Anda di halaman 1dari 5

42

BAB 5

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian, berikut ini akan dilakukan pembahasan sesuai

dengan tujuan penelitian. Hasil pengumpulan data didapatkan terdapat hubungan

antara anemia dengan perdarahan postpartum karena atonia uteri di RB

Puskesmas Banjarejo periode 1 Januari 2008-31 Desember 2010. Pembahasan

meliputi identifikasi tingkat anemia ibu hamil trimester III yang bersalin di RB

Puskesmas Banjarejo Kota Madiun, identifikasi jumlah perdarahan post partum

karena atonia uteri di RB Puskesmas Banjarejo Kota Madiun, dan analisa

hubungan antara anemia dengan terjadinya perdarahan post partum karena atonia

uteri di RB Puskesmas Banjarejo Kota Madiun.

5.1 Tingkat Anemia Ibu Bersalin

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan anemia ringan sebanyak 35 orang

(76,09%). Anemia sedang sebanyak 11 orang (23,91%) dan anemia berat tidak

ada. Ditemukan kadar Hb tertinggi adalah 11gr/100ml dan kadar Hb terendah 7,6

gr%. Menurut Varney (2006:623) anemia adalah penurunan jumlah sel darah

merah atau penurunan konsentrasi hemoglobin di dalam sirkulasi darah. Menurut

Wiknjosastro (2005:448) seseorang dinyatakan menderita anemia apabila kadar

hemoglobin dalam darahnya kurang dari 12 g/100 ml. Anemia lebih sering

dijumpai dalam kehamilan, dan wanita hamil dikatakan menderita anemia

apabila memiliki Hb kurang dari 10 g/100 ml. Menurut Wiknjosastro (2005:448)

ibu hamil mengalami anemia fisiologis karena darah akan bertambah banyak

42
43

dalam kehamilan yang lazim disebut hidremia atau hipervolemia. Bertambahnya

sel darah kurang dibandingkan dengan bertambahnya plasma sehingga terjadi

pengenceran darah. Bertambahnya darah dalam kehamilan sudah dimulai sejak

kehamilan 10 minggu dan mencapai puncaknya dalam kehamilan antara 32 dan

36 minggu. Menurut Varney (2006:623) anemia dapat disebabkan oleh berbagai

sebab, misalnya : 1) perdarahan, 2) penyakit darah, 3) penyakit-penyakit

menahun, seperti TBC, malaria menahun, atau 4) karena makanan tidak

sempurna, misalnya kekurangan zat besi, protein, dan vitamin.

Dari hasil penelitian menunjukkan ibu hamil trimester III yang bersalin di RB

Puskesmas Banjarejo sebagian besar mengalami anemia ringan. Hal ini berkaitan

dengan anemia fisiologis pada ibu hamil trimester III dan asupan zat besi yang

kurang pada ibu tersebut. Dengan terjadinya anemia fisiologis pada ibu hamil dan

asupan zat besi yang kurang baik dari pola makan yang kurang mengandung zat

besi dan tablet zat besi yang tidak diminum oleh ibu tersebut. Hal ini sesuai

dengan teori yang dikemukakan oleh Wiknjosastro (2005:451) pada kehamilan

terutama dalam trimester terakhir keperluan akan besi bertambah. Apabila

masuknya besi tidak ditambah pada kehamilan, maka mudah terjadi anemia

defisiensi besi.

Anemia dalam kehamilan kehamilan memberi pengaruh yang kurang baik

bagi ibu dan bayi dalam kehamilan dan persalinan maupun nifas dan

masa selanjutnya. Terutama pada persalinan anemia sangat berpengaruh pada

proses berlangsungnya persalinan baik bagi ibu dan janinnya. Hal ini sesuai

dengan teori yang dikemukakan oleh Manuaba (1998:31) bahaya anemia saat
44

persalinan adalah : 1) gangguan his-kekuatan mengejan, 2) kala pertama dapat

berlangsung lama, dan terjadi partus lama 3) kala dua berlangsung lama sehingga

dapat melelahkan dan sering memerlukan tindakan operasi kebidanan, 4) kala uri

dapat diikuti retensio plasenta, dan perdarahan post partum karena atonia uteri.

Sedangkan pada bayi bisa berakibat kemampuan metabolisme tubuh berkurang

sehingga mengganggu pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim.

Jadi, anemia dalam kehamilan merupakan sebab potensial mordibitas serta

mortalitas ibu dan anak.

5.2 Jumlah Perdarahan Post Partum Karena Atonia Uteri

Berdasarkan data yang didapat mengenai jumlah perdarahan post partum

karena atonia uteri, dari 46 sampel didapatkan sebagian besar ibu 38 orang

(82,61%) mengalami perdarahan postpartum >400-500cc , 6 orang (13,04%)

mengalami perdarahan postpartum >500-600cc, dan hanya 2 orang (4,35%)

mengalami perdarahan postpartum >600cc. Ibu bersalin mengalami atonia uteri

dikarenakan uterus mengalami kegagalan berkontraksi dengan baik saat

persalinan sehingga terjadi perdarahan post partum yang banyak. Sesuai dengan

teori dari Wiknjosastro (2007:131) jika uterus tidak berkontraksi dengan segera

setelah kelahiran plasenta, maka ibu dapat mengalami perdarahan sekitar 350-500

cc/menit. Menurut Wiknjosastro (2008:4-3) atonia uteri dapat terjadi karena

overdistensi rahim (bayi kembar, hidramnion, bayi besar), partus lama, persalinan

cepat, persalinan dengan induksi, paritas tinggi, infeksi intra partum dan anemia

kehamilan. Menurut Winkjosastro (2006:654) dampak jika terjadi perdarahan

post partum karena atonia adalah ibu dapat mengalami perdarahan sekitar 350-
45

500 cc/menit, yang dapat menimbulkan syok hypovolemik apabila tidak mendapat

penanganan yang cepat dapat menyebabkan kematian ibu.

Pada penelitian ini yang diteliti adalah ibu bersalin yang mengalami

perdarahan post partum karena atonia uteri yang disebabkan karena anemia

bukan karena faktor penyebab yang lain seperti overdistensi, partus lama,

persalinan cepat, paritas tinggi, persalinan dengan induksi, infeksi intra partum.

Perdarahan post partum karena atonia uteri salah satunya dicegah dengan

penanganan aktif kala III dan yang utama pada ibu hamil jangan sampai terjadi

anemia.

5.3 Analisa Hubungan Antara Anemia Dengan Terjadinya Perdarahan Post

Partum Karena Atonia Uteri

Berdasarkan hasil pengumpulan data dari 46 pasien, kemudian diolah

dengan uji korelasi Spearmen Rank. Dalam analisa data diperoleh angka korelasi

antara anemia pada ibu hamil trimester III yang bersalin di RB Puskesmas

Banjarejo dengan perdarahan postpartum karena atonia uteri menghasilkan Sig.

(2-tailed) adalah 0,023. Ini berarti Ho ditolak, karena probabilitasnya kurang dari

0,05 (0,023<0,05). Sedangkan H1 diterima. Sehingga ada hubungan antara

anemia dengan perdarahan postpartum karena atonia uteri.

Anemia pada kehamilan sangat mempengaruhi bagi ibu dan bayi dalam

kehamilan, persalinan, nifas dan masa selanjutnya. Semakin berat tingkat anemia

semakin banyak jumlah perdarahan post partum karena atoni auteri.

Hal ini sesuai dengan pendapat Cunningham (2006:812) bahwa anemia

menyebabkan perubahan pertukaran gas dan transport oksigen selama kehamilan


46

dan persalinan, yang akan mempengaruhi oksigenasi sel-sel tubuh dimana

selanjutnya dapat mengakibatkan gangguan fungsi sel. Karena ada gangguan

fungsi sel maka fungsi jaringan juga terganggu. Pada kala IV uterus memerlukan

kontraksi yang baik. Pada ibu bersalin dengan anemia uterus tidak mendapat

oksigenasi yang baik sehingga mengakibatkan uterus tidak berkontraksi dengan

baik. Karena uterus tidak berkontraksi dengan baik maka otot-otot uterus yang

berbentuk anyaman tidak dapat menjepit pembuluh darah yang berjalan diantara

serabut otot uterus sehingga terjadi perdarahan dimana ibu dapat kehilangan

darah ± 350-500cc/menit.

Oleh karena itu untuk mencegah terjadinya atonia uteri karena anemia maka

disarankan petugas kesehatan untuk waspada pada ibu hamil yang mengalami

anemia. Pada ibu untuk memeriksakan kehamilannya secara dini dan teratur

sehingga anemia dapat terdeteksi dan mendapat terapi sedini mungkin, serta

melahirkan di petugas kesehatan.

Anda mungkin juga menyukai