Anda di halaman 1dari 11

SOAL UJIAN TENGAH SEMESTER METODOLOGI PENELITIAN

KELAS BOYOLALI II
DOSEN PENGAMPU TRIANI YULIASTANTI

Ketentuan mengerjakan soal:


a. Dikerjakan secara individu
b. Kerjakan soal di bawah ini sesuai dengan hasil pikir dari setiap mahasiswa
c. Dikerjakan dalam bentuk file pdf, dengan nama file (nama
mahasiswa_NIM_MEPEN)
d. Di kirim ke email trianieub@gmail.com

Soal:
1. Susunlah latar belakang berdasarkan hasil pikir mahasiswa dengan Tema
yang ditentukan secara individu dan sesuai prinsip prinsip dalam
penyusunan latar belakang
2. Apakah yang anda ketahui tentang Fenomena, gejala dan tema
Penelitian?
3. Bagaimana Langkah Langkah penyusunan Rumusan masalah yang baik
menurut anda?
4. Dari masing masing latar belakang yang telah disusun, Rumusan masalah
apakah yang bisa kalian sampaikan? Berikan juga kritikal pemikiran
sebagai penunjang masalah yang diangkat
5. Susunlah tujuan penelitian berdasarkan variabel penelitian yang akan
anda teliti?
6. Susunlah kerangka teori berdasarkan dengan LB dari no. 1
7. Bagaimana cara anda menentukan sampel penelitian?
8. Sebutkan dan jelaskan jenis tehnik sampling yang anda ketahui

SELAMA
T
MENGE
RJAKAN
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Angka kematian ibu (AKI) adalah salah satu indikator yang dapat

menggambarkan kesejahteraan masyarakat di suatu Negara Menurut data

World Health Organization (WHO), angka kematian ibu di dunia pada tahun

2015 adalah 216 per 100.000 kelahiran hidup atau diperkirakan jumlah

kematian ibu adalah 303.000 kematian dengan jumlah tertinggi berada di

negara berkembang yaitu sebesar 302.000 kematian. Angka kematian ibu di

negara berkembang 20 kali lebih tinggi dibandingkan angka kematian ibu di

negara maju yaitu 239 per 100.000 kelahiran hidup sedangkan di negara maju

hanya 12 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015 (WHO, 2015).

Angka kematian ibu merupakan salah satu target dalam tujuan

pembangunan millenium MDGs 5 yakni menurunkan angka kematian maternal

sebesar ¾ dari angka kematian maternal pada tahun 1999, sebanyak 450 per

100.000 menjadi 102 per 100.000 Kelahiran Hidup pada tahun 2015.

Penurunan angka kematian ibu per 100.000 kelahiran bayi hidup masih terlalu

lamban untuk mencapai target Tujuan Pembangunan Millenium (Millenium

Development Goals/MDGs).

Angka kematian ibu di ASEAN tergolong paling tinggi di dunia. WHO

memperkirakan sementara total AKI dan AKB di ASEAN sekitar 170 ribu dan

1,3 juta per tahun. Sebanyak 98% dari seluruh AKI AKB di kawasan ini terjadi

di Indonesia,Bangladesh, Nepal, dan Myanmar. Indonesia sebagai Negara


berkembang, masih memiliki angka kematian maternal yang cukup tinggi

(WHO, 2008).

AKI di Indonesia menurut Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia

(SDKI) tahun 2012 sebesar 359 per 100.000 kelahiran hidup, meningkat

dibandingkan hasil SDKI tahun 2007sebesar 228 per 100.000 kelahiran hidup.

Penyebab kematian ibu di Indonesia pada tahun antara lain disebabkan

oleh perdarahan, infeksi, abortus, partus lama serta penyebab kematian tidak

langsung seperti penyakit kanker, jantung, tuberculosis atau penyakit lain yang

diderita ibu dimana perdarahan menjadi penyebab kedua tertinggi setelah

penyebab kematian tidak langsung yakni sebesar 30,3% pada tahun 2013

(Kementerian Kesehatan,2014). WHO menyebutkan salah satu penyebab

perdarahan setelah melahirkan ialah perlengketan plasenta (retensio placenta)

(World Health Organization, 2009).

Angka Kematian Ibu di Provinsi Maluku Utara berdasarkan Laporan

Dinas Kesehatan Provinsi Maluku Utara Pada tahun 2019 Kematian ibu

sebanyak 35 kasus kematian atau AKI sebanyak 223 per 100.000 kelahiran

hidup dimana terlihat kecenderungan penurunan kematian dibanding tahun

2018 sebanyak 45 kasus kematian atau AKI sebesar 214 per 100.000 kelahiran

hidup. Kematian ibu terjadi diseluruh kabupaten/kota dengan jumlah kematian

ibu tertinggi terjadi di Kabupaten Halmahera Selatan yaitu 9 kematian serta

terendah di Kab. Halmahera Tengah sebanyak 3 kematian ibu. Meskipun

cenderung menurun namun AKI di Maluku Utara masih cukup tinggi . factor

penyebab tertinggi adalah perdarahan sebanyak 21 kasus (Dinkes Maluku

Utara, 2019).
WHO menyebutkan salah satu penyebab perdarahan setelah melahirkan

ialah perlengketan plasenta (retensio placenta) (World Health Organization,

2009). Perlengketan plasenta (retensio placenta) adalah terlambatnya kelahiran

plasenta melebihi waktu 30 menit setelah bayi lahir, tanpa perdarahan yang

berlebihan. Plasenta harus dikeluarkan karena dapat menimbulkan bahaya

perdarahan dan infeksi (Manuaba, Manuaba, &Manuaba, 2010). Perlengketan

plasenta (retensio placenta) disebabkan karena plasenta

belum lepas dari dinding uterus, atau placenta sudah lepas akan tetapi belum

dilahirkan (Wiknjosastro, 2010). Jika placenta belum lepas sama sekali, tidak

terjadi perdarahan. Namun,jika lepas sebagian, terjadi perdarahan yang

merupakan indikasi untuk mengeluarkannya.Peristiwa ini dapat terjadi karena

plasenta belum lepas dari dinding uterus akibat kontraksi uterus yang kurang

kuat untuk melepaskan plasenta (plasenta adhesive). Selain itu, plasenta

melekat erat pada dinding uterus disebabkan oleh vili korialis menembus

desidua sampai miometrium, sampai di bawah peritoneum (plasenta akreta –

perkreta). Plasenta yang sudah lepas dari dinding uterus akan tetapi belum

keluar, disebabkan oleh tidak adanya usaha untuk melahirkannya atau karena

salah dalam penanganan kala III, sehingga plasenta tertangkap dalam rongga

rahim dan terjadi lingkaran konstriksi pada bagian bawah uterus yang

menghalangi keluarnya plasenta (inkarseratio placenta), (Wiknjosastro, 2010).

Faktor predisposisi lain yang turut memengaruhi terjadinya perlengketan

plasenta menurut Manuaba (2010) adalah umur, paritas,uterus terlalu besar,

jarak kehamilan yang pendek, dan sosial ekonomi. Literatur lainnya

menambahkan pendidikan, riwayat komplikasi persalinan, dan status anemia


sebagai faktor-faktor yang turut berhubungan dengan terjadinya kejadian

retensio plasenta. Studi pendahuluan yang dilakukan pada tahun 2021 di

Puskesmas Perawatan Nusa Jaya mengenai kasus retensio plasenta, didapatkan

jumlah kasus retensio plasenta yaitu sebesar 6 kasus dari 110 persalinan

pervaginam. Berdasarkan masalah-masalah tersebut peneliti tertarik ingin

melakukan penelitian mengenai “Faktor-faktor yang Berhubungan dengan

Kejadian Retensio Plasenta di Puskesmas Perawatan Nusa Jaya”.

2. Apakah yang anda ketahui tentang Fenomena, gejala dan tema Penelitian?

a. Fenomena bukanlah masalah penelitian, akan tetapi gejala (symptoms) atau

kenyataan yang mengindikasikan adanya masalah yang perlu diteliti.

b. Gejala merupakan suatu konsep yang diharapkan peneliti mampu secara

abstrak memformulasikan pemikirannya ke dalam konsep secara jelas

dalam kaitannya dengan penyederhanaan beberapa masalah yang berkaitan

satu dengan yang laiinya. Hal ini karena pada dasarnya penelitian

merupakan usaha untuk mengetahui data atau gejala sebagaimana adanya.

c. Tema Penelitian adalah subjek penelitian atau rumusan masalah yang

menarik minat peneliti saat melakukan penelitian.

3. Bagaimana Langkah Langkah penyusunan Rumusan masalah yang baik

menurut anda?

a. Menemukan fenomena social yang unik, menarik, dan mengandung

masalah

b. Menjelaskan argument mengapa hal tersebut dianggap sebagai masalah


c. Merumuskan pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan masalah

tersebut.

d. Memilih satu atau lebih pertanyaan-pertanyaan yang dianggap penting

untuk dijawab melalui penilitian yang hendak dilaksnakan.

4. Dari masing masing latar belakang yang telah disusun, Rumusan masalah

apakah yang bisa kalian sampaikan? Berikan juga kritikal pemikiran sebagai

penunjang masalah yang diangkat !

Rumusan masalah yang diangkat dalam latar belakang di atas adalah sebagai

berikiut:

Penyebab kematian ibu di Indonesia pada tahun antara lain disebabkan

oleh perdarahan, infeksi, abortus, partus lama serta penyebab kematian tidak

langsung seperti penyakit kanker, jantung, tuberculosis atau penyakit lain yang

diderita ibu dimana perdarahan menjadi penyebab kedua tertinggi setelah

penyebab kematian tidak langsung yakni sebesar 30,3% pada tahun 2013

(Kementerian Kesehatan,2014). WHO menyebutkan salah satu penyebab

perdarahan setelah melahirkan ialah perlengketan plasenta (retensio placenta)

(World Health Organization, 2009).

Faktor predisposisi lain yang turut memengaruhi terjadinya perlengketan

plasenta menurut Manuaba (2010) adalah umur, paritas,uterus terlalu besar,

jarak kehamilan yang pendek, dan sosial ekonomi. Literatur lainnya

menambahkan pendidikan, riwayat komplikasi persalinan, dan status anemia

sebagai faktor-faktor yang turut berhubungan dengan terjadinya kejadian

retensio plasenta.. Berdasarkan uraian latar belakang masalah tersebut, maka

penulis merumuskan masalah penelitian sebagai berikut: “Faktor-faktor apa


sajakah yang berhubungan dengan kejadian Retensio plasenta di Puskesmas

Perawatan Nusa Jaya?”

Menurut pendapat saya masalah tersebut diangkat karena masih tingginya

angka kematian ibu yang mana disebabkan oleh perdarahan setelah melahirkan,

didukung dengan data WHO yang menyatakan bahwa penyebab perdarahan

tertinggi adalah retensio plasenta, sehingga saya tertarik untuk mengankat

masalah ini, sehingga menjadi bahan evaluasi bagi saya selaku tenaga bidan

dan sebagai bahan penyuluhan pada ibu hamil agar mengetahui factor-faktor

penyebab retensio plasenta, sehingga pencegahan dan penanganan secara dini

dapat dilakukan sehingga dapat mencegah angka kesakitan maupun angka

kematian ibu.

5. Susunlah tujuan penelitian berdasarkan variabel penelitian yang akan anda

teliti?

1. Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui factor-faktor apa sajakah yang

berhubungan dengan kejadian retensio plasenta di Puskesmas Perawatan

Nusa Jaya

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui hubungan usia dengan kejadian retensio plasenta.

b. Mengetahui hubungan paritas dengan kejadian retensio plasenta.

c. Mengetahui hubungan seksio sesaria dengan kejadian retensio plasenta.

d. Mengetahui faktor yang paling mempengaruhi kejadian retensio

plasenta

6. Susunlah kerangka teori berdasarkan dengan LB dari no. 1


Faktor Predisposisi Retensio Plasenta

1. Usia Ibu
2. Paritas Perdarahan Post Partum
3. Uterus terlalu besar
7. Bagaimana cara anda menentukan
4. Jarak kehamilan yang sampel penelitian?
pendek
a. Mendefinisikan
5. Sosial Ekonomipopulasi yang akan diamati
Mortalitas
6. Anemia
b. Menentukan kerangka sampel dan kumpulan semua peristiwa yang dapat

terjadi.

c. Menentukan teknik atau metode sampling yang tepat

d. Melakukan pengambilan sampel (pengumpulan data)

e. Melakukan pemeriksaan ulang pada proses sampling

8. Sebutkan dan jelaskan jenis tehnik sampling yang anda ketahui!

secara garis besar metode pengambilan sampel terbagi menjadi dua yaitu:

a. probability sampling (random sampel) yaitu teknik pengambilan

sampel secara acak terdiri dari :

1. Pengambilan Sampel Acak Sederhana (Simple Random Sampling)

Jenis ini melakukan pengambilan sampel secara acak melalui cara yang

sederhana seperti pengundian atau menggunakan pendekatan bilangan

acak. Kelebihan penggunaan metode ini yaitu dapat mengurangi bias

atau kecenderungan berpihak pada anggota populasi tertentu dan dapat

mengetahui adanya kesalahan baku (standard error) dalam penelitian.

2. Pengambilan Sampel Acak Sistematis (Systematic Random


Sampling)

Pengambilan sampel pada teknik ini menetapkan sampel awal secara

acak kemudian sampel selanjutnya dipilih secara sistematis berdasarkan


pola tertentu. Pola umum dari teknik ini adalah mengambil bilangan

kelipatan dari jumlah anggota populasi dengan jumlah sampel yang

akan diambil.

Misalnya, diambil sampel dari populasi dengan jumlah 40 orang yang

akan masuk ke sebuah ruangan. Setiap orang yang m

asuk ke urutan dari kelipatan 4 akan diambil sebagai sampel, artinya

orang ke-4, 8, 12, 16 dan seterusnya akan dijadikan sampel penelitian

hingga 40 populasi.

3. Pengambilan Sampel Acak Berstrata (Stratified Random Sampling)

Teknik pengambilan sampel ini melakukan penentuan sampel penelitian

dengan menetapkan pengelompokan anggota populasi dalam

kelompok-kelompok tingkatan tertentu seperti tingkat tinggi, sedang,

dan rendah. Misalnya penelitian masyarakat terhadap partisipasi

pemilihan umum yang dikelompokkan berdasarkan usia pemilih.

Tingkatan dari kelompok tersebut akan ditentukan dari usia yang paling

rendah hingga ke yang paling tinggi atau sebaliknya.

4. Pengambilan Sampel Acak Berdasar Area atau Wilayah (Cluster


Random Sampling)

Teknik pengambilan sampel ini menentukan sampel berdasar kelompok

wilayah dari anggota populasi penelitian. Pada teknik ini subyek

penelitian akan dikelompokkan menurut area atau tempat domisili

anggota populasi.
b. non-probability sampling (non-random sampel) teknik pengambilan

tidak acak. Antara lain sebagai berikut :

1. Purposive Sampling

Teknik purposive sampling adalah teknik penentuan sampel yang

didasarkan pada pertimbangan peneliti mengenai sampel-sampel

mana yang paling sesuai, bermanfaat dan dianggap dapat mewakili

suatu populasi (representatif).Teknik pengambilan sampel ini

cenderung lebih tinggi kualitas sampelnya. Karena peneliti telah

membuat kisi atau batas berdasarkan kriteria tertentu yang akan

dijadikan sampel penelitian. Misal seperti didasarkan pada ciri

demografi, gender, jenis pekerjaan, umur dan lain sebagainya. Teknik

ini termasuk teknik pengambilan sampel yang cukup sering digunakan

dalam penelitian.

2. Snowball Sampling

Biasa dikenal juga dengan teknik pengambilan sampel bola salju.

Teknik ini menentukan sampel berdasarkan wawancara dengan

sampel sebelumnya atau dengan cara korespondensi. Melakukan

pengambilan sampel dengan teknik ini artinya kita bisa meminta

informasi dari sampel pertama untuk mendapatkan sampel

berikutnya, demikian secara terus menerus hingga akhirnya seluruh

kebutuhan sampel penelitian dapat terpenuhi.

3. Accidental Sampling
Sesuai dengan namanya, teknik pengambilan sampel jenis ini

menentukan sampel secara tidak sengaja (accidental). Peneliti akan

mengambil sampel pada orang yang kebetulan ditemuinya pada saat

itu. Misalnya penelitian dilakukan pada populasi pelanggan toko A,

peneliti cukup menunggu di depan toko A lalu menetapkan sampel

kepada siapapun orang yang melakukan transaksi jual-beli di toko A

tanpa melihat umur, gender, profesi, dan lain sebagainya.

4. Quota Sampling

Teknik pengambilan sampel ini dilakukan dengan menentukan kuota

atau jumlah dari sampel penelitian terlebih dahulu. Prinsip

penentuannya sama dengan accidental sampling. Tetapi peneliti

menetapkan terlebih dahulu jumlah sampel yang akan diperlukan.

Anda mungkin juga menyukai