Anda di halaman 1dari 56

MODUL MATERI

MAPABA VI
( Masa Penerimaan Anggota Baru )

NAMA :

ALAMAT/DELEGASI :

NO.HP :

“MENJADIKAN ANGGOTA YANG INTELEKTUAL DAN TOTALITAS UNTUK


MENGGAPAI TUJUAN PMII”

PENGURUS RAYON
PERGERAKAN MAHASISWA ISLAM INDONESIA
BRAHMA UNISLA Veteran
Masa Khidmah 203-2024

Dzikir, Fikir dan Amal Sholeh


Sambutan Ketua RAYON PR PMII BRAHMA UNISLA Veteran 2023-2024

Sahabat RAYBA KHALAF ALBANY

Assalamu'alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh

Salam Pergerakan...l!

Hidup Rakyat Indonesia...!l!

Hidup Mahasiswa....!!!

Hidup PMIl...!!

Alhamdulillah Wasyukurillah ala Ni'matillah, Washolatuwassalamu Ala

Rosulillah Sayyidina Muhammad Ibni Abdillah Wa Ala Alihi wa Man Waalah. Amma Ba'du.

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kekuatan kepada

sahabat/i untuk selalu bergerak mewarnai kosentasi kehidupan sendi-sendi bangsa.

Kami ucapkan selamat kepada mahasiswa baru fakultas Peternakan UNISLA.

Status anda sekarang sudah menjadi mahasiswa, bukan sekedar julukan untuk kaum

yang menuntut ilmu di perguruan tinggi, namun perannya harus lebih dari itu karena

peran kita sudah di tunggu oleh masyarakat langsung. Mahasiswa sebagai “Agen Of

Change" di harapkan mampui memberikan perubahan yang berdampak positif bagi

lingkungan sekitarnya.

Kata mahasiswa terdiri dari dua kata, maha dan siswa. Maha yang berarti

tinggi, tingkatannya tidak bisa di samakan dengan siswa yang masih di tuntun oleh

pendidik/guru, terbiasa d arahkan. Sekarang bisa berfikir dan bergerak menuju masa

depan yang lebih cerah dengan kedewasaan dan kemandirian yang di milikinya serta

ikut serta menjunjung tinggi dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia yakni Pancasila.

Maka dari itu seorang mahasiswa di haruskan untuk senantiasa berproses,

baik di dalam maupun di luar kampus.Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia(PMII)

memiliki orang-orang hebat yang dahulu ikut mendirikan Negara Kesatuan Republik

Indonesia (NKRI), dengan penuh perjuangan dan pengorbanan demi melepaskan diri

dari belengu kolonialisme.

Gerbang awal pengkaderan PMIl adalah Masa Penerimaan Anggota Baru

(MAPABA) di tingkat Rayon.Mari kita berproses di dalamnya, pupuk keyaqinan anda

untuk bergabung di PR PMII BRAHMA UNISLA Veteran guna meneruskan cita-cita

Dzikir, Fikir dan Amal Sholeh


pendiri dan pejuang bangsa di negri ini.

Ucapan terima kasih kami sampaikan terhadap semua pihak yang membantu

mensukseskan pengkaderan PR PMI BRHMA UNISLA Veteran,terkhusus jajaran

pengurus serta panitia masa penerimaan aggota baru yang telah berkomitmen

mewujudkan kaderisasi serta oriented sehingga menuju gerbang percerahan terhadap

calon anggota baru PR PMII BRAHMA UNISLA Veteran.

Sekian dan selamat berproses menuju gerbang pertama bersama PR PMII

BRAHMA UNISLA Veteran, semoga kelak menjadi kader yang mu'takid dan ikut serta

dalam trabsformasi nilai-nilai dasar pergerakan dan cita-cita PMII khususnya guna

terwujudnya bangsa yang jaya kedepannya.

Sekali bendera di kibarkan hentikan ratapan dan tangisan, mundur satu langkah

adalah bentuk penghianatan,tetap tangan terkepal dan maju kemuka...!!!

Wallahul Muwafieq lla Aqwamith Thariq

Wassalamu'alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh.

Dzikir, Fikir dan Amal Sholeh


Sambutan Ketua panitia MAPABA VI PR PMII BRAHMA UNISLA Veteran 2023-2024

Sahabat FIGO RIZQI OCTAVIAN

Assalamu'alaikum Warohmatullahi Wabarokkatuh

Salam Pergerakan,Salam Silaturahim.

Assalamu’alaikum Wr.Wb

Bismillahirahmanirrahim puji syukur kehadirat Allah yang senantiasa


melindungi,menjaga,dan merahmati kita,sehingga kita tetap sehat dan senantiasa
bersyukur kepadanya.

Dan tidak lupa shalawat serta salamtetap kita haturkan kepada junjungan nabi
besar kita yaitu Nabi Muhammad,yang berhasil membawa agama islam ini menjadi
agama yang diakui kebenarannya dan kelak di akhirat kita mendapakatkan
syafa’atnya.

Di acara Masa Penerimaan Anggota Baru ( MAPABA ) ini ketua pelaksana


menyampaikan beberapa point terkait kinerja dan proses kelancaran serta
tercapainya tujuan mapaba yang ke V.

Pertama,atas nama panitia mengucapkan banyak terimakasih atas kerjasamanya


mulai dari segala persiapan di mapaba tahun ini,untuk itu sudilah kiranya seluruh
panitia mengorbankan pikiran dan tenaganya agar mapaba tahun ini sesuai dengan
tujuan.

Kedua,atas nama panitia mohon maaf yang sebesar-besarnya apabila ada kinerja
panitia yangkurang efektif sehingga menyebabkan terganggunya kelancaran
mapaba tahun ini,tapi panitia berusaha sekeras mungkin untuk tetap bekerja agar
mapaba kali ini tetap lancar.

Ketiga,pesan saya kepada calon anggota baru yaitu :

1. Tumbuhkan pada diri kalian keyakinan yang kuat di PMII PMII RAYON
“BRAHMA”

2. Tumbuhkan rasa keberanian yang tinggi agar terbentuk mental pejuang pada
calon anggota PMII RAYON “BRAHMA”

3. Berproseslah di PMII agar menjadi seorang kader yang militan dan


berintelektual serta mempunyai keberanian

Cukup sekian mudah-mudahan bermanfaat bagi semua kader PMII RAYON


“BRAHMA”

Umumnya,dan khususnya pada diri saya pribadi,sekali lagi mohon maaf sebesar-
besarnya. Sesuai motto saya “ meskipun tidak ada jalan,lalui! Dan pasti akan
menemukan jalan walau seujung tombak”. Tangan terkepal dan maju ke muka
Dzikir, Fikir dan Amal Sholeh
Wallahul muwafiq illa aqwamitthoriq

Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Dzikir, Fikir dan Amal Sholeh


DAFTAR ISI
MATERI 1..................................................................................................................................................8
KEORGANISASIAN PMII& PMII LOKAL..............................................................................................8
PMII LOKAL............................................................................................................................................14
Filosofi Logo BRAHMA.......................................................................................................................15
MATERI 2................................................................................................................................................16
ASWAJA...................................................................................................................................................16
MATERI 3................................................................................................................................................24
SEJARAH NEGARA INDONESIA..........................................................................................................24
MATERI 4................................................................................................................................................37
NILAI DASAR PERGERAKAN (NDP)...................................................................................................37
MATERI 5................................................................................................................................................41
KELEMBAGAAN KOPRI DAN GENDER.............................................................................................41
SEJARAH KOPRI.................................................................................................................................44
MATERI 6................................................................................................................................................49
ANALISIS SOSIAL (ANSOS)................................................................................................................49
MATERI 7................................................................................................................................................52
ANTROPOLOGI KAMPUS.....................................................................................................................52
LAGU-LAGU PERGERAKAN................................................................................................................54
SUMPAH MAHASISWA.........................................................................................................................56

Dzikir, Fikir dan Amal Sholeh


PENGURUS RAYON
PERGERAKAN MAHASISWA ISLAM INDONESIA
BRAHMA UNISLA Veteran
MASA KHIDMAT 2023/2024
BADAN PENGURUS HARIAN
KETUA : Rayba Khalaf Albany
SEKRETARIS : 1. Moch. Najib Fachruddin
2. Achmad Alif Wahyuda
BENDAHARA Febriani Aulia Adhawati

Biro-Biro
Biro Pengkaderan

1. Nanda Triyanto (CO)


2. Muhammad Mubarok Ardana Rustamaji
3. Tia Ayu Firnanda
4. M. Fajrud Dluha
5. Figo Rizqi Octavian
Biro Penalaran dan Minat Bakat

1. Rizqi Rahmatullah (CO)


2. Moh. Arif Mufalak
3. Moh. Naufal Nawaal A.
4. Achmad Syaiful Rochim
Biro Penalaran dan Minat Bakat

1. Achmad Yazid (CO)


2. Moh. Fahrizal Eko Ariyanto
3. Joko Suryo Pamungkas
4. M. Izzul NurNi’am

Dzikir, Fikir dan Amal Sholeh


MATERI 1

KEORGANISASIAN PMII& PMII LOKAL


( PERGERAKAN MAHASISWA ISLAM INDONESIA )
Apakah PMII itu?
Secara harfiyah dapat diterjemahkan dengan Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia,
yang dari makna ini bisa dibagi lagi dalam penggalian makna per kata.
Pergerakan berarti akumulasi dari gerak, dari satu titik ke titik lain dan dari titik lain ke
titik yang lain lagi, yang berkesinambungan dan mempunyai tujuan tertentu yang tentu saja unsur
dinamisasinya sangat nampak, contoh pergerakan bola dari penjaga gawang sampai ke
penyerang untuk menghasilkan gol. (Dengan tidak bermaksud menyinggung) Lain halnya
dengan kata Gerakan, yang cenderung sporadis dan monumental, atau dengan kata Himpunan
dan Ikatan yang cenderung statis.
Mahasiswa adalah golongan generasi muda yang menuntut ilmu di perguruan tinggi
yang mempunyai identitas diri. Pada tingkatan bahasa dimaknai sebagai siswa yang maha (bukan
sekedar siswa). Maka dari itu anggota PMII haruslah seorang mahasiswa (atau sebagaimana
diatur dalam ADRT Pasal 3.1.b&c).
Islam adalah yang dipahami dengan haluan/paradigma ahlusunnahwaljama’ah yaitu
konsep pendekatan terhadap ajaran agama islam secara proposional antara iman, islam, dan ihsan
yang dalam pola pikir dan pola perilakunya tercermin sifat selektif, akomodatif, dan integratif.
Islam inilah yang dipakai oleh PMII dalam berjalan sebagai rel yang harus ditaati.
Indonesia adalah masyarakat, bangsa dan negara indonesia yang mempunyai falsafah
dan ideologi bangsa (pancasila) dan UUD 1945 dengan kesadaran kesatuan dan keutuhan bangsa
dan negara indonesia yang terbentang dari sabang sampai merauke yang diikat dengan kesadaran
wawasan nusantara.
Secara totalitas PERGERAKAN MAHASISWA INDONESIA (PMII) sebagai
organisasi gerakan adalah suatu wadah gerakan mahasiswa yang bertujuan melahirkan kader-
kader bangsa yang mempunyai integritas diri sebagai hamba yang bertaqwa kepada Allah SWT
dan atas dasar ketaqwaannya berkiprah mewujudkan peran ketuhanan, membangun masyarakat
dan Negara Indonesia menuju suatu tatanan masyarat yang adil dan makmur dalam ampunan
dan ridho Allah SWT
SEJARAH PMII
Sejarah Singkat PMII Ide dasar berdirinya Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia
(PMII) bermula dari adanya hasrat kuat para mahasiswa nahdliyin untuk membentuk suatu
wadah (organisasi) mahasiswa yang berideologi AhlussunahWaljama’ah (aswaja). PMII dan
aswaja secara historis tidak bisa dilepaskan dari peran organisasi masyarakat yang bernama
Nahdlatul Ulama’ (NU), NU yang berdiri pada tanggal 31 Januari 1926 ini didirikan oleh
Hadratus Syekh KH. Hasyim Asy’ari pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng Jombang, sejarah
mencatat beliau dan para ulama’ penerus berhasil mencetak banyak kaum intelektual dan
agamawan muda berhaluan aswaja hingga kini.
Situasi dan kondisi yang melatarbelakangi proses kelahiran PMII saat itu, antara lain:
1. Carut marutnya situasi politik bangsa indonesia dalam kurun waktu 1950-1959
2. Tidak menentunya sistem pemerintahan dalam perundang-undangan yang ada.
3. Pisahnya NU dari Masyumi.
4. Tidak enjoynya lagi mahasiswa nahdliyin yang tergabung di HMI karena tidak
terakomodasi dan terkesan dipinggirkan dalam pemikiran dan gerakan.
Dzikir, Fikir dan Amal Sholeh
5. Kedekatan HMI dengan salah satu parpol yang ada (Masyumi) yang nota bene HMI
adalah underbouw-nya.
Kondisi yang terjadi semacam itu direspon oleh NU untuk membentuk badan semi
otonom (Basenom) seperti Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama dan Ikatan Pelajar Puteri Nahdlatul
Ulama (IPNU-IPPNU) pada tanggal 24 Februari 1954 di Semarang yang pada saat itu masih
beranggotakan para pelajar dan mahasiswa. Pada muktamar ke-II IPNU-IPPNU di Pekalongan
(1-5 Januari 1957) sempat terlontar gagasan untuk membuat wadah sendiri bagi kaum mahasiswa
Nahdlyin, tapi kurang mendapat respon dari pimpinan IPNU. Hal tersebut di karenakan IPNU
masih butuh pembenahan (banyak anggota IPNU yang berstatus mahasiswa) sehingga
dikhawatirkan mempengaruhi perjalanan IPNU yang baru saja terbentuk, tetapi aspirasi kalangan
mahasiswa yang tergabung dalam IPNU ini makin kuat, hal ini terbukti pada muktamar III IPNU
di cirebonjawa barat (27-31 Desember 1958), pucuk pimpinan IPNU didesak oleh para peserta
muktamar membentuk suatu wadah khusus yang akan menampung mahasiswa nahdliyin, namun
secara fungsional dan struktur organisatoris masih tetap dalam naungan IPNU, yakni dalam
wadah departemen perguruan tinggi IPNU. Upaya yang dilakukan IPNU dengan membentuk
departemen perguruan tinggi untuk menampung aspirasi mahasiswa nahdliyin, tidak banyak
berarti bagi kemajuan dan perkembangan mahasiswa nahdliyin, hal tersebut disebabkan beberapa
hal:
1. Kondisi Obyektif menunjukan bahwa keinginan para pelajar sangat berbeda dengan
keinginan, dinamika dan perilaku mahasiswa.
2. Kenyataan gerak dari departemen perguruan tinggi IPNU itu sangat terbatas sekali.
Terbukti untuk duduk sebagai anggota PPMI (persatuan perhimpunan Mahasiswa indonesia),
suatu konfederasi organisasi universitas tidak mungkin bisa, sebab PPMI merupakan organisasi
yang hanya menampung ormas-ormas mahasiswa. Apalagi MMI (Majelis Mahasiswa Indonesia),
suatu federasi dari dewan/senat mahasiswa, juga tak mungkin dilakukan.
Permasalahan yang terjadi dengan kondisi internal dan eksternal IPNU membuat langkah
konkrit dalam Forum Konferensi Besar (KONBES) IPNU di kaliurangYogjakarta pada tanggal
14-16 Maret 1960 memutuskan terbentuknya suatu wadah/organisasi mahasiswa nahdliyin yang
terpisah secara struktur maupun fungsional dari IPNU-IPPNU. Kemudian dibentuklah panitia
sponsor pendiri organisasi mahasiswa yang terdiri dari 13 orang dengan tugas melaksanakan
musyawarah mahasiswa nahdliyinse-indonesia, bertempat di madrasah mualimin,
wonokromosurabaya.
Tokoh tokoh pendiri antara lain:
1. Chalid Mawardi ( Jakarta )
2. M. Said Budairy ( Jakarta )
3. M. Sobich Ubaid ( Jakarta )
4. M. Makmun Syukri ( Bandung )
5. Hilman ( Bandung )
6. H. Ismail Makky ( Yogyakarta )
7. Munsif Nahrowi ( Yogyakarta )
8. Nuril Huda Suaidy ( Surakarta )
9. Laily Mansur ( Surakarta )
10. Abd. Wahab Jailani ( Semarang )
11. Hisbullah Huda ( Surabaya )
12. M. Cholid Narbuko ( Malang )
13. Ahmad Husain ( Makasar)

Hasil Musyawarah mahasiswa nahdliyin di kota Surabaya 14-16 April 1960, memutuskan
hal-hal sebagai berikut:
1. Berdirinya organisasi mahasiswa nahdliyin, dan organisasi tersebut diberi nama Pergerakan
Mahasiswa Islam Indonesia (PMII).

Dzikir, Fikir dan Amal Sholeh


2. Penyusunan Peraturan Dasar PMII yang didalammukaddimahnya jelas dinyatakan bahwa
PMII merupakan kelanjutan/mata rantai dari departemen perguruan tinggi IPNU-IPPNU.
3. Persidangan dalam musyawarah mahasiswa nahdliyin itu (bertempat di gedung madrasah
Muallimin NU Wonokromo Surabaya) dimulai tanggal 14-16 April 1960. Sedangkan
peraturan dasar PMII dinyatakan berlaku mulai 21 Syawal 1379 Hijriyah atau bertepatan
dengan tanggal 17 April 1960. Maka mulai dari itulah PMII dinyatakan berdiri dan
dinyatakan sebagai hari jadi PMII yang akan diperingati setiap tahun dengan istilah “hari
lahir pergerakan mahasiswa islamindonesia” (Harlah PMII).
4. Musyawarah juga memtuskan membentuk 3 orang formatur yakni H. Mahbub Junaidi
sebagai ketua umum, A. Chalid Mawardi sebagai ketua satu, dan M. Said Budairy sebagai
sekretaris umum.
MOMENTUM PMII
Salah satu momentum sejarah perjalanan PMII yang membawa pada perubahan secara
mendasar, yaitu di cetuskannya Independensi PMII (lepasnya ikatan PMII dengan NU) pada
tanggal 14 Juli 1972 di Murnajati Lawang Malang Jawa Timur yang kemudian di sebut Deklarasi
Murnajati. Maka secara formal PMII terpisah secara struktural dengan partai NU.
Pada 27 Oktober 1991, PMII menyatakan interdependensi-nya dengan NU. Artinya
posisi PMII secara organisasi tidak ada kaitan apapun akan tetapi secara moral, karena
kebanyakan anggota PMII berlatar belakang NU, maka PMII mempunyai ikatan emosi dengan
NU.
Tujuan PMII
Sebagaimana tertuang dalam ADART PMII Bab IV, yaitu “Terbentuknya pribadi Muslim
Indonesia yang 1)bertaqwakepada Allah SWT, 2) berbudiluhur, 3) berilmu, 4) cakap dan 5)
bertanggungjawab dalam mengamalkan ilmupengetahuannya,
sertakomitmenmemperjuangkancita-citakemerdekaanindonesia”.
Citra Diri PMII
Menjadikaninsan yang berulilalbab.

TRILOGI PMII :
 TRI MOTTO: DZIKIR FIKIR AMAL SHOLEH
 TRI KHIDMAD: TAQWA INTELEKTUAL PROFESIONAL
 TRI KOMITMEN: KEBENARAN KEJUJURAN KEADILAN
Menatap PMII kedepan
Sebagai komponen masyarakat Indonesia yang sadar dan insyaf bahwa kemerdekaan adalah
hak segala bangsa dan oleh sebab itu penjajahan harus dihapuskan dari muka bumi, serta
sebagaimana apa yang diucapkan oleh Bung Karno bahwa kita belum pernah merdeka selama
masih ada bangsa lain yang dijajah. Maka PMII harus mampu melihat dan melawan segala
macam bentuk penjajahan dengan berpegang atas lima prinsip kebebasan pokok bagi setiap
insane ;
1. Hidzfual-nafs, jaminan atas jiwa (nyawa) rakyat.
2. Hidzfual-diin, jaminan beragama bagi rakyat.
3. Hidzfual-maal, jaminan atas harta benda rakyat.
4. Hidzfual-nasl, jaminan atas asal usul, identitas, garis keturunan setiap warga negara.
5. Hidzfual-Irdh, jaminan atas harga diri kehormatan dan profesi setiap warga negara.

Dzikir, Fikir dan Amal Sholeh


Dengan lima prinsip di atas diharapkan PMII mampu menggunakannya sebagai kacamata
yang mampu memotret segala bentuk ketidakadilan yang dilakukan oleh siapapun, terutama
dalam menghadapi era pasar bebas, era keterbukaan. Dalam konteks kekinian hak-hak kebebasan
masyarakat dalam memilih dan menentukan sikap harus mampu didukung oleh PMII, terutama
2004, dimana masyarakat butuh untuk dibela agar tidak dijadikan “korban” oleh politisi
oportunis. Saat ini juga sudah mewabah jaring-jaring kapitalis yang banyak menindas dan
menghisap darah rakyat. Tirani penguasapun harus dihancurkan oleh PMII dalam rangka
pembelaan pada kaum tertindas (mustadz’afiin). Semangat heroic harus selalu dipegang,
persatuan kaum tertindas harus selalu dikumandangkan, kritisisme perjuangan harus selalu
dialirkan, dan Allah SWT tidak boleh dilupakan.
Makna Filosofis Atribut PMII
Pencipta Lambang: M. Said Budairy
(Sekretaris Umum PB PMII pertama)

Makna lambang PMII


1.1. Bentuk :
a. Perisai berarti ketahanan dan keampuhan mahasiswa Islam terhadap berbagai tantangan
dan pengaruh dari luar.
b. Bintang adalah perlambang ketinggian dan semangat cita-cita yang selalu memancar.
c. 5 (lima) bintang sebelah atas melambangkan Rasulullah dengan empat sahabat
terkemuka (khulafaurrasyidin).
d. 4 (empat) bintang sebelah bawah menggambarkan empat mazdhab yang berhaluan
Ahlussunah Wal Jama’ah.
e. 9 (sembilan) bintangsecarakeseluruhandapatberarti :
f. Rasulullahdenganempatorangsahabatnyasertaempatorang imam mazhab itu
laksanabintang yang selalubersinarcemerlang, mempunyaikedudukan yang tinggi dan
penerangumatmanusia.
g. Sembilan bintangjugamenggambarkansembilanorangpemukapenyebaragama islam di
Indonesia yang disebutdenganWaliSongo
1.2. Warna:
a. Biru, sebagaimana tulisan PMII, berarti kedalaman ilmu pengetahuan yang harus dimiliki
dan harus digali oleh warga pergerakan, biru juga menggambarkan lautan Indonesia dan
merupakan kesatuan Wawasan Nusantara
b. Biru muda, sebagaimana dasar perisai sebelah bawah berarti ketinggian ilmu
pengetahuan, budi pekerti dan taqwa.
c. Kuning, sebagaimana perisai sebelah atas berarti identitas mahasiswa yang menjadi sifat
dasar pergerakan, lambang kebesaran dan semangat yang selalu menyala serta penuh
harapan menyongsong masa depan.
1.3. Penggunaan:
a. Lambang PMII digunakan pada papan nama, bendera, kop surat, stempel, badge, jaket,
kartu anggota, dan benda atau tempat lain yang tujuannya untuk menunjukkan identitas
organisasi.
b. Ukuran lambang PMII disesuaikan dengan wadah penggunaanya.
Bendera PMII

 Pencipta Bendera PMII : H. Said Budairi


 Ukuran Bendera PMII : Panjang dan lebar (4 : 3)
 Warna dasar bendera PMII : Kuning
 Isi bendera PMII :
a. Lambang PMII terletak di bagian tengah
b. Tulisan PMII terletak di sebelah kiri lambang membujur ke bawah.
 Penggunaan bendera PMII

Dzikir, Fikir dan Amal Sholeh


a. Digunakan pada upacara-upacara resmi organisasi baik internal maupun eksternal dan
upacara nasional.
Penempatan bendera PMII diletakkan didepan tempat upacara dan disebelah kiri bendera
kebangsaan Indonesia

Struktur Keorganisasian PMII :


1. Pengurus Besar (Nasional)
2. Pengurus Kordianator cabang (Provinsi)
3. Pengurus Cabang (Daerah)
4. Pengurus Komisariat (Perguruan Tinggi)
5. Pengurus Rayon (Fakultas/Jurusan)
Jenjang pengkaderan Formal PMII, antara lain:
1. MAPABA (Masa Penerimaan Anggota Baru)
2. PKD (Pelatihan Kader Dasar)
3. PKL (Pelatihan Kader Lanjutan)
4. PKN (Pelaihan Kader Nasional)

TANGAN TERKEPAL DAN MAJU KE MUKA


Sekali Bendera di Kibarkan Hentikan Segala Ratapan dan Tangisan Karna Mundur
adalah Bentuk Penghianatan
 Sapaan khas dalam PMII adalah “Sahabat”
 Penutup sebelum salam
“Tangan terkepal dan maju kemuka”, wallahulmuwaafiqilaaaqwamitthoriq.

Periodisasi PB PMII

PMII sejakdidirikantahun 1960, memilikiperiodisasiataukepengurusan yang dihadapkan


pada tantangankondisi dan situasi yang tidaksamaantaraperiodesatudengan yang lain.
Inimengingatperbedaanperubahanpolitikekonomi social dari masa ke masa. PMII saatinimemiliki
17 Periodisasi:

1. Mahbub Djunaidi (1960-1967) terpilihdalamMusyawarahMahasiswaNahdliyin, di


Surabaya Jawa Timur (April 1960). Hinggatahun 1964, PMII telahberdiri di 47 Cabang
se Indonesia, rata-rata PMII berdiri di kampus agama. Belia
pernahmenjabatsebagaiKetuaUmum PWI pusat dan pimpinanRedaksiHarian Duta
Masyarakat (1965–1967), KolumnisKompas, ketua dewan kehormatan PWI (1979 –
1983), Anggota DPR GR (1967-1971), Wakil Ketua PB NU (1984-1989), Wakil sekjen
DPP PPP, Anggota DPR/MPR RI (1971-1982), Pencetus “Khittah Plus”, sertaKetua
Majlis Pendidikan Soekarno dan Musytasyar PBNU.
2. Zamroni 1967-1973 (Presidium KAMI) duaPeriode, Pendiri KNPI, Partai NU, PPP,
Wasekj end PBNU. PencetusIndependensi PMII, Pada zaman initerjadiPenggulingan
Orla keOrba, PMII terlibatlangsung. Pasca PMII, Zamronibergabung di Partai NU, laluke
PPP. Di masa Zamroni, Independensi PMII dicetuskan.
3. AbduhPaddare (1973-1977) seorangpendiri KNPI. AbduhmenolakIndependensi PMII
bersamaKelompokCipayung (1973-an), namuntetapmelaksanakanamanatMunastersebut.
Pasca PB PMII, Abduhaktif di Depag.
4. Ahmad Bagja (1977-1981) KNPI, PBNU, Pasca PMII, K.H. Bagjaaktif di KNPI, laluke
PBNU.

5. MuhyidinArubusman (1981-1985) KNPI. PKB, Pasca PMII, Muhyidinaktif di KNPI


lalubergabungdengan PKB di era Reformasi.
6. Suryadharma Ali (1985-1988) Hero Supermarket, GP Ansor, PPP, dan Menteri Agama.
Pasca PMII, SDA menjadiManajer Hero, lalubergabung di GP Ansor dan PPP
7. Habib Iqbal Assegaf (1988-1991) terpilih di Kongres IX PMII di Asrama Haji Surabaya
Jawa Timur, menangdengansuaramutlakdarisaingannyaSyaifullahMaksum, Pasca PB

Dzikir, Fikir dan Amal Sholeh


PMII, Iqbal menjadi Wakil Ketua Majlis Pemuda Indonesia (1987- 1990).
AnggotaPengurus Group Diskusi Nasional (GDN) Kosgoro (1992-1994),
AnggotaPokjaHankam DPP Golkar (1988-1993). Direktur Utama PT
ShahanazSwamandiri, ketua Tim AsistensiDepartemenPemenanganPemilu DPP Golkar
dan wakil ketua POKJA Depnaker-RabithatulMa’ahidIslamiah (RMI), KetuaUmum PP
GP ANSOR, menggantikanSlamet Effendy Yusuf.
8. Ali Masykur Musa (1991-1994) AMM terpilih di Kongres X PMII di Asrama Haji
PondokGede Jakarta, Pasca PB, AMM menjabatKetuaFraksi PKB DPR (1999-2004),
sertaanggota DPR / MPR RI (2004-2009)
9. Muhaimin Iskandar (1994-1997) terpilih di Kongres XI PMII di KutaiKertanegara
Kalimantan, Masa CakImin, dinamika PMII
cenderungmeningkatbersamaandenganmemanasnyasuhupolitiknasional. PMII di masa
inimenelurkankonsepParadigmaKritisTransformatifuntukmenjawabtantangan zaman.
10. SaifulBahriAnshari(1997-2000)KongresXIIPMII,Surabaya 1997. Pada Kongres kali
inilahmulaimunculgejalaanarkhidaripesertakongres, sepertibakuhantam dan
salinglemparkursi, Pasca PB PMII, SyaifulBahrimenjadiKetuaUmumSarbumusi dan
Anggoa DPR RI 2014-2019.
11. Nusron Wahid (2000-2003) Kongres XIII PMII, Medan 2000.
Nusronmengunggulipesaingnya M. Hanif Dhakiri. Pasca PB PMII, Nusron Wahid aktif
di PartaiGolkar dan MenjadiAnggota DPR RI 2009-2014 sertamenjadiKetuaUmun GP
Ansor dan SekarangmenjadiKepala BNP2TKI.
12. Malik Haramain (2003-2005) terpilih pada Kongres XIV PMII di KutaiKertanegara
Kalimantan, Pasca PB PMII Malik aktif di PKB dan menjadiAnggota DPR RI
hinggasekarang.
13. HeryAryanto Azumi (2005-2007) terpilih pada Kongres XV di Bogor Jawa Barat. Pasca
PB PMII Heryaktif di PKB dan menjadi Wakil Sekretaris PBNU.
14. M.RodliKaelani(2008-2011)terpilihmenjadiKetuaUmumPB PMII tahun 2008-2011 pada
Kongres XVI PMII di Batam.
15. AddinJauharuddin (2011-2013) terpilihmenjadiKetuaUmum PB PMII tahun 2011-2013
pada Kongres XVII di Banjarmasin.
16. AminuddinMa’aruf (2014-2017) terpilihmenjadi Ketu a Umum PB PMII tahunKongres
XVIII di Jambi.
17. AgusMulyonoHerlambang (2017- 2021) terpilihmenjadiKetuaUmum PB PMII tahun
2017 Kongres XIX di Palu Sulawesi Tengah.
18. Muhammad Abdullah Syukri (2021-2024) TerpilihmenjadiketuaUmum PB PMII Tahun
2021 pada Kongres XX di Balikpapan Kalimantan.

Dzikir, Fikir dan Amal Sholeh


PMII LOKAL
Pada tanggal 7 Juni 2017 telah disepakati untuk pembentukan sebuah komunitas yang
bernama BRAHMA yang bertempat di warkop sebelah Timur Plasa resmin terbentuk pada pukul
20:00 WIB pada bulan Romadhon, setelah musyawarah bersama dispakati bahwa Sirojul Munir
sebagai ketua, sekretaris dijabat oleh sahabat Muhammad Aris dan bendahara dijabat oleh
sahabat Khusnul Ma`arif.

Pencetus nama BRAHMA adalah sahabat Sirojul Munir dengan dibantu sahabat Hasan
‘Ali Husaini, sebelum nama BRAHMA di resmikan nama ini sudah dipikirkan oleh dua sahabat
ini untuk wadah kita kedepan dan Alhamdulillah sekarang sudah terbentuk, seluruh sahabat-
sahabat sepakat dengan nama tersebut. Nama ini dicetuskan bukan hanya asal-asalan tapi dari
sahabat-sahabat sudah memikirkan filosofi dan makna BRAHAMA.

Filosofi nama BRAHMA

Pengambilan nama ini diambil atas pertimbangan dari semua kalangan mulai dari
sahabat-sahabat Peternakan maupun dari sahabat PMII se-UNISLA dan alhamdulilah mendapat
dukungan. BRAHMA merupakan hewan Ruminansia atau sapi yang mempunyai keunggulan
tersendiri dibanding sapi-sapi yang lain. Sehubungan dengan diambilnya nama tersebut sahabat-
sahabat peternakan tidak mau meninggalkan hal-hal yang berhubungan dengan Peternakan,
diharapkan dengan pengambilan nama ini semoga bisa kita mencontoh dari karakter atau
keunggulan dari sapi BRAHMA, karena dalam bahasa orang jawa “Asmo kinaryo jopo” yang
artinya nama adalah do’a.

Dalam bahasa Latin Brahma sebenarnya adalah Brahman, tetapi orang jawa sering
mengucapkan Brahma yang tidak ada huruf N pada akhir katanya, begitu pula sahabat-sahabat
yang kebetulan banyak yang hidup desa jadi kita menggunakan nama “BRAHMA” bukan
Brahman yang sudah dipatenkan dalam bahasa yunani. Dan juga Brahma mempunyai
kepanjangan yaitu “Berani Hidupkan Masyarakat”.

Sapi ini mempunyai banyak keunggulan yang bisa menjadi motivasi bagi sahabat-sahabat
yang sedang berproses di dalam Rayon Brahma, keunggulan-keunggulan sapi ini sebagai
berikut :

 Pertama : sapi ini sangat mudah beradaptasi sangat baik, meskipun ditempatkan di
tempat yang kering atau tandus. Kalau ditarik dalam organisasi kita sebagai
anggota ketika ditempatkan dimana saja kita bisa mudah beradaptasi dengan cepat
dan baik, seperti di lingkungan kampus maupun masyarakat.
 Kedua : sapi Brahma mempunyai bentuk fisik yang berbeda dengan sapi-sapi
yang lain, sapi ini mempunyai punuk yang berfunsisebagai penyimpanan air, air
ini bisa di manfaatkan ketika sapi ini berada di tempat yang kering dan tidak ada
sumber air di tempat-tempat yang tandus dan kering. punuk pada sapi yang
berfunsi sebagai penyimpanan air, kalo kita tarik didalam organisasi kita sebagai
anggota mempunyai akal dan fikiran yang dikaruniai oleh Allah SWT, bisa
menyimpan ilmu yang kita pelajari di dalam organisasi maupun di manapun
berada.
 Ketiga : sapi ini juga termasuk sapi yang sangat kuat. Ketika sudah terbentuk
organisasi ini rasa kekeluargaan dalam organisasi ini lebih erat dan juga kuat
dalam kodisi apapun,

Dzikir, Fikir dan Amal Sholeh


 Keempat : sapi ini tidak hanya kuat tetapi Brahma mempunyai karakter yang gesit
dan lincah. Didalam organisasi kita juga harus mempunyai karakter yang lebih
unggul dalam pemikiran maupun soff skill kita lebih cepat dari mahasiswa yang
lain. Dan juga mempunyai tanggung jawab dalam menjalankan tugas tidak hanya
itu saja, langkah gerak kita atau pemikiran kita juga harus cepat dan tanggap
dalam menjalankan tugas.

Filosofi Logo BRAHMA

>Gambar Sapi : Lambang Kebesaran Rayon Brahma

>Logo PMII : Di tengah-tengah sapi ( punuk ) sebagai

Sumber ilmu

>Padi Kiri ( 17 biji ) : Tanggal berdirinya Rayon

>Padi Kanan ( 18 biji ) : Tahun 2018

>3 Titik : Bulan 3 ( Maret ) di artikan Trilogy PMII

( Tri Motto,Tri Khidmad,Tri Komitmen )

>Tali yang melingkar : Sebagai Pengikat tali persahabatan

Atau kekeluargaaan anggota.

Dzikir, Fikir dan Amal Sholeh


MATERI 2

ASWAJA
Pada umumnya “Islam” dimengerti sebagai sebuah institusi agama dengan sekian ritual
keagamaan yang dilakukan oleh para pemeluknya. Pengertian semacam ini, Islam sebagai
sebuah institusi agama (organizedreligion) sebagaimana yang difahami oleh banyak orang,
mengakibatkan makna Islam menjadi sangat eksklusif dan menutup ruang bagi institusi agama
lain untuk memproklamirkan kebenaran agamanya dan ikut serta dalam kehidupan
sosialmasyarakat. Bahkan bagi sebagian pemeluknya ada anggapan bahwa seseorang yang
berada di luar institusi agama tertentu dianggap “musuh” dan “sesat”, karenanya harus diperangi
dan diselamatkan.
Padahal kalau kita melacak makna Islam yang terkandung dalam kitab suci Al Qur’an
akan kita dapatkan makna yang lebih universal dan membuka ruang bagi bertemunya agama-
agama (comment platform) serta kemungkinan dialog antar agama. Hal ini penting untuk
menyatukan visi kemanusiaan dan keadilan sebagai upaya transformasi sosial.
Di dalam Al Qur’an banyak dijumpai kata Islam yang menurut Djajaningrat berasal dari
kata kerja aslama “menyerahkan dengan tulus hati” atau “mengikhlaskan”. Dalam pengertian ini
kata Islam harus dibedakan antara Islam sebagai sikap jiwa seseorang dan Islam sebagai nama
sebuah agama. Surat Al Baqarah : 112, Jinn: 14, Ali Imran: 19 dan Al Maidah : 3 menegaskan
arti tersebut.
Terkait dengan pengertian Islam sebagai sikap jiwa seseorang, pemaknaan Islam yang
lebih umum, menurut kata generiknya adalah pasrah, tunduk kepada Tuhan, yaitu suatu
semangat ajaran yang menjadikan karakteristik pokok semua agama yang benar. Dasar semacam
inilah sebagaimana pandangan Al Qur’an bahwa semua agama yang benar adalah agama Islam,
dalam pengertian semuanya mengajarkan sikap pasrah kepada Tuhan.
Kata yang dekat dengan makna Islam adalah kata hanif yaitu condong atau cenderung.
Islam dalam pengertian hanif inilah yang dianut dan mempunyai tali persambungan dengan
ajaran nabi Ibrahim AS. Sedangkan Ibrahim sendiri tidak pernah mendakwahkan dirinya sebagai
seseorang yang memeluk agama formal baik Yahudi atau Nashrani. Ibrahim adalah seorang nabi
yang tunduk dan patuh kepada Tuhan karenanya dia disebut ”ber-Islam”.
Dengan demikian sikap pasrah dan tunduk adalah inti dari semua ajaran Tuhan yang
disampaikan oleh para Nabi. Hal ini menegaskan adanya titik temu agama-agama, meskipun nabi
dan masa mereka berbeda-beda. Sebab semua yang benar itu berasal dari sumber yang sama dan
semua para nabi membawa kebenaran ajaran yang sama. Perbedaan para nabi hanyalah dalam
bentuk responsi khusus tugas seorang rasul pada tuntutan zamannya.
1. Islam dan Transformasi Sosial
Manusia sebagai hamba Allah SWT, diciptakan dengan maksud untuk menjadi
khalifah di muka bumi ini. Penghambaan penuh atas nilai absolut Tuhan Yang Maha Esa
juga atas ekosistem dan alam jagat raya, selain itu manusia diwajibkan untuk melakukan
komunikasi dan bersosialisasi dengan sesamanya dalam rangka untuk saling ingat-
mengingatkan dalam kebaikan dan mencegah atas kemungkaran.
Tugas berat yang diberikan untuk manusia tidak semata selesai di dunia saja, akan
tetapi orientasi yang lebih tinggi adalah bagaimana manusia bisa hidup bahagia di akhirat
kelak. Islam dalam konteks ini adalah sebagi penyelamat. Kepasrahan secara total atas
ke-Maha Esa-an Tuhan pencipta alam semesta menjadi hal yang mutlak. Sebagai agama
yang diturunkan untuk penyempurna atas agama-agama sebelumnya, Islam diharapkan
bisa menjadi rambu dan pedoman bagi umat manusia dalam menjaga tatanan kehidupan
di dunia ini sebagai bekal di akherat (alIslamuya’luwalayu’la ‘alaih).
Keberadaan Islam pada konteks masa Nabi Muhammad adalah sebagai seruan
moral dalam memberantas kaum jahiliyah yang tidak lagi memperdulikan nilai-nilai

Dzikir, Fikir dan Amal Sholeh


kemanusiaan. Perjuangan besar agama Islam adalah menegakkan bagaimana agama Islam
bukan hanya dimaknai sebagai ritualitas penghambaan ansich. Tauhid sebagai bentuk
kepercayaan penuh atas Allah SWT baik dalam hati, lisan maupun tindakan. Tauhid
selain itu sebagaimana yangdipaparkan Hasan Hanafi bahwa tauhid bagi umat manusia
ini memiliki kesamaan status. Kesamaan status inilah yang seharusnya diperhatikan oleh
umat manusia sehingga dalam realitas kehidupan bermasyarakat tidak ada saling tindas
menindas. Suprioritas dan pengunggulan diri berarti sama dengan menolak kesamaan
status sebagai hamba Allah.
Islam sebagai agama yang memiliki nilai dalam menata dan menjadi rambu dalam
umat manusia seharusnya tidak dijadikan landasan dalam melakukan perubahan di dunia.
Memaknai Islam lebih dari konsteks untuk menyelesaikan sosial problem selain personal
problem menjadikan nilai-nilai Islam sebagai landasan dalam membangun kerukunan
umat beragama, menyelesaikan persoalan-persoalan kerakyatan, jadi Islam bukan semata
untuk mengabdikan diri kepada Tuhan dengan melalaikan persoalan masyarakat, selain
itu umat Islam juga seharusnya lebih memperhatikan kehancuran ekosistem (ekologi)
sebagai implikasi dari kekuatan kapitalisme dalam melakukan eksploitasi besarbesaran
sumber daya alam. Mengembalikan kembali nilai-nilai Islam dalam corak dialektika
material. Disamping itu membangun kembali sensitifitas sosial dengan lebih
mengaplikasikan nilai-nilai ketuhanan pada realitas nyata.
Dengan pemaparan diatas, melihat konteks Islam di Indonesia, maka corak dan
karakter Islam Indonesia bukan Islam ala Arab, Pakistan dll. Islam sebagi agama
rohmatan lil ‘alamin mengidealkan satu corak nilai Islam nusantara, sehingga antara
nilai- nilai budaya lokal dan ajaran Islam tidak terjadi saling sandra, namun memberi
warna tersendiri.
2. Ahlussunnah Wal Jama’ah “ASWAJA” HistorisAswajadalam Geo-sospol
(Genealogi Sosial Politik) Global
Perjalanan Aswaja dalam kurun waktu sejarah peradaban masyarakat Muslim
tidak selamanya mulus. Meskipun dirinya hadir sebagai pemahaman ke-Islam-an yang
dianggap paling sesuai dengan ajaran dan tuntunan Nabi serta yang para sahabat
praktikkan dalam kehidupan masyarakat.
Sebagaimana dicatat oleh para sejarawan muslim paling awal, bahwa terbunuhnya
khalifah Utsman bin Affan pada tahun 35 H, yang kemudian diikuti dengan
pengangkatan Ali bin Abi Thalib oleh mayoritas kaum muslimin, ternyata menimbulkan
protes keras dari Mu’awiyahIbn Abu Sufyan, salah seorang gubernur Damaskus yang
terhitung masih kerabat Utsman. Protes kedua dilancarkan oleh “trio”, Aisyah, Thalhah
dan Zubair. Mereka menuduh Ali adalah orang yang paling bertanggungjawab atas
tumpahnya darah Ustman. Gerakan oposisi dua kelompok di atas pada gilirannya pecah
menjadi perang terbuka. Yang pertama pecah dalam perang siffin, sedangkan yang kedua
meledak dalam perang jamal.
Dalam perang siffin, pasukan Mu’awiyah dalam kondisi terjepit. dan, guna
menghindarkan diri dari kekalahan, mereka lantas mengajukan usulan agar pertempuran
dihentikan dan diselesaikan melalui jalur arbitrase (perundingan). Strategi ini ternyata
sangat menguntungkan posisi Mu’awiyah dan cukup efektif untuk memecah konsentrasi
pasukan Ali. Terbukti pasukan Ali kemudian terbagi menjadi dua kelompok, disatu pihak
setuju untuk menerima arbitrase (Syiah), sementara dipihak lainnya menolak dan
menginginkan agar pertempuran dilanjutkan sampai diketahui yang menang dan yang
kalah (Khawarij). Apalagi ketika diketahui bahwa dalam arbitrase pihak Ali yang
diwakili oleh Abu Musa Al-’Asy’ari secara “politis” kalah dalam berdiplomasi melawan
kubu Mu’awiyah yang diwakili oleh Amru bin ‘Ash, semakin mengeraskan tekad
kelompok yang kontra perundingan untuk keluar dari barisan Ali.
Berdasarkan deskripsi historis tersebut dalam periode ini telah muncul partai; Ali
(Syiah), Mu’awiyah dan Khawarij. Munculnya sekte-sekte keagamaan yang lebih
bernuansa politis tersebut, akhirnya melahirkan trauma yang mendalam bagi sebagian
umat Muslim. Sikap trauma tersebut kemudian menjurus pada kenetralan, khususnya bagi
warga Madinah-yang dipelopori Abdullah bin Umar. Mereka mendalami al-qur’an dan
memperhatikan serta mempertahankan tradisi (al-Sunnah) penduduk madinah. Sehingga

Dzikir, Fikir dan Amal Sholeh


dalam hal ijtihad agama kaum netralis ini bersatu dengan Syiah yang terkenal sangat hati-
hati dalam menjaga Sunnah. Namun dalam hal politik kaum netralis melakukan oposisi
diantaramuawiyah dan syiah.
Namun kaum netralis ini ternyata dalam perjalannya bergabung dengan Umayyah,
meskipun juga sering melakukan oposisi dengan rezim damaskus. Pada tahap inilah
proses penyatuan golongan al-jamah (pendukung muawiyah) dengan al-sunnah(netralis
madinah) yang kelak akan melahirkan golongan yang dinamakan Aswaja. Karena
persoalan inilah sehingga syiah keluar dari kaum netral sebagai komitmen mereka untuk
tetep berpegang teguh terhadap Sunnah dan melakukan gerakan oposisi yang melakukan
perlawanan terhadap rezim Damaskus dan menganggap oportunis terhadap kaum netralis.
Persoalan semakin kabur manakala mencari identitas aswaja itu melalui wilayah teologi.
Dilihat dari aspek teologi paham aswaja dikonotasikan dengan Asy’ari dan Maturidi.
Sedangkan teologi mu’tazilah dan yang lainnya dipandang sebagai di luar paham aswaja.
Lebih jauh lagi, jika suatu identitas diukur berdasarkan sejauh mana konsistensi mereka
dalam memegang sendi-sendi fiqhiyah, maka sulit sekali untuk mengatakan teologi
mu’tazilah bukan teologi Aswaja. Mengapa? Tidak sulit untuk memberikan argumen
bahwa kebanyakan tokoh mu’tazilah adalah pengikut setia dari salah satu mazhab fiqih,
yakni Hanafi, Maliki, Syafi’i dan Hambali. Semisal Abu Jabar yang dalam fiqhnya
mengikuti Syafi’i. Data ini diperkuat lagi dengan fakta bahwa para penguasa Abbasiyah
mayoritas saat itu juga mengikuti salah satu mazhab fiqhaswaja. Asy’ari sendiri pada
mulanya adalah kader mu’tazilah, karena kekecewaannya terhadap posisi mu’tazilah
yang dianggap tidak relevan dengan perkembangan saat itu serta dipandang telah menjadi
kelompok akademisi teolog yang mengasingkan diri dari tekanan dan ketegangan waktu,
juga cenderung elitis. Pikiran-pikiran Yunani yang dipergunakan sudah meyimpang jauh
dari agama masyarakat awam, sehingga sulit diterima masyarakat awam.
Ketegangan pemikiran atau lebih tepatnya dialektika pemikiran jelas tidak
mungkin dihindari. Namun sejarah mencatat bahwa ketegangan yang lebih menjurus
pada pertentangan justu terjadi antara ahlul hadis (dipelopori Hambali dilanjutkan oleh
Ibnu Taimiyah selanjutnya oleh Abdul Wahab) dan ahli teolog (mu’tazilah, Asy’ariyah
dan maturidiyah). Bertolak dari argumen ini ada kemungkinan bahwa paham
aswajateutama dalam lapangan teologi terjadi polarisasi. Di satu sisi mincul; pemikran
yang cenderung rasionalis, seperti mu’tazilah. Namun pada saat yang sama muncul
pemikiran yang ingin menyapu bersih kecendrunganrasionalistik. Kelompok kedua sering
dikonotasikan dengan teologi Asy’ari. Apapun pertentangan yang muncul, kenyataan
menunjukkan bahwa kelompok moderatlah yang lolos seleksi. Akhirnya kelompok
rasional terpaksa minggir sebelum kemudian redup dan muncul lagi di era Muhammad
Abduh (neo-mu’tazilah).
Kemudian teologi Asy’ari ini dikembangkan oleh filusuf sekaligus sufistik al-
Ghazali yang cenderung kurang rasional dan tidak terlalu monolok terhadap hadis dengan
sikapnya yang sufi yang cenderung menggunakan rasa dalam menyikapi dialektika
keagamaan. Dan dari tangan hujjatul muslimin inilah paham-paham tersebut menyebar ke
se antero dunia sampai sekarang.
Berdasarkan historis sederhana ini dapat tarik sebuah kesimpulan, bahwa secara
garis besar pasca terjadinya perang siffin umat muslim terpecah sehingga masing-masing
membuat madzhab yang pada akhirnya mazhab-mazhab ini dikembangkan,
diformulasikan dan dibakukan oleh para kader madzhab. Dengan pembakuan-pembakuan
tersebutlah, selanjutnya konsep Islam disandarkan. Adapun formulasi itu dibagi menjadi
tiga yaitu teologi, fiqih dan tasawuf. Sedangkan ilmu-ilmu yang lain dianggap turunannya
sehingga dalam wilayah metodologi selalu mengakar dan bisa dikembalikan kepada
ketiga ilmu tersebut terutama pada teologi.
Aswaja dalam Sejarah Nusantara (Ke-Indonesia-an)
Ada kesinambungan antara alur GeoSosPolAswaja dengan sejarah Islam di
nusantara. Memang banyak perdebatan tentang awal kedatangan Islam di Indonesia, ada
yang berpendapat abad ke-8, ke11, dan ke-13 M. Namun yang pasti tonggak kehadiran
Islam di Indonesia sangat tergantung kepada dua hal: pertama, Kesultanan Pasai di Aceh

Dzikir, Fikir dan Amal Sholeh


yang berdiri sekitar abad ke-13, dan kedua, Wali Sanga di Jawa yang mulai hadir pada
akhir abad ke-15 bersamaan dengan runtuhnya Majapahit. Namun, dalam perkembangan
Islam selanjutnya yang lebih berpengaruh adalah Wali Sanga yang dakwah Islamnya
tidak hanya terbatas di wilayah Jawa saja tetapi menggurita ke seluruh pelosok nusantara.
Yang penting untuk dicatat pula, semua sejarahwan sepakat bahwa Wali Songo-lah yang
dengan cukup brilian mengkontekskanAswaja dengan kebudayaan masyarakat Indonesia
sehingga lahirlah Aswaja yang khas Indonesia, yang sampai saat ini menjadi basis bagi
golongan tradisionalis, termasuk PMII.
Sebagaimana termaktub dalam Qonun Asasi yang telah dirumuskan oleh Syaikh
K.H. M. Hasyim Asy’ari berdasarkan seleksi beliau terhadap mazhab-mazhab yang telah
diformulasikan pada zaman Abbasiyah. Yaitu; “Dalam ilmu aqidah/teologi mengikuti
salah satu dari Abu Hasan al-Asy’ari dan Abu Mansur al-Maturidi. Dalam syari’ah/fiqh
mengikuti salah satu Imam empat: Abu Hanifah, Malik bin Anas, Muhammad bin Idris
Al-Syafi’i, dan Ahmad bin Hanbal. Dalam tashawuf/akhlaq mengikuti salah satu dua
Imam: Junaid alBaghdadi dan Abu Hamid al-Ghazali.”
NormatifitasAswaja dalam Pemahaman PMII
1. Pergeseran makna Aswaja
Dalam konteks keIndonesiaanjam’iyyahNahdlatul Ulama’ (NU) dan
Ahlussunnahwaljama’ah (Aswaja) ibarat dua sisi mata uang. Ketika menyebut NU dalam konsep
kita akan terbayang imam-imam besar sebagaimana dirumuskan oleh
faundingfatherHadratusSyaikh K.H. M. Hasyim Asy’ari dalam Qanun Asasi. Yaitu : “Dalam
ilmu aqidah/teologi mengikuti salah satu dari Abu Hasan al-Asy’ari dan Abu Mansur al-
Maturidi. Dalam syari’ah/fiqh mengikuti salah satu Imam empat: Abu Hanifah, Malik bin Anas,
Muhammad bin Idris Al-Syafi’i, dan Ahmad bin Hanbal. Dalam tashawuf/akhlaq mengikuti
salah satu dua Imam: Junaid alBaghdadi dan Abu Hamid al-Ghazali.”
Ada dua pola pemahaman kaum Muslimin terhadap AhlussunnahwalJama’ah (Aswaja).
Pertama, yang memahami Aswaja identik dengan Islam dengan doktrin pemurnian (purifikasi)
ajaran Islam. Kedua, yang mamahamiAswaja sebagai “mazhab” saja. Baik pola pertama maupun
kedua masing-masing mampunyai kelemahan. Yang pertama seringkalimengklain bahwa
kebenaran hanya milik kelompoknya, sehingga kesan sektarianisme sulit dihindarkan. Pada level
praksisnya, pengkafiran (takfir) menjadi bagian tidak terpisahkan dalam relasinya dengan
nonmuslim maupun dengan umat Islam tapi yang tidak satu aliran sehingga bentuk kekerasan
menjadi mudah dilakukan atas dasar teks agama.
Pola mazhab juga mempunyai kecenderungan untuk menjadi institusi, dan karenanya ia
menjadi kaku (jumud), karena mazhab mengandaikan kebakuan suatu pola ajaran, dan akhirnya
itu semua menjadi ajaran atau doktrin yang terbakukan. Di pola nomer dua inilah mayoritas
masyarakat NU memahaminya, bahkan rumusan definitif Aswaja tersebut dalam
perkembangannya hanya dipahami dalam konteks “berfikih” dan mengikuti apa saja yang telah
dihasilkan para ulama terdahulu (taklid). Lebih jauh, pada dataran praksisnya Aswajamengkrucut
lagi menjadi mazhab fiqihsyafi’i saja dan menempatkan fiqih sebagai “kebenaran ortodoksi”
yakni menundukkan realitas dengan fikih. Menyadari realitas yang demikian itu, maka Aswaja
haruslah dipahami dan direfleksikan kembali ke dalam konteks aslinya, yang sesungguhnya
sangat kritis, eklektik dan analitis.
Memang tiga pola panutan Qanun Asasi ini dalam prakteknya tidaklah sederhana dan
cenderung problematis. Apalagi ketika dirunut sejarah masing-masing ajaran disertai dengan
varian-varian pemikiran para pengikutnya, semakin jelas terjadikompeksitas gagasan bahkan
terjadi pemilahan pada dua kutub yang saling berseberangan. Realitas sejarah pemikiran beserta
varian-varian mazhab yang tersebut di atas, membawa kita untuk berkesimpulan bahwa Aswaja
bukanlah sebuah doktrin yang kaku, baku dan linear. Banyak sekali persoalan di dalamnya.
Sehingga dalam memahami Aswaja tidaklah cukup hanya pada produk pemikiran (mazhab) atau
perkataan (qauli yang terdokumentasi dalam karya-karya) dari para mazhab-mazhab di atas, akan
tetapi juga metode (manhaj) berpikir mereka dalam menyusun pemikirannya yang disesuaikan

Dzikir, Fikir dan Amal Sholeh


dengan konteks yang mereka hadapi. Maka qoul-qoul mazhab terutama dalam kajian fiqih yang
sudah terbukukan jika dalam konteks sekarang tidak relevan - bukan berarti salah- maka harus
diinterpretasi ulang dan mengembalikannya ke Al-qur’an dan sunnah. Kemudian dari teks agama
ini digali hukum-hukum baru dengan menggunakan metodologi imam mazhab tersebut (mazhab
minhaj). Agar sesuai dengan keadaan sosial sekarang.
Ada empat ciri yang menonjol dalam memaknai aswaja sebagai mazhab minhaj ini.
Pertama, fiqih dihadirkan sebagai etika dan interpretasi sosial bukan sebagai hukum positif
mazhab. Kedua, dalam hal metodologi mazhab tersebut di dalamnya sudah mulai diperkenalkan
metodologi pemikiran filosofis terutama dalam masalah sosial budaya. Ketiga, verifikasi
terhadap mana ajaran pokok (usul) dan mana Cabang (furu’). Keempat, selalu diupayakan
interpretasi ulang dalam kajian teks-teks fiqih untuk mencari konteksnya yang baru.
Dengan model bermazhab seperti ini diharapkan dapat memberikan spirit baru untuk
keluar dari “tempurung sakral” masa lampau dan berani memunculkan pikiran-pikiran
eksprementatif sosial yang kreatif dan orisinil. Dalam konteks ini kreasi-kreasi ulama masa lalu
tetap tidak dinafikan dan diletakkan dalam kerangka kooperatif, namun karya tersebut jangan
sampai menjadi belenggu pemikiran yang mematikan. Sehingga jalan masuk untuk melakukan
terobosan baru dalam settingtranformasi sosial, ekonomi politik maupun budaya menjadi lebar.
Peletakan fiqih seperti ini memunculkan problem metodologis yang sangat besar karena
mazhab yang dianut masyarakat NU adalah mazhab Syafi’i. Kendati dalam Qonun Asasi
mengakui adanya empat mazhab, namun dalam wilayah praksisnya itu tidak secara otomatis
dilakukan secara eklektik karena ada rambu-rambu talfiq metodologi yang tidak mudah
ditembus. Meski demikian dikalangan para kiai sepuh yang notabennya menguasai ilmu-ilmu
agama metode ini sudah diterapkan. Hal ini bisa dlihat dari adanya bahsulmasa’il yang mencoba
merumuskan pemikiranpemikaran segar agar selalu menyesuaikan zaman. Dan seiring
berkembangnya zaman mazhab minhaj inipun dirasakan kurang menyentuh realitas. Lagi-lagi,
realitas harus dijustifikasi dengan metodologi agama yang sebatas pada ketiga pola qanun asasi
yaitu fiqih, teologi dan tasawuf, terutama dalam aspek fiqihnya. Pemahaman seperti ini tidak
memadai untuk dijadikan pijakan gerak PMII. Sebab, pemahaman demikian cenderung
menjadikan Aswaja sebagai sesuatu yang dalam konsep metodologi menjadi beku dan tidak bisa
diotak-atik lagi. Pemaknaannya hanya dibatasi pada metodologi ulama klasik saja. karena
secanggih apapun metodologi, selalu tergantung pada waktu dan tempat (konteks) yang
dihadapinya. Padahal untuk menjadi dasar sebuah pergerakan, Aswaja harus senantiasa fleksibel
dan terbuka untuk ditafsir ulang dan disesuaikan dengan konteks saat ini dan yang akan datang.
Inilah yang dinamakan sebagai metodologi yang terbuka. Oleh karena itu, lagi-lagi interpretasi
ulang terhadap konsep mazhab manhaj harus dilakukan.
Lebih jauh, implikasi yang dihasilkan dalam tatanan pola fikir dan pranata sosial yang
dihadirkan dalam kehidupan orangorang NU dianggap terlalu kaku sehingga kurang responsive
terhadap tantangan dan tuntuan perkembangan zaman. Khususnya dalam hal-hal yang terkait
dengan persoalan hudud, hak asasi manusia, hukum public, jender dan pandangan dengan non-
muslim. Meski manhajmadhab telah dilakukan tetapi tetap saja rumusan Qonun Asasi khususnya
fiqih tidak berani mendekati kecuali ulama-ulama yang dianggap mumpuni. Tegasnya, manhaz
mazhab yang bertumpu pada keilmuan fikih yang berimplikasi pada cara pandang dan tatanan
paranata sosial dalam masyarakat NU belum berani dan selalu menahan diri untuk bersentuhan
dan berdialog langsung dengan ilmu-ilmu baru yang muncul pada abad ke-18 dan 19 di dataran
Eropa yang notabennya non-muslim, seperti antropologi, sosiologi, budaya, psikologi, filsafat
dan lain sebagainya. Bahkan dari yang sesama muslim yang dianggap tidak satu mazhab seperti,
mu’tazilahwahabi, syiah, khawarij, dll. maupun para pemikir Islam kiri seperti Hasan Hanafi,
Muhammad Abduh, Muhammad Arkun, Fazlurrahman, dll. masyarakat NUmasih sangat
eksklusif. Maka ketebukaan terhadap kemungkinan kontak dan pertemuan langsung antara
tradisi pemikiran keilmuan Manhajmadhab dengan keilmuan kontemporer yang telah
memanfaatkan kerangka teori dan pendekatan yang digunakan oleh ilmu-ilmu sosial dan
humanistik harus lakukan. Sehingga terciptanya tatanan masyarakat yang berdimensi
kemanusian yang tidak melulu berporos pada fiqih yang cendrungtransdentalansich. Ketika pola

Dzikir, Fikir dan Amal Sholeh


ijtihad tersebut bertemu dan berdialog maka teori, metode, dan pendekatan yang digunakan pun
perlu dirubah. Jadi dalam rumusan fiqih dan kaidah usul fiqh dilakukan infilterisasi yang ketat
sejauh mana ia sesuai dengan konteks zaman dan tidak bertentangan dengan paradigma gerakan
dan pembaharuan yang progresif.
2. Aswaja sebagai ManhajulFikr dan Manhajat-TaghayyuralIjtima’i
Dari sinilah maka kemudian PMII juga memaknai Aswaja sebagai
manhajtaghayyuralijtima’i yaitu pola perubahan yang berdimensi sosial-kemasyarakatan-
kemanusiaan yang sesuai dengan nafas perjuangan Rasulullah yang dilanjutkan para sahabat
penerusnya sampai pada era kontemporer. Yang mana metode ini tidak hanya tertumpu pada
aspek fiqih dan usul fiqih saja, namun memodifikasikannya dengan keilmuan yang lain baik itu
datangnya dari para pemikir muslim ataupun non-muslim dengan tetap mempertahankan dimensi
historisitas dari keilmuan fiqih dan juga barang tentu teologi dan tasawuf yang disusun beberapa
abad tahun yang lalu untuk diajarkan terus menerus pada era sekarang setelah permasalahan
zaman terus berevolusi.
Kemudian, rangkaian histories-empiris-fleksibilitas epistemologi dan metodologi yang
sesuai situasi politik dan sosial yang meliputi masyarakat muslim waktu itu., mulai dari
Rasulullah sampai manhajat-taghayyural-ijtima’i yang terbingkai dalam landasan (al-tawassuth)
netral/proporsional (al-Tawazun), keadilan (al-Ta’adul) dan toleran (al-Tasamuh). itulah yang
oleh PMII dimaknai Aswaja sebagai manhajulfikr yaitu metode berpikir yang digariskan oleh
para sahabat Nabi dan tabi’in yang sangat erat kaitannya dengan situasi politik dan sosial yang
meliputi masyarakat muslim waktu itu.
Dari manhajulfikr inilah lahir pemikiran-pemikiran keIslaman baik di bidang aqidah,
syari’ah, maupun akhlaq/tasawuf, dan barang tentu juga ilmu-ilmu sosial humaniora walaupun
beraneka ragam tetap berada dalam satu ruh. Inti yang menjadi ruh dari Aswaja baik sebagai
manhajulfikr maupun manhajtaghayyuralijtima’i adalah sebagaimana yang disabdakan oleh
Rasulullah : maana ‘alaihi waashabi (segala sesuatu yang datang dari rasul dan para sahabatnya.
Jadi, Benang merah yang bisa ditarik dari manhajal-fikr para Imam dan pemikir tersebut
adalah sebuah metode berfikir yang “eklektik” (mencoba mencari titik temu dari sekian
perbedaan dengan pembacaan jeli, sampai melahirkan tawaran alternatif). Dan posisi pemikiran
mereka dalam dialektika pemikiran dan kuasamaknanya baik kebebasan berpikir, berucap,
bertindak/bersikap, berhubungan, barmasyarakat, berberbangsa dan bernegara selalu terbingkai
dalam landasan; (al-Tawassuth) netral/proporsional (alTawazun), keadilan (al-Ta’adul)
amarma’ruf nahi munkar, istiqamah dan toleran (al-Tasamuh). Argumen ini kemudian menjadi
dasar pijak untuk tidak terlalu mempersoalkan apakah yang diadopsi itu barasal dari
epistemologi yang berlatang belakang sebagaimana Qonun Asasi atau dari luar Qanun Asai
tersebut, seperti mu’tazilah, khawarij, syiah dan lain-lainnya. Bahkan barang tentu metode
ilmuilmu sosial humanistic yang datang dari barat. Yang dalam hal ini focus utamanya adalah
sejauh mana metodologi-metodologi itu dapat diimplementasikan secara nyata dan memberi
manfaat kapada umat manusia secara universal.
4. Landasan (bingkai) dan prinsip dasar Aswaja Dalam Arus Sejarah
a) Tawassuth
Tawassuth bisa dimaknai sebagai berdiri di tengah, moderat, tidak ekstrim (baik ke kanan
maupun ke kiri), tetapi memiliki sikap dan pendirian. Khairul umur awsathuha (moderat adalah
sebaikbaik perbuatan). Tawassuth merupakan landasan dan bingkai yang mengatur bagaimana
seharusnya kita mengarahkan pemikiran kita agar tidak terjebak pada pemikiran agama yang
sempit. Dengan cara menggali dan mengelaborasi dari berbagai metodologi dari berbagai disiplin
ilmu baik dari Islam maupun barat. Serta mendialogkan agama, filsafat dan sains.
b) Tasamuh

Dzikir, Fikir dan Amal Sholeh


Tasamuh adalah toleran, tepa selira. Sebuah landasan dan bingkai yang menghargai
perbedaan, tidak memaksakan kehendak dan merasa benar sendiri. Nilai yang mengatur
bagaimana kita harus bersikap dalam hidup sehari-hari, khususnya dalam kehidupan beragama
dan bermasyarakat. Tujuan akhirnya adalah kesadaran akan pluralisme atau keragaman, yang
saling melengkapi bukan membawa kepada perpecahan. Dalam kehidupan beragama, tasamuh
direalisasikan dalam bentuk menghormati keyakinan dan kepercayaan umat beragama lain dan
tidak memaksa mereka untuk mengikuti keyakinan dan kepercayaan kita.
Dalam kehidupan bermasyarakat, tasamuh mewujud dalam perbuatan-perbuatan
demokratis yang tidak mengutamakan kepentingan pribadi di atas kepentingan bersama. Dan
setiap usaha bersama itu ditujukan untuk menciptakan stabilitas masyarakat yang dipenuhi oleh
kerukunan, sikap saling menghargai, dan hormatmenghormati. Di berbagai wilayah, tasamuh
juga hadir sebagai usaha menjadikan perbedaan agama, negara, ras, suku, adat istiadat, dan
bahasa sebagai jalan dinamis bagi perubahan masyarakat ke arah yang lebih baik. Perbedaan itu
berhasil direkatkan oleh sebuah citacita bersama untuk membentuk masyarakat yang
berkeadilan, keanekaragaman saling melengkapi. Unity in diversity.
c) Tawazun
Tawazun berarti keseimbangan dalam bergaul dan berhubungan, baik yang bersifat antar
individu, antar struktur sosial, antara Negara dan rakyatnya, maupun antara manusia dan alam.
Keseimbangan di sini adalah bentuk hubungan yang tidak berat sebelah (menguntungkan pihak
tertentu dan merugikan pihak yang lain). Tetapi, masing-masing pihak mampu menempatkan
dirinya sesuai dengan fungsinya tanpa mengganggu fungsi dari pihak yang lain. Hasil yang
diharapkan adalah terciptanya kedinamisan hidup.
d) Ta’adul
Yang dimaksud dengan ta’adul adalah keadilan, yang merupakan ajaran universal
Aswaja. Setiap pemikiran, sikap dan relasi, harus selalu diselaraskan dengan landasan ini.
Pemaknaan keadilan yang dimaksud di sini adalah keadilan sosial. Yaitu landasan kebenaran
yang mengatur totalitas kehidupan politik, ekonomi, budaya, pendidikan, dan sebagainya.
Sejarah membuktikan bagaimana Nabi Muhammad mampu mewujudkannya dalam masyarakat
Madinah. Bagitu juga Umar bin Khattab yang telah meletakkan fundamen bagi peradaban Islam
yang agung. Keempat landasan tersebut dalam prosesnya harus berjalan bersamaan dan tidak
boleh ada dari satupun bingkai ini tertinggal. Karena jika yang satu tidak ada maka Aswaja
sebagai Manhajulfikr akan pincang.
5. Implementasi Landasan Aswaja dalam konteks Gerakan
Aswaja sebagai manhajfikr dan manhajtaghayyural-ijtima’i bias kita tarik dari nilai-nilai
perubahan yang diusung oleh Nabi Muhammad dan para sahabat ketika merevolusi masyarakat
Arab jahiliyah menjadi masyarakat yang tercerahkan oleh nilai-nilai keadilan dan kemanusiaan
universal. Ada dua hal pokok yang menjadi landasan perubahan itu: yang pertama adalah basis
epistemologi, yaitu cara berfikir yang sesuai dengan kebenaran qur’ani dan sunnah nabi yang
diimplementasikan secara konsekwen dan penuh komitmen oleh para pemikir dalam historisitas
asawaja yang terbingkai dalam enam poin tersebut. Yang kedua adalah basis realitas, yaitu
dialektika antara konsep dan realita yang selalu terbuka untuk dikontekstualkan sesuai dinamika
perubahan dan lokalitas serta keberpihakan kepada kaum tertindas dan masyarakat lapisan
bawah.
Dua basis ini terus menjadi nafas perubahan yang diusung oleh umat Islam yang
konsisten dengan aswaja, termasuk di dalamnya PMII. Konsistensi di sini hadir dalam bentuk
élan dinamis gerakan yang selalu terbuka untuk dikritik dan dikonstruk ulang, sesuai dengan
dinamika zaman dan lokalitas. Dia hadir tidak dengan klaim kebenaran tunggal, tetapi selalu
berdialektika dengan realitas, jauh dari sikap eksklusif dan fanatik. Maka empat landasan yang
dikandung oleh aswaja, untuk konteks sekarang harus kita tafsirkan ulang sesuai dengan
perkembangan teori-teori sosial dan ideologiideologi dunia. Tawassuth harus kita maknai
sebagai tidakmengikuti nalar kapitalisme-liberal di satu sisi dan nalar sosialisme di sisi lain. Kita
Dzikir, Fikir dan Amal Sholeh
harus memiliki cara pandang yang otentik tentang realitas yang selalu berinteraksi dalam tradisi.
Pemaknaannya ada dalam paradigma yang dipakai oleh PMII yaitu paradigma kritis
transformatif.
Walaupun dalam kerangka konseptual Aswaja menekan pandangan yang sangat moderat,
itu tidak bisa diartikan secara serampangan sebagai sikap sok bijak dan mencari selamat serta
cenderung oportunis. Tetap ada prinsip-prinsip dasar yang harus dipegang dalam Aswaja. Jadi
misalnya, dalam Aswaja tidak ditekankan bentuk negara macam apa yang dibentuk: republik,
Federal, Islam atau apa pun. Akan tetapi bagi Aswaja apa pun bentuk negaranya yang terpenting
prinsip-prinsip di atas teraplikasikan oleh pemerintah dan segenap jajarannya. Sekaligus, juga
Aswaja tidak melihat apakah pemimpin itu muslim atau bukan, asalkan bisa memenuhi prinsip di
atas.
Tasamuh harus kita maknai sebagai bersikap toleran dan terbuka terhadap semua
golongan selama mereka bisa menjadi saudara bagi sesama. Sudah bukan waktunya lagi untuk
terkotakkotak dalam kebekuan golongan, apalagi agama. Seluruh gerakan dalam satu nafas pro-
demokrasi harus bahu membahu membentuk aliansi bagi terbentuknya masyarakat yang lebih
baik, bebas dari segala bentuk penindasan dan penjajahan. PMII harus bersikap inklusif terhadap
sesama pencari kebenaran dan membuang semua bentuk primordialisme dan fanatisme
keagamaan.
Tawazun harus dimaknai sebagai usaha mewujudkan egalitarianisme dalam ranah sosial,
tidak ada lagi kesenjangan berlebihan antar sesama manusia, antara laki-laki dan perempuan,
antara kelas atas dan bawah. Di wilayah ekonomi PMII harus melahirkan model gerakan yang
mampu menyeimbangkan posisi negara, pasar dan masyarakat. Berbeda dengan kapitalisme yang
memusatkan orientasi ekonomi di tangan pasar sehingga fungsi negara hanya sebagai obligator
belaka dan masyarakat ibarat robot yang harus selalu menuruti kehendak pasar; atau sosialisme
yang menjadikan negara sebagai kekuatan tertinggi yang mengontrol semua kegiatan ekonomi,
sehingga tidak ada kebebasan bagi pasar dan masyarakat untuk mengembangkan potensi
ekonominya. Di wilayah politik, isu yang diusung adalah mengembalikan posisi seimbang antara
rakyat dan negara. PMII tidak menolak kehadiraan negara, karena negara melalui
pemerintahannya merupakan implementasi dari kehendak rakyat. Maka yang perlu dikembalikan
adalah fungsi negara sebagai pelayan dan pelaksana setiap kehendak dan kepentingan rakyat. Di
bidang ekologi, PMII harus menolak setiap bentuk eksploitasi alam hanya semata-mata demi
memenuhi kebutuhan manusia yang berlebihan. Maka, kita harus menolak nalar positivistik yang
diusung oleh neo-liberalisme yang menghalalkan eksploitasi berlebihan terhadap alam demi
memenuhi kebutuhan bahan mentah, juga setiap bentuk pencemaran lingkungan yang justru
dianggap sebagai indikasi kemajuan teknologi dan percepatan produksi.
Ta’adul sebagai keadilan sosial mengandaikan usaha PMII bersama seluruh komponen
masyarakat, baik nasional maupunglobal, untuk mencapai keadilan bagi seluruh umat manusia.
Keadilan dalam ranah ekonomi, politik, sosial, budaya, pendidikan, dan seluruh ranah
kehidupan. Dan perjuangan menuju keadilan universal itu harus dilaksanakan melalui usaha
sungguh-sungguh, bukan sekadar menunggu anugerah dan pemberian turun dari langit.
Kemudian dari keempat landasan (bingkai) dan prinsip dalam hal perubahan inilah yang
menurunkan nilai-nilai pergerakan.

Dzikir, Fikir dan Amal Sholeh


MATERI 3

SEJARAH NEGARA INDONESIA

A. Akulturasi nilai (budaya dan agama) diberbagai wilayah di Indonesia

Menurut Koentjaraningrat, akulturasi adalah proses sosial yang terjadi bila kelompok
sosial dengan kebudayaan tertentu dihadapkan pada kebudayaan asing yang berbeda. Syarat
terjadinya proses akuturasi adalah adanya persenyawaan yaitu penerimaan kebudayaan tanpa
rasa terkejut, kemudian adanya keseragaman seperti nilai baru yang tercerna akibat
keserupaan tingkat dan corak budaya.

Dalam perkembangannya, ada tiga periode akulturasi yang terjadi di Indonesia ini.

1. Periode awal (abad 5-11 masehi)


Pada Periode ini, unsur hindu-budha sangat kuat dan lebih menonjol sedangkan
unsur atau ciri-ciri kebudayaan Indonesia sendiri menjadi terdesak. Terbukti dengan
banyak ditemukannya berbagai macam patung dewa, seperti patung dewa Wisnu,
Brahma, Siwa, dan budha yang tersebar di kerajaan-kerajaan Tarumanegara, Kutai,
dan Mataram kuno.
2. Periode pertengahan (abad 11-16 masehi)
Pada periode ini unsur hindu-budha dan Indonesia sudah mulai berimbang. Hal
tersebut disebabkan karena unsurehidhubudha mulai melemah sedangkan unsur
kebudayaan Indonesia kembali menonojol, sehingga kemudian menyebabkan
munculnya sebuah sinkretisme (perpaduan antara dua atau lebih aliran budaya). Hal
ini bisa kita lihat pada peninggalan zaman kerajaan Kediri, Singosari dan Majapahit.
3. Periode akhir (abad 16-sekarang)
Pada periode ini, unsur budaya Indonesia menjadi lebih kuat dibandingkan
dengan periode sebelumnya, sedangkan unsur budaya hindhu-budha menjadi
semakin surut karena perkembangan politik dan ekonomi di india yang tidak stabil.
Untuk lebih memahami wujud budaya yang sudah mengalami proses akulturasi
(islam, hindu-budha di Indonesia) dapat kita lihat seperti :
a. Seni Bangunan Wujud akulturasi dalam seni bangunan dapat terlihat pada
bangunan masjid, makam dan istana.
b. Seni Rupa Tradisi islam tidak menggambarkan bentuk manusia atau hewan.
Seni ukir relief yang menghias masjid, makam islam berupa suluran tumbuh-
tumbuhan.
c. Aksara dan seni sastra Tersebarnya agama islam di Indonesia maka
berpengaruh terhadap bidang aksara atau tulisan, yaitu masyarakat sudah mulai
mengenal bahasa arab.
d. Bentuk seni sastra
1. Hikayat yaitu cerita atau dongeng yang berpangkal dari per
istiwa atau tokoh sejarah.
2. Babad adalah kisah rekaan pujangga keratin dan sering dianggap
sebagai peristiwa sejarah.
3. Suluk adalah kitab yang membentangkan soal-soal tasawwuf. 4.
Primbon adalah hasil sastra yang sangat dekat dengan suluk karena
berbentukkitab yang ber
isi ramalan-ramalan.
e. Sistem kalender Sebelum budaya islam masuk ke Indonesia, masyarakat sudah
mengenal kalender, yaitu kalender saka (kalender hindu) yang dimulai tahun 78 M.

Dzikir, Fikir dan Amal Sholeh


Setelah berkembangnya islam di Indonesia, Sultan Agung dari Mataram membuat
kalender Jawa, menggunakan perhitungan peredaran bulan, bulan muharam diganti
dengan syuro, ramadhan diganti dengan poso. Dan menggunakan kalender tahun
Hijriah (islam). Kalender Sultan Agung ini dimulai pada tanggal 1 syuro 1555 jawa,
atau tepatnya 1 muharram 1053 H yang bertepatan tanggal 8 agustus 1633 M

B. Posisi Indonesia pada masa kolonialisme

Sebelum dijajah bangsa asing, Indonesia terdiri atas beberapa kerajaan yang merdeka.
Diantara kerajaan-kerajaan itu ada yang kekuasaanya meliputi seluruh nusantara, seperti
sriwijaya dan majapahit.

Kekayaan hasil alam Indonesia berupa rempah-rempah menarik bangsa asing untuk
datang ke Indonesia. Mereka membeli rempah rempah di Indonesia, kemudian menjualnya
kembali ke Eropa dengan harga yang lebih tinggi. Bangsa asing yang datang ke Indonesia
tersebut adalah Portugis, Spanyol, Inggris, Belanda, dan Jepang.

Portugis adalah bangsa asing yang pertama datang ke Indonesia. Mereka mendarat di
kepulauan Maluku yang kaya akan rempah-rempah pada tahun 1511 dan akhirnya menguasai
perdagangan di kepulauan tersebut. Tidak lama kemudian bangsa spanyol juga datang ke Maluku
pada tahun 1521.

Tahun 1596, Belanda datang ke Indonesia, dipimpin oleh Cornelis deHoutman. Belanda
mendarat di pelabuhan Banten, Jawa Barat. Belanda ingin menguasai perdagangan, lalu belanda
mendirikan perkumpulan dagang yang disebut VOC (VereenigdeOostIndischeCompagnie) atau
Perserikatan Dagang Hindia Timur. Dalam hitungan tahun belanda sudah meluaskan
kekuasaanya sehingga berhasil menguasai wilayah Nusantara. Belanda menggunakan cara
menghasut dan memfitnah atau politik adu domba dengan memanfaatkan para raja dan pembantu
dekat raja, sehingga terjadi konflik diantara mereka. Para raja dan pembantu dekat raja terlena
dengan hadiah dan iming-iming dari kaum penjajah.

Selain menggunakan politik adu domba, belanda juga melakukan sistem kerja paksa atau
kerja Rodi. Pada system kerja paksa ini rakyat Indonesia dipaksa bekerja membangun jalan raya
dari Anyer sampai Panarukan sepanjang 1000 km tanpa mendapatkan upah, yang dipimpin oleh
Jenderal Daendels, banyak korban yang mati kelaparan, kehausan, dan dicambuk.

Disamping kewajiban kerja paksa, penjajah belanda juga menerapkan system tanam
paksa yang diciptakan oleh Van De Bosch. Dalam sistem ini, rakyat harus menyediakan
sebagaian tanahnya untuk ditanami tanaman-tanaman yang laku dijual di Eropa, seperti kopi,
tembakau, tebu dan lainnya. Keuntungan uang dari penjualan yang amat besar mengalir ke
negeri Belanda.

Melihat situasi dan semakin sewenang wenangnya Belanda menghisap rakyat Indonesia,
para tokoh tokoh di berbagai daerah di Indonesia tiadak tinggal diam dan melakukan perlawanan
dan bertekad mengusir penjajah, seperti :

a) Perjuangan Sultan Agung, Raja Mataram pada tahun 1629 dengan 20.000 prajurit.

b) Perjuangan Pattimura dari Maluku pada tahun 1817 dengan dibantu dengan pejuang
putri bernama Kristina Marta Tiahahu.

c) Perjuangan Untung Suropati terjadi di daerah Jawa Tengah sampai Jawa Timur pada
sekitar tahun 1686.

Dzikir, Fikir dan Amal Sholeh


d) Perjuangan Pangeran Diponegoro dimulai tahun 1825-1830. Pangeran Diponegoro
berperang menggunakan siasat perang Gerilya.

e) Perjuangan Tuanku Imam Bonjol terjadi di wilayah minangkabau, sumatera barat.


Perlawanan dimulai pada tahun 1821-1837 dengan sebutan perang Paderi.

f) Perjuangan Pangeran Antasari, beliau pahlawan dari Kalimantan yang melakukan


perlawanan terhadap Belanda dari tahun 1859-1863.

g) Perjuangan Rakyat Aceh, dimulai tahun 1873. Perlawanan ini dipelopori oleh Teuku
Umar, Cut Nya Dien, Teuku Cik Di Tiro, Panglima Polem dan Cut Mutia.

h) Perlawanan Sisingamangaraja XII dan rakyat Batak. Perang berlangsung antara 1883-
190.7

C. Pengaruh Eropa dan Arab terhadap gagasan bangsa Indonesia

1. Faktor atau Penyebab

a. Kenangan kejayaan pada masa lampau menggugah kebangkitan melawan penjajah.

b. Penderitaan dan kesengsaraan rakyat akibat penjajah, karena rakyat Indonesia merasa senasib
sepenanggungan karena di jajah dan bersama-sama menentang penjajah.

c. Lahirnya golongan terpelajar yang mempelopori gerakan anti penjajahan.

d. Pengaruh kemenangan jepang atas Rusia (1901-1905) yang memberi kepastian bahwa bangsa
asia mampu mengalahkan bangsa barat, hal ini mengangkat dan mengembalikan kepercayaan
bangsa Indonesia.

e. Berkembangnya gerakan nasional dan perjuangan kemerdekaan di negara lain dalam upaya
melawan kekuasaan asing, seperti :

f. Gerakan nasionali India yang dipelopori oleh Mahatma Gandhi.

g. Gerakan nasional Cina yang dipelopori oleh Sun Yat Sen h. Gerakan nasional Turki yang
dipelopori oleh Mustafa Kemal Pasha.

2. Pengaruh Paham Baru

a. Paham baru yang berkembang di Eropa, seperti nasionalisme, demokrasi dan liberalisasi
masuk ke negara Asia-Afrika. Pengaruh paham baru membuka pola pikir rakyat Indonesia untuk
menggunakan kemampuannya melawan ketidakadilan dan perampasan, sehingga ada
kebangkitan melawan penindasan penjajah untuk mewujudkan hidup yang merdeka.

b. Bentuk organisasi pergerakan nasional Indonesia yang muncul akibat pengaruh paham baru
antara lain:  Budi Utomo (20 mei 1908), didirikan oleh Dr.SoetomoSuradji, Gunawan
Mangunkusomo, yang waktu itu sebagai mahasiswa Stovia. Budi Utomo bergerak di bidang
sosial, ekonomi, dan kebudayaan. Dan tujuan dari Budi Utomo adalah kemajuan bagi Indonesia
yang harmonis bagi nusa dan bangsa. Sarekat Islam (1912) Faktor didirikannya Sarekat Islam :

a) Faktor ekonomi, yaitu memperkuat diri menhadapi pedagang Cina yang melakukan
monopoli, dan merugikan pedagang pribumi. Faktor agama, yaitu memajukan agama
islamkerana para penjajah semakin meningkatkan gerakan penyebaran agama kristen untuk
mempengaruhi pedagang pribumi.

Dzikir, Fikir dan Amal Sholeh


Sarekat Islam dipimpin oleh H.O.S Cokroaminoto, SI merupakan organisasi yang bersifat
ekonomis, dengan mendasarkan pada aspek religiousislam. Pada tahun 1921 SI mengadakan
kongres IV di Surabaya, karena kemasukan aliran sosialis semaun dan darsono, akibatnya SI
pecah menjadi 2 yaitu:

 SI Putih yaitu SI yang tetap berlandaskan pada asas perjaunganislam dipimpin oleh
HOS Cokroaminoto.

 SI Merah yaitu, kelompok SI yang berhaluan marxisme dipimpin oleh Semaoen dan
Darsono, kelompok ini lebih bersifat radikal.

D. Partai Komunis Indonesia (1920)

Di Indonesia paham Marxisme-Sosialisme mulai dibawah oleh seorang pemimpin buruh


dari negeri Belanda yang bernama Sneevliet. Dia adalah anggota dari partai buruh sosial
demokrat. Maka dibentuklah ISDV (IndiseheSociaalDemocratischeVereeniging). Tokoh
Indonesia yang ikut memimpin ISDV adalah Semaoen dan Darsono, yang tujuannya adalah
untuk menyebarkan paham social demokratis dengan membangun perasaan revolusioner bagi
bangsa Indonesia.

Pada bulan desember 1920, ISDV berganti nama menjadi Partai Komunis Indonesia.
Tahun 1926 PKI melancarkan pemberontakan terhadap pemerintahan kolonial Belanda. Pada
tanggal 13 november 1926 meletus pemberontakan PKI di Jakarta. Tindakan kekerasan terjadi di
Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur. Akibat pemberontak yang dilakukan oleh PKI
diberbagai daerah, akhirnya PKI dinyatakan sebagai organisasi terlarang.

E. Pancasila dan posisi Indonesia di era perang dunia II (1939- 1945), diawal-awal
proklamasi kemerdekaan, ancaman agresi militer Belanda dan dinamika negara baru
(1945-1959), dan perang dingin (1946-1991)

Pada masa-masa akhir perang dunia II, kekalahan Jepang pada sekutu dalam perang
pasifik tak lagi bisa disembunyikan. Pada 6 Agustus 1945, 2 bom atom dijatuhkan ke dua kota di
Jepang, Hiroshima dan Nagasaki oleh Amerika Serikat. Ini menyebabkan Jepang menyerah
kepada Amerika Serikat dan sekutunya. Momen ini pun dimanfaatkan oleh Indonesia untuk
memproklamasikan kemerdekaannya. 7 Agustus - BPUPKI berganti nama menjadi PPKI
(Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia). Pada 9 Agustus 1945 Soekarno, Hatta dan
RadjimanWedyodiningrat diterbangkan ke Vietnam untuk bertemu Marsekal Terauchi. Mereka
dikabarkan bahwa pasukan Jepang sedang menuju kehancuran tetapi Jepang menginginkan
kemerdekaan Indonesia pada 24 Agustus. Sementara itu, di Indonesia, Sutan Syahrir telah
mendengar berita lewat radio pada tanggal 10 Agustus 1945, bahwa Jepang telah menyerah
kepada Sekutu. Para pejuang bawah tanah bersiap-siap memproklamasikan kemerdekaan RI, dan
menolak bentuk kemerdekaan yang diberikan sebagai hadiah Jepang. Saat Soekarno, Hatta dan
Radjiman kembali ke tanah air pada tanggal 14 Agustus 1945, Syahrir mendesak agar Soekarno
segera memproklamasikan kemerdekaan. Namun Soekarno belum yakin bahwa Jepang memang
telah menyerah, dan proklamasi kemerdekaan RI saat itu dapat menimbulkan pertumpahan darah
yang besar, dan dapat berakibat sangat fatal jika para pejuang Indonesia belum siap.

15 Agustus 1945, Jepang menyerah kepada Sekutu. Tentara dan Angkatan Laut Jepang
masih berkuasa di Indonesia karena Jepang telah berjanji akan mengembalikan kekuasaan di
Indonesia ke tangan Belanda. Para pemuda pejuang, termasuk Chaerul Saleh, yang tergabung
dalam gerakan bawah tanah kehilangan kesabaran, dan pada dini hari tanggal 16 Agustus 1945
mereka menculik Soekarno dan Hatta, dan membawanya ke Rengasdengklok, yang kemudian

Dzikir, Fikir dan Amal Sholeh


terkenal sebagai peristiwa Rengasdengklok. Di sini, mereka kembali meyakinkan Soekarno
bahwa Jepang telah menyerah dan para pejuang telah siap untuk melawan Jepang, apa pun
risikonya. Malam harinya, Soekarno dan Hatta kembali ke Jakarta, bertemu dengan Jenderal
MoichiroYamamoto dan bermalam di kediaman Laksamana Muda MaedaTadashi. Dari
komunikasi antara Hatta dan tangan kanan komandan Jepang di Jawa ini, Soekarno dan Hatta
menjadi yakin bahwa Jepang telah menyerah kepada Sekutu, dan tidak memiliki wewenang lagi
untuk memberikan kemerdekaan. Mengetahui bahwa proklamasi tanpa pertumbahan darah telah
tidak mungkin lagi, Soekarno, Hatta dan anggota PPKI lainnya malam itu juga rapat dan
menyiapkan teks Proklamasi yang kemudian dibacakan pada pagi hari tanggal 17 Agustus 1945.
Tentara Pembela Tanah Air (PETA), kelompok muda radikal, dan rakyat Jakarta mengorganisasi
pertahanan di kediaman Soekarno. Selebaran kemudian dibagi-bagikan berisi tentang
pengumuman proklamasi kemerdekaan. Adam Malik juga mengirim pesan singkat pengumuman
Proklamasi ke luar negeri.

F. Era Kemerdekaan

Berita proklamasi tersebar melalui radio, pamphlet, dan selebaran. Syahrudin, seorang
wartawan kantor berita domei, sejak pagi telah memperoleh salinan naskah proklamasi dan
menyampaikan kepada bagian radio domei. sementara angkatan tentara Indonesia, Pasukan
Pembela Tanah Air (PETA), serta para pemuda dan lain-lainnya berangkat untuk
mempertahankan kediaman Sukarno.

1. Sidang PPKI pertama pada tanggal 18 agustus 1945, menghasilkan tiga keputusan
sebagai berikut : a. mengesahkan UUD 1945, b. Memilih dan menetapkan Ir.Soekarno sebagai
Presiden dan Drs. Moh Hatta sebagai wakil presiden, c. sebelum terbentuknya MPR, untuk
sementara pekerjaan presiden dibantu oleh KNIP.

2. Sidang PPKI kedua pada tanggal 19 agustus 1945, menghasilkan dua keputusan
sebagai berikut : a. menetapkan 12 kementrian, b. membagi daerah RI menjadi 8 provinsi, yaitu
Sumatera, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sunda kecil, Maluku, Sulawesi, dan
Kalimantan.

3. Sidang PPKI yang ketiga pada tanggal 22 agustus 1945, menghasilkan keputusan
sebagai berikut: a. membentuk KNIP, b. Membentuk Partai Nasional Indonesia, c. membentuk
Badan Keamanan Rakyat. Pada 29 Agustus 1945, kumpulan tersebut melantik Soekarno sebagai
Presiden Indonesia, dengan Mohammad Hatta sebagai wakilnya, melalui lembaga yang
dirancang beberapa hari sebelumnya.

Arti kemerdekaan dapat kita refleksikan dari para tokoh kemerdekaan Indonesia sebagai
berikut; Ki Hajar Dewantara menulis; “Dalam pendidikan harus senantiasa diingat bahwa
kemerdekaan bersifat tiga macam: berdiri sendiri (zelstandig), tidak tergantung pada orag lain
(onafhankelijk), dan dapat mengatur dirinya sendiri (vrijeid, zelfsbeschikking).” Kalau istilah
Belanda itu diterjemahkan kedalam jargon yang lebih dikenal sekarang, maka ketiga komponen
kemerdekaan itu ialah selfreliance, independence, dan self-determination. Sukarno lebih
menekankan independence, yaitu terlepasnya Indonesia dari penguasaan oleh suatu bangsa dan
penguasaan asing. Hatta dan Syahrir lebih menekankan self-reliance yaitu otonomi setiap
individu dalam memutuskan apa yang harus dikerjakan. Tan Malaka selepas sekolah guru di
Harlem, Belanda, memilih menjadi guru untuk anak-anak para kuli kontrak di perkebunan Deli,
melihat kemerdekaan sebagai self-determination, yaitu kesanggupan setiap kelompok sosial
menentukan nasibnya sendiri dan tidak menggantungkan peruntungannya pada kelompok sosial
lainnya. Perbedaan tekanan itu menjadi lebih jelas kalau dilihat dari hubungan dengan apa yang

Dzikir, Fikir dan Amal Sholeh


hendak ditentang. Kemerdekaan sebagai independence secara telak menolak penjajahan.
Kemerdekaan sebagai self-reliance membatalkan ketergantugan. Sedangkan kemerdekaan
sebagai self-determination menampik segala jenis penindasan dan pembodohan Indonesia.

G. Kemerdekaan Indonesia Di Tengah Situasi Pasca Perang Dunia II

Pada tanggal 17 Agustus 1945, Ir. Soekarno dan Moh. Hatta memproklamasikan
kemerdekaan Indonesia ditengah keadaan politik dunia yang tidak stabil pasca perang dunia II.
Keadaan politik yang tidak stabil pasca perang mempengaruhi keadaan politik dan keamanan
bangsa Indonesia yang baru saja merdeka. Hal ini membuat kemerdekaan Indonesia seakan tidak
berjalan mulus. Sesaat setelah Indonesia merdeka timbul berbagai ancaman baik dari dalam
negeri maupun dari dunia internasional yang melihat Indonesia sebagai bekas wilayah jajahan
Jepang yang harus dikembalikan kepada sekutu.

Setelah Jepang menyerah tanpa syarat, tentara Inggris dan Belanda datang ke Jakarta
dengan pengawalan Netherlands-IndiesCivilAdministration atau yang disingkat NICA. Selain
itu, AlliedForcesNetherlandsEastIndies atau AFNEI yang awalnya bertugas hanya untuk
membebaskan warga negara sekutu yang ditawan Jepang dan menghukum penjahat-penjahat
perang Jepang, justru seakan bekerja sama dengan NICA untuk membangun Indonesia sebagai
negara persemakmuran Belanda yang berbentuk federasi. Hal ini memicu kecurigaan rakyat
Indonesia yang memicu pertempuran-pertempuran yang terjadi di dalam negeri.

H. Pertempuran melawan Sekutu dan NICA

Dalam menghadapi kedatangan NICA, para kyai juga membutuhkan forum musyawarah
untuk menentukan sikap. Pada saat itu, rapat baru bias dimulai pada 21 oktober, setelah para
Kyai dari Jawa-Madura berkumpul semua. Sebelumnya, Hadhratus Sya
ikhKH.HasyimAsy‟ari meminta para Kyai lainnya untuk menunggu beberapa Kyai
terkemuka yang datang dari Jawa Barat, seperti Kyai Abbas Buntet, Kyai Satori Arjawinangun,
Kyai Amin BabaganCiwaringin, dan Kyai Suja‟I Indramayu. Waktu itu, perjalanan ke Surabaya
hanya mengandalkan jasa kereta api yang masih sangat sederhana.

Setelah rapat darurat yang dipimpin oleh Kyai Wahab Hasbulloh menemukan titik temu,
pada tanggal 23 oktober, HadhratusSyaikhKH.HasyimAsy‟ari atas nama PB (pengurus besar)
organisasi NU mendeklarisakan sebuah seruan jihad fi sabilillah yang belakangan terkenal
dengan istilah Resolusi Jihad.

Isi Resolusi Jihad

1) Kemerdekaan Indonesia yang telah diproklamasikan pada tanggal 17 agustus 1945


wajib dipertahankan.

2) Republik Indonesia sebagai satu-satunya pemerintahan yang sah, wajib dibela dan
diselamatkan, meskipun meminta pengorbanan harta dan jiwa.

3) Musuh musuh republik Indonesia, terutama belanda yang dating dengan membonceng
tugas tugas tentara sekutu (Amerika-Inggris) dalam hak tawanan perang bangsa Jepang, tentulah
akan menggunakan kesempatan politik dan militer untuk kembali menjajah Indonesia.

4) Umat islam, terutama warga NU, wajib mengangkat senjata melawan Belanda dan
kawan-kawannya yang hendak kembali menjajah Indonesia.

5) Kewajiban tersebut adalah jihad yang menjadi kewajiban bagi tiap-tiap orang islam
(fardlu „ain) yang berada dalam jarak radius 94 km (yakni jarak dimana umat islam boleh
Dzikir, Fikir dan Amal Sholeh
melakukan sholatjama‟ dan qasar). Adapun bagi mereka yang berada diluar jarak tersebut,
berkewajiban membantu saudara saudaranya yang berada dalam jarak 94 km tersebut.

Terdapat berbagai pertempuran yang terjadi pada saat masuknya Sekutu dan NICA ke
Indonesia, yang saat itu baru menyatakan kemerdekaannya. Pertempuran yang terjadi di
antaranya adalah:

a. Peristiwa 10 November, di daerah Surabaya dan sekitarnya.

b. Palagan Ambarawa, di daerah Ambarawa, Semarang dan sekitarnya.

c. Perjuangan Gerilya Jenderal Soedirman, meliputi Jawa Tengah dan Jawa Timur

d. Bandung Lautan Api, di daerah Bandung dan sekitarnya.

Sehingga negara yang baru saja merdeka ini tidak hanya dihadapkan dengan politik dunia
yang tidak stabil pasca perang, tapi juga rakyat yang masih bergejolak dan sistem pemerintahan
dalam negeri yang harus segera dibentuk sebagai negara yang berdaulat.

Agresi Militer I Pada tanggal 27 Mei 1947, Belanda mengirimkan Nota Ultimatum, yang
harus dijawab dalam 14 hari, yang berisi:

 Membentuk pemerintahan ad interim bersama;

 Mengeluarkan uang bersama dan mendirikan lembaga devisa bersama;

 Republik Indonesia harus mengirimkan beras untuk rakyat di daerah daerah yang
diduduki Belanda;

 Menyelenggarakan keamanan dan ketertiban bersama, termasuk daerah daerah


Republik yang memerlukan bantuan Belanda (gendarmerie bersama);

 Menyelenggarakan penilikan bersama atas impor dan ekspor.

Agresi Militer II 1948-1949

Agresi Militer II terjadi pada 19 Desember 1948 yang diawali dengan serangan terhadap
Yogyakarta, ibu kota Indonesia saat itu, serta penangkapan Soekarno, Moh Hatta, Sjahrir dan
beberapa tokoh lainnya. Jatuhnya ibu kota negara ini menyebabkan dibentuknya Pemerintah
Darurat Republik Indonesia di Sumatra yang dipimpin oleh Sjafruddin Prawiranegara.

Perjanjian Roem Royen

Akibat dari Agresi Militer tersebut, pihak internasional melakukan tekanan kepada Belanda,
terutama dari pihak Amerika Serikat yang mengancam akan menghentikan bantuannya kepada
Belanda, akhirnya dengan terpaksa Belanda bersedia untuk kembali berunding dengan RI. Pada
tanggal 7 Mei 1949, Republik Indonesia dan Belanda menyepakati Perjanjian Roem Royen.

Serangan Umum 1 Maret 1949 atas Yogyakarta

Serangan Umum 1 Maret 1949

Dzikir, Fikir dan Amal Sholeh


terhadap kota Yogyakarta dipimpin oleh Letnan Kolonel Soeharto dengan tujuan utama untuk
mematahkan moral pasukan Belanda serta membuktikan pada dunia internasional bahwa Tentara
Nasional Indonesia (TNI) masih mempunyai kekuatan untuk mengadakan perlawanan.

Konferensi Meja Bundar

Konferensi Meja Bundar adalah sebuah pertemuan antara pemerintah Republik Indonesia dan
Belanda yang dilaksanakan di Den Haag, Belanda dari 23 Agustus hingga 2 November 1949.
Yang menghasilkan kesepakatan:

I. Belanda mengakui kedaulatan Republik Indonesia Serikat.

Irian Barat akan diselesaikan setahun setelah pengakuan kedaulatan.

Penyerahan kedaulatan oleh Belanda , Bung Hatta di Amsterdam, Belanda


menandatangani perjanjian penyerahan kedaulatan. Belanda mengakui kemerdekaan Indonesia
pada 27 Desember 1949, selang empat tahun setelah proklamasi kemerdekaan RI pada 17
Agustus 1945. Pengakuan ini dilakukan ketika soevereiniteitsoverdracht (penyerahan
kedaulatan) ditandatangani di Istana Dam, Amsterdam. Di Belanda selama ini juga ada
kekhawatiran bahwa mengakui Indonesia merdeka pada tahun 1945 sama saja mengakui
tindakan politioneleacties (Aksi Polisionil) pada 1945-1949 adalah ilegal.

Dinamika Negara Baru (1945-1959) Pada masa 1945 – 1959 merupakan awal dari
berdirinya berbagai institusi perwakilan rakyat seperti Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) yang
merupakan representasi atau perwakilan dari rakyat. Sehingga DPR dipandang perlu untuk
menjadi fungsi legalitas terhadap kebijakan yang dibuat oleh pemerintah. Dalam demokrasi
liberal juga diharapkan menegakkan hak – hak individu, namun dalam implementasinya
kebijakan yang diwujudkan oleh pemerintah seringkali bersinggungan dengan hak individu
rakyat.

B. Pengertian Sistem Pemerintahan

Istilah sistem pemerintahan berasal dari gabungan dua kata sistem dan pemerintahan.
Kata sistem merupakan terjemahan dari kata system (bahasa Inggris) yang berarti susunan,
tatanan, jaringan, atau cara. Sedangkan Pemerintahan berasal dari kata pemerintah, dan yang
berasal dari kata perintah. Dan dalam Kamus Bahasa Indonesia, kata-kata itu berarti:

1) Perintah adalah perkataan yang bermakna menyuruh melakukan sesuatu

2) Pemerintah adalah kekuasaan yang memerintah suatu wilayah, daerah, atau, Negara.

3) Pemerintahan adalaha perbuatan, cara, hal, urusan dalam memerintah

Maka dalam arti yang luas, pemerintahan adalah perbuatan memerintah yang dilakukan
oleh badan-badan legislatif, eksekutif, dan yudikatif di suatu Negara dalam rangka mencapai
tujuan penyelenggaraan negara. Dalam arti yang sempit, pemerintahan adalah perbuatan
memerintah yang dilakukan oleh badan eksekutif beserta jajarannya dalam rangka mencapai
tujuan penyelenggaraan negara. Sistem pemerintaha diartikan sebagai suatu tatanan utuh
yang terdiri atas berbagai komponen pemerintahan yang bekerja saling bergantungan dan
memengaruhi dalam mencapaian tujuan dan fungsi pemerintahan.

Tujuan pemerintahan negara pada umumnya didasarkan pada cita-cita atau tujuan
negara. Misalnya, tujuan pemerintahan negara Indonesia adalah melindungi segenap bangsa
Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa,

Dzikir, Fikir dan Amal Sholeh


serta ikut melaksanakan ketertibandunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi
dan keadilan sosial.

J. Sistem Pemerintahan 1945 – 1959

Selanjutnya pembahasan mengenai sistem pemerintahan 1945 – 1959 akan dibagi


kedalam tiga periode yakni: 1945 – 1949 , 1949 – 1950 , dan 1950 – 1959. Pembagian ini
dimaksudkan untuk memperjelas perubahan yang terjadi pada tiap periode .

1. Periode 1945-1949
Pada awal deklarasi kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945 ,
Indonesia menjalankan sistem presidensial yang merujuk pada UUD 1945 yang
menyatakan bahwa Presiden memiliki kekuasaan tertinggi dalam pemerintahan.
Namun pada tanggal 23 Agustus 1945 , Belanda dan negara sekutu mendarat di
Indonesia. Adapun negara selain Belanda bermaksud untuk mengamankan Indonesia
pasca penetapan kemerdekaannya . Namun lain halnya dengan Belanda, ia kembali ke
Indonesia dengan maksud untuk kembali menguasai Indonesia. Tentunya hal ini
merupakan tantangan bagi deklarator kita Soekarno untuk mempertahankan Indonesia
dan wilayah – wilayah yang telah disepakati sebagai bagian dari Indonesia.
Pada masa kabinet parlementer ini Sutan Sjahrir mengambil banyak peran
terutama melakukan diplomasi dengan pihak Belanda untuk mengakui Indonesia
sebagai negara merdeka. Adapun pada periode ini sistem pemerintahan dinilai tidak
stabil , karena terjadi penguasaan terhadap wewenang kepada Perdana Menteri.
Sehingga terjadi tiga kali pergantian perdana menteri, yakni : Sutan Sjahrir , Amir
Syarifuddin , dan Muhammad Hatta. Untuk periode ini , Indonesia menjalankan
sistem pemerintahan semi-parlementer karena kondisi tersebut yang tidak
memungkinkan untuk menjalankan sepenuhnya , dan tentunya dipengaruhi faktor
politik yakni untuk membuka jalan diplomasi dengan pihak Belanda.
Selain itu pada periode ini dibentuk KNIP yang merupakan lembaga yang
menjadi cikal bakal DPR yang berfungsi sebagai badan legislatif . Hal ini sesuai
dengan Pasal 4 Aturan Peralihan dalam UUD 1945 dan maklumat Wakil Presiden
Nomor X pada tanggal 16 oktober 1945, yang memutuskan bahwa KNIP diserahi
kekuasaan legislatif, karena MPR dan DPR belum terbentuk.
2. Periode 1949 – 1950
Pada periode ini sistem pemerintahan Indonesia masih menggunakan sistem
pemerintahan parlementer yang merupakan lanjutan dari periode sebelumnya (1945-
1949). Sistem ini menganut sistem multi-partai. Hal ini didasarkan pada konstitusi
RIS yang menetapkan sistem parlementer kabinet semu (quasyparlementary) sebagai
sistem pemerintahan RIS. Perlu diketahui bahwa sistem pemerintahan yang dianut
pada masa konstitusi RIS bukanlah kabinet parlementer murni karena dalam sistem
parlementer murni, parlemen mempunyai kedudukan yang sangat menentukan
terhadap kekuasaan pemerintah.
Diadakannya perubahan Bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia menjadi
negara serikat ini adalah merupakan MODUL MAPABA “UMAR TAMIM”
UNIPDU JOMBANG- 60 konsekuensi sebagai diterimanya hasil Konferensi Meja
Bundar (KMB). Perubahan ini dituangkan dalam Konstitusi Republik Indonesia
Serikat (RIS). Hal ini karena adanya campur tangan dari PBB yang memfasilitasinya.
Wujud dari campur tangan PBB tersebut adanya konfrensi KMB yaitu :
1) Indonesia merupakan Negara bagian RIS
2) Indonesia RIS yang di maksud Sumatera dan Jawa

Dzikir, Fikir dan Amal Sholeh


3) Wilayah diperkecil dan Indonesia di dalamnya
4) RIS mempunyai kedudukan yang sama dengan Belanda
5) Indonesia adalah bagian dari RIS yang meliputi Jawa, Sumatera dan Indonesia
Timur. Dalam RIS ada point-point sebagai berikut :
1) Pemerintah berhak atas kekuasaan UU Darurat
2) UU Darurat mempunyai kekuatan atas UU Federasi
Berdasarkan Konstitusi RIS yang menganut sistem pemerintahan parlementer ini,
badan legislatif RIS dibagi menjadi dua bagian yakni: Senat dan Dewan Perwakilan
Rakyat. Oleh karena itu pada periode ini Indonesia tetap menganut sistem
parlementer namun bentuk pemerintahan dan bentuk negaranya merupakan federasi
yaitu negara yang didalamnya terdiri dari negara-negara bagian yang masingmasing
negara bagian memiliki kedaulatan sendiri untuk mengurus urusan dalam negerinya.
3. Periode 1950 – 1959
Periode ini (1950-1959) merupakan periode dimana presiden Soekarno memerintah
menggunakan konstitusi Undang-Undang Dasar Sementara Republik Indonesia 1950,
pemberlakukan peraturan pada periode ini berlangsung dari 17 Agustus 1950 sampai
5 Juli 1959. Masa ini merupakan masa berakhirnya negara Indonesia yang federalis.
Landasannya adalah UUD 1950 pengganti konstitusi RIS 1949. Sistem pemerintahan
yang dianut adalah parlementer kabinet dengan demokrasi liberal yang masih bersifat
semu.
Adapun ciri-cirinya antara lain:
a. Presiden dan wakil presiden tidak dapat diganggu gugat.
b. Menteri bertanggung jawab atas kebijakan pemerintahan.
c. Presiden berhak membubarkan DPR.
d. Perdana menteri diangkat oleh Presiden.
Diawali dari tanggal 15 Agustus 1950, Undang-Undang Dasar Sementara Negara
Kesatuan Republik Indonesia (UUDS NKRI, UU No. 7/1850, LN No. 56/1950)
disetujui oleh DPR dan Senat RIS. Pada tanggal yang sama pula, DPR dan Senat RIS
mengadakan rapat di mana dibacakan piagam pernyataan terbentuknya NKRI yang
bertujuan:
1) Pembubaran secara resmi negara RIS yang berbentuk federasi;
2) Pembentukan NKRI yang meliputi seluruh daerah Indonesia dengan UUDS
yang mulai berlaku pada tanggal 17 Agustus 1950.

UUDS ini merupakan adopsi dariUUD RIS yang mengalami sedikit perubahan,
terutama yang berkaitan dengan perubahan bentuk negara dari negara serikat ke
negara kesatuan. Setelah peralihan dari Republik Indonesia Serikat (RIS) menjadi
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), Indonesia mulai menganut sistem
demokrasi liberal dimana dalam sistem ini pemerintahan berbentuk parlementer
sehingga perdana menteri langsung bertanggung jawab kepada parlemen (DPR) yang
terdiri dari kekuatan-kekuatan partai. Anggota DPR berjumlah 232 orang yang terdiri
dari: Masyumi (49 kursi), PNI (36 kursi), PSI (17 kursi), PKI (13 kursi), Partai
Katholik (9 kursi), Partai Kristen (5 kursi), dan Murba (4 kursi), sedangkan sisa kursi
dibagikan kepada partai-partai atau perorangan, yang tak satupun dari mereka
mendapat lebih dari 17 kursi. Adapun kabinet yang telah dibentuk pada periode ini
(1950 – 1959) antara lain:
1) 1950-1951 - Kabinet Natsir
2) 1951-1952 - Kabinet Sukiman-Suwirjo
3) 1952-1953 - Kabinet Wilopo

Dzikir, Fikir dan Amal Sholeh


4) 1953-1955 - Kabinet Ali Sastroamidjojo I
5) 1955-1956 - Kabinet Burhanuddin Harahap
6) 1956-1957 - Kabinet Ali Sastroamidjojo II
7) 1957-1959 - Kabinet Djuanda
Dari segi sudut pandang analis pemerintahan sistem ini tentunya tidak dapat
menopang untuk pemerintahan yang kuat, tetapi umumnya diyakini bahwa struktur
kepartaian tersebut akan disederhanakan apabila pemilihan umum dilaksanakan.
Setelah pembentukan NKRI diadakanlah berbagai usaha untuk menyusun Undang-
Undang Dasar baru dengan membentuk Lembaga Konstituante. Lembaga
Konstituante adalah lembaga yang diserahi tugas untuk membentuk UUD baru sesuai
amanat UUDS 1950. Namun sampai tahun 1959 badan ini belum juga bisa membuat
konstitusi baru. Maka Presiden Soekarno menyampaikan konsepsi tentang Demokrasi
Terpimpin pada DPR hasil pemilu yang berisi ide untuk kembali pada UUD 1945.
Akhirnya setelah negara RI dengan UUDS 1950 dan sistem Demokrasi Liberal
yang berlangsung selama 9 tahun, rakyat Indonesia merasa bahwa UUDS 1950
dengan sistem Demokrasi Liberal tidak cocok, karena tidak sesuai dengan jiwa
Pancasila dan UUD 1945. Disamping itu, Presiden menganggap bahwa keadaan
ketatanegaraan Indonesia membahayakan persatuan dan kesatuan bangsa dan negara
serta merintangi pembangunan semesta berencana untuk mencapai masyarakat adil
dan makmur; sehingga pada tanggal 5 Juli 1959 mengumumkan dekrit mengenai
pembubaran Konstituante dan berlakunya kembali UUD 1945 serta tidak berlakunya
UUDS 1950.
Dekrit Presiden 5 Juli 1959 merupakan dekrit yang mengakhiri masa parlementer
dan digunakan kembalinya UUD 1945. Masa sesudah ini lazim disebut masa
Demokrasi Terpimpin. Dekrit presiden 5 Juli menyatakan bahwa:
1) Kembali berlakunya UUD 1945 dan tidak berlakunya lagi UUDS 1950
2) Pembubaran Konstituante
3) Pembentukan MPRS dan DPAS

K. Posisi Indonesia dalam Perang Dingin (1946-1991)

Memasuki suasana perang dingin, ketika poros-poros ketegangan menghadirkan tekanan


hitam putih yang mengarah pada permusuhan dan peperangan antarbangsa, Indonesia berusaha
konsisten dengan prinsip kemanusiaan yang adil dan beradab dalam pergaulan bangsa-bangsa.
Prinsip yang menjunjung tinggi kemerdekaan sebagai hak setiap bangsa dan warganya, serta
prinsip yang menekankan koeksistensi damai yang secara arif ”ikut melaksanakan ketertiban
dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial”. Prisip ini sejalan
dengan visi dan tujuan dari piagam PBB sebagaimana yang telah disebutkan.

Dalam konteks ini, prinsip kemanusiaan menurut alam pemikiran Pancasila menjadi
sintesis antara pendukung ajaran declarationof American independence dan manifesto komunis.
Dalam pidato Soekarno di PBB, pada 30 September 1960,” To Buildthe World A new” yang
memperkenalkan Pancasila kepada dunia. Dari pengalaman kami sendiri dan dari sejarah bangsa
kami sendiri sesusatu tumbuh, yang lantas lebih cocok, yang kami namakan Pancasila, suatu
gagasan dan cita-cita itu, sudah terkandung dalam bangsa kami ribuan tahun yang lalu sebelum
imperialisme menenggelamkan kami pada saat kelemahan nasional. (Soekarno). Sementara itu
Hatta dalam pidatonya, Mendayung diantara Dua Karang. Dia menyimpulkan bahwa pro kontra
terhadap kedua persetujuan antara pemerintahan Indonesia yang baru merdeka dan pemerintah
belanda itu, menggambarkan begitu konkritdinamikapolitik internasionalyang di warnai
pertentangan politik antara dua adikuasa, AS da Uni Soviet.

Dzikir, Fikir dan Amal Sholeh


Pilihan untuk mendayung di antara dua karang ini mendorong Indonesia untuk berperan
aktif dalam mempromosikan gerakan “non blok” di perkenalkan oleh Perdana Mentri India
Nehru dalam pidatonya tahun 1954 di Colombo, Sri Lanka, namun gerekan non blok sendiri
bermula Konferensi Tingkat Tinggi Asia Afrika yang diadakan di bandung pada tahun
1955.dalam konfrensi ini diikuti 29 negara yang mewakili lebih dari setengah total penduduk
dunia saat itu, mendeklarasikan keinginan mereka untuk tidak terlibat dalam konfrontasi blok
barat atau timur. Pendiri dari gerakan ini dari lima pemimpin besar dunia : Soekarno, Josep Broz
Tito (Yugoslavia), G. Abd. Nasser (Mesir), JawaharlalNehru (India), dan KwameNkrumah
(Ghana).

Gerakan non blok ini didirikan berdasarkan sepuluh prinsip dasar yang di sepakati dalam
KTT Asia-Afrika yang di kenal dengan sebutan Dasasila Bandung. Kesepuluh prinsip itu adalah:

1. Menghormati hak-hak dasar manusiadan tujuan-tujuan serta asas-asas yang termuat di


dalam piagam PBB.

2. Menghormati kedaulatan dan integritas territorial semua bangsa.

3. Mengakui persamaan semua suku bangsa dan persamaan semua bangsa, besar atau
kecil.

4. Tidak melakukan campur tangan atau intervensi dalam persoalan-persoalan dalam


negri negara lain.

5. Menghormati hak setiap bangsa untuk mempertahankan diri sendiri secara sendirian
maupun kolektif, yang sesuai dengan piagam PBB.

6. Tidak menggunakan peraturan-peraturan dan pertahanan kolektif untuk bertindak bagi


kepentingan khusus dari salah satu negara-negara besar, tidak melakukan campur tangan
terhadap negara lain.

7. Tidak melakukan tindakan ataupun ancaman agresi maupun penggunaan kekerasan


terhadap integritas territorial atau kemerdekaan politik suatu bangsa.

8. Menyelesiakan segala perselisihan internasional dengan cara damai, seperti


perundingan, persetujuan, arbitrasi, atau penyelesaian masalah hokum, ataupun lain-lain cara
damai, menurut pilihan pihak-pihakyang bersangkutan, yang sesuai dengan piagam PBB.

9. Memajukan kepentingan bersama dan kerjasama.

10. Menghormati hokum dan kewajiban-kewajiban internasional. Pilihan Indonesia atas


politik luar negri bebas aktif itu menempatkannya dalam perpaduan antara perspektif teori
“idealism politik” dan “realism politik” dalam hubungan internasional. Keyakinan Indonesia,
seperti tertuang dalam UUD 1945, bahwa kemerdekaan ialah hak segala bangsa serta
kemungkinan menjalin kerjasama internasional dalam mengupayakan kemerdekaan, kebaikan,
perdamaian, keadilan dan kesejahtraan bersama, membawa politik bebas aktif bertautan dengan
ideal-ideal para pendukung perspektif“idealism politik”.

Singkatnya ketegangan dalam kehidupan nasional yang bertautan dengan ketegangan


internasional lantas di proyeksikan kedalam sikap internasionalisme Indonesia. Memandang
kemerdekaan Malaysia sebagai antek neo-kolonialisme, Presiden Soekarno lantas melancarkan
konfrontasi Indonesia-malaisya, sebuah perang mengenai masa depan pulau Kalimantan, antara
tahun 1962-1966. Ketika PBB menerima malaysia sebagai anggota tidak tetap Dewan Keamanan
PBB, Presiden Soekarno menarik Indonesia dari keanggotaan PBB pada 20 Januari 1965, dan
Dzikir, Fikir dan Amal Sholeh
sebagai alternatifnya membentuk poros kekuatan baru dalam rangka Conferenceof New
EmergingForces (CONEFO). Sebagai tandingan olimpiade, Soekarno bahkan menyelenggarakan
GANEFO (Games ofthenewemergeringforces) yang di selenggarakan di Jakarta pada 10-22
November 1963. Kembalinya Indonesia ke PBB baru setelah Presiden Soeharto mengambil alih
tongkat kepemimpinan nasional. Pada 19 September 1966, Indonesia mengajukan permohonan
kembali sebagai anggota yang di terima oleh majelis umum PBB sejak 28 September 1966.

Dzikir, Fikir dan Amal Sholeh


MATERI 4

NILAI DASAR PERGERAKAN (NDP)


Abstrak
Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) merupakan Organisasi kemahasiswaan
yang mempunyai peranan penting dalam element gerakan mahasisiwa, sebagai Organisasi
Kaderisasi yang tidak terlepas dari pengaruh Nahdlatul Ulama (NU) sebagai organisasi yang
telah membidangi kelahiranya, maka, terdapat kesamaan gerak dalam menerjemahkan konteks
ke-islaman, yakni Ahlussunahwaljama’ah sebagai landasan berpijak. Dalam konteks landasan
bergerak PMII memiliki landasan berupa sumber nilai dan potensi insan pergerakan untuk di
akomodasi dalam tatanan baku yang kemudian menjadi citra diri yang di beri nama Nilai Dasar
Pergerakan(NDP).
Secara hitoris NDP PMII mulai terbentuk pasca independensi PMII Mukernas III
dibandung (1-5 mei 1976). Pada saat penyusunan NDP masih berupa kerangka, lalu di serahkan
pada tim PB PMII. Namun, hingga menjelang Kongres PMII VIII di bandung, Penyusunan
tersebut belum dapat diwujudkan, Hingga akhirnya saat Kongres PMII VIII dibandung (16-20
mei 19985) menetapkan penyempurnaan rumusan NDP dengan Surya Dharma Ali sebagai Ketua
umumnya. Penyempurnaan ini erlangsung hingga 1988. Selanjutnya pada tanggal 14-19
september 1988 ketika Kongres PMII disurabaya NDP mulai disahkan.
Nilai Dasar Pergerakan atau disebut NDP merupakan tali pengikat (kalimatun sawa’)
yang mempertemukan semua warga pergerakan dalam ranah dan semangat perjuangan yang
sama. NDP juga merupakan dasar filosofis setiap aktifitas berpikir, berbicara, dan berprilaku
yang mencerminkan tujuan bersama yang hendak dicapai. Nilai-nilai itu merupakan manifestasi
dari pemahaman aswaja sebagai manhajal-fikr dalam proses dialetika. Seluruh anggota dan kader
PMII harus memahami dan mengimplementasikan nilai dasar PMII baik secara personal maupun
bersama dalam medan perjuangan sosial yang lebih luas, dengan melakukan keberpihakan yang
nyata melawan ketidakadilan, kesewanangan, kekerasan, dan tindakan negatif lainnya.
Arti
Secara esensial Nilai Dasar Pergerakan (NDP) adalah suatu sublimasi nilai ke-islaman
dan ke-indonesiaan dengan kerangka pemahaman keagamaan AhlussunnahWaljama’ah yang
menjiwai berbagai aturan, memberi arah, mendorong serta pergerak kegiatan-kegiatan PMII.
Sebagai pemberi keyakinan dan pembenar mutlak, Islma mendasari dan menginspirasi NDP
yang meliputi cakupan akidah, syariah dan akhlak dalam memperoleh dalam memperoleh
kesejahteraan hidup didunia dan akherat. Dalam upaya memahami, menghayati, dan
mengamalkan islam tersebut PMII menjadikan AhlussunnahWaljama’ahsebgaiManhajal-fikr,
yaiu sebagai landasan berfikir dalam mengatualisasikan nilai-nilai tersebut.
Fungsi
Nilai Dasar Pergerkan (NDP) berfungsi sebagai berikut:
1. Kerangka refleksi (landasan berfikir)
NDP merupakan ruang untuk melihat dan merenungkan kembali secara jernih setiap
gerakan dan tindakan. Bergerak dalam pertarungan ide-ide, paradigma, dan nilai-nilai yang
akameperkuat tingkat kebenaran-kebenaran yang ideal.
2. Kerangka aksi (landasan berpijak)
NDP merupakan landasan etos gerak organisai dan setiap anggota. Bergerak dalam
pertarungan aksi, kerja-kerja nyata, aktualisasi diri dan pembelajaran sosial.
3. Kerangka ideologis (sumber motivasi)

Dzikir, Fikir dan Amal Sholeh


NDP menjadi peneguh tekad dan keyakinan anggota untuk bergerak dan berjuang
mewujudkan cita-cita dan tujuan organisasi. Begitu juga menjadi landasan berfikir dan etos
gerak anggota untuk mencapai tujuan organisasi melalui cara dan jalan yang sesuai dengan minat
dan keahlian masing-masing.
Kedudukan
Adanya Nilai Dasar Pergerakan (NDP) di jadikan landasan pergerakan yang berkedudukan
sebagai berikut:
1. NDP sebagai rujukan utama setiap produk hukum dan kegiatan organisasi
2. NDP sebgai acuan argumentasi, pedoman kebenaran, dan kebebasan berfikir.
3 NDP sebagai tolak ukur kekuatan ideal moral-moral dari aktifitas pergerakan.
Cara pandang, cara berpikir dan bergerak menjadi sebuah bagian yang tidak dapat
terpisahkan dalan setiap langkah dan gerakan manusia, dalam menerjemahkan nilai-nilai ke-
islaman dan kemanusiaan. NDP sebagai keyakinan dasar dalam arah bergerak. Dianalogikan
sebuah jasad, NDP adalah ruh yang menghidupkan jasad tersebut. Jadi, tanpa adanya ruh maka
pergerakan seolah-olah mayat hidup. Oleh karena itu, NDP digunakan sebagai acuan bergerak
PMII dalam mengaktualisasikan nilai-nilai ke-islaman, kemanusiaan dan ke-indonesiaan.
Rumusan
1. Tauhid
Nilai Dasar Pergerkan (NDP) memiliki sebuah rumusan penting dalam posisi pijakan
dalam Agama, yakni meng-Esakan Allah SWT, merupakan nilai paling asasi yang dalam sejarah
agama samawi telah terkandung sejak awal keberadaan manusia.
Allah dalah Esa dalam segala totalitas dzat yang fungsional. Allah juga menanamkan
pengetahuan, membimbing dan menolong manusia. Allah maha mengetahui, maha menolong,
maha bijaksana, hakim maha adil, dan maha tunggal. Allah maha mendahului dan maha
menerima segala bentuk pujaan dan penghambaan.
Keyakikan seperti itu yang merupakan keyakinan terhadap sesuatu yang lebih tinggi dari
pada alam semesta, serta merupakan kesadaran dan keyakinan kepada yang ghaib. Oleh karena
itu tauhid merupakan puncak, melandasi, memadu, dan menjadi sasaran keimanan yang
mencakup keyakinan dalam hati, penegasan lewat lisan, dan perwujudan dalam perbuatan. Maka
konsekuensinya pergerakan harus mampu melarutkan nilai-nilai tauhid dalam berbagai
kehidupan serta terkomunikasikan dan menambah ke sekelilingnya. Dalam menambah dan
mewujudkan itu, pergerakan telah memiliki AhlussunnagWaljama’ahsebagi metode pemahaman
dan penghayatan keyakinan itu.
2. Hablum min Allah (Hubungan Manusia dengan Allah)
Memilih salah satu pola akan membawa kita kepada kedudukan dan fungsi manusia yang
tidak sempurna. Sebagai akibatnya manusia tidak akan dapat mengejawantahkan prinsip tauhid
secara maksimal. Pola hubungan dengan Allah juga harus dijalani dengan ikhlas. Artinya apa,
pola itu dijalani hanya untuk mengharapkan Keridhaan dari Allah. Sehingga pusat perhatian
dengan menjalani dua pola ini adalah ikhtiar yang sungguh-sungguh. Dengan demikian akan
menjadikan setiap insan tidak akan merasa ada penekanan kepada prosesnya untuk menjadi insan
yang taat kepada Allah SWT. Dengan menyadari arti niat dan ikhtiar, akan muncul manusia-
manusia yang mempunyai kesadaran tinggi, kreatif, dan dinamis dalam hubungan dengan Allah.
Di dalam melakukan pekerjaannya manusia diberi kemerdekaan untuk memilih dan
menentukan dengan cara yang paling disukai. Akan tetapi semua tingkah laku manusia akan
mendapatkan balasan yang setimpal dan sesuai dengan apa yang telah diupayakan. Karenanya

Dzikir, Fikir dan Amal Sholeh


manusia dituntut untuk selalu memfungsikan secara maksimal kemerdekaannya dengan bijak,
sehingga manusia mampu menanamkan konsep hablum minallah di setiap perilakunya.
Jadi manusia bebas berbuat dan berusaha untuk menentukan nasibnya sendiri, apakah dia
menjadi mukmin atau kafir, pandai atau bodoh. Manusia harus berlomba-lomba mencari
kebaikan, tidak terlalu cepat puas dengan hasil jerih payah dan karyanya. Karna sejatinya Allah
menciptakan segala sesuatu tidak lain untuk menyembahnya.
3. Hablum Min An Nas (Hubungan Manusia dengan Manusia)
Manusia adalah makhluk yang paling sempurna diantara makhluk lain. Allah telah
menjadikan manusia sebagai makhluk yang paling mulia dari setiap makhluk-makhluk
ciptaannya. Memahami eksistensi dan potensi yang di miliki, setiap individu memiliki
kedudukan yang sama terhadap masnusia lainnya, tidak ada pembeda di hadapan Allah selain
pada ketaqwaannya. Seperti yang telah dijelaskan dalam QS Al-Hujurat Ayat 13 “Wahai
manusia, sesungguhya kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang
perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku suapya kamu saling
mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia disisi Allah ialah orang yang paling
bertaqwadiantara kamu”
Setiap manusia telah dikaruniai kelebihan dan kekurangan didalam diri manusia. Maka
sepatutnya manusia harus saling tolong-menolong, mengingatkan dan saling bekerja sama dalam
bidang kebaikan. Dalam kehidupan bermasyarakat, manusia akan di pertemukan dengan pola
hidup hubungan berbangsa, bersuku, dan beragama. Ketiga hal itu mempunyai wilayah cakupan
yang berbeda, oleh karenanya PMII sebagai organisasi kaderisasi, secara tidak langsug pasti akan
bergotong royong, berhubugan dengan masyarakat yang berbeda beda pula, baik muslim atau
non muslim sesuku atau pun tidak. Hubungan ini selayaknya harus mempunyai dampak positif
pada warga pergerakan, sehingga mampu mengimplementasikan nilai- nilai gotong royong,
toleransi dan tanggung jawab utuk mencapai derajat kemanusiaan yang sebenarnya.
4. Hablum Min Al ‘Alam (Hubungan Manusia dengan Alam)
Alam semesta ini diciptakan oleh Allah, mulai dari bentuk, ukuran bahkan hukum
hukumnya Dialah yang menentukan. Alam juga menujukkan tanda tanda kebesaran Allah atas
semua sifat-sifatnya. Allah memang menundukkan alam bagi manusia. Jika sebaliknya, maka
manusia akan terjebak dalam pengmenjadikanhambaan terhadap alam, bukan penghambaan
kepada Allah. Allah menjadikan manusia sebagai khalifah, dan sudah sepantasnya manusia
menjadikan bumi maupun alam sebagai wahana dalam bertauhid dan menegaskan keberadaan
dirinya, dengan memberdayakan alam sebagai salah satu faktor penujang dalam kehidupan
manusia. Alam tidak boleh dijadikannya sebagai obyek eksploitasi dan obyek yang bisa
perlakukan dengan sembarangan hanya untuk memuaskan keinginan manusia itu sendiri.
Salah satu dari hasil penting dari cipta, rasa, dan karsa manusia yaitu ilmu pengetahuan
dan teknologi. Manusia menciptakan itu untuk memudahkan dalam rangka memanfaatkan alam
dan kemakmuran bumi atau memudahkan hubungan antar manusia. Dalam memanfaatkan alam
diperlukan iptek, karena alam memiliki ukuran, aturan dan hukum tersendiri. Alam
diberdayagunakan dengan tidak mengesampingkan aspek pelestariannya, sehingga manusia bisa
mendayagunakan secara terus menerus tanpa merusak ekosistem yang telah di bentuk oleh Allah.
Hubungan manusia dengan alam sudah di tunjukkan dengan sendirinya dengan cara- cara
memakmurkan bumi dan menyelenggarakan kehidupan sesuai dengan tujuan yang terdapat
dalam hubungan manusia
dengan alam. Cara-cara tersebut untuk mencukupi kebutuhan dasar dalam kehidupan bersama
tanpa merusaknya..

Dzikir, Fikir dan Amal Sholeh


Dzikir, Fikir dan Amal Sholeh
MATERI 5

KELEMBAGAAN KOPRI DAN GENDER


PENGANTAR

Pelebelan bahwa laki-laki itu kuat dan rasional sementara Perempuan itu lemah dan
emosional merupakan sebuah konstruksi budaya. Citra tersebut bukanlah kodrat, sehingga tidak
permanen dan bisa diubah. Konstruksi budaya diatas sering disalah artikan sebagai kodrat yang
bersifat permanen sehingga menimbulkan sebuah ketidakadilan yang menindas salah satu baik
itu laki-laki maupun perempuan. PMII memiliki komitmen terhadap keadilan gender dan
diwujudkan melalui adanya gerakan perempuan yang disebut KOPRI.

GENDER DAN SEKS

Istilah gender akhir-akhir ini sering didengar atau dibaca orang. Namun masih banyak
yang kadang salah memahami dalam arti. Dalam banyak kasus gender masih dipahami sama
dengan soal seksualitas. Padahal Gender itu merupakan perbedaan antara laki-laki dengan
perempuan dalam segi sifaf-sifat, ciri-ciri khusus, fungsi-fungsi khusus, peran, kedudukan, tugas,
tanggung jawab yang dapat diubah sesuai dengan kontruksi budaya, adat istiadat serta
kepercayaan dan kebiasaan masyarakat.

Misalnya atribut laki-laki itu, kuat, kasar, berwibawa, tegas, , pemarah, rasional.
Sedangkan atribut perempuan itu lemah, halus, penurut, ramah , emosional, irasional. Disamping
itu dari fungsinya dikatakan bahwa laki-laki adalah tulang punggung, pencari nafkah, pelindung,
dan pemimpin. Sedangkan perempuan dalam banyak budaya khususnya budaya jawa wanita
mempunyai fungsi 3M yakni masak , macak ,manak (memasak, bersolek dan melahirkan). Maka
menjadi jelas bahwa gender terbentuk karena kontruksi masyarakat, bukan terbentuk secara
alami, oleh sebab itu dari waktu ke waktu dapat saja berubah sesuai dengan perubahan yang
terjadi atas keadaan sosio kultur dan budaya yang berkemabng di masyarakat.

Sedangkan kalau seks itu berkaitan erat dengan jenis kelamin, laki-laki atau perempuan.
Perbedaan ini lebih bersifat dari unsur biologis atau bawaan yang melekat pada masing-masing
jenis kelamin yang bersifat permanen dan tidak dapat dipertukarkan.

KESETARAAN GENDER

Kesetaraan gender berarti kesamaan kondisi bagi laki-laki dan perempuan untuk
memperoleh kesempatan serta hak-haknya sebagai manusia, agar mampu berperan dan
berpartisipasi dalam kegiatan politik, hukum, ekonomi, sosial budaya, pendidikan dan

Dzikir, Fikir dan Amal Sholeh


pertahanan dan keamanan nasional (hankamnas), serta kesamaan dalam menikmati hasil
pembangunan tersebut. Kesetaraan gender juga meliputi penghapusan diskriminasi dan
ketidakadilan struktural, baik terhadap laki-laki maupun perempuan.

KEADILAN GENDER

Keadilan gender merupakan suatu proses dan perlakuan adil terhadap perempuan dan
laki-laki. Dengan keadilan gender berarti tidak ada pembakuan peran, beban ganda, subordinasi,
marginalisasi dan kekerasan terhadap perempuan maupun laki-laki. Terwujudnya kesetaran dan
keadilan gender ditandai dengan tidak adanya diskriminasi antara perempuan dan laki-laki
dengan demikian mereka memiliki akses, kesempatan berpartisipasi, dan kontrol atas
pembangunan serta memperoleh manfaat yang setara dan adil dari pembangunan.

Memiliki akses dan partisipasi berarti memiliki peluang atau kesempatan untuk
menggunakan sumber daya dan memiliki wewenang untuk mengambil keputusan terhadap cara
penggunaan dan hasil sumber daya tersebut. Memiliki kontrol berarti memiliki kewenangan
penuh untuk mengambil keputusan atas penggunaan dan hasil sumber daya. Sehingga
memperoleh manfaat yang sama dari pembangunan.

BENTUK-BENTUK KETIDAKADILAN GENDER YANG TELAH MEMBAWA


DAMPAK KETIDAKADILAN SOSIAL DI MASYARAKAT :

1. Marginalisasi (Peminggiran)

Merupakan kondisi atau proses peminggiran terhadap salah satu jenis kelamin dari arus
utama yang berakibat kemiskinan.

Hal ini terjadi melalui proses :

 Diskriminasi yang dialami kaum perempuan, yang terjadi dalam lingkup keluarga
hingga lingkup negara perempuan dipandang kaum kelas kedua. Seperti dalam
memberi kesampatan belajar, bekerja, harta warisan, pengambilan keputusan, bahkan
hingga menentukan plihan hidup. Sementara laki-laki di prioritaskan dibanding
perempuan
 Adat istiadat yang berlaku di masyarakat bahkan menempatkan perempuan dibawah
derajat kaum laki-laki
2. Surbodinasi (Penomorduaan)
Merupakan suatu penilaian atau tanggapan bahwa suatu peran yang dilakukan olehsatu
jenis kelamin lebih rendah dari yang lain. Karena budaya yang ada di masyarakat
memandang bahwa perempuan sebagai kelommpok yang bersifat irasional , lemah, tidak
cekatan , cengeng, emosiona, yang berbeda dengan sifat yaang dimiliki oleh laki-laki

Dzikir, Fikir dan Amal Sholeh


yakni tegas, rasional, cekatan maka perempuan ditempatkan pada posisi atau pendukung
kaum laki-laki. Sehingga menempatkan kaum perempuan pada posisi yang tidak penting.
3. Stereotip (Citra Baku )
Merupakan pelabelan atau penandaan terhadap suatukelompok tertentu. Dalam banyak
hal perempuan dalam budaya tertentu di beri atribut negatif seperti perempuan besolek
untuk memikat laki-laki. Sehingga jika adanya kasus pemerkosaan maka yang disalahkan
adalah perempuan karena dia tidak bisa menjaga tubuhnya.
4. Violence (Kekersaan)
Merupakan suatu serangan terhadap fisik maupun psikologis seseorang.
Perempuan identik dengan berbagai korban kekerasan, ketidadilan,kesewengang-
wenagan laki-laki atau masyarakat. Seperti adanya pemerkoasaan, pelacuran, pelecehan
seksual, dan pornografi.

5. DoubleBourden (Beban Ganda)

Pembagian beban kerja dan tanggung jawab yang tidakseimbang antara laki-laki dan
perempuan. Dalam banyak kasus perempuan diberi beban kerja dan tanggung jawab yang
lebih banyak daripada laki-laki . Misalnya dalam urusan rumah tangga, semua urusan
domestik adalah tanggung jawab perempuan seperti, mengepel, memasak, mencuci
hingga menjaga anak.

Dzikir, Fikir dan Amal Sholeh


 KEORGANISASIAN KOPRI (KORPS PERGERAKAN MAHASISWA ISLAM
INDONESIA PUTRI)

Kopri merupakan wadah bagi kader-kader putri PMII untuk mengembangkan segala
potensi yang dimiliki, baik dalam hal wacana, politik serta dalam aspek-aspek lain yang
merupakan Hak itrah dari seorang manusia. Sehingga tidak terkesan bahwa perempuan
merupakan sub gender dari laki-laki.

Kopri berstatus BSO atau (Badan Seni Otonom) yang mempunyai kekhususan untuk
mebentuk struktur organisasi di sesuaikan dengan hierarki struktur yang menagani persoalan
perempuan PMII dan isu peremuan secara umum. Badan ini bersifat Hierarki dan bertanggung
jawab kepada ketua umum PMII disetiap jenjangnya (BAB 1 Ketentuan Umum Pasal 1---
PeraturanOrganisasi).

SEJARAH KOPRI
Pada saat PMII didirikan KOPRI memang belum ada. Yang ada hanya divisi
keputrian. Hal ini bukan lantaran peran perempuan sangat kecil, melainkan lebih
dikarenakn kepraktisan semata. Maksudnya dalam divisi keputrian ini dikalangan
perempuan PMII bisa lebih fokus memusatkan perhatiannya menangani masalah-masalah
yang berkaitan dengan dunianya. Sayang sekali saat itu dunia perempuan hanya sebatas
menjahit, memasak dan dapur. Dalam divisi keputrian tadi, yang menangani semua
permasalahan didalamnya tentu saja harus perempuan. Namun walau demikian tidak
menutup kemungkinan perempuan menempati posisi di struktur PMII. Tapi lagi-lagi
karena kesiapan Sumber Daya Manusia dan profesionalitas perempuan yang kurang
menyebabkan jumlah mereka secara kuantitias masih sedikit. Dimaklumi, karena waktu
itu memang sangat sedikit kaum perempuan yang dapat melanjutkan pendidikan ke
jenjang perguruan tinggi. Kondisi yang terjadi saat itu antara laki-laki dan perempuan
saling bahu-membahu (guyub) dalam menutupi kekurangan di organisasi. Termasuk pula
guyub dalam pengambilan keputusan serta beberapa hal yang mengharuskan mereka
bekerja sama mempertaruhkan nama organisasi.

Lahirnya KOPRI berawal dari keinginan kaum perempuan untuk memiliki ruang
sendiri dalam beraktifitas, sehingga mereka dapat bebas mengeluarkan pendapat atau
apapun. Keinginan tersebut didukung sepenuhnya oleh kaum laki-laki saat itu. Korps
Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia Putri (KOPRI) lahir pada tanggal 25 November
1967 di Semarang, dengan status Badan Semi Otonom yang sebelumnya merupakan
followup atas dilaksanakannya Training Kursus keputrian di Jakarta pada tanggal 16
Februari 1966 yang melahirkan Panca Norma KOPRI. Disisi lain, kondisi gerakan
perempuan pada saat berdirinya KOPRI baru sebatas emansipasi perempuan dalam

Dzikir, Fikir dan Amal Sholeh


bidang sosial dan kemasyarakatan. Misalnya di NU, kita mengenal Muslimat yang hanya
mengadakan kegiatan pengabdian sosial kemasyarakatan. Dalam tahap awal berdirinya,
KOPRI banyak mengadopsi dan melakukan kerjasama dengan Muslimat, serta beberapa
organisasi perempuan lain yang sudah lebih dahulu ada saat itu, seperti Kongres Wanita
Indonesia (KOWANI) maupun Korp HMI-Wati (KOHATI).

Pada saat pertama kali berdiri, sebagaimana organisasi perempuan yang ada pada
waktu itu, KOPRI hanya semata-mata sebagai wadah mobilisasi perempuan. Alasan
mengapa ada KOPRI tak lain karena dirasa perlu untuk mengorganisir kekuatan
perempuan PMII untuk bisa menopang organisasi yang menaunginya (PMII). Hal ini
seperti juga terjadi di organisasi-organisasi lain baik organisasi mahasiswa, ormas
keagamaan, dan organisasi politik. Akan tetapi ada pada perkembangan selanjutnya
menunjukkan hubungan yang dianggap problematis. Dengan gagasan otonomisasi di
tingkat pusat (Pengurus Besar) sekilas nampak dualisme organisasi, karena KOPRI
memiliki program terpisah dan kebijakan yang berbeda dari PMII. Beberapa kalangan
menganggap perkembangan ini sebagai suatu yang positif, karena KOPRI telah bergerak
dari organisasi dengan pola ketergantungan terhadap PMII menuju organisasi yang
mandiri. Sedangkan kalangan lain menanggapi dengan nada minor, karena KOPRI
dianggap melakukan pelanggaran konstitusi dan telah menjadi kendaraan politik menuju
posisi strategis di PMII.

Arus gerakan perempuan pada umumnya sangat memberi warna pada


perkembangan yang terjadi dalam KOPRI. Untuk menjelaskan bagaimana realitas kondisi
KOPRI, tidak lepas dengan bagaimana paradigma gerakan perempuan di Indonesia. Yang
perlu diketahui lagi bahwa historis struktural yang mendorong lahirnya KOPRI sebagai
organisasi ekstra kampus yang notabene merupakan kumpulan intelektual muda, dimana
pada perkembangan awalnya perempuan di PMII masih termasuk dalam bidang
keputrian. Tapi dengan kebutuhan serta didukung adanya kualitas dan kuantitas yang ada,
menimbulkan keinginan yang tidak terbendung untuk mendirikan KOPRI sebagai
otonom di PMII.

GERAKAN KOPRI DARI MASA KE MASA

BentukGeraka
Periodesasi
n Gagasan

1960-1966 DevisiKeputri Gerakan perempuan PMII lebih fokus


an memusatkan perhatian menangani masalah-
masalah perempuan di ranah domestik
semacam menjahit, memasak dan mengenai
masalah dapur.

Dzikir, Fikir dan Amal Sholeh


Training Panca Norma KOPRI dan mengelurkan
16 februari
KursusKeputri gagasan pembentukan Badan Semi Otonom
1966
an PMII (KOPRI)

Mengorganisir kekuatan kader perempuan


PMII serta menjadi ruang gerak dalam
25 November DibentukKOP
mengeluarkan pendapat dan beraktifitas
1967 RI
sebatas emansipasi perempuan dalam
bidang sosial dan masyarakat

Dibentuk sistem kaderisasi yang sistematis


terdiri dari Kurikulum dan Pelaksanaan
1998
LKK (Latihan Kader KOPRI) dan LPKK
(Latihan Pelatih Kader KOPRI).

28 Oktober Lahir NKK (Nilai Kader KOPRI)


1991

KOPRIdibubar PembubaranKOPRI padaKongres XIII


2000
kan tahun 2000 di Medan

Kongres XIV di Kutai Kertanegara


AmanatPertem
Kalimantan Timur mengamanatkan
2003 uanPOKJAPer
membuat pertemuan POKJA Perempuan
empuan
PMII

26-29 PertemuanPO Gagasandilahirkanwadahperempuan


September KJAPerempua
2003 n

Dibentuk kembali keorganisasian wadah


perempuan yang bernama KOPRI (Korps
PMII Putri) dengan Visi terciptanya
masyarakat yang berkeadilan berlandaskan
29 September kesetaraan dan menjunjung tinggi nilai-
KOPRI
2003 nilai kemanusiaan dan Misinya adalah
mengidiologisasikan gender dan
mengkonsolidasikan gerakan perempuan di
PMII untuk membangun masyarakat yang
berkeadilan gender.

KOPRI daerah masing-masing membuat


sistem kaderisasi KOPRI (Tidak
2003-2014 KOPRI
terkonsentrasi pada modul tunggal
kaderisasi KOPRI).

Kongres XVII Lahirnya IPO (IdeologiPolitikOrganisasi)


2014
di Jambi KOPRI

2014 KOPRI KOPRIPBPMIImenyusunpanduanPKK


(PenyelenggaraandanPelaksanaanKOPRI)

Dzikir, Fikir dan Amal Sholeh


KOPRIPBPMIImensistematiskanbukutung
2015 KOPRI
galkaderisasinasionalKOPRI

KOPRIPBPMIImembuatbukudakwahKOP
RIsebagaipanduandalammelakukangerakan
culturalKOPRIdalammengahadapikencang
nyaislamtransnasionaldanarusglobalisasi.
2016 KOPRI Dan
jugamembuatbukupanduanadvokasisekalig
uslembagaLP3A
(LembagaPerlindungandanPemberdayaanP
erempuan&Anak)

POLA HUBUNGAN KOPRI DENGAN PMII

1. Pola Hubungan PMII dan KOPRI ditunjukan garis koordinasi dan instruksi
2. KOPRI mempunyai kewenangan sendiri dalam mengatur kebijakan internal terkait
persoalan administrasi organisasi
3. Perwakilan Pengurus KOPRI merupakan bagian anggota pleno PMII
4. KOPRI mempunyai kepengurusan di tingkat PB/PKC/PC/PK/PR dengan sistem
koordinasi antar masing-masing level kepengurusan.(BAB IV Pasal 6)

TUJUAN KOPRI

Tujuan Kopri sama dengan tujuan PMII, yaitu “Terbentuknya pribadi muslim indonesia yang
1)Bertaqwa kepada Allah SWT, 2) Berbudi luhur, 3)Berilmu, 4)Cakap, 5) Bertanggung jawab
dalam mengamalkan ilmu pengetahuannya, serta komitmen memperjuangkan cita-cita
kemerdekaan indonesia”

VISI & MISI KOPRI

Visi Kopri
Terciptanya masyarakat yang berkeadilan berlandaskan kesetaraan dan menjunjung tinggi nilai-
nilai kemanusiaan
Misi Kopri
Mengideologisasikan nilai kaedilan gender dan mengkonsolidasikan gerakan perempuan di PMII
untuk membangun masyarakat berkeadilan gender

STRUKTUR KEORGANISASIAN KOPRI

Pengurus Besar PB Nasional

Dzikir, Fikir dan Amal Sholeh


Pengurus Koordinator Cabang PKC Provinsi

Pengurus Cabang PC Kabupaten / Kota

Pengurus Komisariat PK Fakultas

Pengurus Rayon PR Universitas

JENJANG KADERISASI FORMAL KOPRI

 SIG (Sekolah Islam & Gender)


 SKK (Sekolah Kader Kopri)
 SKKN (Sekolah Kader Kopri Nasional)

Dzikir, Fikir dan Amal Sholeh


MATERI 6

ANALISIS SOSIAL (ANSOS)

Analisis sosial atau yang lebih akrab dikenal ansos ini merupakan sebuah proses atau
mekanisme yang akan membahas problematika-probelmatika yang terjadi pada sebuah objek
analisa dan pada akhirnya akan menghasilkan apa sebenarnya yang menjadi akar permasalahan
atas problematika-problematika tersebut. Dari sana, kita dapat menentukan apa sebenarnya yang
dibutuhkan untuk dicari kansolusi yang tepat.

Inilah yang terucap kali tidak dilalui oleh para problem solver. Mereka sering kali
menghasilkan solusi atas problematika yang hadir bukan berdasarkan hasil analisis mendalam
namun hanya berdasar kandugaan yang argumentasinya lemah atau bahkan hanya berdasarkan
pada kemauannya saja. Mungkin permasalahan yang nyata di lapangan akan terselesaikan,
namun karena ia tak akan menyentuh sampai keakarnya maka akan hadir permasalahan-
permasalahan baru atau bahkan permasalahan yang nyata tersebut tidak hilang sama sekali.

PENGERTIAN ANSOS

Analisis sosial merupakan usaha untuk menganalisis sesuatu keadaan atau masalah sosial
secara objektif. Analisis sosial diarahkan untuk memperoleh gambaran lengkap mengenai situasi
sosial dengan menelaah kaitan-kaitan histories, struktural dan konsekuensi
masalah. Analisissosial akan mempelajari struktur sosial, mendalamifenomena-fenomenasosial,
kaitan-kaitanaspek politik, ekonomi, budaya, dan agama. Sehingga akan diketahuisejauh mana
terjadiperubahansosial, bagaimanainstitusisosial yang menyebabkanmasalah-masalahsosial, dan
jugadampaksosial yang munculakibatmasalah sosial

RUANG LINGKUP ANSOS

Padadasarnyasemuarealitassosialdapatdianalisis, namundalamkontekstransformasisosial,
maka palingtidakobjekanalisasosialharusrelevandengantargetperubahansosial yang direncanakan
yang sesuaidenganperubahan. Secara umum objek sosial yang dapat dianalisis antara lain;

- Masalah-masalah sosial, seperti : kemiskinan, pelacuran, pengangguran, kriminilitas.

- Sistem sosial, seperti : tradisi, usaha kecil atau menengah, sistem pemerintahan, sistem
pertanian.

- Lembaga-lembaga sosial seperti sekolah layanan rumah sakit, lembaga pedesaan. Kebijakan
publik seperti : dampak kebijakan BBM, dampak perlakuan sebuah UU.

PENTINGNYA TEORI SOSIAL

Dzikir, Fikir dan Amal Sholeh


Teori dan fakta berjalan secara simultan, teori sosial merupakan refleksi dari fakta sosial,
sementara fakta sosial akan mudah dianalisis melalui teori-teori sosial. Teori sosial melibatkan
isu-isu mencakup filsafat, untuk memberikan konsepsi-konsepsi hakekat aktifitas sosial dan
prilaku manusia yang ditempatkan dalam realitas empiris. Charles lemert (1993) dalam Sosial
Theory ; The Multicultural And Classic Readings menyatakan bahwa teori sosial memang
merupakan basis dan pijakan teknis untuk bisa survive.

Teori sosialmerupakanrefleksi dari sebuahpandanganduniatertentu yang


berakarpadapositivisme. Menurut Anthony Giddens secara filosofis terdapat dua
macamanalisissosial. Pertama, analisisintitusional, yaituansos yang menekanpadaketerampilan
dan kesetaraanaktor yangmemperlakukaninstitusisebagaisumberdaya dan aturan yang
diproduksiterus-menerus. Kedua, analisisperilaku strategis, adalahansos yang
memberikanpenekananinstitusisebagaisesuatu yang diproduksisecarasosial.

LANGKAH-LANGKAH ANSOS

Proses analisis sosial meliputi beberapa tahap antara lain :

Memilih dan menentukan objek analisis :

Pemilihan sasaran masalah harus berdasarkan pada pertimbangan rasional dalam arti
realitas yang dianalisis merupakan masalah yang memiliki signifikansi sosial dan sesuai dengan
visi atau misi organisasi.

Pengumpulan data atau informasi penunjang :

Untuk dapat menganalisis masalah secara utuh, maka perlu didukung dengan data dan
informasi penunjang yang lengkap dan relevan, baik melalui dokumen media massa, kegiatan
observasi maupun investigasi langsung di lapangan. Recek data atau informasi mutlak dilakukan
untuk menguji validitas data.

Identifikasi dan analisis masalah :

Merupakan tahap menganalisis objek berdasarkan data yang telah dikumpulkan. Pemetaan
beberapa variable, seperti keterkaitan aspek politik, ekonomi, budaya, dan agama dilakukan pada
tahap ini. Melalui analisis secara komphrehensif diharapkan dapat memahami subtansi masalah
dan menemukan saling keterkaitan antara aspek.

Mengembangkan presepsi :

Setelah diidentifikasi berbagai aspek yang mempengaruhi atau terlibat dalam masalah,
selanjutnya dikembangkan presepsi atas masalah sesuai cara pandang yang objektif. Pada tahap

Dzikir, Fikir dan Amal Sholeh


ini akan muncul beberapa kemungkinan implikasi konsekuensi dari objek masalah, serta
pengembangan beberapa alternatif sebagai kerangka tindak lanjut.

Menarik kesimpulan :

Pada tahap ini telah diperoleh kesimpulan tentang ; akar masalah, pihak mana saja yang
terlibat, pihak yang diuntungkan dan dirugikan, akibat yang dimunculkan secara politik, sosial
dan ekonomi serta paradigma tindakan yang bisa dilakukan untuk proses perubahan sosial.

PERANAN ANSOS DALAM STRATEGI GERAKAN PMII

Ingat, paradigmagerakan PMII adalahkritistransformatif, artinya PMII dituntut peka dan


mampumembacarealitassosial secara objektif (kritis),
sekaligusterlibataktifdalamaksiperubahansosial (transformatif). Transformasisosial yang
dilakukan PMII akan berjalansecaraefektifjika kader PMII
memilikikesadarankritisdalammelihatrealitassosial. Kesadarankritis akan
munculapabiladilandasidengancarapandanganluasterhadaprealitassosial.
Untukdapatmelakukanpembacaansosialsecarakritis,
mutlakdiperlakukankemampuananalisissosialsecarabaik. Artinya, strategi gerakan PMII
denganparadigmakritistransformatif akan dapatterlaksanasecaraefektifapabila ditopang dengan
kematangan dalamanalisissosial (ANSOS).

Dzikir, Fikir dan Amal Sholeh


MATERI 7

ANTROPOLOGI KAMPUS

A. Definisi Antropologi Kampus


Kata dasar Antropologi berasal dari yunani yaitu: anthros yang berarti manusia dan logos
berarti ilmu. Sederhananya, Antropologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang
manusia.Kampus merupakan tempat belajar mengajar berlangsungnya misi dan fungsi perguruan
tinggi, tempat berinteraksi antara dosen dengan mahasiswa, mahasiswa dengan mahasiswa.
Kampus boleh dikatakan miniatur negara karena didalamnya ada politik dan kebudayaan yang
bermacam-macam.
Antropologi kampus pada dasarnya berusaha menjelaskan bagaimana kehidupan
(manusia) dalam lingkungan kampus, khususnya mahasiswa sebagai pemeran utama.
Antropologi sebenarnya kata yang sudah tidak asing lagi di telinga kita apabila disematkan
dengan kata Antropologi budaya, antropologi politik, antropologi agama dan lain sebagainya.
Namun begitu asing ketika kata antropolog itu sendiri disandingkan dengan kata kampus. Karena
memang belum ada suatu cabang yang secara terstruktur dan pembahasan yang tuntas mengenai
antropologi kampus.
B. Tipologi Mahasiswa
Sebagai kader PMII kita harus mengetahui beberapa tipologi mahasiswa, setiap
mahasiswa memiliki gaya atau tipe yang berbeda, kita sebagai kader PMII harus mampu
menempatkan diri kita pada golongan yang seperti apa, berikut tipologi mahasiswa:
1. Hedonis: Mahasiswa yang hidup dengan mengikuti perkembangan zaman, gaul, populer.
2. Akademis (Pemikir): Golongan mahasiswa yang memanfaatkan status kemahasiswaannya
sebagai waktu untuk menimba ilmu.
3. Aktivis: Mahasiswa yang ikut dan akif pada organisasi
4. Apatis: Sikap acuh tak acuh, tak mau tahu tentang kondisi sosial dan politik dikampus.
5. Humoris: Mahasiswa yang memanfaatkan waktunya sebagai masa liburan, mendapatkan
kebebasan dari perhaian orang tua.
6. Mahasiswa study oriented: Tipikal mahasiswa yang selalu rajin masuk kuliah dan
melaksanakan tugas akademik, mendapat nilai bagus dan cepat lulus
7. Mahasiswa agamis: Tipikal mahasiswa kemana-mana membawa Al-qur’an, berpakaian ala
orang Arab, menjaga jarak dengan lawan jenis.
8. Mahasiswa santai apa adanya: Tipikal mahasiswa yang tidak banyak berpikir, menjalani
kehidupan apa adanya, tidak banyak memikirkan kuliah.
9. Mahasiswa mencari cinta
10. Mahasiswa jomblo tidak laku-laku
11. Mahasiswa tidak jelas
12. Mahasiswa gadungan
13. Mahasiswa abadi.

C. PERAN DAN TANGGUNG JAWAB MAHASISWA


Dari identitas dirinya tersebut, Mahasiswa juga mempunyai tanggung jawab Intelektual,
tanggung jawab sosial dan Tanggung Jawab moral. Dari sinilah diketahui nilai nilai penting itu,
Mahasiswa yang katanya garda terdepan reformasi pengalihan kekuasaan serta bukti nyata
didalam mengemban amanahnya, sehingga dapat didetailkan bagaimana sesungguhnya
Mahasiswa itu berperan,
1. Mahasiswa Sebagai Agen Of Change
Mahasiswa bagaikan tombak Yang paling ampuh, tajam dan dipercaya. Inilah aset penting yang
menjadi tulang punggung kemajuan Indonesia dimasa mendatang. Oleh karena itulah Mahasiswa
Dzikir, Fikir dan Amal Sholeh
diharapkan mampu untuk membawa perubahan yang lebih baik lagi bagi Indonesia, dengan
memanfaatkan sumber daya Bangsa dan daya fikir Intelektual muda Mahasiswa yang kritis
solutif
2. Mahasiswa Sebagai Agen Of Control Sosial
Seperti yang telah dituliskan panjang dan lebar di atas, bagaimanapun seorang Mahasiswa pasti
akan kembali dan terjun ke dalam Masyarakat, bagi yang berkuliah dekat dengan rumah atau
berada dikampung halaman nya sendiri mungkin keadaan kuliah sambil bermasyarakat itu sudah
biasa, lantas bagaimanakah bagi mereka yang merantau jauh dari kampung halamannya untuk
kuliah?. Nah, ini tentunya sangatlah sulit, Karena ia akan kembali kemasyarakatnya dan tentu
saja sejak awal meninggalkan kampung halama semua nya sudah berubah, akan tetapi
bagaimanapun keadaan terbarukan akan Masyarakat menjadi hal wajib untuk diketahui. Dalam
keadaan seperti ini, Mahasiswa yang kritis dan peka terhadap lingkungan selalu tanggap dan
sadar apabila terjadi gejolak dan perubahan pada Masyarakat. Tentunya ini semua dengan rasa
peduli dan sikap sosialisnya sehingga Mahasiswa dapat menjaga kestabilan sosial
3. Mahasiswa Sebagai Agen Of Innovation
Menurut UU No. 19 Tahun 2002, pengertian inovasi adalah kegiatan penelitian, pengembangan,
dan atau pun perekayasaan yang dilakukan dengan tujuan melakukan pengembangan penerapan
praktis nilai dan konteks ilmu pengetahuan yang baru, atau pun cara baru untuk menerapkan
ilmu pengetahuan dan teknologi yang sudah ada ke dalam produk atau pun proses produksinya.
Dari pengertian diatas dapat kita simpulkan bahwa Mahasiswa sebagai Agen OfInnovation
tugasnya ialah memberikan solusi untuk memenuhi kebutuhan yang baru. Karena seiring dengan
berjalannya waktu perkembangan zaman pun akan turut berubah, Oleh karena itulah peran
Intelektual muda Mahasiswa dibutuhkan

LAGU-LAGU PERGERAKAN
Mars PMII Masa Depan ditanganmu

Inilah kami wahai indonesia Untuk meneruskan perjuangan

Satu barisan dan satu cita Bersemilah, bersemilah..

Pembela bangsa penegak agama Kau harapan bangsa..

Dzikir, Fikir dan Amal Sholeh


Tanganterkepaldanmaju (kembali ke # <dibaca 2x>)

kemuka Berjuanglah PMII

Habislah sudah masa yang suram #

Selesai sudah derita yang lama Berjuanglah PMII berjuang..


> 2X
Bangsa yang jaya islam yang benar Marilah kita bina persatuan..

Bangun tersentak dari bumiku subur

Hancur leburkanlah angkara murka

Reff Perkokohlah barisan kita

DenganmuPMII Siap..!!

PergerakankuIlmudanbaktikuberikan

Adildan makmur Reff

Kuperjuangkan Sinar api Islam kini menyala…!!

Untukmusatu tanhairku Tekat bulat jihad kita membara.. !!> 2X

Untukmu satu keyakinanku

inilah kami wahai indonesia Berjuanglah PMII berjuang

satu angkatan dan satu jiwa Menegakkan Kalimat Tuhan. (2X– pada
ulangan kedua)
putera bangsa bebas merdeka
(kembali ke # <dibaca 2x
tangan terkepal dan maju kemuka

(kembali ke reff)

Himne PMII

#Bersemilah, bersemilah tunas PMII..2 X

Tumbuh subur.. tumbuh subur..Kadert


PMII.

Pembebasan Darah Juang

Buruh, tani, mahasiswa Disini negeri kami

Rakyat miskin kota Tempat padi terhampar

Bersatu padu rebut demokrasi Samuderanya kaya raya

Gegap gempita dalam satu suara Tanah kami subur Tuhan

Demi tugas suci dan mulia

Dinegeri permai ini

Dzikir, Fikir dan Amal Sholeh


Hari-hari esok adalah milik kita Berjuta rakyat bersimbah
luka
Terbebasnya massa rakyat sejahtra
Anak kurus tak sekolah
Terciptanya tatanan masyarakat
Pemuda desa tak kerja
Indonesia maju tanpa orba

Reff-
Mereka dirampas haknya
Mari sahabat, Mari kita kabarkan
Tergusur dan lapar
Di tangan kita, tergemgam arah
bangsa Bunda relakan darah juang
kami
Mari sahabat , Mari kita pekikkan
sebuah lagu... Tuk membebaskan rakyat

Tentang pembebasan Mereka dirampas haknya

Tergusur dan lapar

Dibawah topi jerami Bunda relakan darah juang


kami
Kususuri garis matahari
Padamu kami berbakti,
Berjuta kali lawan tirani padamu kami berjanji
Bagiku satu langkah pasti

Dibawah kuasa tirani

Kususuri garis jalan ini

Berjuta turun aksi

Bagiku satu langkah pasti

(kembali ke Reff )

SUMPAH MAHASISWA

Kami mahasiswa Indonesia bersumpah, bertanah


Air satu tanah air tanpa penindasan."

"Kami mahasiswa bersumpah, berbangsa satu,


bangsa yang gandrung akan keadilan."

"Kami mahasiswa Indonesia bersumpah, berbahasa satu,

Dzikir, Fikir dan Amal Sholeh


bahasa tanpa kebohongan bahasa tanpa kemunafikan
Jika ada seratus orang yang memperjuangkan kebenaran,
maka pastikan aku satu di antarannya
jika ada sepuluh orang yang memperjuangkan keadilan,
maka saksikan aku satu di antarannya
jika hanya ada satu orang yang memperjuangkan kebenaran
dan keadilan,maka saksikan maka pastikan itulah aku.
HIDUP MAHASISWA
HIDUP RAKYAT
SALAM PERGERAKAN…..

Dzikir, Fikir dan Amal Sholeh

Anda mungkin juga menyukai