Anda di halaman 1dari 4

Selamat Malam Yth. Bapak/Ibu Tutor.

Nama : Sindy Tiara Yulia Ningrum


NM : 044731644
Prodi : Ilmu Administrasi Negara
Berikut jawaban Tugas kesatu Sesi Ketiga ini :

Tugas 1

1. Paradigma bidang administrasi yang dikemukakan Nicholas Henry terdapat 5 Paradigma,


menurut pandangan anda kondisi Administrasi Negara di Negara Republik Indonesia
termasuk pada paradigma yang mana?, jelaskan
2. Ada 6 (enam) ciri Birokrasi dari pendapatnya Max Weber, menurut pandangan anda kondisi
Birokrasi di Pemerintah Republik Indonesia sudah sesuai atau tidak dengan pendapatnya Max
Weber?, jelaskan!
3. Hal-hal apa saja yang perlu diperhatikan dalam pendelegasian wewenang? menurut
pandangan anda kondisi pendelegasian wewenang di Pemerintah Republik Indonesia sudah
sesuai atau tidak dengan pedoman pendelegasian wewenang?, jelaskan!

Petunjuk dalam mengerjakan soal :

Dalam menjawab soal ini, silahkan pergunakan BMP ADPU4217 Organisasi dan Manajemen.

Kriteria penilaian dalam tugas ini adalah :


1. Mengerjakan tugas dengan berdasar pada BMP ADPU4217 Organisasi dan Manajemen.
2. Membuat tulisan berdasarkan analisis/kalimat sendiri.
3. Mencantumkan daftar pustaka.
4. Copy paste tidak akan diberikan penilaian

Selamat mengerjakan tugas, perhatikan batas waktu pengiriman tugas, pastikan bahwa tugas
anda sudah tersubmitted, dan file tugas dalam bentuk doc/docx hanya diunggah pada tempat
unggah tugas pada Tuton ini.

Salam sukses

Jawaban :

1). Menurut Modul Organisasi dan Manjemen yang saya baca, Perkembangan ilmu administrasi
sebagai suatu bidang ilmu mengalami perubahan melalui fase-fase pandangan dan asumsi orang
(paradigma). Setiap fase perkembangan di tandai sesuai lokus dan fokus ilmu ini. Kelima
paradigma bidang administrasi dikemukakan oleh Nicholas Henry (1975) dalam bukunya
"Public Administration and Public Affair".

Nicholas Henry (1975) dalam kaitannya terkait ilmu administrasi membagi tahap-tahap
berkembangnya ilmu administrasi menjadi beberapa paradigma :
a. Paradigma Dikotomi Politik/Administrasi 1900 — 1926
Pada abad ke-19 para ahli administrasi seperti Frank Goodnow (Politics and Administration.
1900). Leonard D. White (Introduction to the Study of Public Administration. 1926) dan lain lain
mulai berjuang untuk menjadikan administrasi sebagai ilmu yang berdiri sendiri terpisah dari
induknya yaitu ilmu politik. Sebagai ilmu disyaratkan mempunyai lokus (tempat) dan fokus
(spesifikasinya). Alasan pemisah ilmu administrasi dari ilmu politik ini adalah bahwa bidang
ilmu administrasi berbeda dengan ilmu politik. administrasi negara mampu menjadi ilmu yang
bebas mengembangkan nilai yang dianutnya (value free) dan misi (tujuan) administrasi adalah
ekonomi dan efisiensi waktu. Hanya saja pada waktu ini pan ahli administrasi hanya dapat
menunjukkan lokus ilmu ini yaitu didalam birokrasi pemerintah. Sedangkan fokus ilmu ini
belum dapat ditunjukkan. namun pada waktu ini administrasi berkembang ke arah administrasi
negara dan administrasi niaga.

b. Paradigma II: Prinsip-prinsip Administrasi 1927 — 1937


ada tahun 1927, T.W. Willoughby dalam bukunya Principle of Public Administration membawa
angin baru dalam perkembangan ilmu administrasi. Ia mengemukakan beberapa prinsip
administrasi yang bersifat ilmiah yang dapat diterapkan oleh seorang administrator. Yang
penting bagi administrator yang telah mempelajari prinsip tersebut adalah bagaimana
menerapkan prinsip tersebut dalam prakteknya. Dengan demikian, prinsip administrasi dijadikan
fokus ilmu administrasi dan lokusnya tetap dalam birokrasi pemerintah. prinsip-prinsip
administrasi seperti Gullick dan Urwick yang mengekspresikan dalam bentuk POSDCORB
(planning, organizing, staffing, directing, coordinating, reporting, dan budgeting). Salah seorang
di antaranya adalah Hebert A. Simon yang mengemukakan bahwa ada dua arah perkembangan
ilmu administrasi yang serasi dan saling mendukung :
- 1. Perkembangan yang mengarah kepada ilmu administrasi murni
- 2. Perkembangan yang mengarah kepada kebijakan publik (public policy) Ilmu Administrasi
Negara dan Ilmu Politik.
- administrasi negara dipandang sebagai tempat atau kotak hitam (black box) untuk memproses
input menjadi output.

c. Paradigma III: Administrasi Negara sebagai Ilmu Politik 1950 — 1970


Kritik yang konseptual terhadap ilmu administrasi negara menyebabkan ilmu administrasi
kembali ke induknya yaitu ilmu politik. Pada tahun 1962 ilmu administrasi negara tidak
dimasukkan lagi sebagai subbidang dari ilmu politik seperti terlihat dalam laporan Komite Ilmu
Politik dari Perkumpulan Ilmu Politik Amerika

d. Paradigma IV: Administrasi Negara sebagai ilmu administrasi 1956 — 1970


Pada masa ini para ahli administrasi negara dapat memperlengkapi ilmu ini dengan
mengemukakan fokus dari ilmu administrasi negara. Ilmu adalah kumpulan pengalaman-
pengalaman atau pengetahuan-pengetahuan yang telah disusun datanya dan sudah diuji
kebenarannya.

e. Paradigma V: Administrasi Negara sebagai Administrasi Negara (1970)


Yang menjadi titik utama dari teori organisasi pada masa ini adalah bagaimana dan mengapa
organisasi bekerja, bagaimana dan mengapa orang bertindak atau berbuat, bagaimana dan
mengapa keputusan dibuat. Jadi administrasi negara pada masa ini lebih berfokus pada teori
organisasi dan ilmu manajemen. Sedangkan lokusnya adalah kepentingan publik dan
kesejahteraan publik.

Menurut saya, kondisi Administrasi Negara di Negara Republik Indonesia ada pada paradigma II
karena menjelaskan prinsip administrasi dijadikan fokus ilmu administrasi dan lokusnya tetap
dalam birokrasi pemerintah dan ada perkembangan menurut Hebert A. Simon

Sumber Referensi :
• Mirrian Sjofjan Arif. Organisasi dan Manajemen. Ed.3. Jakarta: Universitas Terbuka, 2016, hal.
1.33-1.37.
• Christian Gamas. Paradigma Administrasi oleh Nicholas Henry. 2021, Agustus. Link :
https://christiangamas.net/paradigma-administrasi-oleh-nicholas-henry/

2). Birokrasi merupakan suatu sistem administrasi atau struktur organisasi yang di mana
memiliki ciri adanya prosedur terikat menurut standart tertentu dan dijalankan sesuai dengan
spesialisasi keterampilan serta hierarki yang rumit.

Dengan mengutip pendapat Max Weber seorang sosiolog Jerman, Tjokroamidjojo (1984: 72-73)
mengemukakan ciri-ciri utama dari struktur birokrasi di dalam tipe idealnya, yaitu sebagai
berikut :
- Prinsip pembagian kerja
Kegiatan-kegiatan reguler yang diperlukan untuk mencapai tujuan organisasi dibagi
dalam cara-cara tertentu sebagai tugas-tugas jabatan.
- Struktur hierarkis
Pengorganisasian Jabatan-jabatan mengikuti prinsip hierarkis, yaitu jabatan yang lebih
rendah berada di bawah pengawasan atau pimpinan dari jabatan yang lebih atas.
- Aturan dan Prosedur
Pelaksanaan kegiatan didasarkan pada sistem peraturan yang konsisten.
- Prinsip netral (tidak memihak)
Pejabat yang ideal dalam suatu birokrasi melaksanakan kewajiban dalam semangat
formalistic impersonality (formal nonpribadi), artinya tanpa perasaan simpati atau tidak
simpati.
- Penempatan didasarkan atas karier
Penempatan kerja di dalam organisasi birokrasi didasarkan pada kualifikasi teknis dan
dilindungi terhadap pemberhentian sewenang-wenang.
- Birokrasi murni
Pengalaman menunjukkan bahwa tipe birokrasi yang murni dari organisasi administrasi
dilihat dari segi teknis dapat memenuhi efisiensi tingkat tinggi.

Menurut saya, kondisi Birokrasi di Pemerintah Republik Indonesia sudah sesuai karena
dari ciri-ciri tsb brokrasi di Indonesia sudah hampir menerapkan sistem birokrasi yang
modern. Potret birokrasi di Indonesia sedikit banyaknya masih mengadopsi dari
pandangan realistis Karl Marx yang di mana birokrasi dibentuk bukan untuk melayani
masyarakat namun untuk melayani kelompok mayoritas atau kelompok tertentu yang
mempunyai kekuatan atau pengaruh besar dalam pemerintahan. Namun disisi lain, model
birokrasi Indonesia juga digambarkan cenderung berorientasi pada model birokrasi legal-
rasional Max Weber yang di mana kekuasaan birokrasi sebagai tipe kekuasaan yang
paling murni ditandai oleh peraturan atas undang-undang sebagai ganti dari
ketergantungan pribadi berdasarkan kemampuan pejabat kualifikasi profesional dan
disiplin.
Referensi :
Drs. Muhamad, M.Si. Birokrasi (Kajian Konsep, Teori menuju Good Governance).
Oktober, 2018. Sulawesi

3). Pendelegasian wewenang merupakan keahlian pemimpin yang penting sebab dengan
pendelegasian wewenang, seorang pemimpin dapat melipatgandakan waktu, perhatian
dan pengetahuannya yang terbatas. Menurut Manullang (2006), kepercayaan diri seorang
pemimpin sangat mempengaruhi keberaniannya melakukan delegasi wewenang. Untuk
melaksanakan pendelegasian wewenang dengan baik, beberapa ahli mengemukakan hal-
hal pokok yang perlu diperhatikan.Menguraikan beberapa hal yang harus diperhatikan
dalam pendelegasian wewenang, yaitu:
1. Batas wewenang.
2.Tanggung jawab.
3. Antara tugas, tanggung jawab, dan wewenang harus seimbang.
4. Kemauan memperhatikan pendapat dari pejabat yang menerima delegasi.
5. Mempercayai pejabat yang diserahi wewenang.
6. Membimbing pejabat yang diserahi wewenang.
7. Melakukan pengontrolan.
8. Pendelegasian wewenang akan berhasil baik apabila dipenuhi pula syarat-syarat bahwa
tugasnya jelas, ada pejabat yang memang bersedia melimpahkan wewenangnya, dan ada
pejabat yang memang mampu menerima wewenang.

Menurut saya, kondisi pendelegasian wewenang di Pemerintah Republik Indonesia sudah


sesuai dan beberapa hal yang perlu diperhatikan harus sesuai dengan apa yg dijelskan
agar bisa dilaksanakan dengan baik.

Referensi :
perpustakaan.uns.ac.id.

Anda mungkin juga menyukai