Anda di halaman 1dari 17

IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH NOMOR 9

TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK DAN


PEREMPUAN TERHADAP TINDAK KEKERASAN
(Studi kasus Kekerasan Seksual terhadap anak di Kabupaten Pandeglang )

Proposal Skripsi

Diajukan Salah Satu Syarat untuk memperoleh


Gelar Sarjana Ilmu Administrasi Publik

Oleh :

Gievany widas putri

6661190109

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU

POLITIK UNIVERSITAS SULTAN AGENG

TIRTAYASA 2023
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Perempuan dan anak merupakan subjek hukum yang sering mendapat perlakuan

diskriminatif. Dalam sektor domestik atau rumah tangga, keduanya merupakan pihak yang

sering tersudutkan, mendapat perlakuan tidak senonoh, bahkan tidak sedikit mendapat

perlakuan kasar dan kekerasan dari laki-laki sebagai suami bagi isteri dan ayah bagi anaknya.

Kekerasan atau violence dalam pemahaman umum merupakan wujud perbuatan yang lebih

bersifat fisik yang mengakibatkan luka fisik. Namun demikian, kekerasan tidak selalu

diidentikkan dengan objek fisik, tetapi tidak sedikit dalam bentuk kekerasan psikis, maupun

seksual. Seperti membentak isteri dan anak, mengintimidasi, menakut-nakuti, dan berbagai

bentuk sikap dan tindakan lain yang mempengaruhi lemahnya aspek psikis perempuan dan

anak.

Paling umum diamati adalah kekerasan terhadap perempuan dan anak dalam sektor

domestik atau rumah tangga secara tidak langsung adalah pengaruh dari rasa dan keinginan

laki-laki untuk diakui, atau paling tidak mendapat pengakuan sebagai pihak yang superior,

harus dihargai karena ia adalah kepala keluarga, orang yang bertanggung jawab atas

kebutuhan ekonomi, sehingga mau tidak mau patut dan dipandang layak untuk tunduk dan

patuh dalam keadaan apapun terhadap dirinya.

Masa anak-anak juga saat ini adalah masa yang paling sangat rentan bagi perkembangan

manusia Karena dalam tahap ini pembentukan karakter anak sangat penting dalam masa

pertumbuhan anak, anak harus bertumbuh dilingkungan yang aman,nyaman dan jauh dari

tindak kekerasan,Diskriminasi ataupun apapun yang menyebabkan pertumbuhan menjadi

terhambat secara fisik maupun psikis. Anak juga merupakan sebagai bagian dari generasi
muda merupakan mata rantai awal yang penting dan menetukan dalam upaya menyiapkan dan

mewujudkan masa depan bangsa dan negara Anak merupakan generasi yang akan

meneruskan perjuangan dan cita-cita seluruh bangsa di belahan bumi ini dan anak menjadi

harapan orang tua, keluarga, masyarakat, bangsa dan negara.

Kelangsungan Hidup anak tertuang dalam Undang-undang Dasar RI 1945 Sebagai

Konstitusi Negara Indonesia mengatur secara Khusus mengenai Perlindungan terhadap anak.

Pasal 28 B Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menyatakan setiap

anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan berkembang serta berhak atas

perlindungan dari kekerasan. Perlindungan anak bertujuan untuk menjamin terpenuhinya hak-

hak anak agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara optimal sesuai

dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapatkan perlindungan dari kekerasan dan

diskriminasi, demi terwujudnya anak Indonesia yang berkualitas, berakhlak mulia, dan

sejahtera.

Pemahaman dan persepsi anak tentang dunia yang masih minim menyebabkan mereka

rentan terhadap perkembangan situasi sekitar yang kadang begitu kompleks. Mereka belum

cukup pengalaman untuk menelaah semua informasi yang ada. Itulah sebabnya, Anak sangat

membutuhkan pendampingan orang dewasa untuk memberikan pemahaman terhadap yang

dipikirkan dan yang ditemuinya. kekerasan terhadap anak yang berdampak fisik maupun

psikis hingga merenggut jiwanya Hampir setiap hari kita disuguhi oleh berita dan tayangan

kekerasan melalui berbagai media massa, hingga kekekerasan mengakrabi kehidupan

keseharian masyarakat kita, termasuk pada anak-anak.

Gambaran tingkat kekerasan yang terjadi di indonesia terhadap anak dan perempuan

sebagai berikut:
Gambar 1.1

Tindak Kekerasan Kepada Anak dan Perempuan Di Indonesia

Tahun 2022

Sumber : kemenppa.go.id

Berdasarkan data pada Tabel 1.1 tersebut di atas dapat dikatakann bahwa tindak

pencabulan atau Kekerasan Seksual menjadi kasus terbanyak dan menjadi sorotan agar dapat

segera ditangguli secara signifikan yaitu sebanyak 11.686 kasus, apabila hal tersebut terus

terjadi maka akan berdampak pada tingkat masa depan dan perkembangan anak dan

Perempuan. Berdasarkan penjelasan tersebut mengenai Kekerasan Seksual yaitu suatu

tindakan yang dilakukan oleh seseorang yang di dorong oleh keinginan seksual untuk

melakukan hal-hal yang dapat membangkitkan hawa nafsu birahi, sehingga menimbulkan

kepuasan pada dirinya.


perempuan dan anak berhak untuk mendapatkan rasa aman, perlindungan dari ancaman,

ketakutan, dan bebas dari penyiksaan Sekarang ini, kejahatan atau kekerasan terhadap anak

dan perempuan di Indonesia terjadi dalam berbagai macam bentuk kejahatan seperti

pelecehan seksual. Pelaku kejahatan seksual tidak hanya dilakukan oleh orang dewasa, namun

juga anak-anak. Selain itu, kejahatan seksual tidak hanya dilakukan oleh laki-laki terhadap

perempuan namun laki-laki terhadap laki-laki, perempuan terhadap perempuan. Hal tersebut

tidak hanya terjadi pada orang dewasa, melainkan kenyataan yang terlihat bahwa banyak

menimpa anak-anak yang menjadi korban dari kejahatan seksual baik laik-laki maupun

perempuan.

Kasus Kekerasan terhadap anak dan Perempuan juga banyak terjadi di provinsi Banten

Tahun 2022, bahkan dikatakan banyak. Berdasarkan Data Yang di Dapat Dari Reskrim Polda

Banten dari jumlah 1.159 kasus kekerasan itu, mayoritas korban mengalami kekerasan

seksual.
Tabel 1.1

Kasus kekerasan Pada Anak dan Perempuan Di banten

tahun 2022

NO Kasus Kekerasan
Jumlah Anak
Terhadap Anak

1 Kekerasan Seksual 1.131 Anak

2 Kekerasan Psikis 169 Anak

3 Kekerasan Fisik 125 Anak

4 Penelantaran 16 Anak

5 Eksploitasi 6 Anak

6 kasus trafficking 2 Anak

7 Kekerasan Dalam Bentuk Lain 70 Anak

Jumlah 1.159 Aanak

Sumber : Reskrim Polda Banten,2023

Pada Tabel 1.2 sebanyak 1.131 anak dan perempuan mengalami kekerasan seksual,

sebanyak 169 anak dan perempuan mengalami kekerasan psikis dan 125 anak dan perempuan

mengalami kekerasan fisik Kemudian, ada 16 anak dan perempuan mengalami penelataran, 6

anak dan perempuan mengalami kasus trafficking, 2 anak dan perempuan dieksploitasi,

dan 70 anak dan perempuan lainnya mengalami kekerasan dalam bentuk lain.
Tabel 1.2

Jumlah kasus kekerasan Seksual Pada anak dan perempuan

PerKabupaten/Kota di Provinsi Banten Tahun 2020-2022

Jumlah kasus kekerasan Seksual

Kabupaten/Kota di Provinsi Banten


NO KABUPATEN ATAU KOTA

2020 2021 2022


Kabupaten Pandeglang
1 30 37 47
Kabupaten Lebak
2 83 46 149
Kabupaten Tangerang
3 34 21 91
Kabupaten Serang
4 9 152 143
Kota Tangerang
5 136 63 234
Kota Cilegon
6 83 189 156
Kota Serang
7 40 38 81
Kota Tangerang Selatan
8 168 150 230

Total
583 696 1.131

Jumlah 2.410

Sumber : Reskrim Polda Banten,2023

Pada Tabel 1.3 Kekekrasan Seksual pada anak dan perempuan Pada Tahun 2020-2022

Kekerasan Anak dan perempuan Kota Tangerang Selatan 548 anak dan perempuan , Kota

Tangerang 433 Kabupaten Serang 304 anak dan perempuan, Kabupaten Lebak 278 anak dan

perempuan, Kota Cilegon 428 anak dan perempuan, Kabupaten Tangerang 83 anak dan

perempuan, Kota Serang 146 anak dan perempuan, dan Kabupaten Pandeglang 114 anak dan

perempuan.
Salah Satu Kabupaten yang di ambil dalam penelitian ini adalah kekerasan seksual yang

ada di Kabupaten Pandeglang Karena Kabupaten Pandeglang merupakan Kabupaten Yang

Sering Orang Sebut Sebagai Kota Santri Tapi pada tabel 1.2 Mengapa Kekerasan Seksual

Meningkat Setiap Tahunnya Di lihat dari Sumber-sumber yang berbeda juga ternyata

kekerasan seksual yang terjadi di Kabupaten Pandeglang menunjukan jumlah yang cukup

tinggi dibanding kekerasan lainnya walaupun di Provinsi Banten Kabupaten Pandeglang

memiliki nilai kekerasan seksual terendah tetapi Kasus nya setiap Tahun nya selalu meningkat

terutama pada tahun 2022 dari keseluruhan kasus yang masuk pada DP3AKB dan Reskrim

Polres Pandeglang.

Kasus kekerasan pada anak dan perempuan yang terjadi di Kabupaten Pandeglang

terdapat beberapa jenis kekerasan yaitu kekerasan fisik, kekerasan psikis, kekerasan

seksual ,ekspoitasi, penelantaran, Dan Kasus Kekerasan lainnya

1. Kekerasan Seksual adalah setiap perbuatan merendahkan,menghina,melecehkan dan

menyerang tubuh atau alat fungsu reproduksi seseorang bisa juga keterlibatan seorang

dalam segala bentuk aktivitas seksual yang terjadi sebelum anak mencapai

batasan umur tertentu yang ditetapkan oleh hukum negara yang bersangkutan

dimana orang dewasa atau anak lain yang usianya lebih tua atau orang yang dianggap

memiliki pengetahuan lebih dari anak memanfaatkannya untuk kesenangan seksual.

2. Kekerasan Fisik Adalah semua bentuk perlakuan menyakitkan secara fisik ataupun

emosional, penyalah gunaan seksual, pelalaian, yang mengakibatkan cedera atau

kerugian pada kesehatan anak, kelangsungan hidup anak, tumbuh kembang anak, atau

martabat anak, yang dilakukan dalam konteks hubungan tanggung jawab.


3. Kekerasan Psikis adalah perbuatan yang mengakibatkan ketakutan, hilangnya rasa

percaya diri, hilangnya kemampuan untuk bertindak, rasa tidak berdaya, dan/atau

penderitaan psikis berat pada seseorang.

4. Eksploitasi adalah perlakuan memaksa untuk melakukan sesuatu tanpa

memperhatikan hak eperti perkembangan fisik dan mentalnya.

5. Penelantaran adalah tidak memberikan Nafkah, Tidak memelihara, membiarkan atau

melarang untuk bekerja yang Layak di dalam atau di luar rumah.

6. Kekerasan Dalam Bentuk lain adalah Kekerasan Emosional seperti dihina,

direndahkan, tidak diharapkan lahir, tidak disayangi, mengalami perundungan

diancam/diserang dengan senjata.


Tabel 1.4

Jumlah kekerasan Menurut Kasus Kekerasan anak dan perempuan

Kabupaten Pandeglang 2020-2022

Jumlah kekerasan Menurut


NO
Kasus Kekerasan anak dan

Perempuan

Kabupaten Pandeglang
Jenis Kasus

2020 2021 2022


Kekerasan Seksual
1 30 37 47
2 Kekerasan Fisik 7
10 12
3 Kekerasan Psikis 5
4 2
4 Penelantaran 2
7 3
5 Eksploitasi 2
1 3
6 Kekerasan Dalam Bentuk Lain 10
9 10
Jumlah 50
68 67

Sumber : Satreskrim Polres Pandeglang,2023

Pada Tabel 1.4 Selama masa pandemi Covid 19 pada tahun 2020-2022. Kasus kekerasan

terhadap anak dan perempuan di Kabupaten Pandeglang mengalami peningkatan. tindak

pidana kekerasan seksual pada anak tahun 2020 sebanyak 30 perkara, tahun 2021 menjadi 37

kasus, dan tahun 2022 sebanyak 47 kasus.

Selama pandemi kasus kekerasan yang paling tinggi tahun 2020-2022. Persetubuhan atau

kekerasan seksual akibat media sosial, handphone dan kurangnya pengawasan orang tua,

Pengaruh media dan tayangan fornografi disebut sebagai penyumbang meningkatnya


kekerasan seksual. Hal ini disebabkan karena orang dewasa bahkan anak-anak semakin mudah

mengakses konten pornografi,seks dan pembunuhan. Tayangan-tayangan tersebut dibuat

menarik melalui media Koran, majalah, tabloid, komik, novel, Tv, DVD, games, yang paling

penting adalah Internet Pengawasan Orang tua untuk anak-anak sangat penting di era sekarang.

Melihat banyak nya kasus kekerasan pada anak dan perempuan maka perlu adanya

jaminan hukum dari pemerintah untuk melindungi hak-hak anak serta melindungi dari segala

bentuk kekerasan. Perlu disadari bahwa perlindungan anak perlu di lakukan oleh semua orang

baik pemerintah,lembaga non pemerintah maupun masyarakat dalam rangka melidungi hak

anak yang di keluarkan dalam Peraturan Gubernur Banten UUD Nomor 9 Tahun 2014 Tentang

Perlindungan anak dan perempuan terhadap tindak kekerasan.

Peraturan Gubernur Banten UUD Nomor 9 Tahun 2014 Tentang Perlindungan anak dan

perempuan terhadap tindak kekerasan yang saat ini rawan kekerasan seksual,eksploitasi

terhadap anak dan perempuan sangat mengarah pada perdagangan manusia dan kejahatan pada

kesusilaan yang terjadi pada anak dan perempuan. Peraturan Gubernur Banten UUD Nomor 9

Tahun 2014 Tentang Perlindungan anak dan perempuan seharusnya telah menjamin

sepenuhnya tentang perlindungan anak dan perempuan terjamin dalam hak-hak untuk

hidup,tumbuh,berkembang serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi

Namun dalam pengimplementasiannya peraturan daerah tersebut belum sepenuhnya mencapai

apa yang diharapkan masih banyak terjadi masalah-masalah dalam pengimplementasiannya.

Berdasarkan Hasil Wawancara dan observasi awal yang telah dilakukan peneliti dalam

implementasi peraturan Nomor 9 tahun 2014 tentang perlindungan anak dan perempuan di

Kabupaten pandeglang peneliti memfokuskan pada masalah anak yang mendapatkan beberapa

masalah yaitu :
Pertama, masih banyak nya kekerasan yang terjadi khususnya kekerasan seksual terhadap

Anak Kabupaten Pandeglang yang merupakan sebutkan Kota santri hal ini selalu

Menjadi pertanayaan mengapa kekerasan seksual terhadap anak terus meningkat terjadi di

Kabupaten Pandeglang apakah tidak ada tindakan dari pemerintah dan pihak berwajib seperti

yang di tunjuk pada Tabel 1.3 bahwa kekerasan seksual pada anak di Kabupaten Pandeglang

terus meningkat Banyaknya kasus kekerasan seksual terhadap anak di Kabupaten Pandeglang.

Menurut Keterangan salah satu pengurus Forum Anak Pandeglang Sri Ratih Harmanti di

bawah naungan LPA Banten ( Lembaga Perlindungan anak) dikeluarkan Forum anak tersebut

karena di Latar belakangi Oleh pertama, agar menjadi pesan bagi pemerintah untuk terus

berupaya agar kasus kekerasan pada anak terutama kekerasan seksual tidak terus menerus

terjadi. Contoh Kaus Pertama Seorang oknum guru berinisial (Y) yang mengajar di SMP

Negeri 1 Picung Pandeglang, diduga melakukan tindakan kekerasan seksual sodomi 4 siswa

Ketua Forum anak Pandeglang menyebut kekerasan seksual di kabupaten Pandeglang terjadi di

Lingkungan Pendidikan dan melibatkan banyak anak menjadi korban. (Wawancara Dengan Sri

Ratih Harmanti Kamis,2 maret 2023)

Kasus Lain yang di Tangani Oleh Kepolisian Polres Pandeglang seorang pelajar SMP

berinisial RN (14), berulang kali menjadi korban rudapaksa yang dilakukan pria yang baru

dikenalnya, berinisial S (22). Terakhir rudapaksa itu dialaminya pada Senin, (19/9/2022).

Peristiwa memilukan itu terjadi di sebuah bengkel di Kabupaten Pandeglang, Banten. Usai

kejadian itu, korban lalu pulang ke rumah dan menceritakannya kepada orangtua. Tak terima

anaknya dirudapaksa, keluarga menangkap pelaku di bengkel dan menyerahkan ke polisi di

hari yang sama Secara tegas hak anak untuk aman dari tindak kekerasaan dalam peraturan

undang-undang peraturan Daerah nomor Tahun 2014 tentang perlindungan anak dan

perempuan namun ternyata sekolah juga menyimpan banyak ancaman bagi anak yang

seharusnya melindungi keamanan.


Kedua, terlalu cepat memutuskan bagaimana penegakan hukum bagi pelaku kekerasan

tanpa melihat kesiapan masyarakat untuk menerima penegakan hukum tersebut seperti contoh

lainnya pelaku kekerasan adalah Keluarga atau tetangga karena tidak ingin masalah ini

berturut panjang akhirnya pihak keluarga pun menyelesaikan kasus kekerasan secara

kekeluargaan dan dianggap sudah selesai sehingga pencabut laporan kepada pihak aparatur

sipil negara atau kepolisian. Contoh kasus Korban H yang masih duduk di Kelas 3 di salah

satu Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Kabupaten Pandeglang, yang dirudapaksa

sebanyak tiga kali oleh pelaku saat ini hamil dengan usia kandungan sekitar 31 minggu

akhirnya memutuskan untuk damai dengan Pelaku. (Wawancara salah satu anggota PPA

reskrim Polres Pandeglang Geaby Widas Putra 2 Maret 2023)

Ketiga, Banyaknya korban Kekerasan yang tidak melaporkan kasusnya dikarenakan

oleh beberapa faktor yaitu korban merasa malu dan tidak ingin apa yang terjadi padanya

diketahui orang lain, korban merasa akan diasingkan di dalam masyarakat, dan korban merasa

takut akan diancam oleh pelaku apabila melaporkan kejadian tersebut kepada pihak yang

berwajib seharusnya pemerintah memberikan solusi akan hal ini agar bisa terbukanya korban-

korban kekerasan dan tidak terjadi terus menerus karena hal ini membuat pelaku tidak merasa

jera karena menggap hal yang biasa saja (Wawancara salah satu anggota PPA reskrim Polres

Pandeglang Geaby Widas Putra 2 Maret 2023)

Keempat, Kurangnya Penyuluhan dan sosialisasi yang dilakukan pihak terkait yang

mengakibatkan belum adanya kesadaran akan Tindakan yang membahayakan pada anak,

dari kecil sebaiknya anak sudah dikenalkan pada bagian tubuh yang ada di tubuhnya dan

dijelaskan bagian mana saja yang tidak boleh disentuh selain Oleh orangtuanya. Menurut

penulis kekerasan terhadap anak masalah yang sangat serius dan perlu mendapatkan

perhatian yang serius dari segala aspek baik aspek hukum, sosial, politik, kesehatan dan

psikologi anak Menurut menulis sendiri psikologi anak hati utamakan karena banyak
ditemukan tersangka kekerasan pada anak atau pada wanita pelakunya memiliki pengalaman

Quran. Pelaku melakukan kekerasan salah satunya disebabkan karena pernah mempunyai

pengalaman menjadi korban perasaan saat kecil ke anak kekerasan tidak ditangani dengan

baik dan psikis nya dapat menyebabkan anak mengalami trauma berkepanjangan, ini dapat

membahayakan bagi perkembangan jiwa anak anak sehingga anak tidak dapat bertumbuh

dan berkembang dengan wajar pada dirinya sendiri upaya perlindungan anak harus dimulai

sedini mungkin anak juga diajarkan untuk menjadi dirinya sendiri

Contohnya yang sudah peneliti bahas di atas orang tua bisa memberikan education

Organ organ tubuh mana saja yang tidak boleh disentuh oleh siapa pun termasuk orang

terdekatnya sekalipun Hanya boleh disentuh oleh orang tuanya dan diberi tahu jika ada yang

menyentuh anak bisa berteriak atau menangis. Atau diajarkan bagaimana anak harus

bertindak ketika bertemu dengan orang yang tidak dikenal hal ini bertujuan agar mereka

kelak dapat menjadi generasi yang lebih baik. (wawancara D3PAKB kabupaten Pandeglang,

Selasa 28 maret 2023)

Kelima,Kurang responsif atau Kurang cepat tanggap dalam Program penanganan untuk

untuk anak korban kekerasan, dikatakan kurang responsif karena pemerintah Untuk

menangani kasus kekerasan seksual pada anak ini hanya dilaporkan saja dan juga hal ini

memerlukan waktu yang sangat lama untuk mendapatkan penanganan, Laporan yang masuk

juga harus menunggu disposisi terlebih dahulu yang seharusnya pemerintah cepat tanggap

untuk segera memberikan penanganan kepada korban karena korban juga memperlukan

penanganan lebih lanjut.

Berdasarkan Latar Belakang masalah yang dipaparkan di atas, maka peneliti

mengangkat penelitian yang berjudul “IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH

NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK DAN PEREMPUAN

TERHADAP TINDAK KEKERASAN (Studi kasus Kekerasan Seksual terhadap anak di

Kabupaten Pandeglang )”
1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan Latar Belakang masalah yang telah dipaparkan, maka peneliti

mengidentifikasikan masalah sebagai Berikut :

1. Masih banyaknya kasus kekerasan terutama kekerasan seksual pada anak terjadi di

Kabupaten Pandeglang

2. Pemerintah terlalu cepat memutuskan bagaimana penegakan hukum bagi pelaku

kekerasan tanpa melihat kesiapan masyarakat untuk menerima penegakan hukum

tersebut

3. Banyaknya Korban Kekerasan Seksual Tidak Melaporkan karena beberapa Faktor

4. Kurangnya Penyuluhan dan sosialisasi yang dilakukan pihak terkait yang

mengakibatkan belum adanya kesadaran akan Tindakan yang membahayakan pada

anak

5. Kurang responsif atau Kurang cepat tanggap dalam Program penanganan untuk untuk

anak korban kekerasan

1.3 Batasan Masalah

Berdasarkan Identifikasi Masalah diatas, maka peneliti membatasi permasalahan yang

akan di bahas berfokus pada perlindungan anak terhadap kekerasan seksual di kabupaten

pandeglang

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang dikemukakan diatas, maka rumusan masalah

dalam penelitian ini adalah Bagaimana Implementasi peraturan daerah nomor 9 tahun 2014

tentang perlindungan anak dan Perempuan terhadap tindak kekerasan (Studi Kasus Kekerasan

Seksual Terhadap Anak Di Kabupaten Pandeglang)


1.5 Tujuan Penelitian

Mengacu pada pokok permasalahan tersebut di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk

mendeskripsikan tentang Implementasi peraturan daerah nomor 9 tahun 2014 tentang

perlindungan anak dan Perempuan terhadap tindak kekerasan (Studi Kasus Kekerasan Seksual

Terhadap Anak Di Kabupaten Pandeglang)

1.6 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat ganda, baik secara

terotis maupun secara praktis:

A. Secara Terotis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan social, khususnya

bidang kajian kebijakan publik

B. Secara Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan konstribusi pemikiran kepada

pihak terkait, terutama pemerintah daerah dan khususnya Pemerintah Dalam

Penanganan Kasus-Kasus kekerasan Seksual agar terlaksana dengan baik.

Anda mungkin juga menyukai