MAPABA XXXI
Tujuan PMII
“Terbentuknya pribadi muslim Indonesia yang bertaqwa
kepada Allah SWT, berbudi luhur, berilmu, cakap, dan
bertanggung jawab dalam mengamalkan ilmunya serta
komitmen memperjuangkan cita-cita kemerdekaan
Indonesia”
Nama :
Kelompok :
i
SAMBUTAN KETUA RAYON
iv
SAMBUTAN KETUA PELAKSANA
v
bersama-sama di MAPABA XXXI dengan niatan
tholabul ilmi.
Shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada
Nabi Besar kita Baginda Rasullulah SAW. Yang telah
menuntun kita semua dari zaman jahiliyyah ke zaman
ilmiyyah ini.
Pertama, atas nama ketua pelaksana mengucapkan
banyak terimakasih atas kerjasamanya mulai dari segala
persiapan di MAPABA tahun ini,untuk itu sudilah
kiranya seluruh panitia mengorbankan pikiran dan
tenaganya agar MAPABA tahun ini sesuai dengan tujuan
yaitu “Membentuk Insan Pergerakan Yang Progresif dan
Militan Berlandaskan Ahlusunnah Wal Jamaah ”.
Ke dua, atas nama panitia mohon maaf yang sebesar-
besarnya apabila ada kekurangan sehingga menyebabkan
terganggunya kelancaran mapaba tahun ini, tapi panitia
berusaha sekeras mungkin untuk tetap bekerja agar
mapaba kali ini tetap berjalan dengan lancar.
Sahabat/i peserta yang saya banggakan,
Perlu diketahui bahwa sejak tahun 1960 sampai hari ini
PMII terus tumbuh menjadii organisasi yang terus
menerus berkontribusi dalam hal pengkaderan anak
bangsa. Dengan berlandaskan Islam ahlussunah wal
jamaah an nahdliyyah sebagai landasan teologinya,
sudah seharusnya PMII sebagai organisasi pergerakan
mampu mendayung ditengah rotasi zaman yang serba
kompleks dan berubah secara terus menerus.
vi
Ke tiga, dalam hal ini saya berharap teman-teman semua
dapat menjadi motor penggerak, menjadi agent of
change dan agent of development menjadi kebangkitan
dan masa depan bangsa yang lebih baik. Walaupun kita
dihadapkan dengan kondisi pandemi seperti saat ini yang
menyulitkan kita untuk bertatap muka, bertukar pikiran,
kami harap hal tersebut tidak menjadi penghalang kalian
untuk berproses di dalam PMII ini.
Ke empat,pesan saya kepada teman-teman peserta calon
anggota baru yaitu :
1. Tumbuhkan pada diri kalian keyakinan yang kuat di
PMII “PMII RAYON AL-HADDAD”
2. Tumbuhkan rasa keberanian yang tinggi agar
terbentuk mental pejuang pada calon anggota PMII
RAYON AL-HADDAD
3. Berproseslah di PMII agar menjadi seorang kader
yang totalaitas dan loyalitas sehingga, akan
terbentuk jiwa kader dan mahasiswa yang militan
dan berintelektual.
Dengan pesan dan harapan itu, saya mengucapkan
selamat mengikuti kegiatan MAPABA XXXI PMII
RAYON AL-HADDAD ini kepada teman-teman semua.
Semoga kita semua dapat menjadi insan yang progressif
dan dapat menerapkan tri motto PMII dzikir, fikir, amal
shaleh dengan baik dan istiqomah.
NADHIFUL QULUB
vii
INDONESIA RAYA
Karya: WR. Supratman
1
MARS PMII
Karya: Shaimoery WS dan Mahbub Djunaedi
*Reff :
Denganmu PMII
Pergerakanku
Ilmu dan Bakti, Ku Berikan
Adil dan Makmur Kuperjuangkan
Untukmu Satu Tanah Airku
Untukmu Satu Keyakinanku
2
HYMNE PMII
Karya: Shaimoery WS dan Mahbub Djunaedi
Bersemilah,
Bersemilah Tunas
PMII
Tumbuh Subur, Tumbuh Subur
Kader PMII
Bersemilah,
Bersemilah Tunas
PMII
Tumbuh Subur, Tumbuh Subur
Kader PMII
3
GEMA PMII
Karya: Shaimoery WS dan Mahbub Djunaedi
*Reff :
Sinar Api Islam Kini
Menyala Tekad Bulat Kita
Membara Sinar Api Islam
Kini Menyala Tekad Bulat
Kita Membara Berjuanglah
PMII Berjuang Menegakkan
Kalimat Tuha
4
KEMAHASISWAAN
A. Pengertian Mahasiswa
Mahasiswa adalah seseorang yang belajar di perguruan
tinggi, di dalam struktur pendidikan di Indonesia
mahasiswa memegang status pendidikan tertinggi
diantara yang lain. Mahasiswa juga bertindak sebagai
agent of change yang berperan mengajak seluruh
masyarakat untuk dapat bergerak melakukan perubahan
yang lebih baik dengan pertimbangan berbagai ilmu,
gagasan, dan pengetahuan yang dimiliki. Bukan
waktunnya lagi sebagai mahasiswa hanya diam dan juga
tidak peduli dengan permasalahan bangsa, karena di
pundak mereka titik kebangkitan suatu negara atau
bangsa diletakkan. Mahasiswa memiliki tanggung jawab
yang harus dipikul dari semenjak orang tersebut masuk
dan diterima sebagai seorang mahasiswa seperti yang
terdapat pada Tri Dharma Perguruan Tinggi,
diantaranya:
1. Pendidikan dan Pengajaran
Pendidikan pada hakikatnya merupakan ajang
memberikan ilmu pengetahuan. Pendidikan dan
Pengajaran disini diartikan sebagai sistem pendidikan
yang berkelanjutan atau lebih dikenal dengan istilah
transfer of knowledge. Jadi mahasiswa akan menjalani
pendidikan dan kemudian dikembangkan dengan
penelitian. Kualitas penelitian dan pengembangan oleh
mahasiswa saat ini telah ditunjang oleh mutu pendidikan
yang bagus. Yaitu pendidikan mulai dari Diploma,
5
Strata,
6
hingga Doktor. Diharapkan akan adanya kualitas yang
sudah memenuhi standar tersebut, maka Indonesia
diharapkan bisa memenuhi tenaga di bidang penelitian
untuk memulai memajukan kualitas dengan lebih
mandiri.
2. Penelitian dan Pengembangan
Kegiatan penelitian dan pengembangan memiliki
peranan yang sangat penting dalam mendukung
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Tanpa
adanya penelitian dan pengembangan, maka laju
perkembangan ilmu pengetahuan akan terhambat.
Penelitian tidaklah selalu berdiri sendiri, karena
dilatarbelakangi oleh kebutuhan dalam proses
pembangunan dalam arti yang luas. Penelitian juga
sebagai 6aradi utama dalam menentukan keputusan
terkait suatu masalah. Penelitian yang dilakukan ada dua
jenis, yaitu penelitian terapan dan penelitian terhadap
ilmu-ilmu dasar. Penelitian terapan digunakan untuk
mengatasi masalah yang sedang terjadi pada saat itu,
sementara penelitian terhadap ilmu-ilmu dasar
manfaatnya akan lebih penting di masa depan.
3. Pengabdian pada Masyarakat
Pendidikan yang kemudian dilanjutkan dengan
penelitian sebenarnya merupakan persiapan untuk
menghadapi kasus secara nyata. Penelitian juga
merupakan kontribusi dari perguruan tinggi terutama
mahasiswa kepada masyarakat. Adanya penelitian yang
dilakukan secara individu maupun kelompok dari
mahasiswa perguruan tinggi secara langsung merupakan
7
contoh dari pengabdian pada masyarakat. Diharapkan
masyarakat juga
8
memberikan umpan balik yang positif terhadap
penelitian-penelitian yang dilakukan untuk mengetahui
dan mempelajari lebih lanjut terkait objek dan masalah
yang dihadapi. Sehingga para mahasiswa dapat lebih
memahami kebutuhan masyarakat sendiri.
9
2. Agent of Change, mahasiswa sebagai agen perubahan
yakni bertindak sebagai objek atau pelaku dalam
perubahan yang telah diawali dengan penggagasan
sebuah tindakan. Sikap kritis yang positif harus
dimiliki dan sering dapat membuat sebuah perubahan
besar dan juga membuat para pemimpin yang tidak
berkompeten menjadi gerah serta cemas. Banyak
pembodohan serta ketidakadilan yang telah dilakukan
oleh pemimpin bangsa ini. Sudah seharusnya Anda
berpikir untuk mengembalikan dan juga mengubah
keadaan tersebut. Perubahan yang dimaksud yakni
perubahan 8aradig yang positif serta tidak
menghilangkan jati dirinya sebagai mahasiswa dan
juga Bangsa Indonesia.
3. Iron Stock, pelajar tingkat tinggi juga memiliki peran
sebagai generasi penerus bangsa sangat diharapkan
mempunyai kemampuan, ketrampilan, serta akhlak
mulia untuk dapat menjadi calon pemimpin yang siap
pakai. Anda itu merupakan sebuah asset, cadangan,
dan juga harapan bangsa untuk masa depan. Kamu
bukan hanya sebagai kaum akademisi intelektual 8ara
hanya duduk serta mendengarkan dosen dalam
ruangan perkuliahan saja. Kamu harus memperkaya
dirinnya dengan pengetahuan yang lebih baik juga
dari segi keprofesian maupun kemasyarakatan.
Mahasiswa sebagai iron stock yakni merupakan
seorang calon pemimpin bangsa masa depan yang
kelak akan
10
menggantikan generasi yang telah ada, jadi tidak
cukup jika hanya dengan memupuk ilmu yang
spesifik saja. Perlu pula adanya soft skill seperti
leadership, kemampuan memposisikan diri, dan
sensitivitas yang tinggi.
4. Moral Force, karena gelar mahasiswanya hal ini tentu
menjadi alasan seseorang yang telah mendapatkan
lebih banyak pelajaran dan pengalaman. Di perguruan
tinggi seseorang akan dikenal dengan moral atau etika
yang baik. Sebagai mahasiswa yang membawa nama
perguruan tinggi dan nama keluarga, ini menjadi
peran mahasiswa sebagai moral force atau mahasiswa
itu kumpulan orang yang memiliki moral baik.
5. Social Control, mahasiswa memiliki kemampuan
intelektual, kepekaan sosial, dan sikap kritis yang
kelak diharapkan mampu menjadi pengontrol sebuah
kehidupan sosial dalam masyarakat dengan cara
memberikan saran, kritik, dan solusi untuk
permasalahan sosial masyarakat. Peran mahasiswa
sebagai social control terjadi saat ada hal yang tidak
beres maupun ganjil dalam masyarakat. Mahasiswa
sudah seharusnya memberontak terhadap kebusukan-
kebusukan yang terjadi dalam birokrasi yang selama
ini dianggap lazim. Mahasiswa sudah seharusnya
menumbuhkan jiwa kepedulian sosialnya, dimana
mahasiswa harus peduli terhadap masyrakat sebab
mahasiswa adalah bagian dari masyarakat.
Kepedulian tersebut bukan hanya diwujudkan dalam
bentuk demo
11
ataupun turun ke jalan saja, tetapi dengan pemikiran-
pemikiran cemerlangnya, diskusi-diskusi, atau
memberikan bantuan moril dan juga materil kepada
masyarakat.
12
Catatan:
...........................................................................................
...........................................................................................
...........................................................................................
...........................................................................................
...........................................................................................
...........................................................................................
...........................................................................................
...........................................................................................
...........................................................................................
...........................................................................................
...........................................................................................
...........................................................................................
...........................................................................................
...........................................................................................
...........................................................................................
...........................................................................................
...........................................................................................
...........................................................................................
...........................................................................................
...........................................................................................
...........................................................................................
13
Catatan:
...........................................................................................
...........................................................................................
...........................................................................................
...........................................................................................
...........................................................................................
...........................................................................................
...........................................................................................
...........................................................................................
...........................................................................................
...........................................................................................
...........................................................................................
...........................................................................................
...........................................................................................
...........................................................................................
...........................................................................................
...........................................................................................
...........................................................................................
...........................................................................................
...........................................................................................
...........................................................................................
...........................................................................................
14
KEINDONESIAAN
15
sebagai landasan gerak dan perilaku sebagai Warga
Negara Indonesia (WNI).
Rumusan Pancasila memberikan nilai yang mendasar
terkait konsep Tuhan, alam, dan manusia secara utuh dan
komprehensif maka perlulah bagi kita untuk merenungi
nilai-nilai Pancasila berikut ini:
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
Dalam kehidupan sekarang, setiap masyarakat Indonesia
dijamin kebebasan dalam menjalani kepercayaannya
masing-masing. Masyarakat kini dapat menjalani
kepercayannya dengan tenang tanpa gangguan
intoleransi. Di sila ini, masyarakat juga diminta agar
tidak menistakan agama lain dan harus menjunjung
tinggi kerukunan umat beragama antara satu dengan
yang lain.
3. Persatuan Indonesia
Di sila ketiga ini, semua warga negara Indonesia tidak
boleh melakukan aksi-aksi yang dapat merenggangkan
persatuan dan kesatuan negara kita, seperti tindakan
terorisme, intoleransi, gerakan separatism, dan hal-hal
16
yang serupa. Sebagai warga negara Indonesia yang baik,
kita harus tetap menjaga keutuhan negara kita.
17
Hanya dengan dasar Pancasila bangsa Indonesia akan
menjadi bangsa yang kokoh, kuat, mandiri dan disegani.
Pancasila sebagai landasan dasar dari 4 Pilar Kebangsaan
yaitu Pancasila, Undang Undang Dasar 1945, Negara
Kesatuan Republik Indonesia dan Bhineka Tunggal Ika
menjadikan bangsa Indonesia dari Sabang sampai
Merauke tetap bersatu dalam bingkai Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Pancasila tetap diposisikan sebagai
ideologi dan dasar negara yang kedudukannya berada di
atas tiga pilar lainnya. Dimasukkannya pancasila sebagai
bagian dari 4 pilar semata-mata untuk menjelaskan
adanya landasan ideologi dan dasar negara dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara yaitu pancasila yang
menjadi pedoman penuntun bagi pilar-pilar kebangsaan
dan kenegaraan lainnya. Bangsa Indonesia harus
menjadikan Pancasila sebagai falsafah dalam berbangsa
dan bernegara.
18
cita-cita untuk mewujudkan Indonesia adil, makmur,
serta damai bisa tercapai. Untuk mencapai cita-cita itu,
tentu dibutuhkan kepemimpinan yang visioner, bersih,
dan berwibawa.
Dalam konteks ini, persoalan regenerasi dan kaderisasi
amat urgent diperhatikan. Kita sadar, para negarawan
dan politikus negeri ini tidak lahir tanpa penempaan dan
pendidikan selama menjadi mahasiswa, terutama melalui
organisasi ekstra seperti PMII, HMI, GMNI, dan
PMKRI. Pada umumnya, politisi itu adalah para aktivis
dan kader- kader pilihan. Hal tersebut juga berlaku bagi
sistem dan pola rekrutmen kepartaian di negeri ini.
Masalahnya sekarang, bagaimana pendidikan dan
pengaderan itu mampu mengantarkan mereka ke kancah
politik dan pemerintahan yang bersih serta berwibawa?
Sebab, bagaimanapun, praktik-praktik yang dialami di
kampus saat mereka menjadi aktivis (BEM, MPM, dan
beberapa jabatan fungsionaris lainnya di organisasi itu)
akan terus terbawa sampai mereka menjadi tokoh.
Di sinilah, pengkaderan dan pembelajaran politik di
kampus menjadi sangat menentukan perilaku politik
mereka ke depan. Kampus atau perguruan tingggi,
dengan demikian, menjadi miniatur Indonesia. Jika
dalam praktik mengelola organisasi sejak dini sudah
berani melanggar AD/ART atau aturan main lainnya, itu
merupakan awal pengalaman yang buruk bagi seorang
aktivis dan akan berbahaya pada masa-masa mendatang
jika sudah terjun ke masyarakat. Suatu contoh kecil,
ketika menangani
19
panitia organisasi di kampus, baik kegiatan intra maupun
ekstra, mereka sudah berani melanggar aturan organisasi
dan tidak mampu mempertanggungjawabkan laporannya.
Sudah saatnya orientasi gerakan mahasiswa berubah,
dari paradigma lama menuju paradigmabaru yang
mencerahkan. Sudah saatnya PMII melakukan
reorientasi pengaderan untuk menyongsong masa depan.
PMII harus mengidealkan paradigmanya dari paradigma
normatif menuju paradigma transformatif. Artinya,
kader PMII harus mampu mengubah perilaku dan
mengantarkan mereka dari berpikir sektarianisme
menuju plurarisme Hal itu tentu memerlukan review
kurikulum pengaderan selama ini. Idealnya, review
tersebut dilakukan setiap tahun seiring dengan situasi
dan kondisi yang terus berkembang. Karena
PMII adalah organisasi
kemahasiswaan yang memiliki ciri khas keislaman dan
keindonesiaan, arah keislaman dan keindonesiaan itu
harus diformulasikan. Hal itu sangat penting. Dari aspek
keislaman, misalnya, PMII tidaklah berwajah
transnasional, tetapi bertumpu pada konsep nation-state.
Corak pemikiran keislamannya bukanlah skripturalis-
fundamentalis atau radikal, melainkan inklusif dan
plural. Dengan demikian, PMII mesti mempertahankan
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) sebagai
sebuah bentuk negara yang final. Prinsip tawasuth,
tawazun, dan tasamuh mesti menjadi landasan berpikir
dalam berorganisasi. Dengan demikian, PMII tidak
menjadi gerakan ekstrem, baik ekstrem kiri maupun
20
ekstrem
21
kanan. Pola-pola berpikir seperti itu harus menjadi
perhatian dari masa ke masa sebagai bentuk melestarikan
perjuangan the founding fathers negeri ini.
Selain itu, PMII mesti mencari rumusan baru tentang
wawasan Islam keindonesiaan yang tetap mampu
memelihara khazanah serta budaya bangsa dan
merumuskan paradigma baru yang lebih baik. Hal
tersebut penting dilakukan karena tuntutan dan tantangan
yang dihadapi bangsa Indonesia ke depan jauh lebih
rumit. Pandangan-pandangan para pendahulu seperti KH
Hasim Asy’ari, KH Ahmad Shidiq, dan Gus Dur tentang
wawasan kebangsaan (nation-state) menjadi penting
diaktualisasikan kembali melalui kajian-kajian rutin di
kampus serta latihan kader dasar, menengah, dan lanjut.
C. Nasionalisme
Semangat kebangsaan disebut juga sebagai
nasionalisme dan patriotisme. Nasionalisme adalah suatu
paham yang menganggap bahwa kesetiaan tertinggi atas
setiap pribadi harus diserahkan kepada negara
kebangsaan.
Ada dua jenis pengertian nasionalisme, yaitu
nasionalisme dalam arti sempit dan nasionalisme dalam
arti luas. Nasionalisme dalam arti sempit disebut juga
dengan nasionalisme negatif karena mengandung makna
perasaan kebangsaan atau cinta terhadap bangsanya yang
sangat tinggi dan berlebihan, sebaliknya memandang
22
rendah terhadap bangsa lain yang di sebut juga
Chauvinisme.
Jenis nasionalisme yang kedua adalah nasionalisme
dalam arti luas atau yang berarti positif. Nasionalisme
dalam pengertian ini adalah perasaan cinta yang tinggi
atau bangga terhadap tanah air dan tidak memandang
rendah bangsa lain.
Semangat kebangsaan (nasionalisme) yang ada pada
diri seseorang tidak datang dengan sendiri, tetapi
dipengaruhi oleh unsur-unsur sebagai berikut:
1. Perasaan nasional
Masyarakat Indonesia mempunyai kecenderungan
membuat perkumpulan-perkumpulan apabila mereka
berada di luar daerah, misalnya: Persatuan Mahasiswa
Sulawesi, Riau, Aceh, Kalimantan, Papua dan lain-lain
di Yogyakarta. Ikatan kelompok ini akan menjadi lebih
luas jika masyarakat Indonesia di luar negeri. Ikatan
emosional yang terbentuk bukan lagi ikatan kesukuan,
tetapi ikatan kebangsaan. Inilah ciri khas Bangsa
Indonesia yang bisa membangun identitas nasional.
2. Watak nasional
Bangsa Indonesia pada dasarnya adalah bangsa yang
religius, humanis, menyukai persatuan/ kekeluargaan,
suka bermusyawarah dan lebih mementingkan
kepentingan bersama. Itulah watak dasar bangsa
Indonesia. Adapun apabila terjadi konflik sosial dan
tawuran di kalangan masyarakat, itu sesungguhnya tidak
menggambarkan keseluruhan watak bangsa Indonesia.
23
3. Batas nasional
a. Dengan penentuan batas wilayah yang jelas, suatu
negara tentunya akan dapat mengetahui jangkauan
wilayah dimana negara dapat mengenakan
kekuasaannya yang bebas dari campur tangan dari
negara luar karena wilayah tersebut merupakan
daerah kedaulatannya
b. Batas wilayah juga memainkan peran penting dalam
mengamankan kepentingan ekonomi suatu negara
dalam rangka meningkatkan kesejahteraan rakyatnya.
Kepentingan ekonomi yang dimaksud disini sebagai
contoh adalah Sumber Daya Alam (SDA) yang
dimiliki suatu negara. Dengan batas negara yang
sudah jelas, tentunya negara luar tidak berhak untuk
mengambil kekayaan alam/SDA dari wilayah negara
lain.
c. Sebagai daerah terluar dari suatu negara, tentunya
wilayah perbatasan dapat dinilai sebagai refleksi di
negara tersebut. Wilayah perbatasan menunjukkan
kebanggaan dan wajah bangsa Indonesia. Batas
wilayah tersebut berperan dalam menjaga dan
mempertahankan budaya dan identitas nasional suatu
bangsa.
4. Bahasa nasional
Bahasa Indonesia berkedudukan sebagai bahasa nasional
dan bahasa resmi negara. Dalam kedudukannya sebagai
bahasa nasional, bahasa Indonesia berfungsi sebagai
sarana pemersatu berbagai suku bangsa dan sebagai
24
sarana komunikasi antardaerah dan antarbudaya daerah.
Dengan kedudukan seperti itu, bahasa Indonesia
memiliki peran yang sangat penting dan strategis dalam
memfasilitasi proses kemajuan bangsa Indonesia.
5. Agama
Agama sendiri dalam peranannya tentu sangat
memengaruhi pribadi masing – masing. Dimana menjadi
pegangan penganut agamanya. Dalam islam sendiri,
agama dan nasionalisme berjalan beriringan yang mana
sesuai dengan pemikiran pendiri NU Hadratussyaikh,
KH Hasyim Asyari, bahwa kesatuan antara agama dan
nasionalisme merupakan satu fondasi kokoh untuk
menghadapi berbagai macam tantangan bangsa seperti
kebodohan, keterbelakangan, serta ancaman perpecahan
bangsa. Degan demikian, menegakkan agama dan
nasionalisme merupakan salah satu kewajiban bagi
mereka yang merasa mempunyai iman sebagai seorang
Muslim.
Pada dasarnya nasionalisme yang muncul dibanyak
negara memiliki tujuan sebagai berikut :
Menjamin kemauan dan kekuatan mempertahankan
masyarakat nasional melawan musuh dari luar
sehingga melahirkan semangat rela berkorban.
Menghilangkan Ekstremisme (tuntutan yang
berlebihan ) dari warga negara (individu dan
kelompok).
25
Adapun beberapa Faktor intern yang mempengaruhi
munculnya nasionalisme Indonesia adalah sebagai
berikut.
Timbulnya kembali golongan pertengahan, kaum
terpelajar.
danya penderitaan dan kesengsaraan yang dialami
oleh seluruh rakyat dalam berbagai bidang kehidupan
Adanya keinginan untuk melepaskan diri dari
imperialisme
Selain itu ada beberapa Faktor ekstern yang
mempengaruhi munculnya nasionalisme Indonesia
adalah sebagai berikut.
Faham-faham modern dari Eropa
(liberalisme,humanisme, nasionalisme, dan
komunisme)
Gerakan pan-islamisme
Pergerakan bangsa terjajah di Asia
26
Catatan:
...........................................................................................
...........................................................................................
...........................................................................................
...........................................................................................
...........................................................................................
...........................................................................................
...........................................................................................
...........................................................................................
...........................................................................................
...........................................................................................
...........................................................................................
...........................................................................................
...........................................................................................
...........................................................................................
...........................................................................................
...........................................................................................
...........................................................................................
...........................................................................................
...........................................................................................
...........................................................................................
...........................................................................................
27
Catatan:
...........................................................................................
...........................................................................................
...........................................................................................
...........................................................................................
...........................................................................................
...........................................................................................
...........................................................................................
...........................................................................................
...........................................................................................
...........................................................................................
...........................................................................................
...........................................................................................
...........................................................................................
...........................................................................................
...........................................................................................
...........................................................................................
...........................................................................................
...........................................................................................
...........................................................................................
...........................................................................................
...........................................................................................
28
AHLU SUNNAH WAL JAMAAH
A. Pengertian ASWAJA
Ahlussunnah Wal Jamaah atau yang biasa disebut
dengan aswaja, secara bahasa berasal dari kata Ahlun
yang artinya keluarga, golongan atau pengikut.
Ahlussunnah berarti orang orang yang mengikuti sunnah
(perkataan, pemikiran atau amal perbuatan Nabi
Muhammad SAW). Sedangkan al Jama’ah adalah
sekumpulan orang yang memiliki tujuan. Jika dikaitkan
dengan madzhab mempunyai arti sekumpulan orang
yang berpegang teguh pada salah satu imam madzhab
dengan tujuan mendapatkan keselamatan dunia dan
akhirat.
Sedangkan secara istilah berarti golongan umat Islam
yang dalam bidang Tauhid menganut pemikiran Imam
Abu Hasan Al Asy‟ari dan Abu Mansur Al Maturidi,
sedangkan dalam bidang ilmu fiqih menganut Imam
Madzhab 4 (Hanafi, Maliki, Syafii, Hambali) serta dalam
bidang tasawuf menganut pada Imam Al Ghazali dan
Imam Junaid al Baghdadi.
30
Sebagaimana NU, PMII juga menegaskan Aswaja
sebagai nafas pergerakannya. Dalam PMII, Aswaja
dijadikan sebagai metode berfikir (manhaj al-fikr).
Aswaja sebagai manhajul fikr adalah respon atas situasi
umat yang kacau pada saat itu. Kemunculan firqah-
firqah (kelompok mazhab Islam) banyak dilatar
belakangi oleh situasi politik umat Islam saat itu. PMII
memandang bahwa Ahlussunnah wal-jama’ah memiliki
metode berfikir keagamaan yang mencakup semua aspek
kehidupan dengan berlandaskan atas dasar moderasi,
menjaga keseimbangan dan toleran. Aswaja merupakan
sebuah metode dan prinsip berpikir dalam menghadapi
persoalan-persoalan agama sekaligus urusan sosial-
kemasyarakatan, inilah makna Aswaja sebagai manhaj
al- fikr.
Aswaja sebagai manhaj bisa dilakukan dengan cara
bagaimana melihatnya dalam setting sosial-politik dan
kultural yang terjadi pada saat itu. Dengan demikian
dalam konteks fikih misalnya, yang harus dijadikan
bahan pertimbangan bukanlah produknya melainkan
dengan memperhatikan bagaimana kondisi sosial politik
dan budaya tersebut, sebagaimana ketika Imam hanafi,
Imam Syafi'i, Imam Malik dan Imam Hambali
melahirkan pemikiran fiqihnya. Dalam pemahaman
teologi dan tassawuf juga seharusnya demikian.
Berangkat dari pola pendekatan pemahaman Aswaja
sebagai manhaj al-fikr yang paling penting dalam
memahami Aswaja adalah menangkap makna dari latar
belakang yang mendasari
31
tingkah laku dalam beragama, bernegara dan
bermasyarakat. Oleh karena itu diperlukan karakter
Aswaja,seperti Tawasut, Tawazun, Tasamuh, dan
Ta’adul atau I’tidal yang menjadi landasan atas kerangka
mensikapi permasalahan-permasalahan keagamaan,
politik dan yang lainnya.
D. IMPLEMENTASI NILAI ASWAJA
Ada empat prinsip atau karakter utama ajaran
Ahlussunah wa al-jama’ah sebagai manhaj al-fikr atau
kita sebut dengan Aswaja yang selalu diajarkan oleh
Rasulullah SAW dan para sahabatnya, yaitu tawasut,
tawazun, tasamuh, dan ta’adul.
1. Tawasuth
Moderat, adalah sebuah sikap tengah yang tidak
cenderung ke kanan atau ke kiri. Lawan dari sifat ini dari
tawasuth adalah tatharruf atau ekstrim. Implementasi
dari sikap ini dapat dilakukan dalam memahami Islam,
yaitu dipahami secara moderat sesuai dengan
perkembangan zaman dan mampu berfikir secara
modern. Dapat di pahami bahwa, dalam agama Islam di
anjurkan untuk berlaku secara moderat artinya tidak
boleh fokus pada satu tujuan saja.
2. Tawazun
Seimbang, adalah sikap berimbang dalam menghadapi
persoalan atau pertimbangan untuk mencetuskan sebuah
keputusan. Tawazun juga dapat diartikan sebagai sikap
seimbang dalam pengabdian (khidmah) dalam segala
hal, baik khidmah kepada Allah swt ( habl min Allah),
32
khidmah kepada sesama manusia (habl min nas), dengan
alam lingkungannya dan termasuk dalam pengunaan
dalil’aqli dan dalil naqli
3. Tasamuh
Toleransi, berarti sikap tenggang rasa, saling
menghormati dan saling menghargai sesama manusia
untuk melaksanakan hak-haknya. Tasamuh dapat
diimplementasikan dengan sikap bersedia menghargai
terhadap segala kenyataan, perbedaan, dan
keanekaragaman, baik dalam pemikiran, keyakinan,
sosial kemasyarakatan, suku, bangsa, agama, tradisi-
budaya dan lain sebagainya. Namun, perlu digaris
bawahi, bahwa tidak ada toleransi dalam hal kompromi
akidah.
4. Al-I’tidal
Keadilan, ialah sikap adil dan netral dalam melihat,
menimbang, menyikapi dan menyelesaikan segala
permasalahan. Adil dikatakan sama, namun tidak
selamanya sama atau setara. Kalaupun keadilan
menuntut adanya kesamaan atau kesetaraan, hal itu
hanya berlaku ketika realitas individu benar-benar sama
dan setara secara persis dalam segala sifat. Adil
diekspresikan dalam skap kemasyarakatan yang
senantiasa berlaku adil, misalnya dengan kelompok yang
kaya dan kelompok yang miskin yang di dalamnya
mencerminkan kesetaraan bagi seluruh kelompok baik
kelompok mayoritas maupun minoritas. Hal ini agar
terbentuk sikap gotong royong dalam menegakkan
keadilan.
33
Catatan:
...........................................................................................
...........................................................................................
...........................................................................................
...........................................................................................
...........................................................................................
...........................................................................................
...........................................................................................
...........................................................................................
...........................................................................................
...........................................................................................
...........................................................................................
...........................................................................................
...........................................................................................
...........................................................................................
...........................................................................................
...........................................................................................
...........................................................................................
...........................................................................................
...........................................................................................
...........................................................................................
...........................................................................................
34
Catatan:
...........................................................................................
...........................................................................................
...........................................................................................
...........................................................................................
...........................................................................................
...........................................................................................
...........................................................................................
...........................................................................................
...........................................................................................
...........................................................................................
...........................................................................................
...........................................................................................
...........................................................................................
...........................................................................................
...........................................................................................
...........................................................................................
...........................................................................................
...........................................................................................
...........................................................................................
...........................................................................................
...........................................................................................
35
PERGERAKAN MAHASISWA ISLAM
INDONESIA
36
Surakarta tahun 1955. Organisasi Mahasiswa NU ini
mampu bertahan sampai lahirnya PMII pada tahun 1960.
Namun IMANU tak berumur panjang dikarenakan
PBNU menolak keberadaannya. Karena pada waktu itu
IPNU baru saja lahir pada 24 Februari 1954. Keberatan
PBNU didasari atas pertimbangan waktu, pembagian dan
efektivitas organisasi. Bermula dari kongres IPNU ke-2
awal tahun 1957 di Pekalongan dan kongres IPNU ke-3
tanggal 27-31 Desember 1958 di Cirebon dengan adanya
pembentukan Departemen Perguruan Tinggi IPNU
mengingat banyaknya mahasiswa yang menjadi
anggotanya.
Selanjutnya dalam konferensi besar IPNU tanggal 14-16
Maret 1960 di Kaliurang, Yogyakarta diputuskan
terbentuknya suatu wadah mahasiswa NU yang terpisah
secara struktural dari IPNU-IPPNU. Dari konferensi
besar Kaliurang dibentuk 13 sponsor pendiri organisasi
mahasiswa yang terdiri dari:
1. Cholid Mawardi (Jakarta)
2. Said Budairy (Jakarta)
3. M. Sabich Ubaid (Jakarta)
4. M. Makmun Syukri BA (Bandung)
5. Hilman (Bandung)
6. H. Ismail Makky (Yogyakarta)
7. Munsif Nahrowi (Yogyakarta)
8. Nuril Huda Suady (Surakarta)
9. Laily Mansur (Surakarta)
10. Abd. Wahad Jailani (Semarang)
37
11. Hisbullah Huda (Surabaya)
12. M. Cholid Norbuko (Malang)
13. Ahmad Husain (Makassar)
14. A.A. Murtadlo (Malang)
Setelah itu terjadi musyawarah selama 3 hari oleh tokoh-
tokoh mahasiswa NU pada tanggal 14-16 April 1960 di
Taman Pendidikan Putri Khadijah (sekarangUNSURI)
Surabaya. Bertepatan dengan itu, Ketua Umum PBNU
KH. Idham Khalid memberikan lampu hijau dan
semangat kepada mahasiswa NU agar mampu menjadi
kader Ahlusunah Waljamaah. Tanggal 17 April 1960
lahirlah organisasi mahasiswa dengan nama Pergerakan
Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) dan penyusunan
Peraturan Dasar PMII.
Tak sampai setahun, organisasi PMII melakukan kongres
pertama di Tawangmangu, Surakarta dengan diikuti 13
cabang. Selanjutnya pada kongres kedua tahun 1963
sudah diikuti 31 cabang, (18 cabang merupakan cabang
baru).
38
baik sebagai perwujudan tanggung jawabnya memberi
rahmat pada lingkungannya.
Pergerakan dalam hubungannya dengan organisasi
menuntut upaya sadar untuk membina dan mahasiswa
mengembangkan potensi ketuhanan dan potensi
kemanusiaan agar gerak dinamika menuju tujuannya
selalu berada di dalam kualitas kekhalifahannya.
Pengertian mahasiswa yang terkandung dalam PMII
adalah golongan generasi muda yang menuntut ilmu di
perguruan tinggi yang mempunyai identitas diri.
Identitas diri mahasiswa terbangun oleh citra diri sebagai
insan religius, insan dinamis, insan sosial dan insan
mandiri Dari identitas mahasiswa tersebut, terpantul
tanggung jawab keagamaan, tanggung jawab intelektual,
tanggung jawab sosial kemasyarakatan dan tanggung
jawab individual baik sebagai hamba Tuhan maupun
sebagai waga bangsa dan negara.
Pengertian "Islam" yang terkandung dalam PMII adalah
Islam sebagai agama yang dipahami dengan
haluan/paradigma Ahlussunnah Wal Jamaah yaitu
konsep pendekatan terhadap ajaran agama Islam secara
proporsional antara Iman, Islam, dan Ihsan yang di
dalam pola pikir, pola sikap, dan pola perilakunya
tecermin sifat- sifat selektif komodatif, dan integrative.
Pengertain Indonesia yang terkandung di dalam adalah
masyarakat, bangsa, dan negara Indonesia yang
mempunyai falsafah ideologi bangsa (pancasila) serta
UUD 45 dengan kesadaran kesatuan dan keutuhan
bangsa dan negara yang
39
terbentang dari Sabang sampai Merauke yang diikat
dengan kesadaran wawasan nusantara. Secara totalitas
PMII sebagai organisasi merupakan suatu gerakan yang
bertujuan melahirkan kader-kader bangsa yang
mempunyai integritas diri sebagai hamba yang bertaqwa
kepada Allah SWT, dan atas dasar ketawaan berkiprah
mewujudkan peran ketuhananya membengun masyarakat
bangsa dan negara indonesia menuju tatanan masyarakat
yang adil dan makmur dalam ampunan dan ridho Allah
SWT.
1. Pergerakan
Pergerakan bukan hanya menerangkan suatu
perkumpulan/organisasi tetapi juga menerangkan sifat
dan karakter organisasi itu sendiri dengan kata lain
bahwa harus selalu bergerak, tidak boleh stagnan, beku
(berhenti beraktivitas), dan harus kreatif-inovatif
(kepekaan- kritis/cerdas).
2. Mahasiswa
Sebutan untuk orang-orang yang belajar di perguruan
tinggi dengan predikat seperti agen perubahan, wakil
rakyat, dll.
3. Islam
Agama islam dijadikan landasan dan identitas bahwa
PMII adalah organisasi yang berlandaskan agama. Islam
ala PMII adalah islam yang mendasarkan diri pada
ajaran ahlusunnah wal jamaah (aswaja).
40
4. Indonesia
Menunjukkan sekaligus mengidealkan PMII sebagai
organisasi kebangsaan, organisasi yang berpandangan
nasionalis, punya tanggung jawab kebangsaan,
kerakyatan dan kemanusiaan.
C. Tujuan PMII
“Terbentuknya pribadi muslim Indonesia yang bertaqwa
kepada Allah SWT, berbudi luhur, berilmu, cakap dan
bertanggung jawab dalam mengamalkan ilmunya dan
komitmen dalam memperjuangkan cita-cita
kemerdekaan Indonesia.”
41
Tri Komitmen: Kejujuran, Kebenaran, Keadilan
42
2. Warna
43
- Biru, sebagaimana lukisan PMII, berati kedalaman ilmu
pengetahuan yang harus dimiliki dan digali oleh warga
pergerakan. Biru juga menggambarkan lautan Indonesia
yang mengelilingi kepulauan Indonesia dan merupakan
kesatuan Wawasan Nusantara.
- Biru Muda, sebagaimana warna dasar perisai sebelah
bawah, berati ketinggian ilmu pengetahuan, budi pekerti
dan taqwa.
- Kuning, sebagaimana warna dasar perisai-perisai
sebelah bawah, berati identitas kemahasiswaan yang
menjadi sifat dasar pergerakan lambang kebesaran dan
semangat yang selalu menyala serta penuh harapan
menyongsong masa depan.
44
Fungsi NDP, yaitu:
a. Landasan Berpijak, bahwa NDP menjadi landasan
setiap gerak langkah dan kebijaksanaan yang harus
dilakukan
b. Landasan Berpikir, Bahwa NDP menjadi landasan
pendapat yang dikemukakan terhadap persoalan-
persoalan yang dihadapi.
c. Sumber Motivasi, bahwa NDP menjadi pendorong
kepada anggota untuk berbuat dan bergerak sesuai
dengan nilai yang terkandung didalamnya.
Kedudukan NDP, yaitu:
a. Rumusan nilai yang seharusnya dimuat dan menjadi
aspek ideal dalam berbagai aturan dan kegiatan PMII
b. Landasan dan dasar pembenar dalam berfikir,
bersikap dan berperilaku.
2. AD/ART PMII
Adalah suatu aturan-aturan teknis yang menjadi
pedoman dalam menjalankan fungsi organisasi sehari-
hari baik intern maupun ekstern. AD/ART ini dibuat,
dirubah dan disyahkan dalam forum tertinggi PMII yaitu
Kongres PMII yang dilaksanakan dua tahun sekali.
Adapun isi dari AD/ART, antara lain:
- aturan organisasi tingkat PB sampai Rayon
- sistem kaderisasi formal PMII
- PPTA (Pedoman Penyelenggaraan Tertib
Administrasi), dsb.
45
G. Struktur dan Proses pengkaderan PMII
Struktur PMII dari pusat atau wilayah sampai ruang
terkecil, terdiri dari:
1. PB (Pengurus Besar)
2. PKC (Pengurus Koordinator Cabang)
3. PC (Pengurus Cabang)
4. PK (Pengurus Komisariat)
5. PR (Pengurus Rayon)
Proses pengkaderan formal di PMII, antara lain:
1. MAPABA (Masa Penerimaan Anggota Baru)
2. PKD (Pelatihan Kader Dasar)
3. PKL (Pelatihan Kader Lanjut)
46
sahabat Prof. Dr. Rofi’uddin (Rektor UM), sahabat EN
Sjahid Wiyoto (Ketua PC PMII Kota Malang 1967-
1968), serta ribuan sahabat/i lainnya yang kini masih
berdiri tegap membela tumpah darah tanah air Indonesia
menjadi saksi proses mereka di PMII. Merekalah tunas
– tunas awal kebesaran PMII Kota Malang yang kini
telah berdiri kokoh di Jl. Mayjend Pandjaitan 164 mulai
awal 90 –an. Komisariat PMII Sunan
Kalijaga dikenal sebagai komisariat tertua
di Indonesia. Meskipun belum ada sumber yang
menyebut tanggal berdirinya, namun banyak sumber
tertulis maupun lisan yang menyebutkan
Komisariat PMII Sunan Kalijaga Malang berdiri tahun
60-an. Dulu PMII Sunan Kalijaga bernama Komisariat
PMII IKIP Malang. Baru pada tahun 80-an nama itu
berganti menjadi Komisariat PMII Sunan Kalijaga
Malang. Komisariat PMII Sunan Kalijaga Malang
memiliki 8 rayon yaitu:
1. Al-Maturidi (FS)
2. Ibnu Kholdun (FEB)
3. Al-Haddad (FT)
4. Ibnu Sina (FMIPA)
5. Al-Ghozali (FIP)
6. Al-Biruni (FIS)
7. Ibnu Nafis (FIK)
8. Al-Farisi (FPPSI)
47
I. Sejarah Ketua PB PMII
NO KETUA PB PMII MASA KHIDMAT
1 (Alm) Mahbub Djunaidi 1960 – 1967
2 (Alm) M. Zamroni, Ba 1967 – 1973
3 Drs. Abduh Paddere 1973 – 1977
4 Ahmad Bagdja 1977 – 1981
5 Muhyiddin Arubusman 1981 – 1985
6 Suryadharma Ali 1985 – 1988
7 (Alm) Iqbal Assegaf 1988 – 1991
8 Ali Masykur Moesa 1991 – 1994
9 Muhaimin Iskandar 1994 – 1997
10 Saiful Bahri Anshori 1997 – 2000
11 Nusron Wahid 2000 – 2003
12 A. Malik Haramain 2003 – 2005
13 Hery Haryanto Azzumi 2005 – 2008
14 M.Rodli Kaelani 2008 – 2011
15 Jauharudin 2012 – 2014
16 Aminuddin Ma’ruf 2014 – 2016
17 Agus Herlambang 2017 – 2021
18 M. Abdulloh Syukri 2021 – sekarang
48
J. Sejarah Ketua Umum PC PMII Kota Malang
NO KETUA PC PMII MASA KHIDMAT
KOTA MALANG
1 E.N Sjahid Wiyoto Ba 1967 – 1968
2 A Ghofa Rachman 1969 – 1982
3 Drs. Suroso 1982 – 1985
4 Drs. Damanhuri 1985 – 1989
5 Abdul Haris Wiryoguno 1989 – 1990
6 Mas’ud Said 1990 – 1992
7 Fauzan Alfas 1992 – 1994
8 Robikin Emhas 1994 – 1995
9 Rifa’i 1995 – 1996
10 Andry Dewanto Ahmad 1996 – 1997
11 Malik Haramain 1997 – 1999
12 Syukron Fikri 1999 – 2000
13 Badi’ Zamanil 2000 – 2001
14 Hasanuddin Wahid 2001 – 2002
15 Abdussalam 2002 – 2003
16 Agus Khudori 2003 – 2004
17 M. Khusen Yusuf 2004 – 2005
18 Fauzan Fuady 2005 – 20063
19 Ali Jamal 2006
20 Zaini Mustakim 2006 – 2007
21 Fery Firmansyah 2007 – 2008
22 Fairouz Huda 2009 – 2010
23 Aliful Ma’arif 2010 – 2011
24 Iden Robert Ulum 2011 – 2012
49
25 Dwi Fitri Wiyono 2012 – 2013
26 Habiburrahman El-
Stiffianni 2013 – 2015
27 Alif Khafi Nur Naqti 2015 – 2016
28 M. Faris Abdul Aziz 2016 – 2017
29 Ragil Setyo Cahyono 2018 – 2019
30 Sena Kogam M.N.V.I 2019 – 2021
31 Moh. Sa’i Yusuf 2021 – sekarang
50
K. Sejarah Ketua Umum PK PMII Sunan Kalijaga
Kota Malang
NO KETUA PK PMII MASA KHIDMAT
SUNAN KALIJAGA
1 Roisudin 1975 – 1976
2 Lukman Hakim 1977
3 Kadim Masyur 1979
4 Samsul Islam 1980
5 Ishom Ihsan 1980 – 1981
6 Rofiq 1982
7
8
9
10
11
12 Abdul Karim 1989 – 1990
13 Suratno 1990 – 1991
14 Soni Sudiro 1991 – 1992
15 Sayuti 1992 – 1993
16 Mujib Adikara 1993 – 1994
17 Abu Amar Bustomi 1994 – 1995
18 Subingan Adi 1995 – 1996
19 Syukron Fikri 1996 – 1997
20 Zainal Arifin 1997 – 1998
21 Suretno 1998 – 1999
22 M. Jauhar 1999 – 2000
23 Ariful Ulfi 2000 – 2001
51
24 (Alm) Husni Mubarok 2001 – 2002
25 M.Khusen Yusuf 2002 – 2003
26 Muda Prasetya 2003 – 2004
27 Ahmad Ahdiansyah 2004 – 2005
28 Abdul Kholiq 2005 – 2006
29 M. Basrhi 2006
30 Zainal Musthofa 2007 – 2008
31 M. Farih Sulaiman 2008 – 2009
32 Arif Rahman Hudaifi 2009 – 2010
33 M. Nur Wahid Abdulloh 2010 – 2011
34 Habiburrahman El-
Stiffianni 2011 – 2012
35 Aribatul Isnaini 2012 – 2013
36 M. Mahfud Ali S. 2013 – 2014
37 Ilham Muhtadi 2014 – 2015
38 Ragil Setyo Cahyono 2015 – 2016
39 Ahmad Sofiudin 2016 – 2017
40 Ahmad Syarif Fajarul
Ihsan 2017 – 2018
41 Ahmad Abror 2018 – 2019
42 Fitrah Izzul falah 2019 – 2020
43 Diky Wahyu
Firmansyah 2020 – 2021
44 Dwiky Saputra 2021 – sekarang
52
L. Sejarah Ketua Umum PR PMII Al-Haddad
NO KETUA PR PMII MASA KHIDMAT
AL-HADDAD
1 Muhammad Ariful Ulfi 1997 – 1998
2 M. Husni Mubarok 1998 – 1999
3 M. Ashar 1999 – 2000
4 M. Husen Yusuf 2000 – 2001
5 Suhadak 2001 – 2002
6 Idam Kholid 2002 – 2003
7 Evi Yulaida 2003 – 2004
8 Kuncoro 2004 – 2005
9 Chairul Sholeh 2005 – 2006
10 Asmu’i 2006 – 2008
11 Wiwit Hermawan 2008 – 2009
12 Ahmad Hanafi 2009 – 2010
13. Ali Makruf 2010 – 2011
13 Habib Subagio 2011 – 2012
14 Mulyadi 2012 – 2013
15 Ilham Muhtadi 2013 – 2014
16 Muhammad Ulin Nuha 2014 – 2015
17 Eko Yusuf Edi Wijaya 2015 – 2016
18 Ja’a Khusnul Huda 2016 – 2017
19 Muhammad Riza Rifqi 2017 – 2018
20 Mohammad Alfa
2018 – 2019
Andrian
21 Firman Ramadhani 2019 – 2020
22 Ridho Riski Hadi 2020 – 2021
53
23 Irham Muhammad A 2021 – sekarang
54
N. Makna Lambang Al-Haddad
55
Catatan:
...........................................................................................
...........................................................................................
...........................................................................................
...........................................................................................
...........................................................................................
...........................................................................................
...........................................................................................
...........................................................................................
...........................................................................................
...........................................................................................
...........................................................................................
...........................................................................................
...........................................................................................
...........................................................................................
...........................................................................................
...........................................................................................
...........................................................................................
...........................................................................................
...........................................................................................
...........................................................................................
...........................................................................................
56
Catatan:
...........................................................................................
...........................................................................................
...........................................................................................
...........................................................................................
...........................................................................................
...........................................................................................
...........................................................................................
...........................................................................................
...........................................................................................
...........................................................................................
...........................................................................................
...........................................................................................
...........................................................................................
...........................................................................................
...........................................................................................
...........................................................................................
...........................................................................................
...........................................................................................
...........................................................................................
...........................................................................................
...........................................................................................
57
NILAI DASAR PERGERAKAN
(NDP)
A. Terminologi
Nilai Dasar Pergerakan (NDP) merupakan sublimasi
nilai-nilai ke-Islaman, kemasyarakatan, dan ke-
Indonesiaan dengan kerangka paham ahlussunah wal
jama’ah yang menjadi acuan dasar pembuatan aturan dan
kerangka pergerakan organisasi. NDP senantiasa
menjadi pemberi keyakinan dan pembenar mutlak, Islam
mendasari dan memberi spirit pergerakan yang meliputi
Iman (aspek aqidah), Islam (aspek syariah), dan Ihsan
(aspek etika, akhlaq, dan tasawuf) untuk memperoleh
kesejahteraan hidup di dunia dan akherat. Sebagai
bentuk upaya memahami, menghayati, dan
mengamalkan Islam tersebut, PMII menjadikan
ahlussunah wal jama'ah sebagai manhaj al-fikr untuk
mendekonstruksi dan merekonstruksi bentuk
pemahaman dan aktualisasi ajaran agama yang toleran,
humanis, anti-kekerasan, dan kritis transformatif.
B. Fungsi
1. Kerangka Refleksi
Sebagai kerangka refleksi NDP menjadi ruang untuk
mempertimbangkan kembali gerakan dan tindakan
organisasi yang sesuai dengan kebenaran ideal.
Kerangka refleksi ini menjadi moralitas gerakan
sekaligus sebagai tujuan absolut dalam mencapai nilai-
nilai kebenaran, kemerdekaan, dan kemanusiaan. Oleh
karena itu menjadi
58
kewajiban setiap anggota untuk senantiasa melakukan
refleksi apakah tindakan dan kegiatannya telah
mendekati Nilai Dasar Pergerakan.
2. Kerangka Aksi
Sebagai kerangka aksi NDP bergerak dalam berbagai
aksi, kerja nyata, aktualisasi diri, dan analisis sosial
untuk mencapai kebenaran faktual. Kebenaran sosial ini
senantiasa bersentuhan dengan pengalaman historis,
ruang, dan waktu yang berbeda dan berubah. Kerangka
aksi ini memungkinkan anggota pergerakan menguji,
memperkuat dan bahkan memperbaharui rumusan
kebenaran historisitas atau dinamika sosial yang
senantiasa berubah.
3. Kerangka Ideologis
Sebagai kerangka ideologis NDP menjadi rumusan yang
mampu memberikan proses ideologisasi setiap kader,
sekaligus mendorong proses progresif dalam perubahan
sosial. Kerangka ideologis juga menjadi landasan
berpikir dan tindakan dalam memberikan tempat pada
demokrasi dan Hak Asasi Manusia (HAM).
C. Kedudukan NDP
Pertama, NDP sebagai sumber kekuatan ideal-moral dari
aktivitas pergerakan. Kedua, NDP menjadi rujukan
utama setiap produk hukum dan kegiatan organisasi.
Ketiga, NDP menjadi pusat argumentasi, pengikat
kebenaran. Kebebasan berpikir, berucap, dan bertindak
dalam aktivitas pergerakan.
59
D. Rumusan NDP
1. Tauhid
Mengesakan Allah SWT merupakan nilai paling asasi
dalam sejarah agama samawi. Didalamnya terkandung
hakikat kebenaran manusia. (Al-Ikhlas, AI- Mukmin: 25,
AI-Baqarah: 130-131). Subtansi tauhid:
a. Allah adalah Esa dalam Dzat, sifat dan perbuatan-Nya,
b. Tauhid merupakan keyakinan atas sesuatu yang lebih
tinggi dari alam semesta, serta merupakan manifestasi
dari kesadaran dan keyakian kepada haI yang ghaib (AI-
Baqarah:3, Muhammad:14-15, AIAlaq: 4, A l-Isra: 7),
c. Tauhid merupakan titik puncak keyakinan dalam hati,
penegasan lewat lisan dan perwujudan nyata lewat
tindakan,
d. Dalam memahami dan mewujudkannya pergerakan
telah memilih ahlussunah wal jama' ah sebagai metode
pemahaman dan keyakinan.
2. Hubungan Manusia dengan Allah (Hablum Minal
Allah)
Allah SWT adalah pencipta segala sesuatu. Dia mencipta
manusia sebaik-baik kejadian dan menempatkan pada
kedudukan yang mulia. Kemuliaan manusia antara lain
terletak pada kemampuan berkreasi, berpikir, dan
memiliki kesadaran moral. Potensi itulah yang
menempatkan posisi manusia sebagai khalifah & hamba
Allah (AI-Anam:165, Yunus:14).
60
3. Hubungan Manusia dengan Manusia (Hablum
Minan Nas)
Kenyataan bahwa Allah meniupkan ruh-Nya kepada
materi dasar manusia, menunjukan bahwa manusia
berkedudukan mulia diantara ciptaan Allah yang lain.
Kesadaran moral dan keberaniannya untuk memikul
tanggung jawab dan amanat dari Allah yang disertai
dengan mawas diri menunjukkan posisi dan
kedudukannya, (Al-Mu‟minun:115). Pengembangan
berbagai aspek budaya dan tradisi dalam kehidupan
manusia dilaksanakan sesuai dengan nilai dari semangat
yang dijiwai oleh sikap kritis dalam kerangka
religiusitas. Hubungan antara muslim dan non-muslim
dilakukan guna membina kehidupan manusia tanpa
mengorbankan keyakinan terhadap kebenaran
universalitas Islam.
4. Hubungan Manusia dengan Alam (Hablum Minal
Alam)
Alam semesta adalah ciptaan Allah. Allah menunjukkan
tanda-tanda keberadaan, sifat dan perbuatan Allah.
Berarti juga tauhid meliputi hubungan manusia dengan
alam (As Syura:20). Perlakukan manusia dengan alam
dimaksudkan untuk memakmurkan kehidupan dunia dan
akherat. Jadi manusia harus mentransendentasikan segala
aspek kehidupan manusia. NDP yang digunakan PMII
dipergunakan sebagai landasan teologis, normatif, dan
etis dalam berpikir dan bertindak. Dasar-dasar
pergerakan tersebut muaranya adalah untuk
mewujudkan pribadi
61
muslim yang berakhlaq dan berbudi luhur, dan memiliki
konstruksi berpikir kritis dan progresif.
E. IMPLEMENTASI NDP
NDP ini adalah tali pengikat (kalimatun sawa’) yang
mempertemukan semua warga pergerakan dalam ranah
dan semangat perjuangan yang sama. Seluruh warga
PMII harus memahami dan menginternalisasikan nilai
dasar PMII itu, baik secara personal atau secara bersama-
sama, dalam medan perjuangan sosial yang lebih luas
dengan melakukan keberpihakan yang nyata melawan
ketidakadilan, kesewenang-wenangan, kekerasan, dan
tindakan-tindakan negatif lainnya. NDP ini, dengan
demikian, memungkinkan warga PMII senantiasa
memiliki kepedulian sosial yang tinggi (faqih fi mashalih
al-khalqi fi al-dunya/ paham dan peka terhadap
kemaslahatan makhluk di dunia) sebagai pijakan, untuk
mencapai kebahagiaan kehidupan baik di dunia dan di
akhirat.
62
Catatan:
...........................................................................................
...........................................................................................
...........................................................................................
...........................................................................................
...........................................................................................
...........................................................................................
...........................................................................................
...........................................................................................
...........................................................................................
...........................................................................................
...........................................................................................
...........................................................................................
...........................................................................................
...........................................................................................
...........................................................................................
...........................................................................................
...........................................................................................
...........................................................................................
...........................................................................................
...........................................................................................
...........................................................................................
63
Catatan:
...........................................................................................
...........................................................................................
...........................................................................................
...........................................................................................
...........................................................................................
...........................................................................................
...........................................................................................
...........................................................................................
...........................................................................................
...........................................................................................
...........................................................................................
...........................................................................................
...........................................................................................
...........................................................................................
...........................................................................................
...........................................................................................
...........................................................................................
...........................................................................................
...........................................................................................
...........................................................................................
...........................................................................................
64
STUDY GENDER
A. Definisi Gender
Gender merupakan sebuah konsep yang mengacu
pada peran, fungsi, dan tanggung jawab antara
perempuan dan laki-laki yang terjadi dan dapat berubah
oleh keadaan sosial dan budaya masyarakat. Pembedaan
karakteristik, posisi, dan peran antara perempuan dan
laki-laki mengakibatkan ketimpangan relasi antara
perempuan dan laki-laki dalam masyarakat. Perempuan
seringkali dianggap lebih lemah dibandingkan laki-laki,
dan laki- laki dianggap memiliki hak lebih besar atas
sumber daya daripada perempuan misalnya dalam hal
pendidikan, pekerjaan, dan harta warisan.
Sejarah perbedaan gender antara seorang pria
dengan seorang wanita terjadi melalui proses yang
sangat panjang dan dibentuk oleh beberapa sebab, seperti
kondisi sosial budaya, kondisi keagamaan, dan kondisi
kenegaraan. Dengan proses yang panjang ini, perbedaan
gender akhirnya sering dianggap menjadi ketentuan
Tuhan yang bersifat kodrati, atau seolah-olah bersifat
biologis yang tidak dapat diubah lagi. Inilah sebenarnya
yang menyebabkan awal terjadinya ketidakadilan gender
di tengah-tengah masyarakat.
65
Menurut bahasa gender diartikan sebagai “the
grouping of words into masculine, feminine, and neuter,
according as the are regarded as male, female, or
without sex” yang artinya gender adalah kelompok kata
yang mempunyai sifat, maskulin, feminim, atau tanpa
keduanya (netral). Dapat dipahami bahwa gender adalah
perbedaan yang bukan biologis dan juga bukan kodrat
Tuhan. Konsep gender sendiri harus dibedakan antara
kata gender dan seks (jenis kelamin).
Kata gender jika ditinjau secara terminologis
merupakan kata serapan yang diambil dari bahasa
Inggris. Kata Gender berasal dari bahasa Inggris berarti
“jenis kelamin” (John M. Echols dan Hassan Shadily,
Kamus Inggeris Indonesia, cet. XII, 1983, hlm.
265). Dalam Webster’s New World Dictionary, gender
diartikan sebagai perbedaan yang tampak antara laki-laki
dan perempuan dilihat dari segi nilai dan tingkah laku
(Victoria Neufeldt (ed), Webster’s New World
Dictionary, 1984, hlm. 561). Di dalam Women’s Studies
Encyclopedia dijelaskan bahwa gender adalah suatu
konsep kultural yang berupaya membuat pembedaan
(distinction) dalam hal peran, perilaku, mentalitas, dan
karakteristik emosional antara laki-laki dan perempuan
yang berkembang dalam masyarakat (Helen Tierney
(ed), Women’s Studies Encylopedia, vol. I, New York:
Green Wood Press, H.153).
66
Gender berbeda dengan Sex. Gender secara
umum digunakan untuk mengidentikasi perbedaan laki-
laki dan perempuan dari segi sosial budaya. Sedangkan
Sex secara umum digunakan untuk mengidentifikasi
perbedaan laki- laki dan perempuan dari segi anatomi
biologis. Istilah sex berkonsentrasi pada aspek biologis
seseorang, meliputi perbedaan komposisi kimia dan
hormone dalam tubuh, anatomi fisik, reproduksi, dan
karakteristik biologis lainnya. Sementara gender lebih
banyak berkonsentrasi pada aspek sosial budaya,
psikologis dan aspek-aspek non biologis lainnya. Secara
fisik biologis, laki-laki dan perempuan tidak saja
dibedakan oleh identitas jenis kelamin, bentuk dan
anatomi biologi lainnya, melainkan juga komposisi
kimia dalam tubuh. Perbedaan yang terakhir ini
menimbulkan akibalakibat fisik biologis seperti laki-laki
yang mempunyai suara lebih besar, berkumis,
berjenggot, pinggul lebih ramping dan dada yang datar.
Sementara perempuan mempunyai suara lebih bening,
buah dada menonjol, pinggul umumnya lebih besar dan
organ reproduksi yang amat berbeda dengan laki-laki.
67
Pemiskinan atas perempuan maupun laki-laki
yang disebabkan oleh jenis kelaminnya adalah
salah satu bentuk ketidakadilan yang disebabkan
gender. Ketidakadilan ini banyak terjadi dibidang
ekonomi. Selain itu juga terjadi di rumah, tempat
kerja, lingkungan masyarakat. Dari sumber yang
lain dapat dari kebijakan pemerintah, keyakinan,
tradisi dan kebiasaan, serta asumsi ilmu
pengetahuan.
2. Subordinasi (Penomorduaan)
Subordinasi pada dasarnya mengganggap salah
satu jenis kelamin lebih ungul dari pada jenis
kelamin lainnya. Adanya pandangan bahwa
perempuan dianggap lebih rendah dari pada laki-
laki serta pembatasan ruang gerak perempuan
diberbagai bidang dalam kehidupan
bermasyarakat. Anggapan perempuan lemah, tidak
dapat memimpin, dan mengedepannkan perasaan
mengakibatkan perempuan menjadi urutan nomor
dua setelah laki-laki.
3. Stereotip (Citra Buruk)
Pandangan dan pelabelan negative akan melekat
dan bersangkutan dengan ketidakadilan yang
nyebabkan terjadinya citra buruk. Salah satu
stereotip yang mengakibatkan ketidakadilan
berhubungan dengan gender terhadap pelabelan
jenis kelamin tertentu. Misalnya, pandangan
terhadap perembuan bahwa tugas dan fungsinya
hanya berkaitan dengan kerumahtanggan atau
68
tugas domestic dan sebagai akibatnya ketika
berada diruang publik maka jenis pekerjaan,
profesi atau kegiatan dimasyarakat hanyalah
perpanjangan peran domestiknya.
4. Violence (Kekerasan)
Berbagai kekerasan terhadap perempuan sebagai
akibat perbedaan peran muncul dala berbagai
bentuk. Kata kesetaraan tersebut berarti suatu
serangan terhadap fisik maupun integritas mental
psikologi seseorang. Oleh karena itu, kekerasan
tidak hanya menyangkut serangan fisik saja
seperti pemerkosaan, pemukulan, dan penyiksaan.
Kekerasan juga berupa non fisik seperti pelecehan,
ancaman dan paksaan sehingga perempuan atau
laki-laki yang mengalaminya akan terusik. Pelaku
kekerasan yang bersumber karena gender ini
bermacam-macam. Ada yang bersifat individual
seperti didalam rumah tangga sendiri maupun
ditempat umum dan juga msyarakat. Perempuan
paling rentan mengalami kekerasan, hal ini
brkaitan dengan marginalisasi, subordinasi
maupun stereotip.
5. Beban Kerja
Sebagai akibat dari diskriminasi dan ketidakadilan
gender adalah beben kerja yang harus dijalankan
oleh salah satu jenis kelamin tertentu. Dalam suatu
rumah tangga pada umumnya, beberapa jenis
kegiatan tertentu dilakukan oleh laki-laki dan
69
sebagian kegiatan tertentu dilakukan oleh
perempuan. Berbagai observasi menunjukkan
perempuan mengerjakan hamper 90% pekerjaan
dalam rumah tangga, sehingga perempuan yang
melakukan pekerjaan diluar rumah memiliki
bebak kerja dua kali lipat.
71
tidak diambil oleh perempuan karena kendala
peran gender dia sebagai ibu terhadap anak-
anaknya (yang masih kecil) serta sebagai akibat
dari stereotipi gender yang disandangnya sebagai
pengurus rumahtangga. Oleh sebab itu dianggap
berkeadilan gender, jika kebijakan mengenai
kriteria umur bagiperempuan diperhitung kan; atau
kebijakan sistem'sandwich' yang memungkinkan
ia, dapat menjenguk anaknya dari waktu ke waktu.
3. Faktor Kontrol
Perencanaan kebijakan program kegiatan
pembangunan harus memberikan kontrol
(penguasaan) yang setara terhadap sumber-sumber
daya pembangunan (informasi, pengetahuan,
kredit, dan sumber daya lainnya) bagi perempuan
dan laki- laki. Jika dalam melakukan proses
perencanaan kebijakan telah mengakomodasi iu
gender di dalamnya, maka kebijakan yang
dihasilkan juga akan responsif gender. Demikian
halnya dalam proses perencanaan program dan
kegiatan, jika dalam melakukan perencanaan
program dan kegiatan, program dan kegiatan
tersebut telah responsif gender, maka program dan
kegiatan pembangunan yang dihasilkan juga akan
responsif gender.
4. Faktor Manfaat
Sebab peran gender yang berbeda, maka apa yang
dianggap bermanfaat bagi laki-laki, belum tentu
72
dianggap bermanfaat bagi perempuan. Demkian
pula sebaliknya. Oleh sebab itu kebutuhan serta
aspirasi keduanya harus dipertimbangkan. Akan
tetapi, karena kebanyakan para perencana adalah
laki-laki, maka yang sering terabaikan adalah
pertimbangan manfaat bagi perempuan. Contoh:
telah diputuskan dalam suatu musyawarah desa
yang biasanya dihadiri dan diputuskan oleh laki-
laki, bantuan ke desa dipakai untuk pengadaan
listrik; padahal berdasarkan urgensi kebutuhanya,
sebagai pengelola rumah tangga, perempuan
menganggap akan bermanfaat jika bantuan itu
berupa keperluan pengadaan air bersih, bukan
listrik.
D. Pengarusutamaan Gender
Pengarusutamaan gender adalah strategi yang
digunakan untuk mengurangi kesenjangan antara
penduduk laki-laki dan perempuan Indonesia dalam
mengakses dan mendapatkan manfaat pembangunan,
serta meningkatkan partisipasi dan mengontrol proses
pembangunan. Tujuan pengarusutamaan gender adalah
memastikan apakah perempuan dan laki-laki
memperoleh akses yang sama kepada sumberdaya
pembangunan, berpartisipasi yang sama dalam proses
pembangunan termasuk proses pengambilan keputusan,
mempunyai kontrol yang sama atas sumberdaya
pembangunan, dan memperoleh manfaat yang sama dari
hasil pembangunan.
73
Dalam upaya mendukung dan mengefektifkan
pelaksanaan pengarusutamaan gender, perlu dilakukan
beberapa hal, antara lain:
1. Pemampuan dan peningkatan kapabilitas pelaksana
pengarusutamaan gender.
2. Penyusunan perangkat pengarusutamaan gender,
seperti perangkat analisis, perangkat pelatihan,
serta perangkat pemantauan dan evaluasi.
3. Pembentukan mekanisme pelaksanaan
pengarusutamaan gender, seperti forum
komunikasi, kelompok kerja, stering commite
antar lembaga, dan pembentukan focal point pada
masing-masing sektor.
4. Pembuatan kebijakan formal yang mampu
mengembangkan komitmen segenap jajaran
pemerinah dalam upaya pengarusutamaan gender.
5. Pembentukan kelembagaan dan penguatan
kapasitas kelembagaan untuk pengarusutamaan
gender.
6. Pengembangan mekanisme yang mendorong
terlaksananya proses konsultasi dan berjejaring.
74
Catatan:
...........................................................................................
...........................................................................................
...........................................................................................
...........................................................................................
...........................................................................................
...........................................................................................
...........................................................................................
...........................................................................................
...........................................................................................
...........................................................................................
...........................................................................................
...........................................................................................
...........................................................................................
...........................................................................................
...........................................................................................
...........................................................................................
...........................................................................................
...........................................................................................
...........................................................................................
...........................................................................................
..........................................................................................
75
Catatan:
...........................................................................................
...........................................................................................
...........................................................................................
...........................................................................................
...........................................................................................
...........................................................................................
...........................................................................................
...........................................................................................
...........................................................................................
...........................................................................................
...........................................................................................
...........................................................................................
...........................................................................................
...........................................................................................
...........................................................................................
...........................................................................................
...........................................................................................
...........................................................................................
...........................................................................................
...........................................................................................
......................................................................................
76