Lab Group No : 6
1 10 33
2 20 60
3 30 78
4 40 88
5 44 91
6 50 87
7 60 76
8 70 57
9 80 32
Berdasarkan tabel di atas, dengan kecepatan awal yang sama dan sudut
yang berbeda-beda maka akan menghasilkan jarak maksimal yang
berbeda-beda juga.
b. Kecepatan dan waktu di udara
Percobaan kali ini, kami melakukan pengukuran terhadap waktu yang
diperlukan oleh objek untuk mendarat setelah diluncurkan dengan berbagai
kecepatan dan tinggi tempat peluncuran yaitu 24 cm. Pada percobaan ini, kami
menggunakan tiga tipe kecepatan yaitu Long, Medium, dan Short. Tabel
dibawah ini merupakan data hasil pengukuran waktu objek di udara yang telah
kami lakukan:
𝑉𝑜𝑥 = 𝑉𝑜 𝑐𝑜𝑠 θ
𝑉𝑜𝑦 = 𝑉𝑜 𝑠𝑖𝑛 θ
(𝑒𝑘𝑠𝑝𝑒𝑟𝑖𝑚𝑒𝑛𝑡𝑎𝑙−𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑘𝑎𝑙) |
% 𝑒𝑟𝑟𝑜𝑟 = || 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑘𝑎𝑙 | × 100%
a. Jarak Maksimal
Pada pelemparan bola yang saat dilakukan pada percobaan yang
mempengaruhi untuk mendapatkan jaraknya adalah sudut dari pelemparan
bola tersebut. Pada percobaan yang kami lakukan dengan mencoba beberapa
sudut pelemparan kami menemukan jarak lemparan maksimal di sudut 44°
atau sama dengan 45°. Tetapi pada sudut diatas 45° jarak pelemparan semakin
menurun maka dari sini juga dapat dilihat pergerakan grafik seperti gambar
yang ada pada lampiran. Sesuai juga dengan rumus mencari jarak yaitu :
2
𝑉𝑜 · 𝑠𝑖𝑛 2 θ
𝑥 = 𝑔
(𝑒𝑘𝑠𝑝𝑒𝑟𝑖𝑚𝑒𝑛𝑡𝑎𝑙−𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑘𝑎𝑙) |
% 𝑒𝑟𝑟𝑜𝑟 = || 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑘𝑎𝑙 | × 100%
Dari rumus tersebut, nilai persentase error pada sudut positif didapat sebesar 0.09%
dan pada sudut negatif didapat sebesar 0.09%.
IV. Kesimpulan
Dari praktikum yang telah dilakukan, kami dapat menyimpulkan bahwa
kecepatan awal dan sudut peluncuran akan berpengaruh terhadap waktu dan jarak
yang dapat ditempuh objek. Jarak maksimal suatu objek yang diluncurkan akan terjadi
disaat nilai sin(θ) = 1 maka sudut (θ) = 45° adalah nilai yang tepat , dengan catatan
jika kecepatan awal dan komponen-komponen lain yang digunakan untuk mengukur
tetap sama. Dengan demikian, kita dapat mengetahui bahwa setiap komponen yang
terdapat pada gerak proyektil mempunyai hubungan masing-masing. Jika suatu
komponen berubah, maka komponen yang lain juga kemungkinan besar akan
berubah.
Selain itu, jika dilihat dari angka error atau perbandingan antara perhitungan
secara teori dan perhitungan secara eksperimen, tidak terlalu jauh. Yang artinya baik
menggunakan eksperimen atau teori, kita masih dapat menghitung jarak maksimal
objek asalkan komponen-komponen diketahui atau dapat kita ukur terlebih dahulu,
begitu juga dengan menghitung komponen lainnya.
V. Referensi
● Buku Manual Laboratorium Fisika Umum 1 STEM Prasetiya Mulya
VI. Lampiran
a. Dokumentasi Praktikum
b. Data Hasil Praktikum
1. Jarak Maksimal