Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

PATOLOGI KEBIDANAN

Dosen Pengampu : Monica Dara Delia Suja, S.Keb.,Bd.,MPH

Disusun Oleh:

CATUR YENI PUTRI A. (2015301009)

DELLA RIZKYTA EFFENDY (2015301010)

DEVI TRISNAWATI (2015301011)

DIAJENG RARA AZZAHRA (2015301012)

DINDA GUSTIKA (2015301013)

DINI DWI CHANTIKA (2015301014)

FRANTIKA NAOMI (2015301015)

POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNG KARANG

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN

TANJUNG KARANG

TINGKAT 3 REGULER 1

T.A 2022/2023
Kasus Patologis Postpartum Dan Nifas :

PERDARAHAN POSTPARTUM

Perdarahan postpartum harus diantisipasi karena berbahaya bagi ibu. Perdarahan postpartum
memberikan berbagai dampak yang kompleks dan saling berkaitan. Pertama yaitu anemia dan
syok, jika terjadi kehilangan darah serta tidak dapat dihentikan, maka dapat berujung pada
kematian ibu. Perdarahan postpartum adalah kehilangan darah 500 ml atau lebih setelah
persalinan per vaginam, atau kehilangan darah 1000 ml atau lebih setelah sesar (Leveno, 2009)

Secara global 80% kematian ibu tergolong pada kematian ibu langsung dengan pola penyebab
kematian perdarahan 25% biasanya merupakan perdarahan postpartum. Perdarahan postpartum
ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, yaitu faktor penyebab langsung dan faktor penyebab
tidak langsung. Faktor penyebab langsung perdarahan postpartum adalah atonia uteri, retensio
plasenta, trauma, dan gangguan koagulasi. Kemudian faktor tidak langsung yaitu usia ibu,
paritas, jarak lahir dan anemia. Hal ini sesuai dengan penelitian yang pernah ada, yang
menyatakan bahwa ibu yang anemia memiliki resiko 6 kali mengalami perdarahan postpartum.
Di RSUD Dr.H. Soewondo Kendal diperoleh hasil anemia mempunyai hubungan bermakna
dengan nilai (p=0.01) dengan kejadian perdarahan post partum.

Seseorang yang menderita anemia maka ia memiliki sel darah merah yang lebih sedikit dari
yang dibutuhkan atau jumlah efektif sel darah merah berkurang. Tanpa sel darah merah yang
cukup darah tidak akan menggumpal atau membeku. Sehingga, Ibu yang memasuki persalinan
dengan konsentrasi Hemoglobin (Hb) yang rendah dapat mengalami penurunan hemoglobin
yang rendah, maka kemungkinan akan terjadinya perdarahan. Anemia juga berkaitan dengan
disebilitas uterus yang merupakan penyebab lebih langsung terjadinya atonia uteri, yang
berakibat pada perdarahan post partum.

Ibu bersalin yang mengalami anemia baik pada masa kehamilan maupun pada saat persalinan
dapat mengakibatkan ibu mengalami perdarahan post partum. Hal ini dikarenakan anemia
menyebabkan efektif sel darah merah berkurang karena hemoglobin (Hb) menurun,
padahal fungsi Hb adalah mengikat oksigen untuk di kirimkan ke organ-organ vital seperti otak
dan seluruh tubuh. Dengan demikian pengiriman oksigen pun menurun, hal ini menyebabkan
efek buruk pada uterus.

Hal tersebut juga didukung oleh pendapat Manuaba (1998), salah satu penyebab dari
perdarahan post partum pada kala IV adalah atonia uteri hal ini terjadi karena kekurangan
hemoglobin dalam darah mengakibatkan kurangnya oksigen yang dibawa ke sel tubuh maupun
otak, begitu juga ke uterus jumlah oksigen yang kurang dalam darah menyebabkan otot-otot
uterus tidak berkontraksi dengan adekuat sehingga uterus tidak dapat menutup perdarahan
terbuka dari tempat implantasi plasenta setelah bayi lahir sehingga timbulah atonia uteri yang
mengakibatkan perdarahan yang sangat begitu banyak.

Berdasarkan program dan kebijakan tehnis pemerintah dalam pelayanan antenatal minimal
seorang ibu melaksanakan 6 kali pemeriksaan kehamilan yang diharapkan tidak hanya secara
kuantitas tetapi juga bermakna secara kualitas dengan standar 14T. Untuk penatalaksanaan
anemia dalam kehamilan, tidak hanya diselesaikan dengan jumlah kunjungan ibu hamil yang
sesuai dengan program yang dilaksanakan pemerintah, tetapi penekanannya lebih pada kualitas
pelayanan bidan dilihat dari pemantauan terhadap kondisi ibu yang dapat dilakukan dengan
cara kunjungan rumah.

Tenaga kesehatan terutama bidan dapat meningkatkan pelayanan asuhan kebidanan pada ibu
hamil dan bersalin, perlunya memberikan informasi kepada ibu untuk mengkonsumsi tablet Fe
selama kehamilan dengan tepat dan pada saat persalinan berlangsung, petugas kesehatan perlu
melakukan asuhan persalinan yang sesuai dengan standar agar kejadian perdarahan post partum
dapat dihindari. Bagi ibu hamil agar menjaga kesehatan dengan mengkonsumsi makanan yang
sehat dan mengkonsumsi tablet Fe dengan tepat.

Perbandingan antara anemia dan sisa plasenta terhadap kejadian Perdarahan PostPartum di
RSUD Cideres dan RSUD Majalengka Kabupaten Majalengka tahun 2016.

Perdarahan post partum pada umumnya terjadi dalam 24 jam setelah persalinan berlangsung
(Prawirohardjo, 2011). Beberapa faktor yang dapat menyebabkan perdarahan post partum
adalah paritas (grandemultipara), jarak persalinan pendek kurang dari 2 tahun, persalinan yang
dilakukan dengan tindakan seperti pertolongan kala uri sebelum waktunya, dan persalinan
dengan tindakan paksa. Tindakan persalinan pada umumnya dilakukan karena adanya indikasi
partus lama dan dapat menyebabkan pula trauma persalinan seperti robekan vagina, robekan
serviks dan ruptura uteri (Manuaba, 2012). Sementara menurut Dewi dan Sunarsih (2011)
beberapa faktor risiko perdarahan post partum yaitu faktor umur, sisa plasenta riwayat
persalinan sebelumnya, penyakit seperti anemia, gizi ibu hamil, hipertensi dalam kehamilan
dan kehamilan kembar.

Anemia merupakan kejadian berkurangnya jumlah sel darah merah atau kandungan
hemoglobin di dalam darah. Normalnya ibu yang akan melahirkan setidaknya mencapai 10,5
gr%. Ibu bersalin yang mengalami anemia baik pada masa kehamilan maupun pada saat
persalinan dapat mengakibatkan ibu mengalami perdarahan post partum. Hal ini dikarenakan
anemia menyebabkan efektif sel darah merah berkurang karena hemoglobin (Hb) menurun,
padahal fungsi Hb adalah mengikat oksigen untuk di kirimkan ke organ-organ vital seperti otak
dan seluruh tubuh, dengan demikian pengiriman oksigen pun menurun, hal ini menyebabkan
efek buruk begitu juga uterus. Otot uterus tidak berkontraksi adekuat atau atonia uteri sehingga
terjadi perdarahan post partum (Prawirohardjo, 2011).

Sisa plasenta juga dapat menyebabkan perdarahan. Sisa plasenta adalah selaput ketuban yang
masih tertinggal dalam rongga rahim yang dapat menyebabkan perdarahan postpartum dini dan
perdarahan postpartum lambat (Marmi, 2011). Sisa plasenta mengakibatkan tertinggalnya
kotiledon dan selaput kulit ketuban yang menggangu kontraksi uterus dalam menjepit
pembuluh darah dalam uterus sehingga mengakibatkan perdarahan. Sisa plasenta dapat
menimbulkan perdarahan post partum primer atau perdarahan post partum sekunder
(Sujiyatini, 2011).

Distribusi frekuensi kejadian perdarahan post partum di RSUD Cideres f (168) : 59,6% dan di
RSUD Majalengka f (114) : 40,4% menunjukkan bahwa lebih dari setengah (59,6%) ibu
mengalami perdarahan postpartum di RSUD Cideres lebih besar dari pada kejadian perdarahan
post partum di RSUD Majalengka. Distribusi frekuensi anemia pada ibu yang mengalami
perdarahan post partum di RSUD Cideres f (82) : 66,1% dan RSUD Majalengka f (42) : 33,9
menunjukkan bahwa ibu post partum mengalami anemia di RSUD Cideres lebih besar daripada
di RSUD Majalengka. Distribusi frekuensi sisa plasenta pada ibu yang mengalami perdarahan
post partum di RSUD Cideres f (32) : 78,0% dan RSUD Majalengka f (9) : 22,0% menunjukkan
bahwa ibu post partum karena sisa plasenta di RSUD Cideres lebih besar dari pada ibu post
partum yang mengalami sisa plasenta di RSUD Majalengka. Distribusi proporsi perbandingan
anemia terhadap kejadian perdarahan post partum di RSUD Cideres, anemia f (82) : 66,1%,
tidak anemia f (86) : 54,9 dan di RSUD Majalengka, anemia f (42) : 33,9%, tidak anemia f (72)
: 45,6% jumlah dari kedua RS untuk anemia f (124) dan tidak anemia f (158) menunjukkan
bahwa jumlah ibu bersalin yang mengalami anemia dan mengalami perdarahan post partum di
RSUD Cideres sebanyak 82 orang (66,1%), sedangkan ibu bersalin yang mengalami anemia
dan mengalami perdarahan post partum di RSUD Majalengka sebanyak 42 orang (33,9%). Hal
ini menunjukkan bahwa proporsi ibu bersalin yang mengalami anemia dan mengalami
perdarahan post partum di RSUD Cideres lebih tinggi disbanding proporsi ibu bersalin yang
mengalami anemia dan mengalami perdarahan post partum di RSUD Majalengka.Hasil uji
komparasi dengan Mann- Whitney Test pada α = 0,05 diperoleh nilai = 0,047 (nilai < α)
sehingga hipotesis nol ditolak yang berarti bahwa perbandingan anemia terhadap kejadian
perdarahan post partum di RSUD Cideres dan RSUD Majalengka Kabupaten Majalengka
Tahun 2016 menunjukkan perbedaan yang bermakna. Distribusi proporsi perbandingan sisa
plasenta terhadap kejadian perdarahan post partum di RSUD Cideres, ada sisa plasenta f (32) :
78,0%, tidak ada sisa plasenta f (136) : 56,4% dan RSUD Majalengka ada sisa plasenta f (9) :
22,0%, tidak ada sisa plasenta f (105) : 43,6%, jumlah dari kedua RS ada sisa plasenta f (41) :
100%, tidak ada sisa plasenta f (241) : 100%, bahwa jumlah ibu bersalin yang mengalami sisa
plasenta dan mengalami perdarahan post partum di RSUD Cideres sebanyak 32 orang (78,0%),
sedangkan ibu bersalin yang mengalami sisa plasenta dan mengalami perdarahan post partum
di RSUD Majalengka sebanyak 9 orang (22,0%). Hal ini menunjukkan bahwa proporsi ibu
bersalin yang mengalami sisa plasenta dan mengalami perdarahan post partum di RSUD
Cideres lebih tinggi disbanding proporsi ibu bersalin yang mengalami sisa plasenta dan
mengalami perdarahan post partum di RSUD Majalengka.

Hasil uji komparasi dengan Mann- Whitney Test pada α = 0,05 diperoleh nilai

= 0,009 (nilai < α) sehingga hipotesis nol ditolak yang berarti bahwa perbandingan sisa plasenta
terhadap kejadian perdarahan post partum di RSUD Cideres dan RSUD Majalengka Kabupaten
Majalengka Tahun 2016 menunjukkan perbedaan yang bermakna.
Diskusi Hasil Penelitian

Hasil penelitian mengenai perbandingan anemia terhadap kejadian perdarahan post partum di
RSUD Cideres dan RSUD Majalengka Kabupaten Majalengka Tahun 2016 menunjukkan ada
perbedaan yang bermakna. Hal ini menunjukkan bahwa anemia pada ibu bersalin dapat
meningkatkan kejadian perdarahan post partum, kejadian anemia di RSUD Cideres tinggi
sehingga kejadian perdarahan post partum juga menjadi lebih tinggi.

Anemia adalah berkurangnya kadar eritrosit (sel darah merah) dan kadar hemoglobin dalam
setiap milimeter kubik darah dalam tubuh manusia (Murgiyanta, 2011). Anemia adalah tingkat
kekurangan zat besi yang paling berat dan terjadi bila konsentrasi hemoglobin (Hb) jauh
dibawah ambang batas yang ditentukan (Pudiastuti, 2012).

Ibu bersalin yang mengalami anemia baik pada masa kehamilan maupun pada saat persalinan
dapat mengakibatkan ibu mengalami perdarahan post partum. Hal ini dikarenakan anemia
menyebabkan efektif sel darah merah berkurang karena hemoglobin (Hb) menurun, padahal
fungsi Hb adalah mengikat oksigen untuk di kirimkan ke organ-organ vital seperti otak dan
seluruh tubuh, dengan demikian pengiriman oksigen pun menurun, hal ini menyebabkan efek
buruk begitu juga uterus. Otot uterus tidak berkontraksi adekuat atau atonia uteri sehingga
terjadi perdarahan post partum (Prawirohardjo, 2011).

Adanya perbedaan yang bermakna antara anemia dengan kejadian perdarahan post partum.
Maka upaya yang harus dilakukan oleh petugas kesehatan baik di RSUD Cideres maupun di
RSUD Majalengka adalah dengan meningkatkan pelayanan asuhan kebidanan pada ibu hamil
dan bersalin, perlunya memberikan informasi kepada ibu untuk mengkonsumsi tablet Fe
selama kehamilan dengan tepat dan pasa saat bersalin, petugas kesehatan perlu melakukan
asuhan persalinan yang sesuai dengan standar agar kejadian perdarahan post partum dapat
dihindari. Bagi ibu hamil agar menjaga kesehatan dengan mengkonsumsi makanan yang sehat
dan mengkonsumsi tablet Fe dengan tepat.

Hasil penelitian mengenai perbandingan sisa plasenta terhadap kejadian perdarahan post
partum di RSUD Cideres dan RSUD Majalengka Kabupaten Majalengka Tahun 2016
menunjukkan ada perbedaan yang bermakna. Hal ini menunjukkan bahwa sisa plasenta dapat
mempengaruhi kejadian perdarahan post partum, semakin banyak kasus sisa plasenta maka
kejadian perdarahan post partum pun akan semakin tinggi.
Hasil penelitian ini mendukung teori Nugroho (2012), bahwa faktor yang menyebabkan
terjadinya perdarahan post partum diantaranya adalah adanya atonia uteri, retensio plasenta,
laserasi jalan lahir dan faktor bekuan darah, sedangkan faktor predisposisi terjadinya
perdarahan post partum yang antara lain adalah hidramnion, gemeli, paritas dan umur.

Juga mendukung teori bahwa perdarahan post partum karena sisa plasenta adalah suatu bagian
dari plasenta (satu atau lebih lobus) tertinggal, maka uterus tidak dapat berkontraksi secara
efektif dan keadaan ini dapat menimbulkan perdarahan. Perdarahan post partum dapat terjadi
sebagai akibat tertinggalnya sisa plasenta atau selaput janin. bila hal tersebut terjadi, harus
dikeluarkan secara manual atau di kuretase disusul dengan pemberian obat- obat uterotonika
intravena (Manuaba, 2012).

Adanya perbedaan yang bermakna antara sisa plasenta dengan kejadian perdarahan post
partum. Maka petugas kesehatan perlu meningkatkan pengawasan atau pemantauan terhadap
proses persalinan serta mampu menegakan diagnosa yang tepat untuk menghindari kejadian
sisa plasenta. Bagi ibu agar mengikuti nasihat petugas kesehatan dengan baik, menjaga pola
istirahat, pola makan dan mengkonsumi vitamin atau obat yang dianjurkan petugas kesehatan.
Masukan dan Saran

Dari hasil uraian penelitian ini di harapkan pembaca bisa memahami faktor penyebab
terjadinya pendarahan post partum dan bagaimana penerapan asuhan yang di berikan kepada
pasien yang mangalami gelaja - gelaja tersebut. Pendarahan post partum ini umumnya terjadi
dalam 24 jam setelah persalianan sungsang (prawiohardjo,2011). Sementara menurut dewi dan
sunarsih (2011) beberapa faktor risiko perdarahan post partum yaitu faktor umur, sisa plasenta
riwayat persalinan sebelumnya, penyakit seperti anemia, gizi ibu hamil, hipertensi dalam
kehamilan dan kehamilan kembar. Setelah diketahui bagaimana asuhan yang benar maka
petugas kesehatan perlu meningkatkan pengawasan atau pemantauan terhadap proses
persalinan serta mampu menegakkan diagnosa yang tepat untuk menghindari kejadian sisa
plasenta. Selain itu, diharapkan pembaca dapat membagi informasi ini kepada masyarakat
dan dapat mempraktekkan ilmunya saat di lapangan nantinya.

Adapun saran dari kelompok kami yaitu :

1. Bagi kesehatan dalam pelayanan kebidanan


Di harapkan tenaga kesehatan/bidan perlu melakukan deteksi dini anemia pada ibu
hamil yang sangat penting untuk pemeriksaan awal kehamilan sejak trimester 1
2. Bagi pendidikan
Di harapkan dari hasil perbandingan penelitian pada kasus pendarahan post partum ini
dapat memberikan sarana informasi atau pengetahuan tentang pendarahan post partum
3. Bagi penulis
Diharapkan memperbanyak referensi buku-buku, jurnal atau artikel internasional dan
nasional terbaru mengenai kasus pendarahan post partum sehingga hasil dari penelitian
ini dapat digunakan sebagai sumber informasi, referensi dan pembanding dalam
melakukan pencegahan pendarahan post partum terutama saat menghadapi persalinan.
4. Bagi masyarakat
Di harapkan kepada masyarakat terutama pada ibu hamil untuk meningkatkan gizi
secara kualitas agar bayi dalam kandungan sehat dan ibu dapat menjalani proses
kehamilan sampai persalinan dengan sehat.
Dapus

Risnawati, I., & PSN, A. H. (2015). Dampak Anemia Kehamilan Terhadap Perdarahan Post
Partum. Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan, 6(3).

Amalia, Merlly. dkk. (2018). Perdarahan Antara Anemia Dan Sisa Plasenta Terhadap Kejadian
Perdarahan Post Partum Di RSUD Cideres dan RSUD Majalengka Kabupaten Majalengka
Tahun 2016. Jurnal Kampus STIKES YPIB Majalengka, 6(1), 1-11.

Anda mungkin juga menyukai