Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

EKOLOGI PERAIRAN
“EKOSISTEM SUNGAI”

Di susun oleh :

Kelompok 2

Nurhalisa (STK 119018) Wandi (STK 119025)

Nurmila Fausia (STK 119019) Yusril Ihsamahendra (STK 119026)

Rosliani (STK 119020) Ziana Karmila (STK 119027)

Rosnidar (STK 119021) Zurmila (STK 119028)

Sakinah Mawaddah R (STK 119022) Ridha Asriani (STK 119029)

Salmawati (STK 119023) Musdalifa Syam (STK 119030)

Siti Nurhalizah (STK 119024)

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL PERIKANAN

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI KELAUTAN (STITEK)

BALIK DIWA MAKASSAR

2020

1
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Sungai merupakan suatu bentuk ekosistem akuatik yang mempunyai

peran penting dalam daur hidrologi dan berfungsi sebagai daerah tangkapan air

(catchment area) bagi daerah disekitarnya, sehingga kondisi suatu sungai sangat

dipengaruhi oleh karakteristik yang dimiliki oleh lingkungan disekitarnya

(Setiawan, 2009). Sebagai suatu ekosistem, perairan sungai mempunyai

berbagai komponen biotik dan abiotik yang saling berinteraksi membentuk suatu

jalinan fungsional yang saling mempengaruhi. Komponen pada ekosistem sungai

akan terintegrasi satu sama lainnya membentuk suatu aliran energi yang akan

mendukung stabilitas ekosistem tersebut (Suwondo, 2008). Sungai merupakan

salah satu tipe ekosistem perairan umum yang berperan bagi kehidupan biota

dan juga kebutuhan hidup manusia untuk berbagai macam kegiatan seperti

perikanan, pertanian, keperluan rumah tangga, industri, transportasi. Berbagai

macam aktivitas pemanfaatan sungai tersebut pada akhirnya memberikan

dampak terhadap sungai antara lain penurunan kualitas air, hal ini dikarenakan

sebagian yang dihasilkan dibuang ke sungai tanpa melalui proses pengolahan

terlebih dahulu. Sungai mempunyai kemampuan untuk membersihkan diri (self

purification) dari berbagai sumber masukkan, akan tetapi jika

melebihikemampuan daya dukung sungai (carrying capacity) akan menimbulkan

masalah yang serius bagi kesehatan lingkungan sungai (Setiawan, 2009)

2
B. TUJUAN

1. Untuk mengetahui apa itu sungai

2. Untuk mengetahui zona-zona ekosistem sungai

3. Untuk mengetahui apa itu daerah aliran sungai

4. Untuk mengetahui factor pembatas ekosistem sungai

C. MANFAAT

1. Mengetahui apa itu sungai

2. Mngetahui zona-zona ekosistem sungai

3. Mengetahui daerah aliran sungai

4. Mengetahui factor pembatas ekosistem sungai

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. EKOSISTEM SUNGAI

Sungai merupakan badan air mengalir (perairan lotic) yang membentuk


aliran di daerah daratan dari hulu menuju ke arah hilir dan akhirnya bermuara ke
laut.Air sungai sangat berfungsi untuk memenuhi kebutuhan kehidupan
organisme daratan seperti; tumbuhan, hewan, dan manusia di sekitarnya serta
seluruh biota air di dalamnya (Downes et al., 2002).Sungai mempunyai fungsi
utama menampung curah hujan dan mengalirkannya sampai ke laut.Ekosistem
sungai merupakan habitat bagi organisme akuatik yang keberadaannya sangat
dipengaruhi oleh lingkungan sekitarnya.Organisme akuatik tersebut diantaranya
tumbuhan air, plankton, perifiton, bentos, ikan, serangga air, dan lain-lain.Sungai
juga merupakan sumber air bagi masyarakat yang dimanfaatkan untuk berbagai
keperluan dan kegiatan, seperti kebutuhan rumah tangga, pertanian, industri,
sumber mineral, dan pemanfaatan lainnya (Suwarno, 1991).
Secara umum, alur sungai dapat dibagi menjadi tiga bagian, bagian hulu,
bagian tengah dan bagian hilir.Bagian hulu merupakan daerah sumber erosi
karena pada umumnya alur sungai melalui daerah pegunungan atau perbukitan
yang mempunyai cukup ketinggian dari permukaan laut.Substrat permukaan
pada bagian hulu pada umumnya berupa bebatuan dan pasir.(Suwarno, 1991).
Hulu sungai merupakan zona antara ekosistem daratan dengan ekosistem
perairan dan sering kali merupakan daerah yang kaya akan biodiversitas (Louhi,
dkk., 2010). Alur sungai di bagian hulu mempunyai kecepatan aliran yang lebih
besar dari bagian hilir, sehingga pada saat banjir material hasil erosi yang
diangkut tidak saja partikel sedimen halus tetapi juga apsir, kerikil, bahkan batu
(Suwarno, 1991).

4
Bagian tengah merupakan daerah peralihan antara bagian hulu dan
hilir.Kemiringan dasar sungai lebih landai sehingga kecepatan aliran relatif lebih
kecil pada bagian hulu.Permukaan dasar bagian tengah umunya berupa pasir
atau lumpur (Suwarno, 1991). Bagian hilir merupakan daerah aliran sungai yang
akan bermuara ke laut atau sungai lainnya. Bagian tersebut umumnya melalui
daerah bagian dengan substrat permukaan berupa endapan pasir halus sampai
kasar, lumpur, endapan organik dan jenis endapan lainnya yang sangat labil.Alur
sungai bagian hilir mempunyai bentuk yang berkelok-kelok. Bentuk alur tersebut
dinamakan meander (Suwarno, 1991).
Ekosistem sungai (lotic) dibagi menjadi beberapa zona dimulai dengan zona
krenal (mata) air yang umumnya terdapat di daerah hulu.Zona krenal dibagi
menjadi rheokrenal, yaitu mata air yang berbentuk air terjun biasanya terdapat
pada tebing-tebing yang curam, limnokrenal, yaitu mata air yang membentuk
genangan air yang selanjutnya membentuk aliran sungai yang kecil. Beberapa
mata air akan membentuk aliran sungai di daerah pegunungan yang disebut
zona rithral, ditandai dengan relief aliran sungai yang terjal. Zona ritral dapat
dibagi menjadi tiga bagian, yaitu epirithral (bagian yang paling hulu), metarithral
(bagian tengah) dan hyporithral (bagian yang paling akhir). Setelah melewati
zona hyporithral, aliran sungai akan memasuki zona potamal, yaitu aliran sungai
pada daerah-daerah yang relatif lebih landai dibandingkan dengan zona rithral.
Zona potamal dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu epipotamal , metapotamal
dan hypopotamal (Barus, 2004).
Struktur fisik sungai menyediakan relung biologi yang melimpah terhadap
organisme-organisme akuatik.Daerah di bawah batu pada dasar perairan
terdapat tempat yang gelap untuk bersembunyi bagi organisme akuatik
berukuran kecil, sedangkan pada permukaan atas batu yang terpapar cahaya
matahari merupakan tempat bagi alga yang menempel (Goldman & Horne,
1983). Secara ekologis organisme di perairan sungai dapat dibedakan menjadi
dua zone atau subhabitat, yaitu :

a. Subhabitat riam : merupakan bagian sungai yang airnya dangkal tetapi


arusnya cukup kuat untuk mencegah terjadinya pengendapan sedimen dasar,
sehingga dasar sungai bersifat keras. Pada daerah ini hidup organisme bentik

5
atau perifiton khususnya yang dapat melekat atau berpegang erat pada substrat
padat dan jenis ikan yang dapat berenang melawan arus.
b. Subhabitat arus lambat : merupakan bagian sungai yang lebih dalam dan
arusnya lebih lemah atau lambat dibandingkan subhabitat riam. Pada daerah ini
partikel-partikel cenderung mengendap sebagai sedimen di dasar sungai.Pada
daerah ini hidup organisme bentos, nekton dan kadang-kadang plankton (Suradi,
1993).
Biota pada ekosistem sungai terbagi atas biota non akuatik dan biota
akuatik.Biota non akuatik adalah biota yang hidup diluar perairan sungai
misalnya adalah tanaman yang berada di DAS (Daerah Aliran Sungai), serangga
yang hidup diarea sekitar sungai seperti semut, capung, kupu-kupu, dan
lain-lain.Biota akuatik merupakan biota yang sebagian atau seluruh hidupnya
berada di perairan. Berdasarkan cara hidupnya biota akuatik dapat
dikelompokkan menjadi neuston, pleuston, nekton, plankton, perifiton, bentos,
dan demersal. neuston merupakan biota akuatik yang hidup dilapisan tipis
permukaan air. Seperti halnya neuston, pleuston juga hidup dipermukaan air
tetapi sebagian tubuhnya berada dibawah permukaan air.Nekton umunya terdiri
atas biota akuatik yang hidup dan bergerak bebas didalam kolom air. Plankton
merupakan kelompok biota akuatik baim hewan atau tumbuhan yang
pergerakannya selalu dipengaruhi arus air dan umunya berukuran mikroskopis.
Perifiton adalah kelompok biota akuatik yang hidup menempel pada permukaan
tumbuhan, tongkat, batu, atau substrat lain yang berada didalam air. Biota bentik
atau bentos merupakan kelompok hewan atau tumbuhan yang hidup didasar
perairan.Sedangkan kelompok biota akuatik yang sebagian besar hidupnya
dihabiskan didasar perairan disebut demersal (Wardhana, 2006).
Terdapat zona-zona primer sungai yang secara umum telah dikenal
diantaranya :
1). Zona litoral
Merupakan daerah pinggiran perairan yang masih bersentuhan dengan
daratan. Pada daerah ini terjadi percampuran sempurna antara berbagai factor
fisika,kimiawi perairan. Organisme yang biasanya ditemukan antara lain :
tumbuhan akuatik berakar atau mengapung, siput, kerang, crustacean, amfibi,
ikan, perifiton dan lain-lain.
2). Zona limnestik

6
Merupakan daerah kolam air yang terbentang antara zona litoral di satu
sisi dan zona litoral disisi lain. Zona ini memiliki berbagai variasi secara fisik,
kimiawi maupun kehidupan di dalamnya. Organisme yang hidup dan banyak
ditemukan di daerah ini antara lain : ikan, udang, dan plankton.
3). Zona profundal
Merupakan daerah dasar perairan yang lebih dalam dan menerima sedikit
cahaya matahari dibanding daerah litoral dan limnetik.Bagian ini dihuni oleh
sedikit organisme terutama dari organisme bentik karnivor dan detrifor.

4). Zona sublitoral


Merupakan daerah peralihan antara zona litoral dan zona
profundal.Sebgai daerah peralihan zona ini dihuni oleh banyak jenis organisme
bentik dan juga organisme temporal yang datang untuk mencari makan.
Sungai dapat didefinisikan sebagai tempat-tempat dan wadah-wadah
serta jaringan pengaliran air, mulai dari mata air sampai muara, dengan dibatasi
kanan kirinya serta sepanjang pengalirannyaoleh garis sepadan.Dipandang dari
sudut hidrologi, sungai berperan sebagai jalur transportasi terhadap aliran
permukaan yang mampu mengangkut berbagai jenis bahan dan zat.Sungai
merupakan habitat bagi berbagai jenis organisme akuatik yang memberikan
gambaran kualitas dan kuantitas dari hubungan ekologis yang terdapat
didalamnya termasuk terhadapa perubahan-perubahan yang diakibatkan oleh
aktivitas manusia.

Ekosistem sungai terdiri dari komponen biotik dan abiotik yang saling
berinteraksi membentuk satu kesatuan yang teratur dan tidak ada satu
komponen pun yang dapat berdiri sendiri melainkan mempunyai keterkaitan
dengan komponen lain langsung atau tidak langsung besar atau kecil. Aktifitas
suatu komponen selalu memberi pengaruh pada komponen ekosistem lain

B. DAERAH ALIRAN SUNGAI

Daerah Aliran Sungai secara umum didefinisikan sebagai suatu hamparan


wilayah/kawasan yang dibatasi oleh pembatas topografi (punggung bukit) yang

7
menerima, mengumpulkan air hujan, sedimen dan unsur hara serta
mengalirkannya melalui anak-anak sungai dan keluar pada sungai utama ke laut
atau danau. Berdasarkan UU RI No 7 Tahun 2004 tentang sumber daya air DAS
adalah suatu wilayah daratan yang merupakan satu kesatuan dengan sungai dan
anak-anaknya yang berfungsi menampung, menyimpan, dan mengalirkan air
yang berasal dari curah hujan ke danau atau ke laut secara alami, yang batas di
darat merupakan pemisah topografis dan batas di laut sampai dengan daerah
perairan yang masih terpengaruh aktifitas daratan (Anwar, 2011).

Daerah aliran sungai merupakan ekosistem, dimana unsur organisme dan


lingkungan biofisik serta unsur kimia berinteraksi secara dinamis dan di
dalamnya terdapat keseimbangan inflow dan outflow dari material dan
energi.Dalam mempelajari ekosistem sungai, dapat diklasifikasikan menjadi
daerah hulu, tengah dan hilir.Sungai bagian hulu dicirikan sebagai daerah
konservasi, sungai bagian hilir merupakan daerah pemanfaatan. Sungai bagian
hulu mempunyai arti penting terutama dari segi perlindungan fungsi tata air,
karena itu setiap terjadinya kegiatan di daerah hulu akan menimbulkan dampak
di daerah hilir dalam bentuk perubahan fluktuasi debit dan transport sedimen
serta material terlarut dalam sistem aliran airnya. Dengan perkataan lain
ekosistem sungai, bagian hulu mempunyai fungsi perlindungan terhadap
keseluruhan sungai. Perlindungan ini antara lain dari segi fungsi tata air, dan oleh
karenanya pengelolaan sungai hulu seringkali menjadi fokus perhatian
mengingat dalam suatu sungai, bagian hulu dan hilir mempunyai keterkaitan
biofisik melalui daur hidrologi (Anwar,2011).

Perairan sungai dapat dibagi menjadi 3 yaitu :

a. Hulu sungai

Sumber air berasal dari mata air dan memiliki aliran yang deras, sehingga
produsen yang dapat hidup hanyalah produsen yang dapat melekat
kuat pada bebatuan

b. Hilir sungai

8
Daerah ini adalah persatuan dari beberapa anak sungai sehingga volumenya
bertambah lebih banyak daripada hulu sungai.

c. Muara sungai

Daerah ini sering terbentuk delta karna endapan lumpur yang banyak.
Organisme konsumen sangat beraneka ragam dan sebagian besar
seperti zooplankton, remis dan ikan (Sastrodinata,1980).

C. FAKTOR PEMBATAS DARI EKOSISTEM SUNGAI

Sungai merupakan salah satu sumber air tawar yang sangat penting untuk
kehidupan manusia.Antara sungai, ekosistem lentik, ekosistem lotik, dan
ekosistem lahan basah saling berhubungan. Kualitas dari sungai itu sendiri
sangat ditentukan oleh faktor-faktor pembatasnya seperti suhu, pH, alkalinitas,
CO2 ,DO, kecepatan arus, densitas plankton, dan diversitas plankton.

1. Kecepatan arus

      Karakter utama sungai ditentukan oleh faktor pembatas yaitu kecepatan


arus.Kecepatan arus tersebut dipengaruhi oleh lebar sungai, kedalaman sungai,
dan kemiringan sungai.Kecepatan arus dikatakan sebagai faktor pembatas
karena mempengaruhi kandungan yang ada di sungai.Seperti kuantitas lumpur
yang mengendap, tanah liat, pasir, dan bahan organik yang terkandung dalam
sungai. Kandungan tersebut mempengaruhin jumlah komunitas biotik yang ada
di sungai

2. Kadar keasaman (ph)

pH merupakan faktor pembatas bagi organisme yang hidup di suatu perairan.


Perairan dengan pH yang terlalu tinggi atau rendah akan mempengaruhi
ketahanan hidup organisme yang hidup didalamnya (Odum, 1993). Effendi
(2003) menambahkan bahwa sebagian besar biota akuatik sensitif terhadap
perubahan pH dan menyukai kisaran pH sekitar 7 - 8,5. Nilai pH menunjukkan
derajad keasaman atau kebasaan suatu perairan yang dapat mempengaruhi
kehidupan tumbuhan dan hewan air.pH tanah atau substrat akan mempengaruhi
perkembangan dan aktivitas organisme lain. Derajat keasaman merupakan
gambaran jumlah atau aktivitas ion hidrogen dalam perairan.Secara umum nilai

9
pH menggambarkan seberapa besar tingkat keasaman atau kebasaan suatu
perairan. Perairan dengan nilai pH = 7 adalah netral, pH< 7 dikatakan kondisi
perairan bersifat asam, sedangkan pH > 7 dikatakan kondisi perairan bersifat
basa (Effendi, 2003). Dalam penelitiannya .Mahida (1993) menyatakan bahwa
limbah buangan industri dan rumah tangga dapat mempengaruhi nilai pH
perairan. Adanya karbonat, bikarbonat dan hidroksida akan menaikkan kebasaan
air, sementara adanya asam-asam mineral bebas dan asam karbonat menaikkan
keasaman suatu perairan. Nilai pH dapat mempengaruhi spesiasi senyawa kimia
dan toksisitas dari unsur-unsur renik yang terdapat di perairan, sebagai contoh
H2S yang bersifat toksik banyak ditemui di perairan tercemar dan perairan
dengan nilai pH rendah.Selain itu, pH juga mempengaruhi nilai BOD5, fosfat,
nitrogen dan nutrien lainnya, pengukuran pH adalah suatu pengukuran yang
sangat penting, karena banyak reaksi kimia dan biokimia yang penting terjadi
pada tiap tingkatan pH

3. Suhu

Suhu air mempengaruhi terhadap proses pertukaran zat atau metabolisme


organisme misalnya ikan. Mempengaruhi juga kadar oksigen yang larut dalam
air.semakin tinggi suhu suatu perairan semakin cepat pula perairan tersebut
mengalami kejenuhan akan oksigen. suhu 20-25ºC.Suhu merupakan parameter
fisik yang sangat mempengaruhi pola kehidupan organisme perairan seperti
distribusi, komposisi, kelimpahan dan mortalitas. Suhu juga akan menyebabkan
kenaikan metabolisme organisme perairan, sehingga kebutuhan oksigen terlarut
menjadi meningkat (Nybaken, 1988). Peningkatan suhu perairan akan
meningkatkan kecepatan metabolism tubuh organisme yang hidup didalamnya,
sehingga konsumsi oksigen menjadi lebih tinggi. Peningkatan suhu perairan
sebesar 10oC, menyebabkan terjadinya peningkatan konsumsi oksigen oleh
organisme akuatik sebanyak dua sampai tiga kali lipat (Effendi, 2003).Suhu air
dapat mempengaruhi kehidupan biota air secara tidak langsung, yaitu melalui
pengaruhnya terhadap kelarutan oksigen dalam air Semakin tinggi suhu air,
semakin rendah daya larut oksigen di dalam air, dan sebaliknya.semakin tinggi
daya larut oksigen maka suhu air semakin rendah.Pengaruh suhu secara tidak

10
langsung terhadap lingkungan adalah mempengaruhi metabolisme, daya larut
gas-gas, termasuk oksigen serta berbagai reaksi kimia di dalam air (Ghufran dan
Baso, 2007). Cahaya matahari merupakan sumber panas yang utama di
perairan, karena cahaya matahari yang diserap oleh badan air akan
menghasilkan panas di perairan. Di perairan yang dalam, penetrasi cahaya
matahari tidak sampai ke dasar, karena itu suhu air di dasar perairan yang dalam
lebih rendah dibandingkan dengan suhu air di dasar perairan dangkal. Suhu air
merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi aktifitas serta memacu
atau menghambat perkembangbiakan organisme perairan (Efendi,2003).

4. DO (Dissolved Oxygen)

Oksigen terlarut merupakan variabel kimia yang mempunyai peran penting


sekaligus menjadi faktor pembatas bagi kehidupan biota air (Nybakken, 1988).
Lebih lanjut dinyatakan bahwa daya larut oksigen dapat berkurang dengan
meningkatnya suhu air dan salinitas. Secara ekologis, konsentrasi oksigen
terlarut juga menurun dengan adanya penambahan bahan organik, karena bahan
organic tersebut akan diuraikan oleh mikroorganisme yang
mengkonsumsioksigen yang tersedia. Pada tingkatan jenis, masing-masing biota
mempunyai respon yang berbeda terhadap penurunan oksigen terlarut.Kadar
oksigen terlarut yang tinggi tidak menimbulkan pengaruh fisiologis bagi manusia.
Ikan dan organisme akuatik lain membutuhkan oksigen terlarut dengan jumlah
cukup banyak. Kebutuhan oksigen ini bervariasi antar organisme (Yulianti,2007).
Perubahan salinitas dan DO mempengaruhi kehidupan biota perairan, termasuk
komunitas makrozoobentos. Oksigen terlarut sangat penting bagi pernafasan
zoobentos dan organisme-organisme akuatik lainnya.Kelarutan oksigen
dipengaruhi oleh faktor suhu, pada suhu tinggi kelarutan oksigen rendah dan
pada suhu rendah kelarutan oksigen tinggi.Tiap-tiap spesies biota akuatik
mempunyai kisaran toleransi yang berbeda-beda terhadap konsentrasi oksigen
terlarut di suatu perairan. Spesies yang mempunyai kisaran toleransi lebar
terhadap oksigen penyebarannya luas dan spesies yang mempunyai kisaran
toleransi sempit hanya terdapat di tempat-tempat tertentu saja (Yulianti,2007).

11
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Sungai dapat didefinisikan sebagai tempat-tempat dan wadah-wadah serta


jaringan pengaliran air, mulai dari mata air sampai muara, dengan dibatasi kanan
kirinya serta sepanjang pengalirannyaoleh garis sepadan.Ekosistem sungai
(lotic) dibagi menjadi beberapa zona dimulai dengan zona krenal (mata),
zonalimnokrenal, zona ritral, zona potamal.Daerah Aliran Sungai secara umum
didefinisikan sebagai suatu hamparan wilayah/kawasan yang dibatasi oleh
pembatas topografi (punggung bukit) yang menerima, mengumpulkan air hujan,
sedimen dan unsur hara serta mengalirkannya melalui anak-anak sungai dan
keluar pada sungai utama ke laut atau danau. Faktor-faktor pembatasnya seperti

12
suhu, pH, alkalinitas, CO2 ,DO, kecepatan arus, densitas plankton, dan diversitas
plankton.

B. SARAN

Demi kesempurnaan makalah ini maka kritik dan saran yang dapat
membangun kami harapkan dari pembaca.

DAFTAR PUSTAKA

Effendi, H. 2003. Telaah kualitas air bagi pengelolaan sumberdaya dan


lingkungan perairan.kanisius. Yogyakarta

http://eprints.umm.ac.id/ tinjauan pustaka-ekosistem sungai

http://repository.unair.ac.id tinjauan ekosistem sungai

http://repository.upi.edu/ chapter1.pdf

Sastrodinata, S. 1980. Biologi Umum II. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

13
14

Anda mungkin juga menyukai