannya disajikan pada Tabel 3.5. berikut ini.

40
Tabel 4

Jumlah Surat Masuk dan Surat Keluar Tahun 2019

Volume Surat
Bagian/Subdin
Masuk Keluar Jumlah

1.      Sekretariat 483 393 876


2.      Subdin Peternakan 112 204 316
3.      Subdin Perikanan 160 447 607
4.      Subdin Keswan dan Kesmavet 129 271 400

J u m l a h 884 1.315 2.199

2) Administrasi Barang

Pengadaan barang yang dilaksanakan oleh Dinas

Peternakan dan Perikanan selama Tahun Anggaran 2019 dapat dilihat

pada Tabel 3.6 dan Tabel 3.7 berikut:

Tabel 5

Daftar Inventaris Barang Bergerak milik Dinas Peternakan dan Perikanan


Kabupaten Bungo Pengadaan Tahun 2019

No Jenis/Nama Volume Bukti Nilai Jumlah (Rp) Sumber


Barang barang kepemilikan pengadaan Dana
pelaksana (dokumen Barang
pekerjaan pengadaan pekerjaan/
barang

41
pelaksana) paket unit

1 Sepeda 1 Unit Kwitansi 15.974.665 15.974.665


Motor

Tabel 6

Daftar Inventaris Barang Tidak Bergerak Milik Dinas Peternakan dan


Perikanan Kabupaten Bungo Tahun 2019

No Jenis/Nama Volume Bukti Nilai Jumlah (Rp) Sumber


Barang barang kepemilikan pengadaan Dana
pelaksana (dokumen barang
pekerjaan pengadaan pekerjaan/pa
barang ket unit
pelaksana)

1 Laptop 2 Unit Kwitansi 7.800.000 15.600.000

2 Laptop 1 Unit Kwitansi 7.800.000 7.800.000

3 Container 35 L 1 Buah Kwitansi 30.000.000 30.000.000

4 Printer 3 Unit Kwitansi 3.000.000 9.000.000

5 PC All In One 1 Unit Kwitansi 10.700.000 10.700.000

6 Mesin Absen 1 Unit Kwitansi 3.500.000 3.500.000

7 Kursi kerja 1 Unit Kwitansi 3.500.000 3.500.000

8 Kursi kerja 4 Unit Kwitansi 1.750.000 7.000.000

9 Kursi kerja 20 Unit Kwitansi 1.450.000 29.000.000

10 Meja Kerja 2 Unit Kwitansi 2.000.000 4.000.000

11 Meja Kerja 2 Unit Kwitansi 1.500.000 3.000.000

12 Sepeda Motor 1 Unit Kwitansi 15.974.665 15.974.665

42
BAB IV

PEMBAHASAN

43
A. Implementasi Undang-Undang Nomor 25 tahun 2009 Tentang Pelayanan

Publik di Dinas Peternakan Kabupaten Bungo

Di Indonesia, upaya untuk menetapkan standar pelayanan publik

dalam rangka peningkatan kualitas pelayanan publik sebenarnya telah lama

dilakukan. Upaya tersebut antara lain ditunjukkan dengan terbitnya berbagai

kebijakan, diantaranya adalah UU RI No. 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan

Publik. Namun sejauh ini standar pelayanan publik sebagaimana yang

dimaksud masih lebih banyak berada pada tingkat konsep, sedangkan

implementasinya masih jauh dari harapan. Hal ini terbukti dari masih

buruknya kualitas pelayanan yang diberikan oleh berbagai instansi pemerintah

sebagai penyelenggara layanan publik.

Pelayanan publik merupakan segala bentuk kegiatan pelayanan

umum yang dilaksanakan oleh instansi pemerintah, baik pemerintah pusat,

pemerintah daerah, lingkungan Badan Usaha Milik Negara (BUMN), maupun

Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) dalam bentuk barang dan jasa. Selain itu

pelayanan publik dilakukan dalam berbagai bidang melalui administrasi

pemerintah atau lazim disebut administrasi publik. Pelayanan ini

diselenggarakan baik dalam upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat maupun

sebagai pelaksanaan ketentuan perundang–undangan. Sesuai dengan pasal 5

ayat 1 UU No 25 Tahun 2009 Ruang lingkup pelayanan publik meliputi

pelayanan barang publik dan jasa publik serta pelayanan administratif yang

diatur dalam peraturan perundang-undangan.

44
Hasil penelitian dan pembahasan tentang Implementasi Undang-

Undang No 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik dimaksudkan bahwa

dalam memaksimalkan kebijakan pelayanan publik harus menjalankan

substansi dari kebijakan pelayanan publik. Dalam setiap kebijakan pasti

memiliki maksud dan tujuan dalam memaksimalkan kebijakan tersebut dalam

pelaksanaannya. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang pelayanan

publik menginginkan bahwa dalam pelayanan publik harus benar-benar

menjalankan Asas Undang-Undang No 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan

Publik yang tertera pada pasal 4, agar kebijakan tersebut dapat

diimplementasikan secara maksimal.

1. Kepentingan Umum

Pelayanan publik yang berdasarkan kepentingan umum

menginginkan bahwa pemerintah dalam memberikan pelayanan kepada

masyarakat harus selalu mendahulukan kepentingan orang banyak dengan

tidak mensyaratkan beban tertentu.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Dinas Peternakan dan

Perikanan Kabupaten Bungo sudah mengupayakan memberikan pelayanan

berdasarkan kepentingan umum, terlihat dengan adanya aparat pengganti

jika ada pegawai yang sakit. Serta adanya perhatian aparat terhadap

masyarakat yang belum memahami tentang prosedur dan tata cara

pelayanan, dengan menjelaskan kepada masayarakat.

Hal ini berdasarkan wawancara penulis dengan bapak Ir. Erianto

selaku sekretaris Dinas Peternakan Dan Perikanan Kabupaten Bungo sebagai

45
berikut:

“Kami sudah mengupayakan dengan maksimal untuk memberikan


pelayanan kepada masyarakat. Bagi masyarakat yang belum memahami
prosedur pelayanan, kami akan jelaskan dengan baik. Kami juga
menyiapkan pegawai pengganti jika pegawai bagian pelayanan
berhalangan masuk, seperti sakit maupun urusan lainnya.23

Hal yang senada juga dikemukakan oleh Herman, S.Pt, M.Si selaku

Kasubag. Umum dan Kepegawaian sebagai berikut:

“Kami selalu berusaha memberikan pelayanan yang terbaik kepada


masyarakat. Baik dari segi kecepatan, ketepatan, maupun penyampaian
informasi yang dibutuhkan oleh masyarakat.”24

Sedangkan salah seorang masyarakat mengungkapkan bahwa

pelayanan yang diberikan oleh Dinas Peternakan Dan Perikanan cukup

baik, di mana pegawai Dinas Peternakan Dan Perikanan melakukan

pelayanan dengan baik meskipun kadang-kadang tidak tepat waktu atau

molor dari waktu yang seharusnya. Selain itu, pegawai pelayanan juga

kurang merespon setiap pertanyaan dan keluhan yang dihadapi masyarakat.

2. Kepastian Hukum

Kepastian hukum dalam pelayanan publik menginginkan bahwa

pemerintah dalam memberikan pelayanan harus didasarkan dengan

peraturan perundang-undangan yang berlaku. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa tidak ada pungutan liar di Dinas Peternakan Dan

Perikanan Kabupaten Bungo. Hal ini berdasarkan wawancara dengan pegawai

Dinas Peternakan Dan Perikanan bagian pelayanan dan juga dengan

masyarakat sebagai berikut:


23
Wawancara dengan Sekretaris Dinas Peternakan Dan Perikanan Kabupaten Bungo, 12
Februari 2021
24
Wawancara dengan Kasubag. Umum dan Kepegawaian Dinas Peternakan dan
Perikanan Kabupaten Bungo, 23 Februari 2021

46
“Selama ini tidak ada pungutan liar yang kami ambil. Semua sesuai

prosedur.”25

Selain itu, juga diperkuat dengan hasil wawancara penulis dengan

masyarakat bahwa: “Ya, tidak ada pungutan liar, semuanya berjalan sesuai

dengan harapan masyarakat. Pegawai bagian pelayanan sudah melakukan

pelayanan dengan professional dan sesuai dengan standar pelayanan publik.” 26

Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat diketahui bahwa dinas

peternakan dan perikanan sudah melakukan pelayanan sesuai dengan prosedur

kepastian hukum.

3. Kesamaan Hak

Kesamaan hak dalam pelayanan menghendaki bahwa pemerintah

jika memberikan pelayanan kepada masyarakat tidak membeda-bedakan

suku, ras, agama, golongan, gender, dan status ekonomi. Hasil penelitian

menunjukan bahwa aparat Dinas peternakan dan Perikanan Kabupaten

Bungo dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat tidak membeda-

bedakan agama dan suku. Hal ini terlihat dari aparat yang mayoritas

beragama muslim tetap melayani masyarakat Kristen sama halnya

masyarakat lainnya.

“Tidak ada pembedaan masyarakat, semuanya kami layani dengan


baik. Cuma memang terkadang kami terkendala dalam hal waktu, yang
seharusnya bisa selesai dalam waktu 3 hari, namun bisa hingga 1 minggu,
karena keterbatasan sarana dan prasarana dan SDM yang ada di bagian
pelayanan.”27
4. Keseimbangan Hak dan

25
Wawancara dengan Enggar T.Wahyudi, S.Pt, M.Si selaku Kepala Bidang Peternakan,
20 Februari 2021
26
Wawancara dengan Masyarakat Pengguna Layanan, 18 Februari 2021
27
Wawancara dengan Sekretaris Dinas Peternakan Dan Perikanan, 12 Februari 2021

47
Kewajiban

Keseimbangan hak dan kewajiban dalam pelayanan publik

menghendaki bahwa pemerintah jika memberikan pelayanan harus

berdasarkan keseimbangan hak dan kewajiban dari masyarakat dan

pemerintah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa di Dinas Peternakan Dan

Perikanan Kabupaten Bungo belum sepenuhnya seimbang antara hak dan

kewajiban. Di mana seharusnya masyarakat dilayani tepat waktu, namun

yang terjadi masih ada beberapa yang tidak sesuai dan tepat waktu.

5. Keprofesionalan

Keprofesionalan dalam pelayanan publik menginginkan bahwa

pemerintah dalam melayani masyarakat harus mengutamakan kemampuan

dan moral para pegawai.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Dinas Peternakan Dan

Perikanan Kabupaten Bungo sudah berusaha memberikan pelayanan

dengan baik, seperti memberikan senyum dan ramah dalam melayani

masyarakat yang sedang berurusan. Namun karena keterbasatan sarana

prasarana dan keterbatasan kemampuan sumber daya manusia, dinas

peternakan dan perikanan belum bisa memberikan pelayanan yang prima.

Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan kepala Dinas

Peternakan Dan Perikanan Kabupaten Bungo diketahui bahwa Kepala

Dinas sudah mengupayakan untuk meningkatkan kualitas pelayanan

melalui pemberdayaan pelaku birokrasi agar pegawai-pegawai menjadi

lebih profesionalisme.

48
Menurut Kepala Bidang Peternakan Dinas Peternakan Dan

Perikanan Kabupaten Bungo, seluruh pegawai yang ada di Dinas

Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bungo baik pejabat maupun tenaga

operator, dituntut untuk lebih professional di bidangnya masing-masing.

Terutama pegawai bidang pelayanan, karena mereka yang akan

bersentuhan langsung dengan masyarakat penerima layanan. Baik dan

buruknya layanan yang diberikan tergantung dengan keprofesionalan

pegawai.28

6. Partisipatif

Partisipatif dalam pelayanan publik menghendaki bahwa

pelayanan diharapkan dapat mendorong peran serta masyarakat dalam

penyelenggaraan pelayanan publik dengan memperhatikan aspirasi,

kebutuhan dan harapan masyarakat.

Hasil penelitian menunjukan bahwa Dinas Peternakan Dan

Perikanan Kabupaten Bungo sudah mengupayakan pelayanan yang

partisifatif, di mana aparat sudah memiliki progam sosialisasi dari

kecamatan hingga desa.

“Ya, salah satu program kami adalah berkunjung ke desa-desa untuk


melakukan sosialisasi dengan masyarakat kelompok tani seperti sosialisasi
mengenai penyakit ternak, manajemen kesehatan ternak, dan lainnya. Hal
ini kami lakukan karena fakta di lapangan banyak sekali peternak yang
tidak memperhatikan kesehatan ternaknya. Ini disebabkan oleh minimnya
informasi dan akses layanan bagi mereka. Terutama bagi peternak
perempuan.”29

28
Wawancara dengan Kepala Bidang Peternakan Dinas Peternakan Dan Perikanan Kabupaten
Bungo, 24 Februari 2021
29
Wawancara dengan Kepala Dinas Peternakan Dan Perikanan Kabupaten Bungo, 27
Februari 2021

49
Hal yang senada diungkapkan oleh Kasi Penyebaran,

Pengembangan Ternak dan Pemberdayaan Petani bahwa:

“Menurut saya sosialisasi pada masyarakat sangat penting, karena


masyarakat perlu tahu dan paham bagaimana mengelola ternak yang baik,
seperti manajemen bibit, kandang, kesehatan ternak, pakan, dan juga
pemasaran.”30

7. Persamaan Perlakuan

Persamaan perlakuan dalam pelayanan publik menghendaki

bahwa pemerintah dalm memberikan pelayanan kepada masyarakat harus

mendapatkan perlakuan yang sama atau tidak dibeda-bedakan. Hasil

penelitian menunjukan bahwa Dinas Peternakan Dan Perikanan Kabupaten

Bungo sudah mengupayakan persamaan perlakuan dalam pelayanan

publik, masyarakat kurang mampu atau masyarakat kaya seperti pejabat,

keduanya tetap mendapatkan perlakuan yang sama atau tidak dibeda-

bedakan, tetap mendapatkan pelayanan.

8. Keterbukaan

Keterbukaan dalam pelayanan publik menginginkan bahwa

pemerintah dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat harus

memiliki sikap terbuka, dan dapat diakses serta disediakan secara memadai

dan mudah di mengerti.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Dinas Peternakan Dan

Perikanan Kabupaten Bungo sudah mengupayakan memberikan pelayanan

sesuai keterbukaan, namun mengenai keterbukaan tertulis dilihat dari

papan informasi dianggap belum jelas, karena belum menarik dan


30
Wawancara dengan Kasi Penyebaran, Pengembangan Ternak dan Pemberdayaan
Petani, 27 Februari 2021

50
tulisannya kecil-kecil.

9. Akuntabilitas

Akuntabilitas dalam pelayanan publik menghendaki bahwa

pemerintah dalam memberikan pelayanan harus dapat

dipertanggungjawabkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Dinas Peternakan Dan

Perikanan Kabupaten Bungo sudah mengupayakan memberikan pelayanan

yang akuntabilitas. Dinas Peternakan Dan Perikanan Kabupaten Bungo

tidak mempersulit dalam memberikan pelayanan. Aparat akan langsung

memperbaiki komplain atau kesalahan yang di gugat oleh masyarakat. Jadi

dalam hal ini Dinas Peternakan Dan Perikanan Kabupaten Bungo terlihat

sudah memaksimalkan pelayanan yang sesuai dengan akuntabilitas.

10. Fasilitas dan Perlakuan

Khusus Bagi Kelompok Rentan

Fasilitas dan perlakuan khusus bagi kelompok rentan dalam

pelayanan publik menghendaki bahwa dalam pelayanan harus

menyediakan fasilitas yang membantu lansia, ibu hamil, dan penyandang

cacat, serta adanya perlakuan yang lebih memperhatikan kelompok rentan

tersebut yang sedang melakukan proses pelayanan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Dinas Peternakan Dan

Perikanan Kabupaten Bungo belum menyediakan fasilitas yang

diperuntukkan untuk kelompok rentan, terlihat bahwa aparat Dinas

Peternakan Dan Perikanan Kabupaten Bungo belum mengupayakan

51
menyediakan fasilitas tersebut, serta tidak adanya perlakuan khusus yang

diberikan oleh dinas peternakan dan perikanan kepada masyarakat yang

tergolong rentan.

Wawancara dengan Kasubag. Umum & Kepegawaian Dinas

Peternakan Dan Perikanan Kabupaten Bungo menyatakan bahwa:

“Sarana dan prasarana atau fasilitas yang ada di Dinas Peternakan Dan
Perikanan Kabupaten Bungo sudah lumayan lengkap, meskipun belum
sepenuhnya memadai. Dengan fasilitas yang ada, pelayanan kepada
masyarakat sejauh ini dapat dilakukan dengan baik.31

11. Ketepatan Waktu

Ketepatan waktu dalam pelayanan publik menghendaki bahwa

pemerintah dalam memberikan pelayanan publik dapat diselesaikan dalam

kurun waktu yang ditentukan. Hasil penelitian menunjukan bahwa aparat

dinas peternakan dan perikanan kabupaten bungo belum sepenuhnya

mengupayakan memberikan pelayanan sesuai dengan ketepatan waktu,

terlihat belum selesainya dokumen yang seharusnya selesai satu minggu.

12. Kecepatan, Kemudahan,

dan Keterjangkauan

Kecepatan, kemudahan, dan keterjangkauan dalam pelayanan

publik menghendaki bahwa dalam penyelenggaraan pelayanan harus cepat

dalam proses pelayanan dari aparat, kemudahan dalam artian tidak

dipersulit dalam pelayanan, serta keterjangkauan dalam artian dalam

pelayanan dapat dijangkau oleh semua kalangan atau dalam pelayanan

31
Wawancara dengan Kasubag. Umum & Kepegawaian Dinas Peternakan Dan Perikanan
Kabupaten Bungo, 23 Februari 2021

52
tidak dipungut biaya (gratis).

Hasil penelitian menunjukan bahwa Dinas Peternakan Dan

Perikanan Kabupaten Bungo sudah mengupayakan memberikan pelayanan

sesuai dengan kemudahan dan keterjangkauan, dikarenakan pelayanan

yang sudah dijelaskan serta sudah digratiskan dalam proses pelayanan,

namun dalam kecepatan dalam pelayanan belum diupayakan oleh Dinas

Peternakan Dan Perikanan Kabupaten Bungo, karena beberapa masyarakat

merasa masih lamban dalam pelayanan di Dinas Peternakan Dan Perikanan

Kabupaten Bungo.32

B. Kendala Implementasi Undang-Undang Nomor 25 tahun 2009 tentang

Pelayanan Publik di Dinas Peternakan Kabupaten Bungo

Berdasarkan hasil penelitian ditemukan beberapa hambatan

pelayanan publik di Dinas Peternakan Dan Perikanan Kabupaten Bungo

sebagai berikut:

1. Infrastruktur

Infrastruktur merupakan salah satu standar pelayanan publik.

Penyediaan infrastruktur yang lengkap dan memadai akan sangat

menentukan keberhasilan penyelenggaraan pelayanan. Oleh karena itu,

Dinas Peternakan Dan Perikanan Kabupaten Bungo perlu memperhatikan

ketersediaan infrastruktur yang memadai.

Menurut Kasubag. Umum & Kepegawaian Dinas Peternakan Dan

Perikanan Kabupaten Bungo, salah satu kendala dalam pelayanan publik

adalah infrastruktur. Di mana infrastruktur bagian pelayanan masih sangat


32
Hasil observasi penulis di Dinas Peternakan Dan Perikanan Kabupaten Bungo, 8 Februari 2021

53
minim.

“Infrastruktur bagian pelayanan masih minim, tapi kami akan


mengupayakannya sehingga bisa memberikan pelayanan yang terbaik untuk
masyarakat.33

Pengelolaan sarana dan prasarana dapat dilihat pada pasal 25 UU

no 25 tahun 2009 yaitu: 1) pelaksana wajib mengelola sarana dan

prasarana secara efektif dan efisiean serta bertanggung jawab dalam

pemeliharaan, 2) pelaksana wajib memberikan laporan terkait kondisi

sarana dan prasarana, 3) penyelenggara melakukan analisis dan menyusun

daftar kebutuhan sarana dan prasarana.34

2. Sumber Daya Manusia (SDM)

Sumber daya manusia merupakan asset organisasi yang paling

vital, sebagai pelanggan internal yang menentukan kualitas akhir suatu

produk/jasa. Salah satu konsep untuk meningkatkan kualitas pelayanan

publik adalah pemberdayaan sumber daya manusia (empowerment)

Berdasarkan hasil penelitian yang penulis lakukan, diketahui bahwa selain

masalah infrastruktur, dinas peternakan dan perikanan kabupaten bungo

juga kekurangan SDM terutama pada bagian pelayanan.

“Waktu pelayanan tidak sesuai, di mana yang seharusnya bisa dikerjakan


dalam waktu 3 hari, kadang kita harus menunggu satu minggu baru selesai.
Aparat bagian pelayanan menurut saya sangat minim. Seharusnya ada
beberapa orang sehingga urusan bisa selesai dalam waktu yang
ditentukan.35

33
Wawancara dengan Kasubag. Umum & Kepegawaian Dinas Peternakan Dan Perikanan
Kabupaten Bungo, 23 Februari 2021
34
Republik Indonesia,Undang-Undang RI Nomor 25 Tahun 2009 Tentang
PelayananPublik, bab V, pasal 25
35
Wawancara dengan Masyarakat, 13 Februari 2021

54
Sumber daya manusia akan mendukung pencapaian tujuan

organisasi serta merupakan pemenuhan kebutuhan pegawai untuk bisa

menempati jenjang karir yang lebih tinggi. untuk bisa memberikan

pelayanan yang prima kepada masyarakat, kemampuan dan keterampilan

pegawai juga sangat berpengaruh.

Berdasarkan hasil wawancara penulis dapat diketahui bahwa

SDM bagian pelayanan juga diharuskan untuk menguasai alat bantu seperti

computer dan perangkat lainnya.

“Pegawai bagian pelayanan kami syaratkan harus menguasai teknologi dan


informasi. Hal ini dimaksudkan supaya proses pelayanan dapat dilakukan
semaksimal mungkin. Kami juga mengikutsertakan pegawai bagian
pelayanan pada pelatihan-pelatihan, baik pelatihan tingkat local maupun
nasional. Kami berharap dengan adanya pelatihan yang mereka ikuti,
mereka bisa semakin berkualitas dalam memberikan pelayanan.”36

3. Fasilitas Pendukung

Selain kurangnya SDM, sarana dan prasarana atau fasilitas

pendukung juga masing kurang. Hal ini sesuai dengan wawancara penulis

dengan kasubag umum sebagai berikut:

“kami membutuhkan sarana dan prasana untuk bagian pelayanan seperti


filing cabinet. Kami sangat membutuhkan filing cabinet ini untuk menata
dokumen dan arsip-arsip agar tidak berserakan di meja layanan, serta agar
memudahkan pegawai dalam mencari dokumen ketika dokumen tersebut
digunakan.”37
Sedangkan faktor pendukung dalam mengimplementasikan

undang-undang nomor 25 adalah Penghargaan dan pengakuan merupakan

aspek yang penting dalam implementasi undang-undang nomor 25 tentang

36
Wawancara dengan Kepala Dinas Peternakan Dan Perikanan Kabupaten Bungo, 12
Februari 2021
37
Wawancara dengan Kasubab Bagian Umum Dinas Peternakan Dan Perikanan
Kabupaten Bungo, 18 Februari 2021

55
pelayanan public. Setiap karyawan yang memiliki prestasi yang bagus

perlu diberi penghargaan dan prestasinya tersebut diakui. Penghargaan dan

pengakuan dapat meningkatkan motivasi, moral kerja, rasa bangga dan

rasa kepemilikan setiap orang dalam organisasi yang akhirnya dapat

memberikan kontribusi yang besar bagi instansi dan pelanggan yang

dilayani.

Untuk memberikan kepuasan kepada pegawai terhadap

keberhasilan kinerja yang telah dicapai adalah dengan memberikan

kompensasi. Menurut Kepala Dinas Peternakan Dan Perikanan Kabupaten

Bungo, kompensasi yang diberikan kepada pegawai sangat berpengaruh

pada tingkat kepuasan kerja, dan motivasi kerja serta hasil kerja. Riset

mengenai prilaku individu dalam organisasi menunjukkan bahwa imbalan

merupakan suatu faktor yang terpenting bagi orang.

C. Upaya yang Dilakukan Dalam Mengimplementasikan Undang-Undang

Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik di Dinas Peternakan

Kabupaten Bungo

Tuntutan masyarakat terhadap pelayanan publik yang berkualitas akan

semakin menguat. Oleh karena itu, kredibilitas pemerintah sangat ditentukan

oleh kemampuannya mengatasi berbagai permasalahan pelayanan terhadap

masyarakat sehingga mampu menyediakan pelayanan publik yang memuaskan

masyarakat sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya.

56
Beberapa upaya yang dilakukan oleh Dinas Peternakan Dan Perikanan

Kabupaten Bungo dalam mengimplementasikan undang-undang nomor 25

tentang pelayanan publik adalah sebagai berikut:

1. Membuat Standar Pelayanan

Standar pelayanan memiliki arti yang sangat penting dalam

pelayanan publik. Standar pelayanan merupakan suatu komitmen

penyelenggara pelayananuntuk menyediakan pelayanan dengan suatu

kualitas tertentu yang ditentukan atas dasar perpaduan harapan-harapan

masyarakat dan kemampuan penyelenggara pelayanan..

Berdasarkan hasil penelitian, penetapan standar pelayanan yang

dilakukan melalui proses identifikasi jenis pelayanan, identifikasi

pelanggan, identifikasi harapan pelanggan, perumusan visi dan misi

pelayanan, analisis proses dan prosedur, sarana dan prasarana, waktu dan

biaya pelayanan.

2. Adanya Standard Operating Procedures (SOP)

Dengan adanya SOP, maka proses pengolahan yang dilakukan

secara internal dalam unit pelayanan dapat berjalan sesuai dengan acuan

yang jelas, sehingga dapat berjalan secara konsisten. Di samping itu SOP

juga bermanfaat dalam hal:

a. Untuk memastikan bahwa proses dapat berjalan uninterupted. Jika terjadi

hal-hal tertentu, misalkan petugas yang diberi tugas menangani satu

proses tertentu berhalangan hadir, maka petugas lain dapat

57
menggantikannya. Oleh karena itu proses pelayanan dapat berjalan terus.

b. Untuk memastikan bahwa pelayanan perijinan dapat berjalan sesuai

dengan peraturan yang berlaku.

c. Memberikan informasi yang akurat ketika dilakukan penelusuran

terhadap kesalahan prosedur jika terjadi penyimpangan dalam pelayanan.

d. Memberikan informasi yang akurat ketika akan dilakukan perubahan-

perubahan tertentu dalam prosedur pelayanan.

e. Memberikan informasi yang akurat dalam rangka pengendalian

pelayanan.

f. Memberikan informasi yang jelas mengenai tugas dan kewenangan yang

akan diserahkan kepada petugas tertentu yang akan menangani satu

proses pelayanan tertentu. Atau dengan kata lain, bahwa semua petugas

yang terlibat dalam proses pelayanan memiliki uraian tugas dan tanggung

jawab yang jelas.

3. Melakukan Survey Kepuasan Pelanggan

Untuk menjaga kepuasan pelanggan, maka perlu dikembangkan

suatu mekanisme penilaian kepuasan pelanggan atas pelayanan yang

telah diberikan oleh penyelenggara pelayanan publik. Dalam konsep

manajemen pelayanan, kepuasan pelanggan dapat dicapai apabila produk

pelayanan yang diberikan oleh penyedia pelayanan memenuhi kualitas

yang diharapkan masyarakat. Oleh karena itu, survey kepuasan

pelanggan memiliki arti penting dalam upaya peningkatan pelayanan

publik.

58
4. Pengembangan Sistem Pengelolaan Pengaduan

Pengaduan masyarakat merupakan satu sumber informasi bagi

upaya-upaya pihak penyelenggara pelayanan untuk secara konsisten

menjaga pelayanan yang dihasilkannya sesuai dengan standar yang telah

ditetapkan. Oleh karena itu perlu didisain suatu sistem pengelolaan

pengaduan yang secara dapat efektif danefisien mengolah berbagai

pengaduan masyarakat menjadi bahan masukan bagi perbaikan kualitas

pelayanan.

Dari beberapa hasil penelitian di atas dapat diketahui bahwa

implementasi pelayanan publik di Dinas Peternakan Dan Perikanan

Kabupaten Bungo belum sepenuhnya dilaksanakan, pelayanan public

masih banyak berada pada tingkat konsep, sedangkan implementasinya

masih jauh dari harapan. Pelayanan publik yang profesional yaitu

pelayanan publik yang responsibilitas dan berakuntabilitas sebagaimana

konsep yang dikemukakan berikut ini:38

a. Responsivitas (responsiveness): menggambarkan kemampuan

organisasi publik dalam menjalankan misi dan tujuannya terutama

untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Penilaian responsivitas

bersumber pada data organisasi dan masyarakat, data organisasi

dipakai untuk mengidentifikasi jenis-jenis kegiatan dan program

organisasi, sedangkan data masyarakat pengguna jasa diperlukan

untuk mengidentifikasi demand dan kebutuhan masyarakat.


38
Henry Mujianto,“Peningkatan KinerjaPelayanan Publik Tahun 2010”, Skripsi
(Jakarta:Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2010), h.27

59
b. Responsibilitas (responsibility): pelaksanaan kegiatan organisasi

public dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip administrasi yang

benar atau sesuai dengan kebijakan organisasi baik yang implisit atau

eksplisit. Responsibilitas dapat dinilai dari analisis terhadap

dokumen dan laporan kegiatan organisasi. Penilaian dilakukan

dengan mencocokan pelaksanaan kegiatan dan program organisasi

dengan prosedur administrasi dan ketentuan-ketentuan yang ada

dalam organisasi.

c. Akuntabilitas (accountability): menunjuk pada seberapa besar

kebijakan dan kegiatan organisasi publik tunduk pada para pejabat

politik yang dipilih oleh rakyat. Data akuntabilitas dapat diperoleh

dari berbagai sumber, seperti penilaian dari wakil rakyat, para

pejabat politis, dan oleh masyarakat. Mekanisme tata kerja adalah

sesuatu yang terdiri atas bagian-bagian yang saling berhubungan dan

membentuk satuan tersebut. Mekanisme dapat mengacu pada barang,

aturan, organisasi, perilaku dan sebagainya.

Kemudian berdasarkan hasil temuan juga diketahui bahwa

SDM bagian pelayanan masih sangat minim dan juga belum

professional dalam melayani public, di mana diketahui proses pelayanan

tidak sesuai dengan waktu yang ditetapkan.

Sementara itu dalam bidang pelayanan yang menonjol dan

paling cepat dirasakan oleh orang-orang yang menerima layanan adalah

keterampilan pelaksananya. Mereka inilah yang bersentuhan langsung

60
atas baik-buruknya layanan. Dengan keterampilan dan kemampuan

yang memadai maka pelaksanaan tugas/pekerjaan dapat dilakukan

dengan baik, cepat, dan memenuhi keinginan semua pihak, baik

manajemen itu sendiri maupun masyarakat.

Salah satu unsur yang paling fundamental dari manajemen

pelayanan yang berkualitas adalah pengembangan pegawai secara terus

menerus melalui pendidikan dan pelatihan. Dalam pekerjaan

keterampilan dapat dipelajari dengan latihan, maka pegawai setengah

terampil mempunyai kemungkinan besar dapat melakukan pekerjaan itu

dengan sangat memuaskan setelah suatu masa latihan.

Filipo dalam Hasibuan mendefinisikan pendidikan dan

pelatihan sebagai berikut: “pendidikan adalah berhubungan dengan

peningkatan pengetahuan umum dan pemahaman atas lingkungan kita

secara menyeluruh. Sedangkan pelatihan adalah suatu usaha

peningkatan pengetahuan dan keahlian seorang karyawan untuk

mengerjakan suatu pekerjaan tertentu”.39

Pendidikan dan pelatihan memiliki tujuan yang sama yaitu

pemahaman secara implicit. Melalui pemahaman, karyawan

dimungkinkan untuk menjadi seorang innovator, pengambil inisiatif,

serta menjadikannya efektif dan efisien dalam melakukan pekerjaan.

39
Hasibuan, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Jakarta: Grafika, 2002), h.69

61
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

62
Berdasarkan hasil penelitian di dinas peternakan dan perikanan

kabupaten Bungo, diperoleh beberapa kesimpulan terkait Implementasi UU No

25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik di dinas peternakan dan perikanan

kabupaten Bungo.

Adapun kesimpulan tersebut adalah sebagai berikut:

1. Pelaksanaan penyelenggara pelayanan publik sebagaimana dengan

ketentuan UU Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik belum

seutuhnya terlaksana dikarenakan standar pelayanan sebagaimana yang

dimaksud masih lebih banyak berada pada tingkat konsep, sedangkan

implementasinya masih jauh dari harapan. Hal ini dapat dilihat dari

pembahasan pada bab sebelumnya tentang prinsip dan cara dalam

mengoptimalisasikan pelayanan publik di dalam pemerintahan. Kemudian

di dalam pelaksanaan pelayanan publik harus dilakukan secara profesional

sehingga masyarakat dapat mengembangkan kemampuan dan kreativitas.

Pelayanan publik yang profesional yaitu pelayanan public yang

berakuntabilitas dan beresponsibilitas dalam pemberian pelayanan oleh

Aparatur pemerintah.

2. Adapun faktor-faktor penghambat dalam pelayanan publik oleh dinas

peternakan dan perikanan kabupaten bungo adalah: 1) Faktor infrastruktur

yang masih minim, 2) faktor SDM yang masih kurang dan juga belum

professional dalam memberikan pelayanan, 3) factor fasilitas pendukung

seperti kurangnya fasilitas IT dan lainnya.

3. Upaya yang dilakukan oleh Dinas Peternakan Dan Perikanan Kabupaten

63
Bungo dalam mengimplementasikan undang-undang nomor 25 tahun

pelayanan public yakni Membuat Standar Pelayanan, Pengembangan Sistem

Pengelolaan Pengaduan, Melakukan Survey Kepuasan Pelanggan, dan

adanya Standard Operating Procedures (SOP) yang dibuat oleh dinas

peternakan dan perikanan kabupaten bungo.

B. Saran-Saran

Setelah penulis menyimpulkan beberapa permasalahan di atas, maka

penulis ingin memberikan beberapa saran antara lain:

1. Kepada Dinas Peternakan Dan Perikanan Kabupaten Bungo agar dapat

memberikan pelayanan sesuai dengan tuntutan undang-undang nomor 25

tahun 2009 tentang pelayanan publik. Selain itu diharapkan untuk terus

memperhatikan kinerja setiap pegawai, karena salah satu hal yang sangat

berpengaruh dalam memberikan pelayanan dengan maksimal adalah

pegawai sebagai sumber daya manusia.

2. Kepada pegawai yang ada di bagian pelayanan Dinas Peternakan Dan

Perikanan Kabupaten Bungo diharapkan untuk terus meningkatkan

partisipasi terhadap kinerja selama mengabdi di pemerintahan, dan untuk

melibatkan semua masyarakat karena mencintai pekerjaan dan dilakukan

secara profesional tentunya nanti akan mampu menghasilkan mutu kerja

yang berkualitas pula.

C. Kata Penutup

Puji dan syukur yang sedalam-dalamnya dan tak terhingga penulis

panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan segala nikmat serta

64
melimpahkan taufiq dan hidayah-Nya dan dari pihak terkait sehingga skripsi

ini dapat diselesaikan sesuai dengan jadwal yang telah diprogramkan oleh

Fakultas Syari’ah Jurusan Ilmu Pemerintahan Universitas Islam Negeri Sulthan

Thaha Saifuddin Jambi. Sholawat dan salam penulis limpahkan dan semoga

Allah SWT. Sampaikan kepada junjungan Nabi Muhammad Saw.

Skripsi ini adalah dari hasil maksimal penulis, namun penulis merasa

banyak sekali kekurangan dalam penulisan sekeripsi ini, semua ini bukanlah

hal yang disengaja, namun baru sampai disinilah kemampuan penulis. Untuk

itu saran dan kritik yang sifatnya membangun sangatlah penulis harapkan, dan

atas perhatiannya penulis ucapkan banyak terima kasih.

Jambi, 12 Juni 2021

Penulis

M. Syahdoe Mz
NIM: 105170543

DAFTAR PUSTAKA

Agustino, Leo. Dasar-Dasar Kebijakan Publik, Alfabeta, Bandung. 2006.

65
Aswin. Meningkatkan Kompetensi Aparatur Pemerintah DaerahDalam
Kebijakan Dan Pelayanan Publik, 2000.

Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Sosial dan Ekonomi, Jakarta: Kencana


Prenada Media, 2013.

Henry Mujianto, Peningkatan KinerjaPelayanan Publik Tahun 2010”, Skripsi


Jakarta: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2010.

Hasibuan, Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta: Grafika, 2002.

Husni Thamrin, Hukum Pelayanan Publik di Indonesia, Yogyakarta: Aswaja


Pressindo, 2013.

Islami, M. Irfan, Prinsip-Prinsip Perumusan Kebijaksanaan Negara, Bumi


Askara, Jakarta, . 2007.

Joko Widodo, Good Governance Telaah Dari Dimensi Akuntabilitas Dan Control
Birokrasi Pada Era Desentralisasi Dan Otonomi Daerah, Surabaya:
Insan Cendikia, 2000.

Mukhtar, Bimbingan Skripsi, Tesis dan Artikel Ilmiah, Jambi: Sulthan Thaha
Press. 2004.

Moenir A.S, Manajemen Pelayanan Umum di Indonesia, Jakarta: Bina Aksara,


2008.

Noeng Muhadjir, Metodologi Penelitian Kualitatif, Yogyakarta: Rake Sarasin,


2005.

Riant Nugroho, Kebijakan Public, Model Perumusan Implementasi Dan Evaluasi,


Jakarta: PT. Elexmedia Komputindo, 2002.

Syafi’ie, Inu Kencana, Pengantar Ilmu Pemerintahan, Jakarta: PT. Pertja, 1999.

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: PT.


Rineka Cipta, 2010.

Usman dan Akbar Ps, Metode Penelitian Sosial, Jakarta: Bumi Aksara, 1998.

STIA LAN, Manajemen Kualitas Pelayanan, Jakarta: STIA LAN Press, 2000.

Wibowo, Eddi. 2004. Kebijakan Publik Pro Civil Society, YPAPI, Yogyakarta
2004.

Dokumen

66
Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor
63/KEP/M.PAN/2003Tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan Pelayanan
Publik
Undang-Undang No. 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik

67

Anda mungkin juga menyukai