1.PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
A. Posiandu Lansia
Tanggal 17 juli 2022
Latar Belakang :
Posyandu lansia merupakan pengembangan dari kebijakan pemerintah melalui pelayanan
kesehatan bagi lansia yang penyelenggaraannya melalui program Puskesmas dengan melibatkan
peran serta para lansia, keluarga, tokoh masyarakat dan organisasi sosial dalam
penyelenggaraannya diharapkan dapat meningkatkan derajat kesehatan dan mutu pelayanan
usia lanjut sebagai bagian proses deteksi dini dan peningkatan kesehatan serta pencegahan
penyakit lansia agar mencapai masa tua yang bahagia dan berdaya guna dalam kehidupan
keluarga dan masyarakat sesuai dengan keberadaannya dalam strata kemasyarakatan.
Gambaran Pelaksanaan :
- Lansia datang ke posyandu pada titik yang telah ditetapkan di posiandu flamingo kelurahn
kaobula
- Dilakukan pengukuran tekanan darah dan penimbangan berat badan, Gula darah, Assama
urat kolestrol dan pada lansia
- Dilakukan anamnesis, pemeriksaan fisik dan edukasi oleh dokter
- Pemberian obat oleh apoteker
-
B Posiandu Lansia
Gambaran Pelaksanaan :
- Lansia datang ke posyandu pada titik yang telah ditetapkan di posiandu merak kelurahan
nganganaumala
- Dilakukan pengukuran tekanan darah dan penimbangan berat badan, Gula darah, Assama
urat kolestrol dan pada lansia
- Dilakukan anamnesis, pemeriksaan fisik dan edukasi oleh dokter
- Pemberian obat oleh apoteker
- Kegiatan ini dilaksanakan 1 bulan sekali di setiap tempat
C. Posiandu Lansia
Gambaran Pelaksanaan :
- Lansia datang ke posyandu pada titik yang telah ditetapkan di posiandu camar kelurahan
lanto
- Dilakukan pengukuran tekanan darah dan penimbangan berat badan, Gula darah, Assama
urat kolestrol dan pada lansia
- Dilakukan anamnesis, pemeriksaan fisik dan edukasi oleh dokter
- Pemberian obat oleh apoteker
- Kegiatan ini dilaksanakan 1 bulan sekali di setiap tempat
D. Posiandu Lansia
Gambaran Pelaksanaan :
- Lansia datang ke posyandu pada titik yang telah ditetapkan di posiandu Cendrawasih
kelurahan nganganaumala
- Dilakukan pengukuran tekanan darah dan penimbangan berat badan, Gula darah, Assama
urat kolestrol dan pada lansia
- Dilakukan anamnesis, pemeriksaan fisik dan edukasi oleh dokter
- Pemberian obat oleh apoteker
- Kegiatan ini dilaksanakan 1 bulan sekali di setiap tempat
E. Posiandu Lansia
F. Posiandu Remaja
Gambaran Pelaksanaan :
Kegiatan dilaksanakan di kelurahan Kaobulla. Kegiatan dimulai pukul 15.00 – 17.00. Kegiatan
yang dilakukan meliputi pemeriksaan BB, TB Lingkar Perut, LILA.
G. Posiandu Remaja
Tanggal 15 September 2022
Latar Belakang :
Masa remaja adalah masa dimana manusia mengalami pertumbuhan yang pesat sehingga
memerlukan asupan gizi makro dan mikro yang seimbang. Kekurangan asupan gizi mikro berupa
zat besi dapat menyebabkan anemia. World Health Organization (2011) menyatakan prevalensi
kejadian anemia remaja putri di Asia mencapai 191 juta orang dan Indonesia menempati urutan
ke-8 dari 11 negara di Asia. Faktor resiko terjadinya anemia pada remaja putri yaitu keadaan
stres, haid, dan terlambat makan. Anemia pada remaja putri juga dapat berdampak pada
prestasi belajar siswi karena anemia pada remaja putri dapat menurunkan konsentrasi siswi
dalam belajar. Remaja putri yang mengalami anemia berisiko 1,875 kali lipat memperoleh
prestasi belajar lebih rendah dibandingkan remaja putri yang tidak mengalami anemia.
Gambaran Pelaksanaan :
Kegiatan dilaksanakan di kelurahan lanto. Kegiatan dimulai pukul 15.00 – 17.00. Kegiatan
yang dilakukan meliputi pemeriksaan BB, TB Lingkar Perut, LILA.
ADVOKASI
1. CUCI TANGAN
Tanggal Kegiatan : 15 Juni 2022
Nama Keluarga : Masyarakat yang berkunjung di Posyandu Lansia Pusekesmas
meomeo (Lr. Lanto )
Judul Laporan Kegiatan : Cuci Tangan Pakai Sabun Sebagai Kegiatan Perilaku Hidup Bersih
Dan Sehat
Latar Belakang
Mencuci tangan merupakan teknik dasar yang paling penting dalam pencegahan dan
pengontrolan infeksi. Mencuci tangan merupakan proses pembuangan kotoran dan debu secara
mekanis dari kedua belah tangan dengan memakai sabun dan air. Tujuan cuci tangan adalah
untuk menghilangkan kotoran dan debu secara mekanis dari permukaan kulit dan mengurangi
jumlah mikroorganisme. Mencuci tangan juga dapat menghilangkan sejumlah besar virus yang
menjadi penyebab berbagai penyakit, terutama penyakit yang menyerang saluran cerna, seperti
diare dan saluran nafas seperti influenza. Hampir semua orang mengerti pentingnya mencuci
tangan pakai sabun, namun masih banyak yang tidak membiasakan diri untuk melakukan dengan
benar pada saat yang penting. Mencuci tangan memakai sabun sangat penting sebagai salah
satu mencegah terjadinya diare, kebiasaan mencuci tangan diterapkan setelah buang air besar,
setelah menceboki bayi dan balita, sebelum makan serta sebelum menyiapkan makanan.
Masyarakat akan mampu meningkatkan pengetahuan hidup sehat dimanapun mereka berada
jika mereka sadar, termotivasi dan di dukung dengan adanya informasi serta sarana dan
prasarana kesehatan.
Gambaran pelaksanaan
Memberikan informasi kepada masyarakat mengenai pentingnya cuci tangan pakai sabun yang
harus diterapkan sebagai budaya dan kebiasaan dalam kehidupan sehari-hari.
2. PENGGUNAAN MASKER
Tanggal Kegiatan : 12Juli 2022
Nama Keluarga : Beberapa Anggota Keluarga yang datang Berobat Ke Puskesmas
Meomeo
Judul Laporan Kegiatan : Pencegahan Penularan Penyakit Di Era Covid-19 Dengan
Penggunaan Masker
Latar Belakang
Penggunaan masker medis dapat mencegah penyebaran percikan yang dapat menyebabkan
infeksi dari orang yang terinfeksi ke orang lain dan kemungkinan kontaminasi lingkungan akibat
percikan ini. Masker menjadi salah satu barang penting dalam mencegah penularan virus corona
(COVID-19). Bahkan, akibat wabah virus corona, masker menjadi barang langka karena banyak
diburu masyarakat. Pemerintah juga telah meminta masyarakat tidak panic buying dan
memprioritaskan mereka yang menggunakan masker medis adalah tenaga kesehatan dan orang
yang sedang sakit. Sedangkan masyarakat sehat disarankan untuk memakai masker kain. Agar
tidak salah dalam memanfaatkan masker, masyarakat perlu mengetahui jenis-jenis masker,
fungsi, dan tingkat proteksinya. Menurut data Gugus tugas covid 19 (2020) masih rendahnya
kesadaran masyarakat terhadap wabah covid 19 menjadi salah satu penyebab masih tingginya
angka kasus covid 19 di indonesia, selain itu prilaku untuk mematuhi protokol kesehatan seperti
social distancing, cuci tangan dan menggunakan masker yang masih rendah juga diduga menjadi
alasan masih tingginya angka penderita covid 19 masih tinggi dari hasil pengamatan masih
banyak warga yang tidak menggunakan masker ketika beraktifitas diluar rumah dan selalu
berkumpul-kumpul ketika sore hari oleh karena itu maka dipandang perlu melakukan edukasi
kepada warga tentang pencegahan covid-19.
Gambaran pelaksanaan
Metode penyuluhan dipilih untuk melakukan intervensi yang dilaksanakan dalam upaya
memberikan pemahaman kepada warga masyarakat mengenai pentingnya memakai masker di
era covid-19. Penyuluhan dilaksanakan di Puskesmas Meomeo.
KEMITRAAN
Latar Belakang :
Pemberian Obat Pencegahan Secara Massal Cacingan (POPM) disebut POPM Cacingan
merupakan pemberian obat cacing secara serentak kepada semua penduduk sasaran di wilayah
berisiko cacingan sebagai bagian dari upaya pencegahan penularan cacingan.
cacingan merupakan penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di
Indonesia karena berjangkit di sebagian besar wilayah Indonesia dan dapat mengakibatkan
menurunnya kondisi kesehatan, gizi, kecerdasan, dan produktifitas.
Masalah kecacingan terutama terjadi pada daerah dengan kondisi higiene dan sanitasi yang
kurang baik serta perilaku masyarakat yang kurang hidup bersih dan sehat, infeksi cacing perut
ini dapat mempengaruhi ststus gizi, proses tumbuh kembang, dan perusak kemampuan kognitif
pada anak yang terinfeksi. Kasus-kasus malnutrisi, stunting, anemia bisa disebabkan oleh karena
kecacingan..
Pemberian obat cacing dapat diulang setiap 6 bulan sekali. Pemberian obat cacing ini hanya
dilakukan apabila anak sehat, tidak demam ataupun sakit, anak sudah sarapan pagi dan hanya
dilakukan oleh petugas puskesmas atau kader kesehatan yang sudah terlatih dan tidak bisa
dibawa pulang.
Gambaran Pelaksanaan :
Kegiatan dilaksanakan di SDN 4 Wameo. Kegiatan dimulai pukul 07.00 - 08.30 wita . kegiatan
meliputi penjaringan dan pembagian obat cacing. Obat cacing yang diberikan Albendazole 400mg
Dosis Tunggal, Obat diberikan langsung dan diminum langsung saat itu, untuk memastikan obat itu
benar diminum oleh siswa sekolah.
PENYULUHAN
Gambaran Pelaksanaan :
Penyuluhan dengan cara ceramah dibantu media presentasi mengenai P3K dilakukan kepada
masyarakat terutama anak-anak sekolah di sekitar wilayah kerja Puskesmas Meo-Meo.
Gambaran Pelaksanaan :
Konseling dan penjelasan menyeluruh dan detail tentang manfaat keluarga berencana (KB) dan
jenis-jenis KB yang dapat digunakan, disampaikan kepada pasangan suami istri, pasien
puskesmas dan ibu-ibu dengan multi gravida yang datang saat ANC, serta kepada pasien yang
sudah menggunakan KB namun tidak cocok.
Latar Belakang :
Kesehatan mental merupakan hal sama pentingnya dengan kesehatan fisik bagi
manusia. Dengan sehatnya mental seseorang maka aspek kehidupan yang lain dalam
dirinya akan bekerja secara lebih maksimal. Kondisi mental yang sehat tidak dapat
terlepas dari kondisi kesehatan fisik yang baik.
Kesehatan mental yang baik untuk individu merupakan kondisi di mana individu
terbebas dari segala jenis gangguan jiwa, dan kondisi dimana individu dapat berfungsi
secara normal dalam menjalankan hidupnya khususnya dalam menyesuaikan diri untuk
menghadapi masalah-masalah yang mungkin ditemui sepanjang hidupnya. Menurut
WHO, kesehatan mental merupakan kondisi dari kesejahteraan yang disadari individu,
yang di dalamnya terdapat kemampuan-kemampuan untuk mengelola stres kehidupan
yang wajar, untuk bekerja secara produktif dan menghasilkan, serta berperan serta di
komunitasnya.
Gambaran Pelaksanaan :
Penyuluhan dan sosialisasi dari rumah ke rumah di sekitar wilayah kerja Puskesmas
Meo-Meo mengenai pentingnya kesehatan jiwa.
Latar Belakang :
Imunisasi merupakan salah satu upaya menurunkan angka kematian bayi dan balita.
Dasar utama pelayanan kesehatan, bidang preventif merupakan prioritas utama,
dengan melakukan imunisasi terhadap seorang anak atau balita, tidak hanya
memberikan perlindungan pada anak lainnya, karena terjadi tingkat imunitas umum
yang meningkat dan mengurangi penyebaran infeksi (Ranuh dkk, 2011).
Strategisnya imunisasi sebagai alat pencegahan, menjadikan imunisasi sebagai program
utama suatu negara. Bahkan merupakan salah satu alat pencegahan penyakit yang
utama di dunia. Di Indonesia, imunisasi merupakan andalan program kesehatan
(Achmadi, 2006).
Imunisasi dasar adalah pemberian imunisasi awal pada bayi untuk mencapai kadar
kekebalan di atas ambang perlindungan (Depkes RI, 2012). Jenis- jenis imunisasi dasar,
yaitu: BCG, yaitu imunisasi dasar yang diberikan untuk mencegah penyakit TBC.
Kemudian imunisasi dasar Hepatitis B, yang diberikan untuk mencegah penyakit
hepatitis B. Selanjutnya DPT, yaitu imunisasi dasar yang diberikan untuk mencegah
penyakit difteri, pertusis, dan tetanus. Kemudian imunisasi dasar Campak, yang
diberikan untuk mencegah penyakit campak dan yang terakhir imunisasi dasar Polio,
yang diberikan untuk mencegah penyakit polio (IDAI, 2014)
Gambaran Pelaksanaan :
Pemberian imunisasi dasar dan penjelasan mengenai imunisasi disampaikan dalam
bentuk penyuluhan di Posyandu sekitar wilayah kerja Puskesmas Meo-Meo
Latar Belakang :
Pembangunan kesehatan pada hakikatnya merupakan penyelenggaraan upaya kesehatan
untuk mencapai kemampuan hidup sehat secara mandiri dengan upaya peningkatan derajat
kesehatan masyarakat yang optimal, peningkatan kualitas sumber daya manusia dan
pemerataan jangkauan pelayanan kesehatan (Depkes, 2009). Dalam upaya pemerataan
jangkauan pelayanan kesehatan yang dititikberatkan pada pelayanan kesehatan dasar yang
dilaksanakan secara terpadu melalui Puskesmas, Puskesmas Pembantu, Polindes, Posyandu
serta pelayanan rujukan melalui rumah sakit, pemerintah telah membangun Puskesmas dan
jaringannya di seluruh
Indonesia. Rata-rata setiap kecamatan mempunyai dua Puskesmas, setiap tiga desa
mempunyai satu Puskesmas pembantu dan di setiap desa memiliki satu Polindes.
Puskesmas telah melaksanakan kegiatan dengan hasil yang nyata, status kesehatan
masyarakat semakin
meningkat, ditandai dengan menurunnya angka kematian ibu, makin meningkatnya status
gizi masyarakat dan umur harapan hidup (Depkes 2009).
Hingga saat ini Puskesmas belum sepenuhnya memenuhi harapan masyarakat. Hal ini
dikarenakan terbatasnya ketersediaan fasilitas sarana dan prasarana kesehatan yang
memadai terutama di Pukesmas Pembantu dan Polindes, serta terbatasnya ketersediaan
tenaga kesehatan yang berkualitas terutama untuk pelayanan masyarakat di desa, sehingga
menyebabkan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) masih tinggi, yang
salah satu penyebabnya adalah terlambat dalam memperoleh pelayanan persalinan di
fasilitas kesehatan pada saat dalam keadaan emergensi yang dapat dicegah dengan
melakukan persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan
(Kemenkes, 2011).
Menurut hasil Riskesdas 2010, persalinan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan di fasilitas
kesehatan baru mencapai 55,4% (Riskesdas, 2010). Keadaan ini masih kurang dari target
Standar Pelayanan Minimal (SPM) yang seharusnya yaitu 100% ibu bersalin ke fasilitas
kesehatan yang ditetapkan dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor
741/Menkes/Per/VII/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di
kabupaten/kota dan Kepmenkes RI nomor 828/Menkes/SK/IX/2008 tentang Petunjuk Teknis
Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan Kabupaten/Kota.
Gambaran Pelaksanaan :
Penyuluhan diberikan kepada ibu hamil yang datang untuk periksa kehamian di
Puskesmas maupun Posyandu agar dapat melakukan persalinan di fasilitas
kesehatan yaitu Puskesmas Meo-Meo atau Rumah Sakit. Puskesmas sendiri telah
membuka pelayanan persalinan 24 jam sehingga semua masyarakat dapat
melahirkan di fasilitas kesehatan. Selain itu, diterbitkan pula peraturan dari dinas
kesehatan yang melarang persalinan dilakukan di rumah. Pasien yang melakukan
persalinan di puskesmas dapat menggunakan BPJS sehingga semua biaya ditanggung
oleh BPJS.
Latar Belakang :
Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus Dengue
dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. DBD banyak dijumpai di daerah tropis dan
subtropis seperti Indonesia.
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi munculnya DBD. Diantaranya adalah rendahnya
kekebalan tubuh masyarakat; kepadatan jentik nyamuk atau populasi nyamuk penular yang
banyak ditemukan di musim penghujan; genangan air di tempat-tempat tertentu seperti ban
bekas, kaleng bekas, talang air, botol bekas, gelas bekas, lubang pohon, bambu, pelepah daun,
dan sebagainya.
Gambaran pelaksanaan :
1. Melakukan identifikasi sasaran tepat kunjungan rumah pada pasien suspek DBD.
2. Melakukan kunjungan rumah pada pasien terduga DBD.
3. Melakukan Anamnesis, Pemeriksaan Fisik dan Edukasi terkait penyakit yang mungkin dialami
pasien.
4. Pemberian terapi sesuai penyakit yang diderita pasien.
5. Melakukan wawancara mengenai kondisi kebersihan rumah dan lingkungan sekitarnya.
6. Edukasi mengenai kebersihan lingkungan terkait hal yang perlu dibenahi dalam
memberantas penularan penyakit DBD melalui gigitan nyamuk.
Latar Belakang :
Mencuci tangan merupakan teknik dasar yang paling penting dalam pencegahan dan
pengontrolan infeksi. Mencuci tangan merupakan proses pembuangan kotoran dan debu secara
mekanis dari kedua belah tangan dengan memakai sabun dan air. Tujuan cuci tangan adalah
untuk menghilangkan kotoran dan debu secara mekanis dari permukaan kulit dan mengurangi
jumlah mikroorganisme. Mencuci tangan juga dapat menghilangkan sejumlah besar virus yang
menjadi penyebab berbagai penyakit, terutama penyakit yang menyerang saluran cerna, seperti
diare dan saluran nafas seperti influenza. Hampir semua orang mengerti pentingnya mencuci
tangan pakai sabun, namun masih banyak yang tidak membiasakan diri untuk melakukan dengan
benar pada saat yang penting. Mencuci tangan memakai sabun sangat penting sebagai salah
satu mencegah terjadinya diare, kebiasaan mencuci tangan diterapkan setelah buang air besar,
setelah menceboki bayi dan balita, sebelum makan serta sebelum menyiapkan makanan.
Masyarakat akan mampu meningkatkan pengetahuan hidup sehat dimanapun mereka
berada jika mereka sadar, termotivasi dan di dukung dengan adanya informasi serta sarana dan
prasarana kesehatan.
Gambaran pelaksanaan :
1. Meminta masyarakat untuk memperagakan kampanye cuci tangan rutin,
2. Mencontohkan langkah cuci tangan yang baik dan benar menggunakan air mengalir dan
sabun meliputi 6 langkah dimulai dari Basahi tangan, gosok sabun pada telapak tangan
kemudian usap dan gosok kedua telapak tangan secara lembut dengan arah memutar. Yang
kedua usap dan gosok juga kedua punggung tangan secara bergantian. Kemudian Gosok
sela-sela jari tangan hingga bersih. Setelah itu, bersihkan ujung jari secara bergantian
dengan posisi saling mengunci. Lalu, gosok dan putar kedua ibu jari secara bergantian. Yang
terakhir, letakkan ujung jari ke telapak tangan kemudian gosok perlahan. Bilas dengan air
bersih dan keringkan.
3. Memberitahukan 5 moment penting kapan melakukan cuci tang yakni : Sebelum makan,
Setelah BAB, Sebelum menjamah makanan, Sebelum menyusui, Setelah beraktifitas.
Latar Belakang :
Kebersihan adalah salah satu manfaat yang bisa dipetik dan dipdapatkan ketika kita
membuang sampah dengan benar, selain itu juga berdampak besar untuk mencegah terjadinya
banjir, terhindar dari berbagai penyakit. Sampah yang dibuang sembarangnan menjadi tempat
berkembangnya bakteri penyebab penyakit. Tak hanya itu, sampah juga menyebarkan virus dan
parasit melalui kontak langsung. Tidak banyak dari masyarakat yang membuang sampah tidak
pada tempatnya dengan berbagai alasan.
Gambaran pelaksanaan :
1) Menjelaskan mengenai bahaya membuang sampah tidak pada tempatnya
2) Menjelaskan cara membuang sampah dengan baik dan benar
3) Diskusi dan tanya jawab
Latar Belakang :
Kesehatan adalah hak asasi manusia dan sekaligus investasi untuk keberhasilan pembangunan
bangsa. Untuk pembangunan kesehatan diarahkan untuk mencapai Indonesia Sehat, yaitu suatu
keadaan dimana setiap orang hidup dalam lingkungan yang sehat, berperilaku hidup bersih dan
sehat, mempunyai akses terhadap pelayanan kesehatan serta memiliki derajat kesehatan yang
setinggi-tingginya. Upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat secara tidak langsung akan
meningkatkan kualitas masyarakat. Peningkatan derajat kesehatan perlu dilakukan dengan
serius diantaranya melalui peningkatan status gizi penduduk, peningkatan akses pada pelayanan
kesehatan dasar, subsidi di biaya pelayanan kesehatan, serta perbaikan keadaan lingkungan.
Bertambahnya penduduk yang tidak sebanding dengan area pemukiman membuat masalah
pembuangan kotoran manusia meningkat dilihat dari segi kesehatan masyarakat. Masalah
pembuangan kotoran manusia merupakan masalah yang pokok untuk sedini mungkin di atasi
karena kotoran manusia adalah sumber penyakit yang multi komplek. Perilaku buang air besar
ke sungai, kebun, sawah, kolam dan tempat-tempat terbuka lainnya jelas sangat merugikan
konsidi kesehatan masyarakat, karena tinja di kenal sebagai media tempat hidupnya bakteri coli
yang berpotensi menyebabkan terjadinya penyakit diare muntaber, dan berbagai macam
penyakit kulit lainnya.
Tinja adalah sumber pengembangan penyakit yang multi kompleks. Penyebaran penyakit yang
bersumber pada tinja dapat melalui berbagai cara, tinja dapat mengkontaminasi makanan,
minuman dan sayuran. Baik melalui tangan manusia sendiri atau vektor. Tinja yang bisa
mencemari air tanah yang menyebabkan penularan bibit penyakit. Penyakit-penyakit seperti
typus abdominalis, kolera, desentri, hepatitis dan berbagai jenis cacing, dapat disebarkan oleh
tinja.
Tinja atau kotoran manusia merupakan media sebagai tempat berkembang dan berinduknya
bibit penyakit menular (misal kuman/bakteri, virus dan cacing). Apabila tinja tersebut dibuang di
sembarang tempat, misal kebun, kolam, sungai, dan lain-lain, maka bibit penyakit tersebut akan
menyebar luas ke lingkungan, dan akhirnya akan masuk dalam tubuh manusia, dan berisiko
menimbulkan penyakit pada seseorang dan bahkan bahkan menjadi wabah penyakit pada
masyarakat yang lebih luas, sehingga jamban merupakan sanitasi dasar penting yang harus
dimiliki setiap masayarakat.
Gambaran pelaksanaan :
Sosialisasi dengan cara edukasi mengenai jamban sehat dan PHBS terkait tinja diberikan kepada
masyarakat pada wilayah kerja puskesmas Meo-Meo. Edukasi dilakukan baik di puskesmas
kepada masyarakat yang datang untuk berobat, terutama pada pasien yang datang dengan
keluhan diare, maupun kepada masyarakat yang datang ke posyandu serta dari rumah ke
rumah.
Latar Belakang :
Sampah merupakan salah satu permasalahan yang patut untuk diperhatikan. Sampah
merupakan bagian yang tidak dapat terpisahkan dari kehidupan manusia, karena pada dasarnya
semua manusia pasti menghasilkan sampah. Sampah merupakan suatu buangan yang dihasilkan
dari setiap aktivitas manusia. Volume peningkatan sampah sebanding dengan meningkatnya
tingkat konsumsi manusia. Manusia sebagai individu maupun sebagai warga masyarakat
mempunyai kebutuhan yang bersifat individual maupun kolektif, sehingga selalu ada upaya
untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Aktifitas manusia dalam upaya mengelola sumber daya
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya semakin beragam seiring dengan pertumbuhan jumlah
penduduk. Pertumbuhan jumlah penduduk telah mengakibatkan perubahan yang besar
terhadap lingkungan hidup. Peningkatan jumlah penduduk sebanding dengan peningkatan
jumlah konsumsi yang mempengaruhi besarnya peningkatan volume sampah. Oleh sebab itu,
masalah sampah merupakan masalah utama yang harus dipecahkan baik dalam jangka pendek,
menengah maupun panjang.
Setiap aktifitas manusia secara pribadi maupun kelompok, dirumah, kantor, pasar,
sekolah, maupun dimana saja akan menghasilkan sampah, baik sampah organik maupun sampah
anorganik. Dalam Undang-Undang Nomor 18 tahun 2008 pasal 1 tentang sampah disebutkan
bahwa sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang berbentuk padat atau semi
padat berupa zat organik atau anorganik bersifat dapat terurai atau tidak dapat terurai yang
dianggap sudah tidak berguna lagi dan dibuang kelingkungan.
Gambaran pelaksanaan :
melakukan edukasi dan penjelasan mengenai pengelolaan sampah terhadap warga di kelurahan
Kaobula dengan cara kunjungan rumah ke rumah, di laksanakan pada pukul 8.00 WITA -10.00
WITA
Latar Belakang :
Permasalahan kesulitan mengakses air bersih di masyarakat pedesaan, membuat pemerintah
berupaya untuk mengatasi persoalan air di masyarakat dengan memberikan bantuan fasilitas
seperti Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM). Masyarakat diberikan kewenangan untuk
mengelolaa secara mandiri.
Gambaran pelaksanaan :
Penjelasan mengenai pentingnya air bersih dalam kehidupan sehari hari kepada masyarakat
yang berkunjung ke posyandu lansia Kel. Lanto
Gambaran Pelaksanaan :
Dengan metode penyuluhan edukasi dan Tanya jawab di poli KIA-Puskesmas MeoMeo mengenai
pentingnya ANC kehamilan.
KB SUNTIK
Gambaran Pelaksanaan :
Dengan metode penyuluhan edukasi dan Tanya jawab di poli KB mengenai pentingnya KB. Suntik KB
akan dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
Dokter akan membersihkan lokasi penyuntikan dengan kapas beralkohol untuk mencegah
infeksi. Bagian tubuh yang disuntik biasanya bokong atau lengan atas.
Suntikan kemudian diberikan dengan metode intramuskular, yakni tegak lurus kulit.
2. KB SUNTIK
Gambaran Pelaksanaan :
Dengan metode penyuluhan edukasi dan Tanya jawab di poli KB mengenai pentingnya KB. Suntik KB
akan dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
Dokter akan membersihkan lokasi penyuntikan dengan kapas beralkohol untuk mencegah
infeksi. Bagian tubuh yang disuntik biasanya bokong atau lengan atas.
Suntikan kemudian diberikan dengan metode intramuskular, yakni tegak lurus kulit.
KB IMPLAN
Gambaran Pelaksanaan :
- Dengan metode penyuluhan edukasi dan Tanya jawab di poli KB mengenai pentingnya KB.
- Setelah melakukan edukasi dan inform konsen, dokter atau bidan akan melakukan
pemeriksaan fisik dan memastikan lokasi pemasangan layak untuk dipasang implan KB.
- Kemudian, area pemasangan akan dibersihkan dengan dengan cairan antiseptik.
- Dokter melakukan bius lokal agar tidak merasakan nyeri saat prosedur dilakukan.
- Dokter atau bidan akan menggunakan aplikator khusus untuk menempatkan implan KB.
- Setelah itu, area pemasangan akan diperban dan baru boleh dibuka setelah 24 jam.
PASANG IUD
Gambaran Pelaksanaan :
Pasien diedukasi dan dilakukan inform konsen untuk melakukan pemasangan IUD.
Gambaran Pelaksanaan :
Setelah ibu melahirkan bayinya Dokter melakukan edukasi kepada ibu dan keluarga pasien mengenai
pentingnya IMD dan ASI Eksklusif.
Gambaran Pelaksanaan :
Setelah ibu melahirkan bayinya Dokter melakukan edukasi kepada ibu dan keluarga pasien mengenai
pentingnya IMD dan ASI Eksklusif.
KB PIL
Gambaran Pelaksanaan :
1. Pasien di edukasi dan diberikan inform konsen mengenai Pil KB
2. Pemberian dan edukasi cara mengkonsumsi pil KB yang benar.
Gambaran Pelaksanaan :
Kegiatan ini dilakukan pelayanan masyarakat dengan sistem 5 meja yaitu:
Meja 1 : Orang tua Balita melakukan registrasi
Meja 2 : Penimbangan & Pengukuran balita
Meja 3 : Pencatatan hasil penimbangan & pengukuran
Meja 4 : Penyuluhan & Pelayanan Gizi Balita
Meja 5 : Pelayanan Kesehatan, pemberian vitamin A dan Imunisasi
Pemantauan yang dilakukan setiap bulannya yang dicatat di KIA berupa berat badan balita, tinggi badan
balita, imunisasi yang telah diterima balita dan lain-lain sehingga dapat mengetahui pertumbuhan setiap
balita.
Gambaran Pelaksanaan :
Kegiatan ini dilakukan pelayanan masyarakat dengan sistem 5 meja yaitu:
Meja 1 : Orang tua anak melakukan registrasi
Meja 2 : Penimbangan & Pengukuran anak
Meja 3 : Pencatatan hasil penimbangan & pengukuran
Meja 4 : Penyuluhan & Pelayanan Gizi Anak
Meja 5 : Pelayanan Kesehatan, pemberian vitamin A dan Imunisasi
Pemantauan yang dilakukan setiap bulannya yang dicatat di KIA berupa berat badan anak, tinggi badan
anak, imunisasi yang telah diterima balita dan lain-lain sehingga dapat mengetahui pertumbuhan setiap
anak.
3 Gizi seimbng
Gambaran Pelaksanaan :
Sosialisasi tentang gizi seimbang melalui ceramah atau edukasi kepada pasien yang berobat ke
Puskesmas dan datang ke Posyandu.
5 M-PASI
1. DETEKSI STUNTING
Tgl Kegiatan : 16 Agustus 2022
Judul Laporan kegiatan : Deteksi Stunting Bayi Dan Balita
Identitas Bayi/ Anak : Seluruh Balita yang hadir ke Posyandu di Puskesmas MeoMeo
Latar Belakang :
Stunting adalah gangguan tumbuh kembang yang dialami anak akibat gizi buruk, infeksi
berulang, dan stimulasi psikososial yang tidak memadai. Faktor penyebab stunting dapat
dikelompokan menjadi penyebab langsung dan tidak langsung. Praktik pemberian kolostrum
dan ASI eksklusif, pola konsumsi anak, dan penyakit infeksi yang diderita anak menjadi faktor
penyebab langsung yang mempengaruhi status gizi anak dan bisa berdampak pada stunting.
Sedangkan penyebab tidak langsungnya adalah akses dan ketersediaan bahan makanan serta
sanitasi dan kesehatan lingkungan.
Kekurangan gizi masa anak-anak selalu dihubungkan dengan kekurangan vitamin
mineral yang spesifik dan berhubungan dengan mikronutrien maupun makronutrien tertentu.
Keadaan tubuh yang pendek dan sangat pendek hingga melampaui defisit -2 SD di bawah
median panjang atau tinggi badan anak disebut Stunting.
Masalah Stunting yang terjadi pada Negara berkembang seperti Indonesia akan menjadi
masalah kesehatan masyarakat yang harus dilakukan penanganan secara serius dan
berkesinambungan. Stunting ini bersifat kronis, sehingga dapat mempengaruhi fungsi kognitif
anak di mana tingkat kecerdasan yang rendah dan berdampak pada kualitas sumberdaya
manusia.
Gambaran Pelaksanaan :
Kegiatan ini dilakukan pelayanan masyarakat dengan sistem 5 meja yaitu:
Meja 1 : Orang tua Balita melakukan registrasi
Meja 2 : Penimbangan & Pengukuran balita
Meja 3 : Pencatatan hasil penimbangan & pengukuran
Meja 4 : Penyuluhan & Pelayanan Gizi Balita dengan memberikan edukasi terkait gizi seimbang dan
intervensi lebih lanjut seperti kepada balita yang mengalami stunting.
Meja 5 : Pelayanan Kesehatan, pemberian vitamin A dan Imunisasi
Gambaran Pelaksanaan :
Kegiatan ini dilakukan pelayanan masyarakat dengan sistem 5 meja yaitu:
Meja 1 : Orang tua Anak melakukan registrasi
Meja 2 : Penimbangan & Pengukuran Anak
Meja 3 : Pencatatan hasil penimbangan & pengukuran
Meja 4 : Penyuluhan & Pelayanan Gizi Balita dengan memberikan edukasi terkait gizi seimbang dan
intervensi lebih lanjut seperti kepada Anak yang mengalami stunting.
Meja 5 : Pelayanan Kesehatan, pemberian vitamin A dan Imunisasi
SUPLEMENTASI GIZI
1. Tgl Kegiatan : 13 Agustus 2022
Judul Laporan kegiatan : Pemberian Vitamin A
Identitas Bayi/ Anak : Peserta Posiandu Balita Di Keluran Lantto
Latar Belakang :
Vitamin A merupakan salah satu zat gizi mikro mempunyai manfaat yang sangat penting
bagi tubuh manusia, terutama dalam penglihatan manusia.Seperti diketahui Vitamin A merupakan
vitamin larut lemak yang pertama ditemukan. Secara umum, vitamin A merupakan nama generik
yang menyatakan semua retinoid dan prekursor/provitamin A/ karotenoid yang mempunyai
aktivitas biologic sebagai retinol. Di dalam tubuh, vitamin A berfungsi dalam beberapa bentuk ikatan
kimia aktif, yaitu retinol (bentuk alcohol), retinal (aldehida) dan asam retinoat (bentuk asam).Retinol
bila dioksidasi berubah menjadi retinal dan retinal dapat kembali direduksi menjadi
retinol.Selanjutnya, retinal dapat dioksidasi menjadi asam retinoat.
Vitamin A merupakan zat gizi esensial untuk penglihatan, reproduksi, pertumbuhan,
regenerasi sel, dan sekresi lendir/getah.Kekurangan vitamin A dapat meningkatkan resiko
terjangkitnya penyakit infeksi saluran pernafasan dan diare, meningkatkan angka kematian karena
campak, serta menyebabkan keterlambatan pertumbuhan.
Defisiensi vitamin A diperkirakan mempengaruhi jutaan anak di seluruh dunia.Sekitar
250.000-500.000 anak-anak di negara berkembang menjadi buta setiap tahun karena kekurangan
vitamin A, dengan prevalensi tertinggi di Asia Tenggara dan Afrika. Dengan tingginya prevalensi
kekurangan vitamin A, WHO telah menerapkan beberapa inisiatif untuk suplementasi vitamin A di
negara-negara berkembang.Beberapa strategi termasuk asupan vitamin A melalui kombinasi
pemberian ASI, asupan makanan, fortifikasi makanan, dan suplemen. Melalui upaya WHO dan mitra-
mitranya, yang diperkirakan 1,25 juta kematian sejak 1998 di 40 negara karena kekurangan vitamin
A telah dihindari.
Meskipun sejak tahun 1992 Indonesia dinyatakan bebas dari xeropthalmia, akan tetapi
masih dijumpai 50% dari balita mempunyai serum retinol <20 mcg/100 ml. Tingginya proporsi balita
dengan serum retinol <20 mcg/100 ml ini menyebabkan anak balita di Indonesia berisiko tinggi
untuk terjadinya xeropthalmia dan menurunnya tingkat kekebalan tubuh sehingga mudah terserang
penyakit infeksi.
Gambaran Pelaksanaan:
Meja 1 : Orang tua Balita melakukan registrasi
Meja 2 : Penimbangan & Pengukuran balita
Meja 3 : Pencatatan hasil penimbangan & pengukuran
Meja 4 : Penyuluhan & Pelayanan Gizi Balita
Meja 5 : Pelayanan Kesehatan, pemberian vitamin A dan Imunisasi
Vitamin A yang diberikan yaitu yang biru (100.000 IU) untuk usia 6-11 bulan, dan yang merah
(200.000 IU) untuk usia 12-59 bulan.
Gambaran Pelaksanaan:
Pemberian Tablet Tambah Darah (TTD) dimana sasaran pemberian TTD diberikan ke siswi yang
sudah mengalami menstruasi. Dengan jumlah 10 tablet yang dikonsumsi tiap minggu.
Latar Belakang :
Saat ini di Indonesia masih ada anak-anak yang belum mendapatkan imunisasi secara
lengkap bahkan tidak pernah mendapatkan imunisasi sedari lahir. Hal itu menyebabkan mereka
mudah tertular penyakit berbahaya karena tidak adanya kekebalan terhadap penyakit tersebut.
Pemberian imunisasi disesuaikan dengan usia anak. Untuk imunisasi dasar lengkap, bayi
berusia kurang dari 24 jam diberikan imunisasi Hepatitis B (HB-0), usia 1 bulan diberikan (BCG dan
Polio 1), usia 2 bulan diberikan (DPT-HB-Hib 1 dan Polio 2), usia 3 bulan diberikan (DPT-HB-Hib 2 dan
Polio 3), usia 4 bulan diberikan (DPT-HB-Hib 3, Polio 4 dan IPV atau Polio suntik), dan usia 9 bulan
diberikan (Campak atau MR).
Untuk imunisasi lanjutan, bayi bawah dua tahun (Baduta) usia 18 bulan diberikan imunisasi
(DPT-HB-Hib dan Campak/MR), kelas 1 SD/madrasah/sederajat diberikan (DT dan Campak/MR),
kelas 2 dan 5 SD/madrasah/sederajat diberikan (Td).
Agar terbentuk kekebalan masyarakat yang tinggi, dibutuhkan cakupan imunisasi dasar dan
lanjutan yang tinggi dan merata di seluruh wilayah, bahkan sampai tingkat desa. Bila tingkat
kekebalan masyarakat tinggi, maka yang akan terlindungi bukan hanya anak-anak yang
mendapatkan imunisasi tetapi juga seluruh masyarakat.
Gambaran Pelaksanaan:
Meja 1 : Orang tua Balita melakukan registrasi
Meja 2 : Penimbangan & Pengukuran balita
Meja 3 : Pencatatan hasil penimbangan & pengukuran
Meja 4 : Penyuluhan & Pelayanan Gizi Balita
Meja 5 : Pelayanan Kesehatan, pemberian vitamin A dan Imunisasi
1. 6 Oktober 2022
Vaksinator Covid 19
Latar Belakang :
Pandemi Covid-19 menimbulkan status kedaruratan di Indonesia. Melalui Keputusan Presiden
Nomor 11 Tahun 2020, Indonesia telah mengumumkan status kedaruratan kesehatan. Berbagai
upaya dilakukan dalam rangka mengatasi dampak pandemi Covid-19. Gangguan Kesehatan yang
ditimbulkan oleh Covid-19 ini mengakibatkan penderitanya mengalami gangguan pernapasan.
Penularan Covid-19 sangat mudah yaitu, melalui percikan liur penderita positif Covid-19
sehingga lonjakan kasus konfirmasi positif meningkat setiap harinya. Pemerintah mengeluarkan
kebijakan untuk selalu mematuhi protokol kesehatan. Saat ini, pemerintah kembali
mengeluarkan kebijakan baru guna mengurangi lonjakan kasus Covid-19 yaitu dengan
melaksanakan program vaksinasi Covid-19 secara massif. Vaksin berfungsi untuk memberikan
kekebalan pada tubuh guna melawan infeksi Covid-19.
Gambaran Pelaksanaan :
- Masyarakat mendaftar dibagian adiministrasi dengan membawa KTP
- Dilakukan pemeriksaan Tanda-tanda Vital
- Dilakukan anamnesis oleh dokter mengenai riwayat vaksinasi ataupun riwayat penyakit dari
pasien sesuai form yang telah ada, ini yang menentukan masyarakat tersebut bisa mendapatkan
vaksinasi atau tidak.
- Pemberian vaksinasi kepada masyarakat
Latar Belakang :
Infeksi Menular Seksual (IMS) adalah infeksi yang ditularkan melalui hubungan seksual, baik
melalui vagina, anus, maupun rongga mulut. Penyebab dari IMS dapat berupa bakteri, parasite,
jamur, maupun virus. Agen penyebab infeksi ini berada pada cairan tubuh penderita infeksi dan
akan menginfeksi tubuh partner seksual penderita saat terjadi kontak seksual.
IMS dapat menyebar melalui berbagai jenis cairan tubuh. Hal ini berarti, agen penyebab IMS
dapat berada pada berbagai jenis cairan tubuh, termasuk sperma, cairan vagina, darah, dll. Karena
IMS dapat ditularkan melalui darah, maka pemakaian jarum suntik secara massal juga merupakan
salah satu bentuk penularan IMS. Penularan beberapa penyakit menular seksual dapat melalui
penggunaan jarum suntik setelah sebelumnya digunakan oleh orang yang terinfeksi.
Gambaran Pelaksanaan :
Melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan LAB berupa test HIV dan melakukan
pengobatan & Edukasi yang tepat. Hasil tes HIV : Negatif (-)
PENAPISAN TUBERCULOSIS
Catatan/Usulan :
Gambaran Pelaksanaan :
Penapisan dengan cara penemuan aktif yang dilakukan di FKTP Puskesmas Wajo, yang setelah dilakukan
anamnesis, pemfis yang di diagnosa dengan suspect TB sehingga dilakukan pemeriksaan dahak untuk
menegakkan diagnosis dan terapi yang tepat.
Catatan/Usulan :
3. Tgl Kegiatan : 27 Agustus 2022
Judul Laporan kegiatan : Penapisan Tuberkulosis (TBC)
Identitas Target Tracing (ODR/ODP/PDP/dsb)
(Ny, R/62 Tahun/MeoMeo) Memiliki keluhan batuk ± 4 minggu disertai penurunan berat badan dan
terdapat anggota keluarga yang sedang batuk lama .
Latar Belakang :
Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB
(Mycobacterium Tuberculosis). Tuberkulosis masih menjadi masalah kesehatan di berbagai
belahan dunia, tidak terkecuali Indonesia. Diperkirakan 95% kasus TB dan 98% kematian akibat
TB di dunia, terjadi pada negara-negara berkembang. Sekitar 75% pasien TB adalah kelompok
usia yang paling produktif secara ekonomis (15-50 tahun). Diperkirakan seorang pasien TB
dewasa akan kehilangan rata-rata waktu kerjanya 3 sampai 4 bulan sehingga berakibat pada
kehilangan pendapatan tahunan rumah tangganya sekitar 20-30%. Selain merugikan secara
ekonomis, TB juga memberikan dampak buruk lainnya secara sosial stigma bahkan dikucilkan
oleh masyarakat.
Sesuai Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 67/2016 tentang Penanggulangan
Tuberkulosis, skrining atau penemuan kasus merupakan salah satu strategi penanggulangan TB
yang dapat dilakukan secara aktif, pasif, intensif, dan masif. Penemuan kasus TB secara pasif-
intensif dilaksanakan di fasilitas kesehatan dengan memperkuat jejaring layanan TB melalui
PublicPrivate Mix (PPM) dan memperkuat kolaborasi layanan. Sedangkan penemuan kasus TB
secara aktif-masif dilakukan berbasis keluarga dan masyarakat di luar fasyankes dengan
melibatkan semua potensi masyarakat seperti kader Kesehatan, pos TB desa, tokoh masyarakat,
dan pemuka agama.
Kegiatan penemuan kasus TB aktif-masif berupa:
13. Investigasi kontak Dilakukan pada paling sedikit 10 - 15 orang kontak erat dengan pasien TB.
Prioritas investigasi kontak dilakukan pada orang-orang dengan risiko TB seperti anak usia < 5
tahun, orang dengan gangguan sistem imunitas, malnutrisi, lansia, wanita hamil, perokok dan
mantan penderita TB. Investigasi kontak pada pasien TB anak yang ditemukan bertujuan untuk
mencari sumber penularan.
14. Penemuan di tempat khusus Merupakan kegiatan penemuan aktif yang dilakukan di lingkungan
yang mudah terjadi penularan TB yaitu Lapas/Rutan, RS Jiwa, tempat kerja, asrama, pondok
pesantren, sekolah, panti jompo.
15. Penemuan di populasi berisiko Kegiatan penemuan aktif yang dilakukan pada tempat yang
memiliki akses terbatas ke layanan kesehatan, misalnya: tempat penampungan pengungsi,
daerah kumuh dan DTPK (Daerah Terpencil, Perbatasan dan Kepulauan).
16. Penemuan aktif berbasis keluarga dan masyarakat Dilaksanakan secara rutin oleh anggota
keluarga maupun kader kesehatan yang melakukan pengawasan batuk terhadap orang yang
tinggal di lingkungannya dan menyarankan orang dengan batuk untuk memeriksakan diri ke
fasyankes terdekat.
17. Penemuan aktif berkala Dilakukan oleh FKTP Puskesmas di wilayah yang teridentifikasi sebagai
daerah kantung TB, yaitu RT yang berdasarkan kegiatan PWS (Pengawasan Wilayah Setempat)
dan analisis data TB memiliki jumlah pasien TB di >3 orang.
18. Skrining masal Kegiatan penemuan aktif yang dilaksanakan sekali setahun untuk meningkatkan
penemuan pasien TB di wilayah yang penemuan kasusnya masih sangat rendah.
Dengan dilakukannya skrining, awareness masyarakat akan meningkat dan berdampak pada
penerapan PHBS untuk mencegah transmisi TB. Selain itu, dengan diadakannya skrining aktif maka
dapat membuka mata masyarakat bahwa TB tidak hanya disebabkan oleh faktor biologis, melainkan
karena serangkaian kausal yang saling berkaitan, dan dengan demikian kerja sama lintas sektoral
dapat tercipta untuk mewujudkan Indonesia bebas TB di tahun 2050.
Gambaran Pelaksanaan :
Penapisan dengan cara penemuan aktif yang dilakukan di FKTP Puskesmas Wajo, yang setelah dilakukan
anamnesis, pemfis yang di diagnosa dengan suspect TB sehingga dilakukan pemeriksaan dahak untuk
menegakkan diagnosis dan terapi yang tepat.
Catatan/Usulan :
Gambaran Pelaksanaan :
Penapisan dengan cara penemuan aktif yang dilakukan di FKTP Puskesmas Wajo, yang setelah dilakukan
anamnesis, pemfis yang di diagnosa dengan suspect TB sehingga dilakukan pemeriksaan dahak untuk
menegakkan diagnosis dan terapi yang tepat.
Catatan/Usulan :
Gambaran Pelaksanaan :
Penapisan dengan cara penemuan aktif yang dilakukan di FKTP Puskesmas Wajo, yang setelah dilakukan
anamnesis, pemfis yang di diagnosa dengan suspect TB sehingga dilakukan pemeriksaan dahak untuk
menegakkan diagnosis dan terapi yang tepat.
Catatan/Usulan :
PENGOBATAN TUBERCULOSIS
Gambaran Pelaksanaan :
Memberikan OAT 6 blister merah dengan dosis 3 tablet/ Hari
Catatan/Usulan
Gambaran Pelaksanaan :
Memberikan OAT 6 blister merah dengan dosis 3 tablet/ Hari
Catatan/Usulan
3. Tgl Kegiatan : 23 Agutus 2022
Judul Laporan kegiatan : Pengobatan Tuberkulosis (TBC)
Identitas Target Tracing (ODR/ODP/PDP/dsb)
(Ny. R/62 Tahun/Meomeo) Pasien dengan TB on treatment Kategori I tahap awal
Latar Belakang :
Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB
(Mycobacterium Tuberculosis). Tuberkulosis masih menjadi masalah kesehatan di berbagai
belahan dunia, tidak terkecuali Indonesia. Diperkirakan 95% kasus TB dan 98% kematian akibat
TB di dunia, terjadi pada negara-negara berkembang. Sekitar 75% pasien TB adalah kelompok
usia yang paling produktif secara ekonomis (15-50 tahun). Diperkirakan seorang pasien TB
dewasa akan kehilangan rata-rata waktu kerjanya 3 sampai 4 bulan sehingga berakibat pada
kehilangan pendapatan tahunan rumah tangganya sekitar 20-30%. Selain merugikan secara
ekonomis, TB juga memberikan dampak buruk lainnya secara sosial stigma bahkan dikucilkan
oleh masyarakat. Tujuan pengobatan TB adalah :
k. Menyembuhkan, mempertahankan kualitas hidup dan produktivitas pasien
l. Mencegah kematian akibat TB aktif atau efek lanjutan
m. Mencegah kekambuhan TB
n. Mengurangi penularan TB kepada orang lain
o. Mencegah perkembangan dan penularan resistan obat.
Gambaran Pelaksanaan :
Memberikan OAT 6 blister merah dengan dosis 3 tablet/ Hari
Catatan/Usulan
Gambaran Pelaksanaan :
Memberikan OAT 6 blister merah dengan dosis 3 tablet/ Hari
Catatan/Usulan
Gambaran Pelaksanaan :
Memberikan OAT 6 blister merah dengan dosis 3 tablet/ Hari
Catatan/Usulan
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN UKM
KEMITRAAN,PENULUHAN)
Disusun Oleh:
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN UKM
KESEHATAN LINGKUNGAN
Disusun Oleh:
dr. Wa Ode Tati Kurnia Amaruddin
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN UKM
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN UKM
SUPLEMENTASI GIZI)
Disusun Oleh:
dr. Wa Ode Tati Kurnia Amaruddin
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN UKM
Disusun Oleh:
dr. Wa Ode Tati Kurnia Amaruddin