Anda di halaman 1dari 10

STUDI LITERATUR REVIEW : HUBUNGAN PERLUKAAN JALAN

LAHIR DENGAN PERDARAHAN POST PARTUM

Oleh :

JUWITA INDAH SUSANTI

NIM. PO71241200053

Dosen Pengampu :

DEWI NOPISKA LILIS., M.KEB

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAMBI


PROGRAM STUDI DIPLOMA IV AHLI JENJANG
JURUSAN KEBIDANAN
TAHUN 2020
ABSTRAK

Perdarahan post partum merupakan salah satu masalah penting karena berhubungan

dengan kesehatan ibu yang dapat menyebabkan kematian. Perdarahan postpartum

menduduki peringkat pertama dalam menyumbangkan angka kematian ibu di dunia yaitu

sekitar 35%. Perdarahan postpartum disebabkan adanya masalah pada 4T salah satunya

disebabkan adanya perlukaan jalan lahir mulai dari perineum, vagina, serviks (laserasi)

sampai dengan robeknya dinding uterus (rupture uteri). Tujuan dalam penelitian ini adalah

untuk menggambarkan menggambarkan hubungan perlukaan jalan lahir dengan

perdarahan post partum. Metode penelitian yang digunakan adalah kajian literatur

(literatur review). Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa perlukaan jalan lahir

merupakan penyebab terjadinya perdarahan post partum. Beberapa hasil penelitian

menunjukkan bahwa perlukaan jalan lahir menjadi salah satu penyebab perdarahan post

partum. Adapun penyebab terjadinya perlukaan jalan lahir adalah berat bayi > 3500 gram,

kesalahan dalam meneran, distosia bahu, kekuatan jaringan lunak, his uterus yang kuat dan

primigravida pada usia tua. Perlukaan jalan lahir yang tidak segera diatasi akan memicu

terjadinya perdarahan postpartum dan menyebabkan kematian. Berdasarkan hasil

penelitian tersebut, diharapkan dapat dijadikan sebagai edukasi dan informasi dalam

mengatasi terjadinya perlukaan jalan lahir sehingga mencegah terjadinya perdarahan post

partum.

Kata Kunci : Perlukaan jalan lahir, perdarahan post partum

Daftar Pustaka : 16 (2009-2020)

A. PENDAHULUAN

Setiap hari, terdapat 830 kematian ibu di dunia. Sedangkan di Indonesia, terdapat 38

kematian ibu, berdasarkan AKI 305/100.000 kelahiran) yang meninggal akibat


penyakit/komplikasi terkait kehamilan dan persalinan yang tidak ditangani dengan baik

dan tepat waktu. Sekitar 75% kematian ibu disebabkan perdarahan parah (sebagian besar

perdarahan pasca salin), infeksi (biasanya pasca salin), ekanan darah tinggi saat kehamilan

(preeclampsia/eclampsia), partus lama/macet dan aborsi yg tdk aman (Achadi, 2019).

Perdarahan post partum merupakan salah satu masalah penting karena berhubungan

dengan kesehatan ibu yang dapat menyebabkan kematian. Walaupun angka kematian

maternal telah menurun dari tahun ke tahun dengan adanya pemeriksaan dan perawatan

kehamilan, persalinan di rumah sakit serta adanya fasilitas transfusi darah, namun

perdarahan masih tetap merupakan faktor utama dalam kematian ibu. Walaupun seorang

perempuan bertahan hidup setelah mengalami pendarahan pasca persalinan, namun ia akan

menderita akibat kekurangan darah yang berat (anemia berat) dan akan mengalami

masalah kesehatan yang berkepanjangan (Kemenkes RI, 2015).

World Health Organization (WHO) mengatakan perdarahan postpartum sebagai

suatu keadaan kehilangan darah lebih dari 500 ml pada 24 jam pertama setelah

melahirkan. WHO mengatakan sebesar 11,4% ibu postpartum mengalami perdarahan atau

sekitar 14 juta ibu postpartum mengalami perdarahan. Perdarahan postpartum menduduki

peringkat pertama dalam menyumbangkan angka kematian ibu di dunia yaitu sekitar 35%

(Pulungan, dkk, 2020).

Menurut data infodatin Kemenkes RI, penyebab terbesar kematian ibu selama tahun

2010-2013 adalah perdarahan. Diketahui bahwa pada tahun 2010 prevalensi perdarahan

sebesar 35,1%, pada tahun 2011 sebesar 31,9%, pada tahun 2012 sebesar 30,1% dan pada

tahun 2013 sebesar 30,3% (Kememkes RI, 2014).

Perdarahan postpartum adalah perdarahan pervaginam yang terjadi setelah bayi lahir

lebih dari 500 cc secara normal atau lebih dari 1000 ml setelah persalinan abdominal.

Kondisi dalam persalinan menyebabkan kesulitan untuk menentukan jumlah perdarahan


yang terjadi, maka batasan jumlah perdarahan disebutkan sebagai perdarahan yang lebih

dari normal yang telah menyebabkan perubahan tanda vital (Nugroho, 2012).

Perdarahan postpartum disebabkan adanya masalah pada 4T yaitu Tone, Tissue,

Trauma dan Thrombin. Tone atau tonus terjadi karena lemahnya kontraksi (hipotoni)

bahkan hilangnya kontraksi uterus pasca persalinan, tissue atau jaringan adalah penyebab

jaringan plasenta yang tertinggal sebagian maupun seluruhnya (retensio plasenta) di dalam

uterus saat melahirkan, trauma disebabkan karena adanya perlukaan jalan lahir mulai dari

perineum, vagina, serviks (laserasi) sampai dengan robeknya dinding uterus (rupture uteri)

dan thrombin terjadi karena adanya gangguan hemostasis sejak sebelum persalinan

maupun setelahnya (Pulungan, dkk, 2020).

Perlukaan jalan lahir (laserasi) menjadi salah satu penyebab perdarahan

postpartum. Adanya robekan jalan lahir karena bayi terlalu besar, atau karena penggunaan

obat pacu persalinan yang tidak sesuai dengan aturan dapat menyebabkan kontraksi terlalu

kuat dan robeknya jalan lahir dapat memicu terjadinya perdarahan sesaat setelah

persalinan (Manuaba, 2010).

Penelitian yang dilakukan oleh Anggraini (2018) menunjukkan hasil analisa

bivariat yang menjelaskan bahwa P-Value = 0,000 < 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa

Ha diterima, ada hubungan antara laserasi jalan lahir dengan perdarahan post partum di

RSUD Pringsewu Tahun 2016 dan didapatkan OR= 9,118 (2,816 -29,524).

Penelitian yang dilakukan oleh Hidayati (2019) menunjukkan bahwa Hasil analisis

menunjukkan bahwa ada hubungan langsung antara laserasi lahir dan perdarahan

postpartum dan secara statistik signifikan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ibu

dengan luka jalan lahir 2,4 kali lebih mungkin untuk mengalami perdarahan postpartum

dibandingkan dengan ibu yang tidak mengalami luka jalan lahir.


Perdarahan Post Partum yang tidak ditangani dapat mengakibatkan syok dan

menurunya kesadaran akibat banyaknya darah yang keluar. Hal ini menyebabkan

gangguan sirkulasi darah keseluruh tubuh dan dapat menyebabkan hipovelemia berat. Bila

hal ini terus terjadi maka akan menyebabkan ibu tidak terselamatkan/meninggal

(Cunningham, 2014).

B. METODE

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan studi literatur

review menggunakan data sekunder. Sumber data sekunder yang dimaksud berupa artikel

atau jurnal yang berkaitan dengan topik hubungan perlukaan jalan lahir dengan perdarahan

post partum. Metode pengumpulan data adalah study pustaka melalui text book dan e-

journal. Prosedur penelitian pada penelitian literatur reviuw adalah melakukan kompilasi

beberapa penelitian, setelah itu menganalisis, dan menyimpulkan sehinga mendapatkan

kesimpulan mengenai study literatur. Prosedur yang digunakan dalam penelitian.

organizie, synthesize, indentify, dan formulate. Dalam pengumpulan data, terdapat

beberapa kriteria artikel yaitu artikel/jurnal dengan tahun terbit yang digunakan pada

tahun 2014-2020, artikel/ jurnal yang dipublikasikan dalam jurnal nasional dan

internasional dari pihak pemerintah, perguruan tinggi maupun swasta dan menggunakan

bahasa Indonesia.

C. DISKUSI

Perdarahan postpartum adalah perdarahan pervaginam yang terjadi setelah bayi

lahir lebih dari 500 cc secara normal atau lebih dari 1000 ml setelah persalinan abdominal

(Nugroho, 2012). Perdarahan postpartum disebabkan adanya masalah pada 4T yaitu Tone,
Tissue, Trauma dan Thrombin. Tone atau tonus terjadi karena lemahnya kontraksi

(hipotoni) bahkan hilangnya kontraksi uterus pasca persalinan, tissue atau jaringan adalah

penyebab jaringan plasenta yang tertinggal sebagian maupun seluruhnya (retensio

plasenta) di dalam uterus saat melahirkan, trauma disebabkan karena adanya perlukaan

jalan lahir mulai dari perineum, vagina, serviks (laserasi) sampai dengan robeknya dinding

uterus (rupture uteri) dan thrombin terjadi karena adanya gangguan hemostasis sejak

sebelum persalinan maupun setelahnya (Pulungan, dkk, 2020).

Literatur review dalam penelitian ini terdiri dari 6 artikel/ jurnal tentang hubungan

perlukaan jalan lahir dengan perdarahan post partum. Metode pengumpulan data

disesuaikan lagi dengan kriteria inklusi dan eksklusi. Berdasarkan analisis dari 6

artikel/jurnal ini didapatkan bahwa ada hubungan antara perlukaan jalan lahir dengan

perdarahan post partum.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Anggraini (2018) menunjukkan hasil analisa

bivariat yang menjelaskan bahwa P-Value = 0,000 < 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa

Ha diterima, ada hubungan antara laserasi jalan lahir dengan perdarahan post partum di

RSUD Pringsewu Tahun 2016 dan didapatkan OR= 9,118 (2,816 -29,524). Peneliti

menjelaskan bahwa faktor yang mendukung dalam proses yang dapat menyebabkan

laserasi jalan lahir yaitu meneran yang salah, his yang kuat dan lain-lain.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Hidayati (2019) menunjukkan bahwa ada

hubungan langsung antara laserasi lahir dan perdarahan postpartum dan secara statistik

signifikan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ibu dengan luka jalan lahir 2,4 kali lebih

mungkin untuk mengalami perdarahan postpartum dibandingkan dengan ibu yang tidak

mengalami luka jalan lahir.

Hasil penelitian Kristianingsih (2019) menunjukkan bahwa ada hubungan yang

bermakna antara laserasi jalan lahir dengan perdarahan post partum pada ibu bersalin di
RSUD Pringsewu tahun 2018 dengan nilai p = 0,000 < 0,05. Dalam penelitiannya,

menjelaskan bahwa faktor resiko kejadian perdarahan post partum ibu bersalin di RSUD

Pringsewi tahun 2018 dengan laserasi jalan lahir banyak dijumpai pada berat badan janin

lebih dari 3500 gram, karena resiko trauma partus melalui vagina seperti distosia bahu dan

kerusakan jaringan lunak pada ibu.

Hasil penelitian Fatimah (2015) menunjukkan hasil uji statistik diperoleh p < 0,05

(p = 0,00) yang artinya hipotesa diterima karena ada hubungan yang signifikan antara

laserasi jalan lahir dengan kejadian perdarahan postpartum. Dari hasil analisis diperoleh

pula nilai OR = 10,9 artinya ibu yang menggalami laserasi jalan lahir mempunyai peluang

10,9 kali untuk melahirkan dengan perdarahan postpartum primer dibandingkan dengan

ibu yang tidak mengalami laserasi jalan lahir.

Hasil penelitian Yuliawati (2015) menunjukkan hasil analisis hubungan laserasi

jalan lahir dengan kejadian perdarahan post partum didapatkan nilai p-value=0,000 (nilai

p< =0,05), artinya ada hubungan yang bermakna antara laserasi jalan lahir dengan

kejadian perdarahan post partum. Hasil analisis diperoleh pula nilai OR=29,807 (CI:

9,585- 92,696), artinya ibu yang mengalami laserasi jalan lahir memiliki 29,8 kali

mengalami perdarahan post partum dibandingkan dengan ibu yang tidak mengalami

laserasi jalan lahir. Peneliti menjelaskan bahwa perdarahan yang terjadi disebabkan karena

perineum yang kaku dan tidak elastis yang menghambat persalinan kala II dan dapat

meningkatkan resiko terhadap janin. Selain itu, menyebabkan robekan perineum yang luas

sampai tingkat III, sehingga menimbulkan perdarahan pasca salin. Hal ini ditemui pada

primi tua yaitu primigravida berumur diatas 35 tahun.

Hasil penelitian Eniyati (2014) menunjukkan hasil uji statistik dengan

menggunakan chi square diperoleh nilai p=0,000 yang menunjukkan bahwa ada hubungan

Robekan Jalan Lahir dengan perdarahan postpartum di Kabupaten Tulang Bawang Tahun
2013. Nilai OR=4,71 menunjukkan bahwa ibu yang ada robekan jalan lahir berisiko

mengalami perdarahan postpartum sebesar 4,7 kali dibandingkan dengan ibu yang tidak

ada robekan pada saat melahirkan.

Berdasarkan uraian artikel di atas menunjukkan bahwa ditemukan masalah

perlukaan jalan lahir yang menjadi penyebab terjadinya perdarahan post partum. Diketahui

bahwa perlukaan jalan lahir adalah laserasi atau luka yang terjadi pada jalan lahir yang

disebabkan oleh robekan spontan atau memang sengaja dilakukan episiotomi. Perlukaan

jalan lahir terjadi di serviks, vagina dan perineum (Jayanti, 2019).

Hal ini sesuai dengan teori Saifuddin (2009), perlukaan jalan lahir merupakan

penyebab kedua tersering dari perdarahan pascapersalinan. Robekan dapat terjadi

bersamaan dengan atonia uteri. Perdarahn pasca persalinan dengan uterus yang

berfkontraksi baik biasanya disebabkan oleh robekan serviks atau vagina. Perlukaan jalan

lahir selalu memberikan perdarahan dalam jumlah yang bervariasi banyaknya. Perdarahan

berasal dari jalan lahir harus selalu dievaluasi, yaitu sumber dan jumlah perdarahan

sehingga dapat diatasi. Sumber perdarahan dapat berasal dari perineum, vagina, serviks,

dan robekan uterus (ruptur uteri) (Prawirohardjo, 2010).

Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa pada ibu bersalin, memiliki

peluang terjadinya perdarahan post partum yang disebabkan oleh perlukaan jalan lahir.

Hal ini dikarenakan berat badan bayi yang lahir lebih dari 3500 gram, kesalahan meneran,

kontraksi yang kuat, primi tua atau primigravida dalam usia > 35 tahun dan distosia bahu.

Untuk itu, dalam mencegah terjadinya perlukaan jalan lahir dengan tidak melakukan

episiotomi kecuali pada partus spontan yang seharusnya dilakukan dengan indikasi

sebagai contoh misalnya pada bayi besar, perinem yang kaku atau perineum yang pendek,

meneran dengan baik, mengikuti senam hamil atau olahraga saat hamil dan memantau

berat badan janin.


D. SIMPULAN

Berdasarkan dari beberapa hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa perlukaan jalan lahir

menjadi salah satu penyebab terjadinya perdarahan post partum. Berdasarkan jurnal yang

telah diteliti, diketahui bahwa perlukaan jalan lahir terjadi karena berat badan bayi lahir >

3500 gram, meneran yang salah, distosia bahu, his yang kuat, kekuatan jaringan lunak dan

primigravida berumur diatas 35 tahun. Untuk itu, perlu dilakukan pencegahan perlukaan

jalan lahir serta mengurangi perdarahan post partum dengan meneran yang baik,

mengikuti senam hamil serta selalu memantau berat badan janin agar bayi lahir tidak

terlalu besar.

E. DAFTAR PUSTAKA

Achadi, Endang. L. 2019. Kematian Maternal dan Neonatal di Indonesia. Fakultas

Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.

Anggraini, H. Faktor-faktor yang berhubungan dengan perdarahan post partum pada ibu

bersalin di RSUD Pringsewu Tahun 2016. Midwifery Journal, Vol. 3 No. 1 Januari

2018, hal. 63-68

Cunningham, et al. 2014. Obstetri Williams Edisi 23 Volume 1. Jakarta : EGC

Eniyati. 2014. Analisis penyebab-penyebab primer kejadian perdarahan post partum pada

ibu bersalin di Kecamatan Dente Teladas Kabupaten Tulang Bawang Provinsi

Lampung. Jurnal Dunia Kesmas Volume 3. Nomor 4. Oktober 2014, Hal. 212-227

Fatimah, O.Z.S. Faktor – Faktor yang Berhubungan dengan Perdarahan Postpartum di

RSUD Dr.Soeroto Ngawi Jawa Timur Tahun 2013. Jurnal Ilmiah Kesehatan,7(1);

Januari 2015, Hal. 64-71


Hidayati, S.N. 2019. Path Analysis on Determinants of Postpartum Bleeding at Dr.

Moewardi Hospital, Central Java. Journal of Maternal and Child Health (2019),

4(6): 35-47

Jayanti, I. 2019. Evidence Based Dalam Praktik Kebidanan. Yogyakarta : Deepublish

Kemenkes RI, 2014. Infodatin (Situasi Kesehatan Ibu). www.depkes.go.id

Kemenkes RI. 2015. Profil Kesehatan Indonesia tahun 2014. Jakarta: Kemenkes RI

Kristianingsih, A. 2019. Faktor – faktor yang berhubungan dengan kejadian perdarahan

post partum di RSUD Pringsewu. Wellness and Healthy Magazine, Volume 1,

Nomor 2, Agustus 2019, p. 139-149.

Manuaba, I.B.G.F. 2010. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta: EGC

Nugroho, Taufan, 2012. Obstetri dan Ginekologi. Yogyakarta : Nuha Medika

Prawirohardjo, S, 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka

Pulungan, P.W. dkk. 2020. Ilmu Obstetri dan Ginekologi Untuk Kebidanan. Yayasan Kita

Menulis.

Saifuddin, A. etc. al. 2009. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan

Neonatal cetakan 5. Jakarta: PT Bina pustaka

Yuliawati, 2015. Hubungan antara riwayat pre eklampsia, retensio plasenta, atonia uteri

dan laserasi jalan lahir dengan kejadian perdarahan post partum pada ibu nifas di

RSU Muhammadiyah Kota Metro tahun 2013. Jurnal Kesehatan, Volume VI, Nomor

1, April 2015, hlm 75-82

Anda mungkin juga menyukai