Oleh :
NIM. PO71241200053
Dosen Pengampu :
Perdarahan post partum merupakan salah satu masalah penting karena berhubungan
menduduki peringkat pertama dalam menyumbangkan angka kematian ibu di dunia yaitu
sekitar 35%. Perdarahan postpartum disebabkan adanya masalah pada 4T salah satunya
disebabkan adanya perlukaan jalan lahir mulai dari perineum, vagina, serviks (laserasi)
sampai dengan robeknya dinding uterus (rupture uteri). Tujuan dalam penelitian ini adalah
perdarahan post partum. Metode penelitian yang digunakan adalah kajian literatur
(literatur review). Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa perlukaan jalan lahir
menunjukkan bahwa perlukaan jalan lahir menjadi salah satu penyebab perdarahan post
partum. Adapun penyebab terjadinya perlukaan jalan lahir adalah berat bayi > 3500 gram,
kesalahan dalam meneran, distosia bahu, kekuatan jaringan lunak, his uterus yang kuat dan
primigravida pada usia tua. Perlukaan jalan lahir yang tidak segera diatasi akan memicu
penelitian tersebut, diharapkan dapat dijadikan sebagai edukasi dan informasi dalam
mengatasi terjadinya perlukaan jalan lahir sehingga mencegah terjadinya perdarahan post
partum.
A. PENDAHULUAN
Setiap hari, terdapat 830 kematian ibu di dunia. Sedangkan di Indonesia, terdapat 38
dan tepat waktu. Sekitar 75% kematian ibu disebabkan perdarahan parah (sebagian besar
perdarahan pasca salin), infeksi (biasanya pasca salin), ekanan darah tinggi saat kehamilan
Perdarahan post partum merupakan salah satu masalah penting karena berhubungan
dengan kesehatan ibu yang dapat menyebabkan kematian. Walaupun angka kematian
maternal telah menurun dari tahun ke tahun dengan adanya pemeriksaan dan perawatan
kehamilan, persalinan di rumah sakit serta adanya fasilitas transfusi darah, namun
perdarahan masih tetap merupakan faktor utama dalam kematian ibu. Walaupun seorang
perempuan bertahan hidup setelah mengalami pendarahan pasca persalinan, namun ia akan
menderita akibat kekurangan darah yang berat (anemia berat) dan akan mengalami
suatu keadaan kehilangan darah lebih dari 500 ml pada 24 jam pertama setelah
melahirkan. WHO mengatakan sebesar 11,4% ibu postpartum mengalami perdarahan atau
peringkat pertama dalam menyumbangkan angka kematian ibu di dunia yaitu sekitar 35%
Menurut data infodatin Kemenkes RI, penyebab terbesar kematian ibu selama tahun
2010-2013 adalah perdarahan. Diketahui bahwa pada tahun 2010 prevalensi perdarahan
sebesar 35,1%, pada tahun 2011 sebesar 31,9%, pada tahun 2012 sebesar 30,1% dan pada
Perdarahan postpartum adalah perdarahan pervaginam yang terjadi setelah bayi lahir
lebih dari 500 cc secara normal atau lebih dari 1000 ml setelah persalinan abdominal.
dari normal yang telah menyebabkan perubahan tanda vital (Nugroho, 2012).
Trauma dan Thrombin. Tone atau tonus terjadi karena lemahnya kontraksi (hipotoni)
bahkan hilangnya kontraksi uterus pasca persalinan, tissue atau jaringan adalah penyebab
jaringan plasenta yang tertinggal sebagian maupun seluruhnya (retensio plasenta) di dalam
uterus saat melahirkan, trauma disebabkan karena adanya perlukaan jalan lahir mulai dari
perineum, vagina, serviks (laserasi) sampai dengan robeknya dinding uterus (rupture uteri)
dan thrombin terjadi karena adanya gangguan hemostasis sejak sebelum persalinan
postpartum. Adanya robekan jalan lahir karena bayi terlalu besar, atau karena penggunaan
obat pacu persalinan yang tidak sesuai dengan aturan dapat menyebabkan kontraksi terlalu
kuat dan robeknya jalan lahir dapat memicu terjadinya perdarahan sesaat setelah
bivariat yang menjelaskan bahwa P-Value = 0,000 < 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa
Ha diterima, ada hubungan antara laserasi jalan lahir dengan perdarahan post partum di
RSUD Pringsewu Tahun 2016 dan didapatkan OR= 9,118 (2,816 -29,524).
Penelitian yang dilakukan oleh Hidayati (2019) menunjukkan bahwa Hasil analisis
menunjukkan bahwa ada hubungan langsung antara laserasi lahir dan perdarahan
postpartum dan secara statistik signifikan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ibu
dengan luka jalan lahir 2,4 kali lebih mungkin untuk mengalami perdarahan postpartum
menurunya kesadaran akibat banyaknya darah yang keluar. Hal ini menyebabkan
gangguan sirkulasi darah keseluruh tubuh dan dapat menyebabkan hipovelemia berat. Bila
hal ini terus terjadi maka akan menyebabkan ibu tidak terselamatkan/meninggal
(Cunningham, 2014).
B. METODE
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan studi literatur
review menggunakan data sekunder. Sumber data sekunder yang dimaksud berupa artikel
atau jurnal yang berkaitan dengan topik hubungan perlukaan jalan lahir dengan perdarahan
post partum. Metode pengumpulan data adalah study pustaka melalui text book dan e-
journal. Prosedur penelitian pada penelitian literatur reviuw adalah melakukan kompilasi
beberapa kriteria artikel yaitu artikel/jurnal dengan tahun terbit yang digunakan pada
tahun 2014-2020, artikel/ jurnal yang dipublikasikan dalam jurnal nasional dan
internasional dari pihak pemerintah, perguruan tinggi maupun swasta dan menggunakan
bahasa Indonesia.
C. DISKUSI
lahir lebih dari 500 cc secara normal atau lebih dari 1000 ml setelah persalinan abdominal
(Nugroho, 2012). Perdarahan postpartum disebabkan adanya masalah pada 4T yaitu Tone,
Tissue, Trauma dan Thrombin. Tone atau tonus terjadi karena lemahnya kontraksi
(hipotoni) bahkan hilangnya kontraksi uterus pasca persalinan, tissue atau jaringan adalah
plasenta) di dalam uterus saat melahirkan, trauma disebabkan karena adanya perlukaan
jalan lahir mulai dari perineum, vagina, serviks (laserasi) sampai dengan robeknya dinding
uterus (rupture uteri) dan thrombin terjadi karena adanya gangguan hemostasis sejak
Literatur review dalam penelitian ini terdiri dari 6 artikel/ jurnal tentang hubungan
perlukaan jalan lahir dengan perdarahan post partum. Metode pengumpulan data
disesuaikan lagi dengan kriteria inklusi dan eksklusi. Berdasarkan analisis dari 6
artikel/jurnal ini didapatkan bahwa ada hubungan antara perlukaan jalan lahir dengan
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Anggraini (2018) menunjukkan hasil analisa
bivariat yang menjelaskan bahwa P-Value = 0,000 < 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa
Ha diterima, ada hubungan antara laserasi jalan lahir dengan perdarahan post partum di
RSUD Pringsewu Tahun 2016 dan didapatkan OR= 9,118 (2,816 -29,524). Peneliti
menjelaskan bahwa faktor yang mendukung dalam proses yang dapat menyebabkan
laserasi jalan lahir yaitu meneran yang salah, his yang kuat dan lain-lain.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Hidayati (2019) menunjukkan bahwa ada
hubungan langsung antara laserasi lahir dan perdarahan postpartum dan secara statistik
signifikan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ibu dengan luka jalan lahir 2,4 kali lebih
mungkin untuk mengalami perdarahan postpartum dibandingkan dengan ibu yang tidak
bermakna antara laserasi jalan lahir dengan perdarahan post partum pada ibu bersalin di
RSUD Pringsewu tahun 2018 dengan nilai p = 0,000 < 0,05. Dalam penelitiannya,
menjelaskan bahwa faktor resiko kejadian perdarahan post partum ibu bersalin di RSUD
Pringsewi tahun 2018 dengan laserasi jalan lahir banyak dijumpai pada berat badan janin
lebih dari 3500 gram, karena resiko trauma partus melalui vagina seperti distosia bahu dan
Hasil penelitian Fatimah (2015) menunjukkan hasil uji statistik diperoleh p < 0,05
(p = 0,00) yang artinya hipotesa diterima karena ada hubungan yang signifikan antara
laserasi jalan lahir dengan kejadian perdarahan postpartum. Dari hasil analisis diperoleh
pula nilai OR = 10,9 artinya ibu yang menggalami laserasi jalan lahir mempunyai peluang
10,9 kali untuk melahirkan dengan perdarahan postpartum primer dibandingkan dengan
jalan lahir dengan kejadian perdarahan post partum didapatkan nilai p-value=0,000 (nilai
p< =0,05), artinya ada hubungan yang bermakna antara laserasi jalan lahir dengan
kejadian perdarahan post partum. Hasil analisis diperoleh pula nilai OR=29,807 (CI:
9,585- 92,696), artinya ibu yang mengalami laserasi jalan lahir memiliki 29,8 kali
mengalami perdarahan post partum dibandingkan dengan ibu yang tidak mengalami
laserasi jalan lahir. Peneliti menjelaskan bahwa perdarahan yang terjadi disebabkan karena
perineum yang kaku dan tidak elastis yang menghambat persalinan kala II dan dapat
meningkatkan resiko terhadap janin. Selain itu, menyebabkan robekan perineum yang luas
sampai tingkat III, sehingga menimbulkan perdarahan pasca salin. Hal ini ditemui pada
menggunakan chi square diperoleh nilai p=0,000 yang menunjukkan bahwa ada hubungan
Robekan Jalan Lahir dengan perdarahan postpartum di Kabupaten Tulang Bawang Tahun
2013. Nilai OR=4,71 menunjukkan bahwa ibu yang ada robekan jalan lahir berisiko
mengalami perdarahan postpartum sebesar 4,7 kali dibandingkan dengan ibu yang tidak
perlukaan jalan lahir yang menjadi penyebab terjadinya perdarahan post partum. Diketahui
bahwa perlukaan jalan lahir adalah laserasi atau luka yang terjadi pada jalan lahir yang
disebabkan oleh robekan spontan atau memang sengaja dilakukan episiotomi. Perlukaan
Hal ini sesuai dengan teori Saifuddin (2009), perlukaan jalan lahir merupakan
bersamaan dengan atonia uteri. Perdarahn pasca persalinan dengan uterus yang
berfkontraksi baik biasanya disebabkan oleh robekan serviks atau vagina. Perlukaan jalan
lahir selalu memberikan perdarahan dalam jumlah yang bervariasi banyaknya. Perdarahan
berasal dari jalan lahir harus selalu dievaluasi, yaitu sumber dan jumlah perdarahan
sehingga dapat diatasi. Sumber perdarahan dapat berasal dari perineum, vagina, serviks,
Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa pada ibu bersalin, memiliki
peluang terjadinya perdarahan post partum yang disebabkan oleh perlukaan jalan lahir.
Hal ini dikarenakan berat badan bayi yang lahir lebih dari 3500 gram, kesalahan meneran,
kontraksi yang kuat, primi tua atau primigravida dalam usia > 35 tahun dan distosia bahu.
Untuk itu, dalam mencegah terjadinya perlukaan jalan lahir dengan tidak melakukan
episiotomi kecuali pada partus spontan yang seharusnya dilakukan dengan indikasi
sebagai contoh misalnya pada bayi besar, perinem yang kaku atau perineum yang pendek,
meneran dengan baik, mengikuti senam hamil atau olahraga saat hamil dan memantau
Berdasarkan dari beberapa hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa perlukaan jalan lahir
menjadi salah satu penyebab terjadinya perdarahan post partum. Berdasarkan jurnal yang
telah diteliti, diketahui bahwa perlukaan jalan lahir terjadi karena berat badan bayi lahir >
3500 gram, meneran yang salah, distosia bahu, his yang kuat, kekuatan jaringan lunak dan
primigravida berumur diatas 35 tahun. Untuk itu, perlu dilakukan pencegahan perlukaan
jalan lahir serta mengurangi perdarahan post partum dengan meneran yang baik,
mengikuti senam hamil serta selalu memantau berat badan janin agar bayi lahir tidak
terlalu besar.
E. DAFTAR PUSTAKA
Anggraini, H. Faktor-faktor yang berhubungan dengan perdarahan post partum pada ibu
bersalin di RSUD Pringsewu Tahun 2016. Midwifery Journal, Vol. 3 No. 1 Januari
Eniyati. 2014. Analisis penyebab-penyebab primer kejadian perdarahan post partum pada
Lampung. Jurnal Dunia Kesmas Volume 3. Nomor 4. Oktober 2014, Hal. 212-227
RSUD Dr.Soeroto Ngawi Jawa Timur Tahun 2013. Jurnal Ilmiah Kesehatan,7(1);
Moewardi Hospital, Central Java. Journal of Maternal and Child Health (2019),
4(6): 35-47
Kemenkes RI. 2015. Profil Kesehatan Indonesia tahun 2014. Jakarta: Kemenkes RI
Pulungan, P.W. dkk. 2020. Ilmu Obstetri dan Ginekologi Untuk Kebidanan. Yayasan Kita
Menulis.
Saifuddin, A. etc. al. 2009. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Yuliawati, 2015. Hubungan antara riwayat pre eklampsia, retensio plasenta, atonia uteri
dan laserasi jalan lahir dengan kejadian perdarahan post partum pada ibu nifas di
RSU Muhammadiyah Kota Metro tahun 2013. Jurnal Kesehatan, Volume VI, Nomor