Anda di halaman 1dari 12

PENGARUH KUNJUNGAN MUSEUM

TERHADAP JIWA NASIONALISME MAHASISWA


UNIVERSITAS PERSADA INDONESIA Y.A.I

Jayanti Apri Emarawati1, Nursina2


1,2
Universitas Persada Indonesia YAI
Jl. Diponegoro 74 Jakarta Pusat.
jayanti.apri@yahoo.co.id, nursina.nasir@yahoo.co.id

ABSTRAK

Nasionalisme merupakan paham kebangsaan yang mengandung makna semangat


cinta tanah air, kesadaran akan kesamaan kebudayaan, wilayah serta kesamaan cita-cita dan
tujuan. Kehendak dan keinginan bersatu serta persamaan nasib membentuk identitas yang
sama mendorong lahirnya sebuah bangsa. Terdapat unsur-unsur yang mendorong bangsa
untuk membentuk suatu komunitas kelompok yaitu karena adanya perasaan persamaan nasib
dan budaya, pengakuan bahwa dirinya merupakan bagian dari komunitas, memiliki motivasi
untuk bertindak, serta memiliki kemauan untuk berkorban.
Salah satu yang dirasa dapat membangun jiwa nasionalisme generasi muda adalah
dengan mengenal sejarah bangsa melalui kunjungan ke museum-museum yang ada.
Kunjungan ke museum dapat membantu peserta didik untuk menginternalisasikan nilai-nilai
nasionalisme dalam diri peserta didik.
Penelitian di lapangan dilakukan dengan mengamati objek alamiah yang bersifat
kompleks, dinamis, dan penuh makna sehingga tidak mungkin pada situasi sosial seperti ini
dilakukan penelitian dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Selain itu peneliti
bermaksud memahami situasi social secara mendalam. Dalam penelitian ini peneliti berusaha
mendapatkan gambaran peran kunjungan museum dalam membangun karakter jiwa
nasionalis
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan diketahui bahwa kunjungan ke museum
memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap jiwa nasionalisme mahasiswa, hal
tersebut dimungkinkan karena dengan berkunjung ke museum maka mahasiswa mulai
mengenal atau mengingat sejarah bangsa, yang pada akhirnya menggugah jiwa nasionalisme
mereka

Kata kunci : Museum, Nasionalisme, Mahasiswa

PENDAHULUAN persamaan nasib dan budaya, pengakuan


Nasionalisme merupakan paham bahwa dirinya merupakan bagian dari
kebangsaan yang mengandung makna komunitas, memiliki motivasi untuk
semangat cinta tanah air, kesadaran akan bertindak, serta memiliki kemauan untuk
kesamaan kebudayaan, wilayah serta berkorban.
kesamaan cita-cita dan tujuan. Kehendak Salah satu yang dirasa dapat
dan keinginan bersatu serta persamaan membangun jiwa nasionalisme generasi muda
nasib membentuk identitas yang sama adalah dengan mengenal sejarah bangsa
mendorong lahirnya sebuah bangsa. melalui kunjungan ke museum-museum yang
Terdapat unsur-unsur yang mendorong ada. Kunjungan ke museum dapat membantu
bangsa untuk membentuk suatu komunitas peserta didik untuk menginternalisasikan
kelompok yaitu karena adanya perasaan nilai-nilai nasionalisme dalam diri peserta

IKRAITH-HUMANIORA Vol 3 No 2 Bulan JULI 2019 147


didik. Mengingat museum merupakan salah kalangan pejabat yang kurang
satu institusi non formal yang memiliki tujuan memperhatikan kesejahteraan rakyat.
pendidikan dan mendukung keterbukaan bagi
seluruh elemen masyarakat. Museum 2. Gerakan terorisme dan separatisme
menempatkan pengujung sebagai prioritas di Indonesia akibat kurangnya
utama atau subjek museum dan dengan
penanaman jiwa nasionalis bangsa.
menempatkan sebagai subjek maka
pemenuhan kebutuhan pengunjung menjadi Kecintaan generasi muda terhadap
hal utama. (Ashar Murdihastomo & Widya tanah air dan budaya bangsa mulai
Nayati; 2017). melemah terlihat dari sikap generasi
muda yang lebih mencintai produk
Upaya menumbuhkan sikap budaya asing seperti bahasa dan
nasionalisme dalam diri peserta didik
lagu-lagu berbahasa asing.
dapat dilakukan melalui pembelajaran luar
kelas atau kunjungan bersama ke tempat- Perumusan Masalah
tempat bersejarah seperti museum yang Dari identifikasi masalah yang ada maka
sekiranya dapat menggugah rasa diperoleh perumusan masalah sebagai
nasionalisme yang ada pada diri peserta berikut:
didik guna meneladani kepahlawanan dari Apakah terdapat pengaruh kunjungan ke
tokoh-tokoh pahlawan maupun peristiwa- museum terhadap jiwa nasionalisme
peristiwa penting yang pernah terjadi di mahasiswa UPI YAI
masa lampau
LANDASAN TEORI
Museum diharapkan tidak hanya
sekedar memantulkan perubahan- Nasionalisme
perubahan yang ada di lingkungan, tetapi Menurut Hans Kohn (dalam Soegito,
juga sebagai media untuk menunjukkan 2013:47) menjelaskan nasionalisme
perubahan sosial serta pertumbuhan dimaknai sebagai paham yang berpendapat
budaya dan ekonomi. Museum berperan bahwa kesetiaan tertinggi individu harus
dalam proses transformasi yang diserahkan kepada negara kebangsaan.
mewujudkan perkembangan struktur Perasaan sangat mendalam akan suatu
intelektual dan tingkat kehidupan yang ikatan yang erat dengan tanah tumpah
membaik. Perkembangan tersebut tentu darahnya, dengan tradisi-tradisi setempat
disesuaikan dengan kondisi masyarakat dan penguasa-penguasa resmi di daerahnya
yang bersangkutan dalam bahasa dan selalu ada disepanjang sejarah dengan
budayanya masing-masing. Inilah makna kekuatan yang berbeda-beda.
yang ingin disampaikan dan di Kesetiaan tertinggi bisa di
transkripsikan oleh museum lewat benda gambarkan dengan rasa kesetiaan,
yang disajikan atau dipamerkan sebagai pengabdian, mempertahankan corak asli
instrumen memahami masyarakat bangsanya, keyakinan, semangat,
pendukungnya. persatuan dan kesatuan, kasih sayang, dan
bangga terhadap bangsanya dan menjaga
apa yang telah diperjuangkan.
Identifikasi Masalah “Nationalism is a nation wicth states
Berdasarkan uraian latar belakang that individuals should be given the
masalah di atas terdapat beberapa masalah highest loyalty to the nation and the state.
sebagai berikut: In other words, it puts the interests of the
1. Moralitas yang semakin melemah nation higher above personal interests and
terlihat dari kasus korupsi di groups. Because of the nationalism is a
fusion between a sense of loving the nation

148 IKRAITH-HUMANIORA Vol 3 No 2 Bulan JULI 2019


ora nasionalism and the spirit of e. menghargai dan mempelajari
patriotism”.(Subaryana, 2012:43) beragam tradisi budaya bangsa
Menurut Anderson (dalam Soegito, f. peduli dan mengikuti informasi
2013:55) menyebutkan bahwa istilah
yang terkait dengan permasalahan
nasionalisme sebagai sikap suatu
komunitas yang mengutamakan bangsa dalam bidang politik, sosial,
kepentingan bangsa dan negara daripada budaya, ekonomi, serta lingkungan
kepentingan pribadi atau golongan. alam Indonesia
Sedangkan komunitas diimajinasikan atau
dibayangkan sebagai satu kesatuan orang Museum
yang menetap di suatu wilayah tertentu Secara etimologis, museum berasal
dan sebagai bagian dari apa yang disebut dari kata Yunani, Μουσεῖον atau mouseion,
bangsa, meskipun di antara mereka ada yang sebenarnya merujuk kepada nama
perbedaan bahasa, etnis, agama, dan kuil untuk sembilan Dewi Muses, anak-
kebudayaan. anak Dewa Zeus yang melambangkan ilmu
“Community developers help all dan kesenian. Pada awalnya, museum
communities, but their passion lies bermula sebagai tempat untuk menyimpan
disproportionately with people who do not koleksi milik individu, keluarga atau
have adequate personal resources to meet institusi kaya. Benda-benda yang disimpan
their needs or with communities with large biasanya merupakan karya seni dan benda-
populations of people who need benda yang langka, atau kumpulan benda
assistance”.(Y.Y.F.R.Sunarjan; Hamdan T. alam dan artefak arkeologi. Fungsi serta
Ahmad, dan Romadi, 2017:152) tugas dan tujuan museum pun berubah
Jiwa Nasionalis seiring dengan perkembangan ilmu
Jiwa nasionalis merupakan sikap, pengetahuan dan manusia semakin
karakter, kepribadian individu yang tetap membutuhkan bukti-bukti otentik
mempertahankan keutuhan negara dan mengenai catatan sejarah kebudayaan.
mencintai segala hal yang terkait dengan
negaranya. Seorang individu yang METODOLOGI PENELITIAN
memiliki jiwa nasionalis kuat memiliki
kesadaran untuk berkorban dan berjuang Penelitian di lapangan dilakukan
demi keutuhan serta kemajuan negaranya dengan mengamati objek alamiah yang
tanpa perlu adanya paksaan dari orang lain. bersifat kompleks, dinamis, dan penuh
Indikator seseorang memiliki jiwa makna sehingga tidak mungkin pada
nasionalis yang kuat adalah seseorang situasi sosial seperti ini dilakukan
yang memiliki ciri sebagai berikut: penelitian dengan menggunakan
a. menghargai jasa para pendekatan kuantitatif. Selain itu peneliti
tokoh/pahlawan nasional bermaksud memahami situasi social secara
b. hafal lagu-lagu kebangsaan, mendalam. Dalam penelitian ini peneliti
memahami maknanya, serta berusaha mendapatkan gambaran peran
kunjungan museum dalam membangun
mengimplementasikannya dalam
karakter jiwa nasionalis
kehidupan sehari-hari Subjek Penelitian
c. bangga menggunakan produk- Subjek atau informan dalam
produk buatan dalam negeri penelitian ini merupakan subjek yang
d. menghargai keindahan alam serta terlibat secara langsung dengan
memilih untuk berwisata dalam permasalahan yang diteliti sehingga dapat
memberikan data dan informasi yang
negeri
diperlukan dalam penelitian mahasiswa

IKRAITH-HUMANIORA Vol 3 No 2 Bulan JULI 2019 149


UPI YAI yang diminta untuk mengunjungi dan nasionalisme merupakan hasil dari
museum sebagai salah satu tugas kuliah kehidupan sejarah suatu bangsa dan ia
Populasi dan Sample selalu naik-turun dan tidak pernah baku
Populasi dalam penelitian ini adalah dan stagnan, lebih dari itu nasionalisme
mahasiswa yang mengambil matakuliah juga termasuk di dalamnya terdapat faktor-
Kewarganegaraan dan Pendidikan faktor objektif yang mendukungnya antara
Pancasila dengan jumlah 89 mahasiswa. lain, keinginan bersama, bahasa, wilayah,
Adapun jumlah sample yang akan agama, identitas politik, adat dan
diambil adalah 48 orang kebiasaan.
Nasionalisme muncul ketika terdapat
PEMBAHASAN kesadaran yang kuat terhadap kecintaan
tanah air dengan ditandai sifat baik sesuai
Nasionalisme sebagai suatu paham, dengan nilai dan norma yang berlaku di
ajaran, atau aliran kebangsaan merupakan masyarakat serta sikap rela berkorban
suatu konsep yang bermakna strategis sesuai kemampuan yang dimiliki
dalam pembangunan kehidupan berbangsa seseorang sesuai pada jamannya. Nilai-
dan bernegara yang mandiri, adil dan nilai nasionalisme perlu ditanamkan
makmur. Kemandirian suatu bangsa kepada generasi muda lewat kesadaran
merupakan modal dasar yang harus nasional yang dibangkitkan melalui
diaktualisasikan dalam pembangunan kesadaran sejarah. Tanpa kesadaran
nasional. Apa yang ingin diwujudkan sejarah nasional tidak akan ada identitas
harus disesuaikan dengan kebutuhan dan nasional, orang tidak punya kepribadian
kemampuan diri sebagai suatu bangsa. nasional
Kemandirian suatu bangsa sangat Kesadaran sejarah dapat dibangun
bergantung pada perasaan dan kesadaran dengan berbagai cara diantaranya
masing-masing warga negara dalam adalah dengan melakukan kunjungan ke
memandang diri sendiri dalam kaitannya museum-museum dan memahami
dengan kepentingan bangsa dan negara. makna perjuangan dari peninggalan-
Kepercayaan terhadap kekuatan peninggalan sejarah yang ada. Dengan
sendiri merupakan akumulasi perasaan dan semakin sering berkunjung ke museum-
kesadaran setiap warga negara dalam museum yang ada maka pelan-pelan
melihat potensi bangsa dan negaranya. akan timbul kesadaran dalam diri yang
Potensi tersebut merupakan modal dasar mendorong jiwa Nasionalisme.
yang berharga dalam pelaksanaan
pembangunan nasional. Perubahan jaman KESIMPULAN
menggeser tata nilai nasionalisme pada
tata nilai baru. Bagi generasi baru yang Dari hasil penelitian yang telah
muncul pasca proklamasi kemerdekaan dilakukan diketahui bahwa kunjungan
memiliki persepsi yang lain dan baru juga ke museum memiliki pengaruh positif
tentang nasionalisme itu sendiri. Nilai yang signifikan terhadap jiwa
lama dari nasionalisme adalah perjuangan nasionalisme mahasiswa, hal tersebut
kemerdekaan sedangkan generasi baru dimungkinkan karena dengan
akan sepenuhnya mengisi nasionalisme berkunjung ke museum maka
dengan pembangunan sebagai upaya mahasiswa mulai mengenal atau
mengisi hasil perjuangan generasi mengingat sejarah bangsa, yang pada
terdahulu. akhirnya menggugah jiwa
Menurut Hans Kohn (dalam Santoso, nasionalisme mereka.
2008:5) menjelaskan bahwa nasionalisme
adalah arti daripada sejarah itu sendiri,
“Nationalism, Its Meaning and History”,

150 IKRAITH-HUMANIORA Vol 3 No 2 Bulan JULI 2019


DAFTAR PUSTAKA
Ace suryadi dan H. A.R. Tilaar, 2007.
Analisis Kebijakan Pendidikan Suatu
Pengantar, Bandung. PT. Remaja
Roesda Karya.
A.T. Soegito, Pergeseran Paradigmatik
Manajemen Pendidikan, FIS. UNNES,
Semarang, 2013.
Kabul. 2007. Nilai-nilai Kepribadian dan
Kejuangan Bangsa. Indonesia.
Bandung: Alfabeta
Masykur Musa, Ali. 2011. Nasionalisme di
Persimpangan. Jakarta: Erlangga.
Muhardihastomo, Ashar dan Widya
Nayati. 2017. ‘Pengembangan
Museum Sonobudoyo Sebagai
Tempat Belajar Bagi Kelompok
Disabilitas Fisik’. Dalam
Prajnaparamita.Jurnal Museum
Nasional Edisi 05/2017.
Mustari, Mohamad. 2011. Nilai Karakter
Refleksi untuk Pendidikan Karakter.
Yogyakarta: Laksbang Pressindo.
Sunarjan, Y.Y.F.R; Hamdan T.Atmadja,
dan Romadi. 2017. ‘The Survival
Strategy : Urban Poor Community to
Live in The Brintik Hill Graveyard,
Semarang, Indonesia’.Dalam
International Journal of Economic
Research. Serials Publications Pvt. Ltd.
ISSN: 0972-938C. Volume 14.
Number 6.
Sunarso, dkk. 2006. Pendidikan
Kewarganegaraan untuk Perguruan
Tinggi. Yogyakarta: UNYPress.
Thung Ju Lan dan M.' Azzam Manan 2011.
Nasionalisme dan Ketahanan Budaya
di Indonesia: Sebuah Tantangan. Obor
Jakarta.

IKRAITH-HUMANIORA Vol 3 No 2 Bulan JULI 2019 151


AKSELERASI PEMAHAMAN TENSES DALAM MENYUSUN
KALIMAT NEGATIVE DENGAN MAGIC ROUND

Tri Agustini Solihati1, Gea Aristi2


1,2
Universitas Perjuangan Tasikmalaya
Jalan Pembela Tanah Air (PETA) No. 177 Kelurahan Kahuripan Kecamatan Tawang Kota
Tasikmalaya
E-mail : try_leocps@yahoo.co.id1, geaaristi@gmail.com2

ABSTRAK
Penelitian ini merupakan hasil uji coba produk pengembangan media Magic Round seri 2 pada
skala terbatas yang difungsikan untuk mengakselerasi pemahaman siswa ketika menyusun kalimat
negative berbahasa Inggris pada semua jenis tenses. Sehingga tujuan dilakukannya penelitian ini
adalah mengetahui signifikansi pengaruh penggunaan media yang dimaksud terhadap pemahaman
siswa dalam menyusun kalimat negative. Penelitian ini dilaksanakan di MAN 2 Kabupaten
Tasikmalaya dengan jumlah sampel sebanyak 38 siswa di kelas XI IIK-1. Teknik pengambilan
sampel yang digunakan adalah sampling jenuh dengan pendekatan kuantitatif dan metode
eksperimen yaitu Pre-Ekperimental Designs. Data penelitian dikumpulkan dengan teknik soal
objektif. Data yang dikumpulkan, selanjutnya diolah dan dianalisis secara kuantitatif untuk
mengetahui pengaruh penggunaan media tersebut pada penyusunan kalimat negative. Hasil dari
pengolahan dan analisis data didapat rata-rata nilai pretest 55,32 dengan kategori sedang dan rata-
rata nilai posttest 81,39 dengan kategori sangat tinggi. Berdasarkan uji-t Paired Samples T-Test
menghasilkan Asymp. Sig. (2-tailed) sebesar 0,000. Sesuai dengan ketentuan, karena nilai
probabilitas Asymp. Sig. (2-tailed) < 0,05, maka H0 ditolak maka yang menjadi jawaban dari
hipotesis penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan penguasaan keterampilan menyusun
kalimat negative yang signifikan antara nilai pretest dan posttest setelah melakukan kegiatan
pembelajaran dengan menggunakan magic round. Sehingga disimpulkan bahwa penggunaan
media magic round mempunyai pengaruh terhadap peningkatan penguasaan keterampilan
menyusun kalimat negative.

Kata kunci : magic round, tenses, kalimat negative

ABSTRACT

This research is the result of developing media namely magic round through product trial in limited
scale. It is aimed to accelerate students’ comprehension while arranging English negative sentences in any
kind of tenses. It was carried out in MAN 2 Tasikmalaya with 38 students in grade XI IIK-1. The technique
used to take sample is saturated sampling. The approach is quantitative and experimental method, which is
pre-experimental-designs. Data was collected through objective test. It was analyzed to get the influence of
using the media in compiling negative sentence. The average score is 55.32 (pre-test) and 81,39 (post-test).
They are categorized as moderate and very high. Based on Paired Samples T-Test,the Asymp. Sig. (2-
tailed) is 0,000. In line to probability score Asymp. Sig. (2-tailed) < 0,05, thus H0 was rejected.
The answer to the hypothesis is there is the significant difference on students’ mastery while
arranging negative sentences between pre-test and post-test average score after using magic
round in learning. In conclusion, the use of magic round has influenced toward students’ mastery
in compiling negative sentences.

Keywords : magic round, tenses, negative sentences

152 IKRAITH-HUMANIORA Vol 3 No 2 Bulan JULI 2019


1. PENDAHULUAN saja, pada kalimat aktif. Sehingga pengguna
bisa fokus pada satu jenis kalimat saja. Tentu
Hasil penelitian Solihati, dkk (2017) saja kesalahan-kesalahan yang sudah
yang berjudul “Pengembangan magic round dimunculkan di atas, sudah direvisi. Media
pada pembelajaran tenses untuk penyusunan ini pun akan dilengkapi dengan 98 kata kerja
kalimat affirmative” dengan menggunakan irregular, berikut penjelasan penggunaan
metode penelitian dan pengembangan masing-masing tense nya. Sehingga
(research and developement) telah pengguna akan sangat terbantu manakala
menunjukkan kelayakan terciptanya media harus menentukan jenis tense yang akan
magic round. Hal tersebut diukur dari hasil digunakan. Media ini dirancang
penilaian ahli teknologi pembelajaran dan menggunakan aplikasi corel draw. Penelitian
ahli media, diikuti dengan uji keterlaksanaan ini dilakukan untuk mengetahui kelayakan
oleh observer, secara bersamaan uji magic round sebagai media pembelajaran
kemaanfaatan oleh guru, diakhiri dengan uji bahasa Inggris SMA.
keefektifan oleh siswa yang berdasarkan
perbandingan nilai pre-test dan post-test serta 2. METODOLOGI
angket. Masing-masing pengujian dilakukan
secara berurutan, mulai dari skala kecil, Penelitian ini dilakukan di MAN 2
perorangan, dan terbatas. Kabupaten Tasikmalaya kelas XI IIK-1
Hasil yang baik diperoleh dari yang terdiri dari 38 orang siswa. Mereka
penelitian ini, pada skala terbatas nilai rata- termasuk saturated sampling. Desain
rata yang diperoleh untuk validasi ahli
yang digunakan adalah one group
pembelajaran adalah 86,31%, validasi ahli
materi mencapai nilai 90,48%, uji pretest-posttest. Pendekatan yang
keterlaksanaan 96,21%, uji kemanfaatan digunakan adalah kuantitatif. Metode ini
90,65%, dan uji keefektifan sebesar 88,42%. adalah eksperimen. Bentuknya yaitu pre-
Angka tersebut diinterprestasikan bahwa eksperimental design. Dan instrumen
media yang dihasilkan adalah valid dan dapat untuk mengukur penguasaan siswa
dimanfaatkan untuk skala luas tanpa adalah tes objektif; pernyataan benar-
perbaikan dan sangat efektif untuk para siswa salah (true-false statement).
dalam belajar tenses. Namun dalam Pemahaman siswa akan
penggunaan media pembelajaran magic dikategorikan dalam tingkat yang sangat
round yang telah disebutkan sebelumnya
tinggi, jika skor lebih dari 75. 58-75 akan
bahwa media ini hanya untuk penyusunan
kaliamt affirmative. Untuk itu aplikasi ditentukan sebagai tingkat tinggi. 42-58
selanjutnya dari penggunaan media akan ditentukan sebagai tingkat
pembelajaran magic round adalah menengah. 25-42 akan ditentukan
penyusunan kalimat negative. sebagai tingkat rendah. Dan kurang dari
Kalimat negative adalah bentuk 25 akan ditentukan sebagai tingkat sangat
kalimat penyangkalan dan biasanya ada kata rendah (Cece Rakhmat dan Solehudin:
“tidak” atau “bukan” (Not) dalam kalimat 2006).
tersebut. Terkadang siswa mengalami Data yang dikumpulkan telah
kesulitan dalam menyusun kalimat ini, untuk melalui 6 tahapan pertemuan. pertemuan
itu media pembelajaran magic round
yang dimaksud adalah sebagai berikut:
diharapkan dapat membantu siswa dalam
memahami tenses dalam menyusun kalimat Tabel 1: Tahapan Pengumpulan Data
negative. Pertemuan Uraian kegiatan
Berdasarkan permasalahan di atas, Ke-1 Pre-test
maka dikembangkanlah media magic round (40 butir soal)
untuk pembuatan kalimat negative Ke-2 Paparan materi dengan
berdasarkan tenses. Media edukasi, produk magic round untuk jenis
pengembangan, yang akan digunakan sebagai simple present, simple
media pembelajaran untuk mata pelajaran past, simple future, simple
bahasa Inggris. Dengan hanya berpusat pada past future
16 tenses pada pembuatan kalimat negative

IKRAITH-HUMANIORA Vol 3 No 2 Bulan JULI 2019 153


Ke-3 Paparan materi dengan 5. Memberi rangsangan yang sama,
magic round untuk jenis mempersamakan pengalaman dan
present continuous, past menimbulkan persepsi yang sama.
continuous, future 6. Proses pembelajaran mengandung lima
continuous, past future komponen komunikasi; guru
continuous (komunikator), bahan pembelajaran,
Ke-4 Paparan materi degan media pembelajaran, siswa
magic round untuk jenis (komunikan), dan tujuan pembelajaran.
present perfect, past Jadi media pembelajaran merupakan
perfect, future perfect, past segala sesuatu yang dapat dimanfaatkan
future perfect untuk menyalurkan pesan (bahan
Ke-5 Paparan materi dengan pembelajaran), sehingga mampu merangsang
magic round untu jenis perhatian, minta, pikiran, dan perasaan
present perfect continuous, peserta didik dalam proses belajar untuk
past perfect continuous, mencapai tujuan pembelajaran.
future perfect continuous,
past future perfect 3.2 Fungsi Media Pembelajaran
continuous. Dalam proses pembelajaran, media
Ke-6 Post-test berfugsi sebagai pembawa atau penyampai
(40 butir soal) informasi dari sumber menuju penerima,
yakni dari guru kepada peserta didik.
Sedangkan metode merupakan prosedur atau
3. LANDASAN TEORI langkah-langkah yang membantu peserta
didik dalam menerima dan mengolah
3.1 Media Pembelajaran informasi guna mencapai tujuan
Menurut Heinich et.al., 2002; pembelajaran. Namun dalam kegiatan
Ibrahim, 1997; Ibrahim et.al., 2001 interaksi antara peserta didik dengan
sebagaimana telah dikutip oleh Drs. lingkungan, fungsi media diketahui
Daryanto, 2016 kata media merupakan berdasarkan adanya kelebihan media dan
bentuk jamak dari kata media. Kata tersebut hambatan yang mungkin timbul dalam proses
dapat diartikan sebagai perantara atau pembelajaran (Drs. Daryanto, 2016)
pengantar yang mendukung terciptanya Tiga kelebihan kemampuan media
sebuah komunikasi antara pengirim (sender) (Gerlach & Ely dalam Ibrahim, et.al., 2001)
dan penerima (receiver). Lebih jauh lagi adalah sebagai berikut:
Criticos, 1996 memaparkan bahwa media 1. Kemampuan fiksatif, artinya dapat
merupakan pembawa pesan dari komunikator menangkap, menyimpan, dan
kepada komunikan. Hubungannya dengan menampilkan kembali suatu obyek atau
penggunaan media dalam proses kejadian. Dengan kemampuan ini, obyek
pembelajaran tidak lain dikarenan kegiatan atau kejadian dapat digambar, dipotret,
ini adalah kegiatan berkomunikasi. Tentu saja direkam, difilmkan, kemudian dapat
komunikasi yang terjadi antara pengajar dan disimpan dan pada saat diperlukan dapat
peserta didik, atau sesama peserta didik. ditunjukkan dan diamati kembali seperti
Drs. Daryanto, 2016 mengatakan kejadin aslinya
bahwa secara umum kegunaan media, antara 2. Kemampuan manipulatif, artinya media
lain: dapat menampilkan kembali obyek atau
1. Memperjelas pesan agar tidak terlalu kejadian dengan berbagai macam
verbalistis. perubahan (manipulasi) sesuai keperluan,
2. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu, misalnya diubah ukurannya,
tenaga, dan daya indra. kecepatannya, warnanya, serta dapat pula
3. Menimbulkan gairah belajar, interaksi diulang-ulang penyajiannya.
lebih langsung antara murid dengan 3. Kemampuan distributif, artinya media
sumber belajar. mampu menjangkau audien yang besar
4. Memungkinkan anak belajar mandiri jumlahnya dalam satu kali penyajian
sesuai dengan bakat dan kemampuan secara serempak, misalnya siaran TV atau
visual, auditori, dan kinestetiknya. Radio.

154 IKRAITH-HUMANIORA Vol 3 No 2 Bulan JULI 2019


Berdasarkan fungsi media 3.4 Mata Pelajaran Bahasa Inggris
pembelajran di atas dapat disimpulkan bahwa Dalam mempelajari bahasa Inggris
fungsi media pembelajaran sangat membantu yang merupakan salah satu mata pelajaran
para guru atau pengajar dalam yang ada di SMA, baik kelas X, XI dan XII,
menyampaikan berbagai macam materi memiliki manfaat agar para peserta didik
kepada para pembelajar sehingga dapat mampu berkomunikasi baik secara lisan
berfungsi sebagai jembatan antara guru atau maupun tulisan. Salah satu materi yang
pengajar dengan para pembelajarnya. paling penting adalah kata kerja. Dalam
bahasa Inggris terdapat dua jenis kata kerja,
3.3 Klasifikasi Media Pembelajaran yakni Reguler Verb dan Irreguler Verbs.
Media pembelajaran diklasifikasi Perubahan bentuk kata bergantung pada
berdasarkan tujuan pemakaian dan tenses yang digunakan. Kata kerja Reguler
karakteristik jenis media. Terdapat lima verb adalah kata kerja beraturan yang kata
model klasifikasi, yaitu menurut: (1) Wilbur kerja bentuk kedua dan ketiganya berakhiran
Schramm, (2) Gagne, (3) Allen, (4) Gerlach – ed. Sedangkan kata kerja Irreguler verbs
dan Ely, dan (5) Ibrahim. adalah kata kerja yang bentuk kedua dan
Menurut Schramm, media ketiganya berubah atau tidak sama sekali
digolongkan menjadi media rumit,mahal, dan tidak berubah. Tenses adalah bentuk kata
media sederhana. Schramm juga kerja dalam bahasa Inggris untuk
mengelompokkan media menurut menunjukkan waktu (sekarang, masa depan
kemampuan daya liputan, yaitu (1) liputan atau masa lalu) terjadinya suatu perbuatan
luas dan serentak seperti TV, radio, dan atau peristiwa. Ada 16 macam tenses dalam
facsimile; (2) liputan terbatas pada ruangan, bahasa Inggris, yaitu:
seperti film, video, slide, poster audio tape; Tabel 1. Rumus Tenses dalam Kalimat
(3) media untuk belajar individual, seperti Negative
buku, modul, program belajar dengan
komputer dan telepon. Present Past Future Past
Menurut Gagne, media diklasifikasi Future
menjadi tujuh kelompok, yaitu benda untuk Simple S+Do/doe S +Did S+will S+would
didemontrasikan, komunikasi lisan, media s not +V1 not+V2 +not+ +not+V1
cetak, gambar diam, gambar bergerak, film V1
bersuara, dan mesin belajar, ketujuh Perfect S S +had S+will S+would
kelompok media pembelajaran tersebut +have/ha not+V3 +not+h +not+hav
dikaitkan dengan kemampuannya memenuhi s+not+V3 ave+V e+V3
fungsi menurut hirarki belajar yang 3
dikembangkan, yaitu pelontar stimulus Continuous S+ S+ S+ S+
belajar, penarik minat belajar, contoh am/are/is was/were will+ would+
perilaku, memberi kondisi eksternal, + not + + not+ not+ not+ be+
menuntun cara berpikir, memasukkan alih V-ing v.ing be+ V-.ing
ilmu, menilai prestasi, menuntun cara Ving
berpikir, memasukkan alih ilmu, menilai Perfect S S+ had+ S+ S+
prestasi, dan pemberi umpan balik. Continuous +have/ha not+ will+ would+
Berdasarkan pemahaman atas s +not been+ V- not+ not+
klasifikasi media pembelajaran tersebut, akan +been ing have+ have+
mempermudah para guru atau praktisi lainnya +V-ing been been+ V-
dalam melakukan pemilihan media yang tepat +V-ing ing
pada waktu merencanakan pembelajaran
untuk mencapai tujuan tertentu. Pemilihan 3.5 Magic Round
media yang disesuaikan dengan tujuan, Media pembelajaran yang ini
materi, serta kemampuan dan karakteristik dibuat dengan menggunakan software corel
pembelajar, akan sangat menunjang efisiensi draw x7 sebelum diproduksi dan dicetak.
dan efektivitas proses dan hasil pembelajaran.

IKRAITH-HUMANIORA Vol 3 No 2 Bulan JULI 2019 155


Gambar 1. Proses pembuatan media
Gambar 2. Layer 1 (Jenis tenses)
Beberapa langkah yang dapat dilakukan
untuk membuat magic round ini adalah:
1. Membuat bulatan dengan diameter 20
cm untuk bagian belakang.
2. Mengukur lebar untuk masing-masing
kata yang akan dimasukkan sehingga
terdapat 98 buah kata dengan lebar yang
sama.
3. Bagi setiap kata menjadi enam buah
kolom.
4. Setelah terbagi setiap kata, masukkan
kata-kata tersebut ke masing-masing
kolom yaitu infinitive/ simple form, past
tense, participle form, -s –es form, ing
form, meaning
5. Untuk bagian depan buatlah potongan Gambar 3. Layer 2 (irregular verbs)
sumbu yang lebarnya sama dengan
setiap kata yang berada di bagian
belakang.
6. Potongan tersebut agar kata yang ada di
belakang menjadi terlihat/ terbaca
dengan cara memutar posisinya kertas
bagian depan.
7. Di bagian depan ditambahkan
penjelasan untuk masing-masing kolom
yang ditandai dengan garis berpanah
dengan warna yang berbeda-beda,
sesuai dengan jenis tenses yang
digunakan serta kata kerja yang
diperlukan.
8. Pada bagian belakang diberikan Gambar 4. Layer 3 (penjelasan tenses)
penjelasan mengenai penggunaan jenis
tenses. 3.6 Penelitian Yang Relevan

Berikut tampilan media pengembangan Penelitian dengan judul “Pengembangan


yang diujicobakan: Magic Round Pada Pembelajaran Tenses
Untuk Penyusunan Kalimat Affirmative
dilakukan oleh Solihati, dkk (2017) dengan
tujuan untuk mengetahui hasil belajar siswa
setelah menggunakan media magic round
ketika menyusun kalimat sederhana, aktif,
verbal, dan sederhana. Hasil dari pengolahan

156 IKRAITH-HUMANIORA Vol 3 No 2 Bulan JULI 2019


dan analisis data didapat pada kelas XI dari 5. KESIMPULAN
ketiga sekolah yang diujicobakan perorangan
yaitu keterlaksanaan sebesar 82,95 %, Disajikan sebagai bagian dari
kemanfaatan sebesar 75,54 %, dan penelitian, analisis data, dan pembahasan
keefektifan sebesar 76,85 %. Pada uji skala variabel penelitian, maka berikut kesimpulan
kecil didapat hasil dari uji keterlaksanaan, yang diperoleh:
kemanfaatan, dan keefektifan yang 1. Pemahaman siswa dalam menyusun
dikembangkan telah berada pada kriteria kalimat negative yang diimplementasikan
cukup valid atau boleh digunakan dengan pada semua jenis tenses menunjukkan
revisi kecil. Hasil persentase keterlaksanaan kategori peningkatan yang signifikan.
sebesar 90,15 %, kemanfaatan sebesar Sebelum menggunakan magic round,
83,58 %, dan keefektifan sebesar 81,57 %. mayoritas siswa berada di kategori
dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa menengah. Namun setelah menggunakan
produk yang dikembangkan siap digunakan magic round, kategori sangat tinggi
pada tahap uji coba skala terbatas tanpa menjadi dominasi.
perbaikan. Dan hasil persentase dalam uji 2. Magic round bisa menjadi salah satu
coba terbatas ini menghasilkan uji pilihan media pembelajaran tenses,
keterlaksanaan sebesar 96,21 %, kemanfaatan khususnya untuk menyusun kalimat
sebesar 90,65 %, dan keefektifan sebesar negative, guna mengakselerasi
88,42 %. Sehingga disimpulkan bahwa pemahaman siswa, menyajikan suasana
penggunaan media magic round mempunyai akademik yang menyenangkan, dan
pengaruh terhadap peningkatan penguasaan mengarahkan siswa untuk mampu belajar
keterampilan menyusun kalimat secara mandiri.
affirmative bahasa Inggris siswa. 3. Magic round seri 2 untuk kalimat
negative akan menjadi dasar
pengembangan seri 3 yang berfokus pada
4. HASIL DAN PEMBAHASAN kalimat interrogative.
Pada kegiatan pretest dan posttest
disajikan 35 butir soal dengan pengerjaan DAFTAR PUSTAKA
true-false berkaitan dengan kalimat negative.
Soal ini difunsikan untuk mengevaluasi Solihati, dkk. (2016). The effect of using
perbandingan hasil pemahaman siswa sebelu smart wheel toward the skill of
dan sesudah menggunakan magic round arranging simple sentences
ketika menyusun kalimat negative. Hasil (Pengaruh penggunaan smart wheel
Pretest menunjukkan bahwa ada 2 siswa di terhadap keterampilan menyusun
tingkat rendah 27 siswa di tingkat yang kalimat sederhana. Jurnal Saung
menengah, 8 dari mereka berada di tingkat Guru Vol. IX No. 3 Desember 2016.
tinggi, dan 1 dari mereka adalah di tingkat Solihati, dkk. (2017). Pengembangan Magic
yang sangat tinggi. Tapi setelah Round Pada Pembelajaran Tenses
menggunakan magic round sebagai media Untuk Penyusunan Kalimat
pembelajaran, hasil posttest menunjukkan Affirmative. Tasikmalaya:
bahwa 4 dari mereka berada dalam tingkat Universitas Perjuangan.
yang memadai, 8 dari mereka berada di Daryanto. (2016). Media Pembelajaran.
tingkat tinggi, dan 26 dari mereka berada di Yogyakarta: Gava Media.
tingkat yang sangat tinggi. Echols, J.M & Hasan S.(2005).Kamus
Adapun nilai rata-rata yang diperoleh inggris-Indonesia.Jakarta: PT. Gramedia
siswa adalah 55,32 ketika pretest dan 81,39 Sugiyono. (2010). Metode Penelitian
ketika posttest. Hasil tersebut menunjukkan Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
rata-rata normal gain sebesar 0,56 yang Kualitatif, dan R & D. Bandung:
mendeskripsikan adanya peningkatan Alfabeta.
penguasaan yang cukup efektif. Sudaryono, Guritno, & Rahardja, A. (2011).
Theory and Application of IT
Reseach (Metodologi Penelitian
Teknologi Informasi). Yogyakarta.

IKRAITH-HUMANIORA Vol 3 No 2 Bulan JULI 2019 157


U.S, Supardi. (2012). Aplikasi Statistika
dalam Penelitian. Jakarta Selatan:
Pt. Ufuk Publishing House.
Widoyoko, S. E. P. (2012). Teknik
Penyusunan Instrumen
Penelitian. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.

158 IKRAITH-HUMANIORA Vol 3 No 2 Bulan JULI 2019

Anda mungkin juga menyukai