Anda di halaman 1dari 5

MENANAMKAN NILAI MODERNISASI REMAJA DAN MAHASISWA WAHIDIYAH

DAN BERTEGUH PADA LEMBAGA PSW YANG DIBENTUK MUALLIF R.A.

Disampaikan dalam: Pertemuan Remaja & Mahasiswa Wahidiyah Nasional


Ahad, 14 Agustus 2022
Oleh: Ali Fanani, A.Md., Ketua I BKKW Pusat

Almukarromiin wal mukarromat para ‘alim ‘ulama yang kami muliakan. Para
Bapak Kyai dan Ibu Nyai yang kami muliakan. Para Habaib wal Asatidz yang kami
muliakan. Para Bapak Ibu pengurus Penyiar Sholawat Wahidiyah di berbagai tingkatan
yang kami muliakan. Khususnya kepada Al Mukarrom Romo K.H. Drs. Syamsul Huda,
Ketua Majelis Tahkim Pusat Penyiar Sholawat Wahidiyah dan kepada Beliau
Almukarrom Romo K.H. Ahmad Masruh Ihsan Mahin, M.H., Ketua Umum Dewan
Pimpinan Pusat Penyiar Sholawat Wahidiyah yang kami muliakan. Ketua DPP PSW
Bidang Pembinaan Remaja dan Mahasiswa beserta para ketua BPRW dan BPMW
Pusat yang saya hormati. Para Bapak/ Ibu Para Ketua Bidang dan Badan Pembina
Remaja dan Mahasiswa baik wilayah dan cabang yang saya hormati. Para peserta,
hadlirin wal hadlirot yang kami hormati, penata acara yang kami ta’ati.
Pertama dan utama marilah kita panjatkan puji syukur kehadlirat Alloh
Subhaanahu Wa Ta’ala yang telah memberikan karunia-Nya kepada kita semua. Mari
kita wujudkan syukur kita biqoulina Alhamdulillaahi robbil ‘alamiin.
Sholawat dan salam semoga tetap tercurah keharibaan Beliau Rosuulillaahi
Shollalloohu ‘alaihi wasallam yang senantiasa kita harapkan syafaat Beliau min
yaumina haadza ilaa yaumil qiyamah. Mari rasa mahabbah kita kepada Beliau kita
wujudkan dengan bacaan sholawat biqoulina Asholaatu wassalaamu ‘alaika wa ‘ala
aalika yaa sayyidii yaarosuulallooh.
Salam ikromaan wa Ta’dziman semoga tetap tercurah kepada para kekasih
Alloh, khususnya kepada Beliau Ghoutsi Hadzazzamaan Rodliyalloohu ‘anhu. Semoga
Beliau yang kami sebutkan diatas senantiasa mencurahkan doa restu untuk kita
semuanya. Aamiin Yaa Robbal ‘alamiin.
Menanamkan nilai modernisasi Remaja dan Mahasiswa Wahidiyah. Modernisasi
merupakan pola perubahan tradisional menjadi modern, untuk mendapatkan cara
praktis dan efisien. Menurut Koentjaraningrat, Modernisasi merupakan sebuah usaha
untuk menyesuaikan dengan zaman dan konstelasi dunia. Modernisasi dapat
mengubah karakteristik manusia untuk terbuka pada perubahan, menghargai orang
lain, dan berpikir ke depan. Di mana, kemudahan teknologi juga membuat manusia
mengubah pola pikir untuk meringankan beban kerja. Contohnya dengan pemakaian
komputer untuk menyimpan data, sehingga mempermudah pekerjaan. 1
Dalam perjuangan Wahidiyah, khususnya pada Remaja dan Mahasiswa
Wahidiyah sudah semestinya mengarah pada perubahan ini sehingga perjuangan
dapat berjalan dengan praktis dan efisien. Contoh sederhana saja, dahulu info-info
kegiatan Remaja dan Mahasiswa Wahidiyah masih mengandalkan surat tertulis saja,
sehingga butuh proses panjang agar info itu bisa di terima oleh Jamaah. Namun
sekarang, seiring berkembangnya tekhnologi informasi, kita sangat terbantu. Selain
menggunakan undangan tertulis, kita dibantu dengan media online seperti email,
whatsapp, instagram, youtube, twitter, dan lain sebagainya sehingga alur informasi bisa
berjalan dengan cepat, efektif, produktif, dan efisien. Hal ini tentu sangat dapat kita
manfaatkan dengan sebaik mungkin sebagai akselerasi atau percepatan perjuangan
Sholawat Wahidiyah yang memiliki cita-cita terwujudnya keselamatan, kedamaian,
kesejahteraan, dan kebahagiaan hidup lahir bathin, materiil dan spirituil di dunia dan
akhirat bagi masyarakat umat manusia seluruh dunia (“Jamii’al ‘alamiin”). Tinggal kita
mau atau tidak. Itu terserah kita. Namun saya yakin, para generasi muda Wahidiyah
memiliki potensi, kapasitas, dan himmah yang tinggi untuk memanfaatkan kecanggihan
tekhnologi sehingga mengajak bersama-sama umat masyarakat untuk sadar Faafirruu
ilallooh wa Rosuulihi Shollalloohu ‘alaihi wasallam.
Selanjutnya, hal Berteguh pada lembaga PSW yang di bentuk Muallif R.A.
penulis cukup tertarik dengan sub topik ini. Sub topik ini mengundang pertanyaan
penulis, apakah ada lembaga PSW yang dibentuk oleh selain Muallif R.A.? Tolong
bantu penulis untuk menjawab. Ini menarik untuk kita diskusikan.
Izinkan penulis mengutip sedikit dawuh Muallif R.A. Dalam wasiat 7 Mei 1986,
Beliau Romo Kyai Haji Abdul Majid Ma’roef, Muallif Sholawat Wahidiyah Rodliyalloohu
‘Anhu. telah dawuh, “Lha mengenai Wahidiyah, puniko kulo aturaken, Wahidiyah
meniko kados dene perjuangan Islam umumipun. Perjuangan Islam puniko lak mboten
diwaris tho nggih?”. (Lha mengenai Wahidiyah, itu saya sampaikan, Wahidiyah itu
seperti perjuangan Islam pada umumnya. Perjuangan Islam itu tidak di waris, kan?) 2.
Menyikapi hal-hal yang berkembang saat ini, muncul bendera-bendera baru yang
mengatas namakan Wahidiyah atau Penyiar Sholawat Wahidiyah. Hal ini tentu tidak
boleh kita pandang sebelah mata atau kita anggap biasa-biasa saja. Sebab dalam Profil
Wahidiyah di jelaskkan, Penyiar Sholawat Wahidiyah adalah satu-satunya lembaga
khidmah (organisasi) yang didirikan oleh Muallif Sholawat Wahidiyah pada tahun 1964
untuk waktu yang tidak terbatas, ditugasi mengatur kebijaksanaan dan memimpin

1
Dwi Fajri, "Pengertian Modernisasi Menurut Para Ahli, Dampak dan Contohnya", Katadata,
Januari 3, 2022, https://katadata.co.id/intan/berita/61d2a9b1dca6f/pengertian-modernisasi-menurut-para-
ahli-dampak-dan-contohnya

2
Yunus Mustofa, “Wasiat dan dawuh-dawuh Muallif Sholawat Wahidiyah R.A.”, (Jombang: DPP PSW,
2006), 1.
pelaksanaan serta bertanggungjawab mengenai pengamalan, penyiaran, pembinaan,
dan pendidikan Wahidiyah sesuai bimbingan Muallif R.A. 3
Ada cuitan diluar sana, di dirikan bendera baru ini untuk menghidupkan kembali
PSW yang telah lama di tinggal oleh Bapak-Bapak Pusat (bahasanya ditinggal dak oleh
Bapak-Bapak Pusat)4. Mendengar hal ini, lalu bagaimana sikap kita? Jawabnya tegas,
kapan Bapak-bapak Pusat meninggalkan PSW??? Bapak-Bapak Pusat sama sekali
tidak meninggalkan Penyiar Sholawat Wahidiyah, lembaga khidmah yang sangat kita
cintai ini.
Kami boleh pinjam istilah pidato terakhir Bung Karno pada 17 Agustus 1966,
yang sangat populer, yakni Jas Merah “Jangan Sekali-kali Meninggalkan Sejarah”.
Sejarah mencatat, pada tanggal 22 Juli 1964 / 12 Robiul Awwal 1384 H., Beliau Muallif
Rodliyalloohu ‘anhu mengundang para tokoh-tokoh masyarakat yang sudah
mengamalkan Sholawat Wahidiyah dari daerah Kediri, Tulungagung, dan Jombang
serta Pengurus Pondok Pesantren Kedunglo untuk bermusyawarah di ndalem utara
Kedonglo. Hadir pula dalam pertemuan tersebut KH. Moh. Yasir, Ketua Syuriah NU
Kec. Kota dari Kediri dan K.H Abdul Karim Hasyim dari Tebuireng Jombang.
Musyawarah tersebut dipimpin langsung oleh Romo Muallif R.A. akhirnya di sepakati
membentuk organisasi yang akhirnya di beri nama Penyiar Sholawat Wahidiyah. 5
Mengalami dinamika organisasi pada waktu itu, terjadi fase-fase atau periode
kepemimpinan. Pada periode 4 tahun 1968 -1970, menjabat sebagai Ketua Beliau
Bapak K. Ahmad Chamim Jazuli atau Gus Mik (dari Ploso Mojo Kediri, perintis Semaan
Al Quran Jantiko Mantab dan Dzikrul Ghofilin.6
Dan periode yang bisa kita katakan krusial dalam PSW, adalah periode ke-12.
Setelah Muallif Rodliyalloohu ‘anhu, wafat tanggal 9 Maret 1989, terjadi kudeta di
dalam PSW yang dilakukan oleh Agus H. Abdul Lathif Madjid Ketua IV yang mengklaim
dirinya sebagai “Pimpinan Umum Perjuangan Wahidiyah” (PUPW) dibantu KH.
Mahfudz Sidik Ketua VI.7
Namun kepengurusan PSW Pusat SK Muallif No. MSW/006/1988 masa khidmah
sampai 1993 (minus Ketua IV dan Ketua VI) tetap eksis menjalankan fungsi tugasnya.

Susunannya menjadi :
Ketua I : A.F. Badri
Ketua II : Drs. Syamsul Huda
Ketua III : Agus Abdul Hamid Madjid
Ketua IV : Mohammad Ruhan Sanusi
Ketua Bidang Khusus : K.H. Zainal Fanani

3
“Profil Wahidiyah”, (Jombang: DPP PSW), 10.
4
Informasi ini penulis peroleh saat ikut serta Turba dengan Kabid Organisasi dan Keuangan DPP PSW
beserta DPW PSW Jawa Timur. Turba tersebut di Kabupaten Blitar, Nganjuk, dan Madiun tanggal 15-17
Juni 2022.
5
Ruhan Sanusi, “Ringkasan Sejarah Sholawat Wahidiyah, Ajaran Wahidiyah, dan Penyiar Sholawat
Wahidiyah”, (Jombang: DPP PSW, 2020), 40 -41.
6
Sanusi, Ringkasan Sejarah, 41.
7
Sanusi, Ringkasan Sejarah, 47.
Ketua Bidang Khusus : K. Ihsan Mahin
Ketua Bidang Khusus : K. Mohammad Jazuly Yusuf.
Hingga akhirnya terlaksana Musyawarah Kubro Wahidiyah Luar Biasa tanggal 12-14
Juli 1996 dan Kantor Sekretariat PSW Pusat dipindah di Pesantren Attahdzib (P.A.)
Rejoagung Ngoro Jombang. Sebab Kedonglo adalah hak waris, dan situasi bathiniah
saat itu (mungkin masih berlanjut hingga sekarang) sangat tidak kondusif, sehingga
mengharuskan PSW untuk hijrah dari Kedonglo ke P.A. agar surat-surat masuk kepada
PSW Pusat tidak “nyelonong” diterima oleh yang seharusnya tidak menerima. 8
Hal diatas mengenai hal eksternal yang terjadi di luar kelembagaan PSW yang
kita cintai ini. Selanjutnya hal internal justru menjadi hal pokok yang perlu kita benahi
dan perlu kita perhatikan, sebab kita sadari maupun tidak, banyak terjadi di tubuh
organisasi kita sendiri, yakni Penyiar Sholawat Wahidiyah, para pengurus dan
pengamal mengalami penurunan semangat, penurunan himmah. Justru hal ini yang
segera kita caraikan solusinya.
Padahal, dalam menjalankan roda perjuangan ini, kita sebagai Pengurus Penyiar
Sholawat Wahidiyah hakikinya adalah Wakil Beliau Shohibul Wahidiyah. Al Wakil Atsirul
Muwakkil. Dan kita yakin ada atau tidak ada, lebih-lebih ada persoalan, kita yakin
Muwakkil kuasa penuh. Dan pasti ada solusinya. Beliau Muallif Rodliyalloohu ‘anhu.
Memberi syarat-syarat kepada kita. Dalam wasiat 9 Mei Beliau dawuh:
Yah, para hadlirin, ya maklum, apabila para hadlirin hadlirot rela menjadi wakil saya,
ialah tidak ada apa-apanya, kecuali hanya keberatan-keberatan dan pengorbanan-
pengorbanan...9
Lanjut Beiau, Tapi maaf, para hadlirin hadlirot menerima dengan rela hati dan
gembira menjadi wakil saya, tapi ya maaf, saya ada syarat-syarat yang harus di
penuhi...segala perbuatan dan perkataan, maupun apa saja yang merugikan
perjuangan terutama, yang menjadikan fitnah terutama, ini supaya di buang sama
sekali.
...dan anjuran supaya senantiasa saling memperingatkan dengan bijaksana.
Dari Dawuh Beliau diatas, setidaknya ada tiga syarat bagi kita para pengurus
Penyiar Sholawat Wahidiyah. Yang pertama, rasa rela berkorban untuk perjuangan.
Utamanya mau mengorbankan waktunya untuk meningkatkan mujahadah dan
meningkatkan perjuangannya. Yang kedua, segala perbuatan dan perkataan, maupun
apa saja yang merugikan Perjuangan supaya dibuang sama sekali. Dan yang ketiga
agar senantiasa saling ingat mengingatkan antar satu dan yang lainnya.
Saudara-saudara Peserta Pertemuan yang berbahagia.
Sungguh hal-hal yang telah terjadi seperti saat sekarang ini, di Indonesia
terutama, dan di luar negeri mengisyaratkan kepada kita untuk meningkatkan
perjuangan-perjuangan kita. Dimana rasa keadilan dan rasa kemanusiaan sudah di
kesampingkan.

8
Ruhan Sanusi, “Jawaban Perpindahan Kantor Sekretariat dan Perubahan Stempel dalam LPJ PSW
Pusat pada Muskub 1996” (Jombang: Juli 13, 1996).
9
Mustofa, “Wasiat dan Dawuh”, 5.
Belum lagi situasi politik, keamanan dunia. Perang Timur Tengah, kawan-kawan
kita di Palestina terus-menerus dihantui bom-bom yang tiba-tiba meledak. Kanak-kanak
disana tidak dapat mengenyam rasa keamanan dan pendidikan yang baik. Belum lagi
Perang Rusia dan Ukraina yang terus meluas yang dampaknya mendunia. Masyarakat
semakin terhimpit dengan keadaaan, baik ekonomi, sosial, budaya, dan lain
sebagainya. Suatu saat dalam Mujahadah Kubro Wahidiyah Dalam Rangka
Memperingati Ulang Tahun Wahidiyah Ke-21 pada Gelombang Kelima Beliau Muallif
R.A. dawuh, “ kita tidak pisah dengan umat manusia. Kita Indonesia makmur, sekalipun
sudah makmur, begitu adil makmur tapi kalo di luar negeri yaitu nuklir-nukliran, ikut
hancur juga Indonesia”.10
Solusinya adalah Fafirruu ilallooh wa Rosuulihi Shollalloohu ‘alaihi wasallam. Lari
kembali kepada Alloh Subhaanahu wa Ta’ala, Tuhan Yang Maha Esa. Dan kita, para
Remaja dan Mahasiswa Wahidiyah memiliki kesempatan lebih untuk berperan dalam
perjuangan yang suci ini sebab kita masih diberi kekuatan berfikir, tenaga, kesempatan,
dan lain sebagainya. Sekali lagi, tinggal kita mau atau tidak. Mari kita introspeksi diri
kita masing-masing. Sudah sejauh mana kita berperan dalam perjuangan suci ini. Ingat,
bukan apa yang kita dapat dari perjuangan, tapi apa yang bisa kita korbankan dan kita
berikan untuk perjuangan ini. Ibarat berlayar, kita semua para pengurus, adalah
nahkodanya. Mau di bawa kemana kapal itu tergantung pemimpinnya. Dan kita yakin
Alloh tidak menyediakan pelayaran yang mulus-mulus saja, tanpa adanya ombak dan
tantangan-tantangan. Tantangan pasti ada dan kita harus bahu-membahu, bekerja
sama untuk mengatasi tantangan itu.
Mari kita sungguh-sungguh, hati kita berkata: Yaa Alloh Yaa Tuhan Kami,
ampunilah segala dosa-dosa kami, permudahlah segala urusan kami, bukakanlah hati
dan jalan kami, tunjukilah kami, pereratlah persaudaraan di antara kami”. Al Faatihah.
Mungkin ini sedikit pemantik dari penulis dalam kesempatan ini. Yang pasti
banyak kekurangan dan kekhilafan disana sini. Untuk itu penulis mohon maaf sekaligus
mohon kritik dan saran dari berbagai pihak demi perbaikan dikemudian hari. Akhirnya,
selamat berjuang para generasi Muda Wahidiyah, seperti dawuh Beliau Rodliyalloohu
‘anhu, “Berjuanglah Para Remaja, Jangan Takut, Aku di belakangmu”

َّ ‫صلَّى اهللُ َعلَْي ِه َو َسلَّ ْم‬ ِ ِ ِ ِ


‫اع ْة‬
َ ‫الش َف‬ َ ‫وبِااهلل الت َّْوف ْي ُق َوالْ ِه َدايَ ْة َوم ْن َر ُس ْو ِل اهلل‬
ِ ‫الزم‬ ِ ِ
‫ان رضى اهلل عنه النَّظ َْر ْة َوالَْب َر َك ْة‬ َ َّ ‫َوالت َّْربِيَ ْة َوم ْن غَ ْوث ه َذا‬
ِ ُ‫السالَم َعلَْي ُكم و َعلَْي ُك َّن ور ْحمة‬
‫اهلل َو َب َر َكاتُ ْة‬ َ ََ َْ ُ َّ ‫َو‬

10
Romo K.H. Abdul Madjid Ma’roef, “Kuliah Wahidiyah Mujahadah Kubro Wahidiyah”, Mahasiswa
Wahidiyah, https://www.youtube.com/watch?v=OmgxWfkPGFE, 1:09.

Anda mungkin juga menyukai