Anda di halaman 1dari 3

Nama: Nurul Illahi

NIM: 044615289
BP: 2022
Jurusan: S1 Manajemen
Fakultas: Ekonomi Universitas Terbuka Jambi

TUGAS 1
1. Perusahaan atau organisasi yang telah menghasilkan suatu produk atau jasa yang berkualitas
akan mendapat predikat sebagai organisasi yang mengutamakan kualitas. Namun, jika
produk makanan perusahaan X diketahui mengalami pencemaran maka akan mempengaruhi
reputasi perusahaan X terkait isu kebersihan, sehingga pangsa pasar dan biaya akan
mengalami penurunan. Selain itu, kualitas memilki peranan penting dalam
pertanggungjawaban produk. Semakin meningkat persaingan kualitas produk atau jasa yang
dihasilkan, maka organisasi atau perusahaan akan dituntut untuk semakin bertanggung
jawab terhadap desain, proses, dan pendistribusian produk tersebut untuk memenuhi
kebutuhan dan harapan pelanggan. Selain itu, dari segi fungsi kualitas merujuk pada
pernyataan Crosby (1979), sistem pencapaian kualitas merupakan pendekatan rasional untuk
mencegah cacat atau kesalahan. Namun, jika produk mngalami kecacatan akibat
pencemaran, dapat menunjukkan bahwa pemenuhan kualitas tidak terpenuhi.

2. Menurut Stebbing (1992), ada beberapa langkah yang harus ditempuh untuk dapat
meningkatkan kualitas pelayanan atau jasa yang ditawarkan, yaitu sebagai berikut:
a. Mengidentifikasi penentu utama kualitas pelayanan, dilakukan dengan riset pelanggan
kemudian disusul dengan memperkirakan penilaian terhadap perusahaan dan
pesaingnya berdasar faktor penentu tersebut.
b. Mengelola harapan pelanggan, hasil riset dan penilaian terhadap kebutuhan dan harapan
pelanggan terhadap jasa yang akan dibeli tersebut diolah. Kemudian, organisasi atau
perusahaan memberikan janji pada pelanggan untuk dapat memenuhi harapan
pelanggan tersebut.
c. Mengelola kualitas jasa, hal ini tidak terlepas dari perilaku atau sikap orangorang yang
memberikan atau menyediakan jasa bagi pelanggan, misal keramahan, kesopanan,
ketenangan, kecermatan, fleksibilitas, stabilitas, rasionalitas, dan sebagainya.
d. Mengembangkan budaya kualitas, meliputi filosofi, keyakinan, sikap, nilai, norma,
tradisi, prosedur, dan sebagainya yang akan meningkatkan kualitas.
(Sumber: Stebbing, 1992, Enviromental Capacity and the precautionary principle)
3. Menurut saya, paragdima “Quality has no cost” menunjukkan pandangan bahwa fokus pada
kualitas bukanlah biaya namun berfokus pada investasi jangka panjang yang dapat
membantu perusahaan mendapatkan keuntungan dan mencapaikkeberhasilan jangka
panjang. Perusahaan yang berfokus pada kualitas akan menghasilkan produk atau layanan
yang lebih baik, sehingga dapat memperoleh kepercayaan dan loyalitas pelanggan,
meningkatkan citra perusahaan, dan mengurangi biaya perbaikan serta penggantian produk
yang cacat.
4. Dalam, TQM, tidak dikenal istilah inspeksi karena inspeksi merupakan tindakan untuk
menemukan dan memperbaiki cacat pada produk setelah diproduksi. Hal ini dianggap
sebagai tindakan yang terlambat dan tidak efektif, karena biaya perbaikan akan semakin
besar ketika cacat ditemukan pada tahap akhir produksi atau setelah produk sudah
diserahkan kepada pelanggan. Sebaliknya, TQM mengedepankan konsep pencegahan cacat
atau Prevention Over Inspection. Konsep ini mengajarkan bahwa lebih baik mencegah
terjadinya cacat dari pada hanya melakukan inspeksi setelah produk selesai diproduksi. Oleh
karena itu, dalam TQM, perusahaan harus memastikan bahwa setiap tahap produksi
dilakukan dengan baik dan memenuhi standar kualitas, sehingga dapat mengurangi
kemungkinan terjadinya cacat pada produk akhir.
(Sumber: Goetsch, D. L., & Davis, S. B, 2014, Quality management for organizational
excellence)
5. Adapun budaya yang perlu dikembangkan oleh suatu organisasi jasa dalam upaya
memenangkan persaingan:
a. Fokus pada kepuasan pelanggan: Organisasi jasa harus mengutamakan kepuasan
pelanggan dalam setiap tahap pelayanan.Hal ini dapat dicapai dengan memperhatikan
kebutuhan pelanggan, memberikan pelayanan yang ramah dan cepat, serta menyelesaikan
masalah pelanggan dengan segera.
b. Inovasi: Inovasi dapat dilakukan dengan cara mengembangkan produk dan layanan baru,
meningkatkan kualitas pelayanan, dan menciptakan nilai tambah bagi pelanggan.
c. Komunikasi yang efektif: Hal ini dapat membantu memastikan bahwa informasi yang
diberikan kepada pelanggan akurat dan tepat waktu.
d. Kerja sama tim: Dapat menciptakan lingkungan kerja yang positif dan memungkinkan
karyawan untuk saling belajar dan bertukar pengalaman.
e. Kualitas yang terus ditingkatkan: Hal ini dapat dilakukan dengan melakukan evaluasi
secara berkala, memperbaiki proses bisnis, dan melakukan pelatihan bagi karyawan.

(Sumber: Ali Akbar, 2015, Budaya Organisasi Pada Industri Jasa Dan Implikasinya Terhadap
Kinerja Karyawan," Jurnal Ekonomi Dan Bisnis)

Anda mungkin juga menyukai