Anda di halaman 1dari 5

4.

2 Konsep Politik dan Strategi

1. Konsep Politik
Istilah politik berasal dari kata Yunani polistaia polis berarti 'kesatuan masyarakat yang

berdiri sendiri (negara)' dan taia berarti 'urusan'. Pengertian politik dapat ditinjau dalam arti

politics dan dalam arti policy. Politik dalam arti politics mengandung makna kepentingan

umum warga negara. Politics adalah suatu rangkaian azas/prinsip, keadaan, jalan, cara, dan

alat yang akan digunakan untuk mencapai tujuan tertentu atau mencapai keadaan yang

diinginkan.

Dalam artian ini, politik sebagai wahana bergerak bagi keseluruhan individu atau kelompok
individu masing-masing memiliki kepentingan dan idenya sendiri. Politik dalam arti policy
diartikan sebagai kebijaksanaan, yakni penggunaan pertimbangan-pertimbangan yang
dianggap lebih menjamin terlaksananya su- atu usaha, cita-cita, atau keadaan yang
diinginkan. Dalam artian ini, politik sebagai tindakan satu kelompok individu mengenai suatu
persoalan masyarakat atau negara. Kebijakan biasanya ditetapkan oleh seorang pemimpin
(Lemhan- nas RI, 1996).
Politik secara umum menyangkut proses penentuan tujuan negara dan cara melaksanakannya.
Untuk melaksanakan tujuan itu diperlukan kebijakan kebijakan umum (public policies) yang
menyangkut pengaturan dan pembagian (distribution) dan alokasi (allocation) sumber-sumber
yang ada. Demikian pula untuk melaksanakan kebijakan-kebijakan diperlukan kekuasaan
(power) dan kewenangan (authority). Kedua hal tersebut digunakan untuk membina kerja
sama dan untuk menyelesaikan konflik yang mungkin terjadi dalam proses ini.
Dari paparan di atas, politik membahas hal-hal yang berkaitan dengan negara (state),
kekuasaan (power), pengambilan keputusan (decision making), kebi jakan umum (public
policy), serta distribusi (distribution) dan alokasi (allocation)sumber daya.
a. Negara
Negara adalah suatu organisasi dalam suatu wilayah yang mempunyai kekuasaan tertinggi
yang sah dan ditaati oleh rakyatnya. Dengan kata lain, negara merupakan bentuk organisasi
politik yang pokok dalam suatu wilayah yang berdaulat.
b. Kekuasaan
Kekuasaan adalah kemampuan suatu individu atau suatu kelompok untuk mempengaruhi
tingkah laku orang atau kelompok lain sesuai dengan ke- inginannya. Perlu dicatat bahwa
perjuangan kekuasaan biasanya dianggap memiliki tujuan yang menyangkut kepentingan
seluruh masyarakat, sehingga yang menjadi perhatiannya adalah bagaimana merebut,
melaksanakan, dan mempertahankannya.
c. Pengambilan Keputusan
Keputusan adalah membuat pilihan di antara beberapa alternatif, sedangkan istilah
pengambilan keputusan menunjuk pada proses yang terjadi sampai keputusan itu tercapai;
menyangkut keputusan-keputusan yang diambil secara kolektif dan mengikat seluruh
masyarakat, melalui sarana umum.
d. Kebijakan Umum
Kebijakan umum adalah suatu kumpulan keputusan yang diambil oleh sese orang atau oleh
kelompok politik dalam memilih tujuan dan cara untuk mencapai tujuan. Prinsip dasarnya
adalah bahwa masyarakat memiliki bebe- rapa tujuan bersama yang ingin dicapai melalui
usaha bersama sehingga perlu ditentukan rencana yang mengikat dan dirumuskan dalam
bentuk kebijakan-kebijakan oleh pihak yang berwenang.
e. Distribusi dan Alokasi
Yang dimaksud distribusi dan alokasi ialah pembagian dan pengalokasian nilai-nilai (sales)
dalam masyarakat. Jadi, politik membahas bagaimana pem- bagian dan pengalokasian nilai
secara adil dan mengikat. Nilai dapat bersifat abstrak seperti penilaian (judgement) atau suatu
asas, misalnya kejujuran dan kebebasan berpendapat, dan dapat bersifat kongkrit, misalnya
rumah dan kekayaan.

2. Konsep Strategi
Istilah strategi berasal dari kata Yunani strategia, yang diberi makna sebagai the art of the
general, atau seni seorang panglima dalam pertempuran atau peperangan.
Antoine Henri Jomini (1779-1869) dan Karl von Clausewitz (1780- 1831) merupakan dua di
antara tokoh yang mempelajari strategi secara ilmiah. Jomini memberikan pengertian strategi
sebagai seni menyelenggarakan perang di atas peta dan meliputi seluruh kawasan operasi;
sedangkan menurut Clausewitz, strategi ialah pengetahuan tentang penggunaan pertempuran
untuk memenangkan perang. Adapun perang dapat dianggap sebagai kelanjutan dari politik.
Di abad modern ini, istilah strategi tidak lagi terbatas penggunaannya pada konsep atau seni
seorang panglima dalam peperangan, tetapi merambah secara luas di berbagai bidang
kehidupan. Satu hal yang menjadi prinsipnya adalah bahwa strategi tidak dapat lepas dari
politik dan tidak dapat berdiri sendiri.

Pengertian dan ruang lingkup istilah strategi berkembang sesuai dengan zamannya. Strategi
pada dasarnya merupakan suatu kerangka rencana dan tindakan yang disusun dan disiapkan
dalam suatu rangkaian pentahapan yang masing-masing merupakan jawaban terhadap
tantangan-tantangan baru yang mungkin terjadi sebagai akibat dari langkah sebelumnya dan
keseluruhan proses ini terjadi dalam suatu arah tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.

4.3 Sistem Konstitusi


Pada hakikatnya, negara merupakan bentuk organisasi atau institusi politik yang pokok dalam
suatu wilayah yang berdaulat. Oleh karena itu negara sebagai sebuah institusi dapat
menjalankan tugas, fungsi, dan wewenangnya yang di- dasarkan pada suatu sistem aturan
yang jelas dalam bentuk konstitusi.

Para pakar hukum terkelompok pada dua pendapat tentang konstitusi, yakni:

1. Yang membedakan. Kelompok ini membedakan arti konstitusi dengan UUD. Konstitusi
memuat peraturan tertulis dan peraturan tidak tertulis, sedangkan UUD merupakan bagian
tertulis dari konstitusi. L.J. van Apeldoorn termasuk dalam kelompok ini.
2. Yang mempersamakan. Kelompok ini mempersamakan arti konstitusi dengan UUD.
Herman Heller membagi pengertian konstitusi menjadi tiga, yaitu:
a. Konstitusi mencerminkan kehidupan politik di dalam masyarakat sebagai suatu kenyataan
(mengandung arti politis dan sosiologis).
b. Konstitusi adalah suatu kesatuan kaidah yang hidup dalam masyarakat (mengandung arti
hukum atau yuridis).
c. Konstitusi adalah yang ditulis dalam suatu naskah sebagai undang-undang yang tertinggi
yang berlaku dalam suatu negara.
E.C.S. Wade mengartikan UUD adalah naskah yang memberikan rangka dan tugas pokok
dari bahan-bahan pemerintahan suatu negara dan menen- tukan pokok-pokok cara kerja
badan-badan tersebut. Apabila negara dipan- dang sebagai kekuasaan atau organisasi
kekuasaan, maka UUD dapat dipan- dang sebagai lembaga atau kumpulan asas yang
menentukan bagaimana kekuasaan dibagi antara beberapa lembaga kenegaraan, misalnya
antara badan legislatif, eksekutif, dan yudikatif. UUD menentukan cara-cara bagai- mana
pusat-pusat kekuasaan ini bekerja sama dan menyesuaikan diri satu sama lain, merekam
hubungan-hubungan kekuasaan dalam suatu negara. C.F. Strong memberikan pengertian
konstitusi sebagai suatu kumpulan asas- asas yang menyelenggarakan kekuasaan
pemerintahan (arti luas), hak-hak dari pemerintah, serta hubungan antara pemerintah dan
yang diperintah (menyangkut hak asasi manusia).

Berdasarkan pendapat para pakar hukum tersebut di atas, dapat disim pulkan bahwa
konstitusi meliputi peraturan tertulis dan tidak tertulis. UUD merupakan konstitusi yang
tertulis. Dengan demikian, konstitusi dapat diartikan sebagai:

1. suatu kumpulan kaidah yang memberikan pembatasan-pembatasan keku- asaan kepada


para penguasa;
2. suatu dokumen tentang pembagian tugas dan sekaligus petugasnya dari suatu sistem
politik;
3. suatu gambaran dari lembaga-lembaga negara, serta 4. suatu gambaran yang menyangkut
persoalan hak asasi manusia.

Jadi, berdasar kepada pengertian itu, UUD memiliki fungsi khusus dan merupakan
perwujudan hukum tertinggi yang harus ditaati oleh rakyat, oleh pemerintah, dan penguasa
sekalipun. Di dalam negara-negara yang mendasar kan dirinya pada demokrasi
konstitusional, seperti negara Republik Indone sia ini, UUD memiliki fungsi khas, yaitu
membatasi kekuasaan pemerintah sehingga penyelenggaraan kekuasaan tidak bersifat
sewenang-wenang Dengan demikian, diharapkan hak-hak warga negara akan lebih
terlindungi. Gagasan ini disebut konstitusionalisme.

Carl J. Friedrich menegaskan bahwa konstitusionalisme, bahwa pemerin tahan sebagai suatu
kumpulan kegiatan diselenggarakan oleh dan atas nama rakyat tetapi yang dikenakan
beberapa pembatasan yang diharapkan akan menjamin kekuasaan yang diperlukan untuk
pemerintahan itu tidak disalahgunakan oleh mereka yang mendapat tugas memerintah. Cara
pembatasan yang dianggap paling efektif ialah dengan jalan membagi kekuasaan.
Menurut Budiardjo (2000), setiap UUD memuat ketentuan-ketentuan mengenai:
1. Organisasi negara, berisi hal-hal:
a. Pembagian kekuasaan antara legislatif, eksekutif, dan yudikatif.
b. Pembagian kekuasaan antara pemerintah pusat atau federal dan pemerintah daerah atau
negara bagian.
c. Prosedur penyelesaian masalah pelanggaran hukum oleh salah satu badan pemerintahan
dan sebagainya.
d. Bangunan hukum dan semua organisasi yang ada dalam negara. e. Bentuk negara, bentuk
pemerintahan, dan sistem pemerintahan negara tersebut.

2. Hak-hak asasi manusia. Jaminan hak asasi manusia yang pasti kepada warga negara dan
negara sehingga kehidupan tata negara dapat berjalan tertib dan damai. Hak-hak warga
negara tidak akan dilanggar oleh pihak-pihak yang memegang kekuasaan.
3. Prosedur mengubah UUD UUD suatu negara disusun berdasarkan pengalaman dan kondisi
sosial politik masyarakat dalam kehidupan masyarakat yang selalu mengalami perubahan
akibat dari pembangunan, modernisasi, dan timbulnya perkembangan-perkembangan baru
dalam ketatanegaraan.
4. Ada kalanya memuat larangan untuk mengubah sifat tertentu dari UUD, seperti dalam
UUD 1945 terdapat ketentuan yang melarang mengubah bentuk negara kesatuan. Ketentuan
ini diperlukan untuk menjamin kesinam bungan sejarah kenegaraan suatu negara, sehingga
ada hal prinsip yang tidak boleh diubah sekalipun zaman telah mengalami perubahan.
UUD dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara secara umum memiliki
fungsi sebagai berikut.
1. Tata aturan dalam pendirian lembaga-lembaga yang permanen (lembaga suprastruktur dan
infrastruktur politik).
2. Tata aturan dalam hubungan negara dengan warga negara serta dengan negara lain.
3. Sumber hukum dasar yang tertinggi. Artinya bahwa seluruh peraturan dan perundang-
undangan yang berlaku harus mengacu pada UUD

Anda mungkin juga menyukai