Anda di halaman 1dari 26

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Masa nifas adalah masa enam minggu sejak bayi lahir sampai organ-organ
reproduksi kembali ke keadaan normal sebelum hamil (Bobak, Lowdermilk, &
Jensen, 2004, hlm.492). Banyak perubahan-perubahan anatomi dan fisiologi pada
ibu masa nifas, misalnya serviks uteri, vagina, perineum, organ otot panggul, dan
uterus (Maryunani, 2009, hlm.5-14). Masa nifas merupakan masa yang rawan
karena ada beberapa risiko yang mungkin terjadi pada masa itu, antara lain :
anemia, pre eklampsia/ eklampsia, perdarahan post partum, depresi masa nifas,
dan infeksi masa nifas. Menurut data,diantara resiko tersebut ada dua yang paling
sering mengakibatkan kematian pada ibu nifas, yakni infeksi dan perdarahan.
World Health Organization menyebutkan bahwa angka kematian ibu
(AKI) di negara berkembang masih tinggi 500 per 100.000 kelahiran hidup.
Berdasarkan data World Health Organization (WHO) dinegara berkembang
bahwa jumlah kematian ibu dalam masa kehamilan, persalinan, dan masa nifas
tahun 2009 sebanyak 2650 orang (WHO, 2009). Kematian ibu (maternal death)
menurut definisi WHO adalah kematian selama kehamilan atau dalam periode 42
hari setelah berakhirnya kehamilan, akibat semua sebab yang terkait dengan atau
diperberat oleh kehamilan atau penanganannya, tetapi bukan disebabkan oleh
kecelakaan/cedera. Penyebab utama kematian ibu berhubungan dengan
komplikasi obstetrik selama masa kehamilan, persalinan dan masa nifas (post-
partum) adalah Mayoritas penyebab kematian ibu.
Angka Kematian Ibu (AKI) masih sangat tinggi di Indonesia. Setiap
tahun, sekitar 20.000 ibu di Indonesia meninggal akibat komplikasi kehamilan
atau persalinan. Sebanyak 259 ibu meninggal dunia pada setiap 100.000 kelahiran
hidup. Angka itu lebih dari sepuluh kali AKI Malaysia (19) dan Sri Lanka (24).
Target Pemerintah adalah menurunkan angka kematian ibu menjadi 102 per
100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015 (Dianani, 2008). Angka Kematian Ibu
(AKI) di Indonesia masih termasuk yang tinggi dibandingkan negaranegara di
asia misalnya Thailand dengan AKI 130/100.000 KH. Data SDKI tahun 2007
mencatat AKI di Indonesia mencapai 228 per 100.000 Kelahiran Hidup (KH).
Walaupun angka ini dipandang mengalami perbaikan dibanding tahun tahun
1
2

sebelumnya, Target Millenium Development Goals (MDGs) yaitu menurunkan


AKI menjadi 102/100.000 (KH) pada tahun 2015 masih memerlukan upaya
khusus dan kerja keras dari seluruh pihak baik Pemerintah, sektor swasta maupun
masyarakat. AKI yang tinggi menunjukkan rawannya derajat kesehatan ibu
(SDKI, 2009). Penyebab kematian ibu di Indonesia meliputi penyebab obstetri
langsung yaitu perdarahan (28%), preeklamsi/eklamsi (24%), infeksi (11%),
sedangkan penyebab tidak langsung adalah trauma obstetri (5%) dan lain– lain
(11%).Diperkirakan 60% kematian ibu terjadi setelah kehamilan dan 50%
kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama, dimana penyebab utamanya
adalah perdarahan pasca persalinan.Berdasarkan penyebab terjadi perdarahan
adalah atonia uteri (50-60%), retensio plasenta (16-17%), sisa plasenta (23-24%),
laserasi jalan lahir (4-5%), kelainan darah (0,5- 0,8%). Faktor predisposisi
terjadinya atonia uteri adalah uterus tidak berkontraksi, lembek, terlalu regang
dan besar, kelainan pada uterus seperti mioma uteri dan solusio plasenta.
Pada tahun 2012 di Provinsi Banten, jumlah kematian ibu sebanyak 90
orang, dimana jumlah tertinggi adalah di Kabupaten Serang sebanyak 28 orang
sedangkan di Kabupaten Lebak sendiri sebanyak 12 orang dengan kasus
terbanyak yaitu komplikasi nifas. Salah satu komplikasi nifas adalah proses
involusi yang tidak berjalan dengan baik, yang disebut sub involusi yang akan
menyebabkan perdarahan dan kematian ibu (Dinkes, 2015).
Cara Untuk menurunkan angka morbiditas pada masa post partum selain
mobilisasi dini salah satu cara untuk mempercepat involusi uterus yaitu dengan
melakukan senam nifas yang bertujuan merangsang otot-otot rahim agar
berfungsi secara optimal sehingga diharapkan tidak terjadi perdarahan post
partum dan mengembalikan rahim pada posisi semula. Manfaat senam nifas
adalah memulihkan kembali kekuatan otot dasar panggul, mengencangkan otot-
otot dinding perut dan perineum, membentuk sikap tubuh yang baik dan
mencegah terjadinya komplikasi. Komplikasi yang dapat dicegah sedini mungkin
dengan melaksanakan senam nifas adalah perdarahan post partum. Saat
melaksanakan senam nifas terjadi kontraksi otot - otot perut yang akan membantu
proses involusi. Pada kenyataannya banyak ibu nifas yang tidak melakukan
senam nifas karena ada tiga alasan. Pertama, karena tidak tahu bagaimana senam
nifas. Kedua, karena terlalu bahagia dan yang dipikirkan hanya si kecil. Ketiga,
karena alasan sakit. Menurut Oeswari (1999), senam nifas atau senam pasca
3

melahirkan lebih baik dilakukan langsung setelah persalinan (dengan kondisi ibu
sehat, yaitu biasanya enam jam pasca melahirkan) (Maryunani & Sukaryati,
2011, hlm.91).
Senam nifas sebaiknya dilakukan dalam waktu 24 jam setelah melahirkan,
secara teratur setiap hari. Setelah 6 jam persalinan normal atau 8 jam setelah
operasi sesar, ibu sudah boleh melakukan mobilisasi dini, termasuk senam nifas.
Melakukan senam nifas akan mempengaruhi kebutuhan otot terhadap oksigen
yang mana kebutuhan akan meningkat, berarti memerlukan aliran darah yang
kuat seperti otot rahim. Dengan dilakukan senam nifas akan merangsang
kontraksi rahim, sehingga kontraksi uterus akan semakin baik, pengeluaran lokia
akan lancar yang akan berpengaruh terhadap proses involusi rahim (Sjaharudin,
2006).
Dari hasil penelitian Masruroh (2012), menunjukan bahwa pengaruh
senam nifas dengan penurunan tinggi fundus uteri maka diharapkan pada Institusi
dan petugas kesehatan selama ibu berada di puskesmas. Lalu diberikan buku
panduan melaksanakan senam nifas lanjutan untuk di rumah dan jadwal
pelaksanaan senam yang sesuai dengan ketentuan. Untuk mengefektifkan senam
bisa dilibatkan anggota keluarga yang terdekat sehingga bisa mengingatkan
kepada ibu post partum dalam pelaksanaan senam nifas. Bahadoran (2006)
menyatakan bahwa senam nifas mempengaruhi aspek fisik guna meningkatkan
kualitas hidup ibu post partum. Terdapat pengaruh yang signifikan pada
kelompok ibu yang melakukan latihan fisik terhadap kesejahteraan fisik ibu post
partum. Latihan fisik teratur merupakan faktor penting untuk menjaga kesehata
fisik juga mempertahankan fungsi dan kekuatan otot secara maksimal termasuk
organ reproduksi.
Media pembelajaran dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran
yang pada akhirnya diharapkan dapat mempertinggi hasil belajar yang dicapai
oleh peserta didik. Peningkatan proses dan hasil belajar merupakan tingkat
berfikir peserta didik atau manusia mengikuti tahap perkembangan yang diawali
dengan berfikir kongkret menuju berfikir abstrak, dari berfikir sederhana menuju
pemikiran yang kompleks (Daryanto, 2010).
Berdasarkan latar belakang diatas, maka perlu dilakukan penelitian
dengan judul “Efektifitas Media Pembelajaran Video Terhadap Keterampilan
4

Melakukan Senam Nifas pada Ibu Nifas di Wilayah kerja Puskesmas Mandala
Rangkasbitung“.

1.2 Perumusan Masalah


Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah Ada Efektifitas Media
Pembelajaran Video Terhadap Keterampilan Melakukan Senam Nifas pada Ibu
Nifas di Wilayah kerja Puskesmas Mandala Rangkasbitung?”.
5

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Media Pembelajaran


Media secara harfiah diartikan sebagai perantara atau pengantar yang
diperoleh dari bahasa latin dan merupakan jamak dari kata medium, yang berarti
sesuatu yang diletakkan di tengah. Penggunaan media sering dijumpai dalam
berbagai kegiatan seperti proses belajar mengajar, seminar, rapat, dan kegiatan
ceramah lainnya. Media juga dapat sebagai perantara atau menghubungkan antara
sumber pesan dengan penerima pesan atau informasi sehingga media dapat juga
diartikan sebagai perantara atau penghubung antara dua pihak (Anitah, 2011).
Brets tahun 1977 dalam Anitah (2011) juga mengemukakan pendapat lain bahwa
secara penempatan media berada ditengah-tengah yang mengantarkan semua
pihak yang memerlukan terjadinya suatu interaksi dan membedakan antara media
komunikasi dan alat bantu komunikasi.
Media sebagai sarana komunikasi, yang berperan sebagai penyalur pesan
misalnya: film, televisi, diagram, media cetak dan komputer (Heinich et al.
2005). Media pembelajaran dapat mempengaruhi efektivitas pembelajaran seperti
membangkitkan dorongan peserta didik untuk belajar dan rangsangan kegiatan
belajar serta membawa pengaruh psikologis terhadap peserta didik, bahkan media
pembelajaran membantu meningkatkan penyerapan peserta didik terhadap materi
karena penyajian data yang dapat diandalkan sehingga memudahkan dalam
menginterpretasikan data serta memfokuskan informasi pengetahuan (Arsyad,
2006).

2.2 Media Video


Media pembelajaran video merupakan media pendidikan yang
mengandung unsur audio dan unsur visual, sehingga memberikan informasi yang
jelas terhadap pesan yang disampaikan. Pesan yang disampikan dapat berupa
fakta, bersifat informatif edukatif maupun instruksional (Sardiman, 2002).
Kelebihan media video yaitu dapat menunjukkan kembali gerakan-
gerakan, pesan-pesan dengan menggunakan efek tertentu sehingga dapat
memperkokoh proses pembelajaran. Siswa memperolah isi, susunan yang utuh
dari materi pembelajaran yang digunakan secara interaktif dengan buku kerja,
5
6

buku petunjuk, buku teks atau benda lain yang biasanya ada di lapangan. Proses
pembelajaran dapat berlangsung secara mandiri dengan kecepatan masing-masing
dengan adanya media video.
Dapat digunakan dengan waktu yang bersamaan dengan lokasi yang
berbeda dengan cara menempatkan monitor di kelas-kelasdengan media video
dan materi yang sama. Media video dapat menarik perhatian penonton,
menghemat waktu dan dapat diputar berulang kali tanpa merubah isi materi
(Sardiman, 2002).
Menurut Sardiman (2002) kelemahan video adalah menggunakan listrik,
memerlukan peralatan yang mahal dan kompleks,perhatian penonton sulit
dikuasai, partisipasi jarang diperhatikan. Kurang mampu menampilkan detail dari
obyek yang disajikan secara sempurna.

2.3 Media Slide Presentasi


2.3.1 Definisi
 Media slide atau film bingkai adalah media visual yang diproyeksikan
melalui alat yang disebut dengan proyektor slide. Slide atau film bingkai terbuat
dari film positif yang kemudian diberi bingkai yang terbuat dari karton atau
plastik. Film positif yang biasa digunakan untuk film slide adalah film positif
yang ukurannya 35 mm dengan ukuran bingkai 2 x 2 inchi. Sebuah program slide
biasanya terdiri atas beberapa bingkai yang banyaknya tergantung pada bahan/
materi yang akan disampaikan.
Program visual dapat dikombinasikan dengan suara yang dikenal dengan
film bingkai bersuara. Program kombinasi film bingkai bersuara pada umumnya
berkisar antara 10 sampai 30 menit dengan jumlah gambar yang bervariasi dari
10 sampai 100 buah lebih. Berbeda dengan gambar yang disertai suara rekaman
waktu tayangnya sudah tertentu, gambar yang tidak disertai suara dapat
ditayangkan seberapa lama pun sesuai dengan kebutuhan dan isi pesan dan
informayang ingin disampaikan melalui gambar tersebut.

2.3.2     Kelebihan dan Kelemahan Media Slide


Kelebihan Media Slide, antara lain sebagai berikut :
1) Membantu menimbulkan pengertian dan ingatan yang kuat pada pesan
yang disampaikan dan dapat dipadukan dengan unsur suara.
7

2) Merangsang minat dan perhatian siswa dengan warna dan gambar yang
kongkrit.
3) Program slide mudah direvisi sesuai dengan kebutuhan, karena filmnya
terpisah-pisah.
4) Penyimpanannya mudah karena ukurannya kecil. Urutan gambar (film
bingkai) dapat diubah-ubah sesuai dengan kebutuhan.
5) Isi pelajaran yang sama terdapat dalam gambar-gambar film bingkai dapat
disebarkan dan digunakan tempat secara bersamaan.
6) Gambar pada film bingkai tertentu dapat ditayangkan lebih lama dan
dengan demikian dapat menarikperhatian dan membangun persepsi siswa
yang sama terhadap konsep atau pesan yang ingin disampaikan.
7) Film bingkai dapat ditayangkan pada ruangan masih terang (tidak terlalu
benar-benar gelap). Jika tidak terdapat layar khusus, dinding pun dapat
dijadikan tempat proyeksi gambar.
8) Film bingkai dapat menyajikan gambar dan grafik untuk berbagai bidang
ilmu kepada kelompok atau perorangan dengan usia yang tidak terbatas.
9) Film bingkai dapat digunakan sendiri atau digabung dengan suara /
rekaman. Baik film bingkai bersuara maupun yang tidak, dapat diubah.
10) Film bingkai dapat menyajikan peristiwa masa lalu atau peristiwa di
tempat lain. Di samping itu, dengan film bingkai, objek yang besar,
berbahaya, atau terlalu kecil untuk dilihat dengan mata dapat ditayangkan
dengan jelas.

2.3.3 Kelemahan Media Slide, antara lain sebagai berikut :


1) Memerlukan penggelapan ruangan untuk memproyeksikannya.
2) Pembuatannya memerlukan waktu yang cukup lama, jika program yang
dibuatnya cukup panjang.
3) Memerlukan biaya yang boleh dikatakan besar.
4) Hanya dapat menyajikan gambar yang diam (geraknya terbatas walaupun
dengan menggunakan lebih dari sebuah proyektor.Gambar dan grafik
visual yang disajikan tidak bergerak sehingga daya tariknya tidak sekuat
dengan televisi atau film. Oleh karena itu, visualisasi objek atau proses
yang bergerak akan kurang efektif bila disajikan melalui media film
bingkai.
8

5) Film bingkai terlepas-lepas,dan ini merupakan suatu titik keunggulan


sekaligus kelemahannya, karena memerlukan perhatian untuk
penyimpanannya agar film-film itu tidak hilang atau tercecer.
6) Meskipun biaya produksinya tidak terlihat mahal, film bingkai masih
memerlukan biaya lebih besar daripada pembuatan media foto, gambar,
grafik, yang tidak diproyeksikan.

2.3.4 Prinsip Dasar Membuat Slide


Ada beberapa prinsip dasar yang harus dipenuhi ketika membuat slide.
Jika hal ini dilakukan, maka slide akan menjalankan fungsinya sebagai alat
bantu, bukan sebagai pengganggu yang mengalihkan perhatian audiens dari
presentasi itu sendiri. Berikut adalah prinsip-prinsip tersebut:
1) Simpel
Slide yang simpel, sederhana, dan tepat sasaran adalah yang terbaik.
Dengan slide seperti ini, Anda punya banyak keleluasaan untuk
memberikan penjelasan. Semakin rumit sebuah slide, maka audiens akan
membutuhkan tambahan waktu hanya untuk mengerti slide tersebut. Dan
bisa jadi kesulitan Anda dalam menjelaskan slide tersebut menjadi
pengganggu presentasi.
2) Perlu atau Tidak?
Untuk setiap lembar slide yang akan dibuat, tanyakan pada diri Anda
apakah slide tersebut perlu? Apakah cukup 5 slide saja daripada 10 slide?
Apakah slide yang satu dan yang lainnya dapat digabungkan? Apakah slide
ini dapat digantikan dengan penjelasan singkat kepada audiens? Sering-
seringlah mempertanyakan hal ini dan Anda hanya akan membuat slide
yang benar-benar efektif dan efisien.
3) Latar belakang dan Font mudah dibaca
Dengan beragamnya latar belakang slide yang dapat Anda gunakan dan
ribuan font yang tersedia, ada kalanya kita tergoda untuk bereksperimen
dengan bermacam pilihan. Hal tersebut boleh-boleh saja selama kombinasi
latar belakang dan font yang digunakan mudah dibaca oleh audiens. Dalam
beberapa training presentasi yang saya ikuti, banyak yang menganjurkan
background biru gelap dengan font berwarna kuning dengan alasan kontras
9

yang baik dan tidak cepat melelahkan mata. Saya sendiri kadangkala juga
sering menggunakan background berwarna terang dengan teks yang gelap.
4) Untuk pemilihan font disarankan maksimum 2 dalam sebuah slide dan
bahkan dalam keseluruhan presentasi Anda. Mengapa demikian? Semakin
banyak font maka semakin lelah audiens ketika melihatnya. Selain itu font
yang terlalu banyak membuat audiens bingung terhadap konsistensi
presentasi Anda dan hubungan antara slide yang satu dengan slide
berikutnya. Font yang baik untuk presentasi adalah yang tidak
menggunakan banyak hiasan pada ujung hurufnya seperti: Arial, Verdana,
Trebuchet. Font yang menggunakan hiasan dapat digunakan sebagai judul
slide atau teks-teks pendukung yang bukan merupakan body text.
5) Maksimum 7 baris teks
Jika Anda menjelaskan beberapa item dalam format bullet point, pastikan
jumlahnya tidak lebih dari 7 dalam sebuah slide. Mengapa? Jumlah yang
banyak akan membuat font menjadi lebih kecil sehingga sulit dibaca. Selain
itu, bukankah slide digunakan sebagai ringkasan? Karenanya jika ada item
yang lebih dari 7, usahakan dikurangi dan ringkaskan.
6) Gambar, grafik, dan diagram
Dalam presentasi, Anda akan mengandalkan kemampuan presentasi Anda
sendiri dibantu slide presentasi sebagai pendamping. Ada satu kekuatan
yang dimiliki slide yang tidak ada pada presenter paling handal sekalipun
yakni menjelaskan sesuatu dengan gambar. Ya, sebuah gambar yang tepat
dapat mewakili ribuan kata jika harus dijelaskan. Karenanya manfaatkan
dan gunakan gambar, grafik maupun diagram.
Gambar yang dipakai dalam slide harus relevan dengan isinya dan
membantu memahami presentasi dalam konteks yang Anda harapkan.
Jangan malah mengalihkan perhatian audiens ketika mereka bingung
menghubungkan antara maksud gambar yang tampil dengan isi presentasi
Anda.
Penggunaan grafik juga perlu perhatian sendiri. Ada berbagai jenis grafik
mulai dari bar, pie chart, line, dan kombinasinya. Pemilihan jenis grafik
yang benar akan memberikan dampak besar pada kemudahan audiens untuk
mengerti isi presentasi Anda
10

Grafik bar adalah paling umum dan cocok digunakan untuk menjelaskan
pertumbuhan dalam kurun waktu tertentu. Grafik pie cocok untuk
menjelaskan perbandingan proporsi antara beberapa hal yang dibandingkan.
Karena bentuknya seperti kue yang bulat, audiens dengan mudah bisa
membuat asosiasi besar kue untuk membandingkan antara satu hal dengan
lainnya. Grafik line cocok untuk menggambarkan trend perbandingan
beberapa item sekaligus. Untuk penggunaan grafik ini, saya akan coba
mengulasnya secara lebih mendalam.
Adapun diagram akan sangat membantu ketika Anda menjelaskan langkah-
langkah proses kerja dan hubungannya satu sama lain. Manfaakan hal ini
untuk memudahkan audiens memahami bagian yang sulit dari presentasi
7) Gunakan kombinasi warna yang cukup
Keunggulan lainnya dari slide adalah Anda dapat menggunakan berbagai
pilihan warna. Gunakan beberapa warna yang memiliki kontras cukup dan
konsisten dalam slide Anda. Jangan gunakan warna yang berbeda-beda di
setiap slide karena akan sangat mengganggu dan membuat Anda tampil
tidak profesional.
(Dedi, 2011)
2.4 Keterampilan
Keterampilan adalah kemampuan individu untuk melaksanakan tindakan
yang diawali dengan menerima pengalaman belajar tertentu. Keterampilan
menunjukkan perilaku atau perubahan tertentu dengan makna yang terkandung
dalam aktifitas mental atau otak seseorang yang pada dasarnya merupakan tahap
lanjutan dari hasil belajar kognitif (memahami sesuatu) dan hasil belajar afektif
(Sudijono cit Ludfimayanasari 2004). Pengetahuan, sikap, dan ketersedian
fasilitas serta perilaku para petugas kesehatan sebagai fasilitator merupakan
komponen-komponen yang dapat menentukan Keterampilan seseorang
(Notoatmodjo, 2007).
Beberapa pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa keterampilan
merupakan kemampuan seseorang dalam bertindak setelah terlebih dahulu
memperoleh pengetahuan dan sikap. Pengetahuan adalah hasil dari tahu yang
diawali dengan melakukan pengindraan terhadap suatu obyek tertentu
(Notoatmodjo, 2007).
11

2.5 Senam Nifas


2.5.1 Pengertian senam nifas
Senam nifas adalah latihan gerak yang dilakukan secepat mungkin oleh
ibu setelah melahirkan supaya otot-otot yang mengalami peregangan selama
kehamilan dan persalinan dapat kembali kepada kondisi normal seperti semula.
(Astuti, 2015)
2.5.2 Waktu pelaksanaan
Senam nifas sebaiknya dilakukan dalam waktu 24 jam setelah melahirkan,
secara teratur setiap hari. Setelah 6 jam persalinan normal atau 8 jam setelah
operasi sesar, ibu sudah boleh melakukan mobilisasi dini, termasuk senam nifas.
Melakukan senam nifas akan mempengaruhi kebutuhan otot terhadap oksigen
yang mana kebutuhan akan meningkat, berarti memerlukan aliran darah yang
kuat seperti otot rahim. Dengan dilakukan senam nifas akan merangsang
kontraksi rahim, sehingga kontraksi uterus akan semakin baik, pengeluaran
lokia akan lancar yang akan berpengaruh terhadap proses involusi rahim
(Sjaharudin, 2006).
2.5.3 Tujuan senam nifas
Senam nifas yang bertujuan merangsang otot-otot rahim agar berfungsi
secara optimal sehingga diharapkan tidak terjadi perdarahan post partum dan
mengembalikan rahim pada posisi semula. (Astuti, 2015)
2.5.4 Manfaat senam nifas
Manfaat senam nifas adalah memulihkan kembali kekuatan otot dasar
panggul, mengencangkan otot-otot dinding perut dan perineum, membentuk
sikap tubuh yang baik dan mencegah terjadinya komplikasi. (Astuti, 2015)
12

BAB III
TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

3.1 Tujuan Penelitian


3.1.1 Tujuan Umum
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Efektifitas Media
Pembelajaran Video Terhadap Keterampilan Melakukan Senam Nifas pada Ibu
Nifas di Wilayah kerja Puskesmas Mandala Rangkasbitung.
3.1.2 Tujuan Khusus
a. Diketahuinya Distribusi frekuensi variabel umur, paritas, riwayat
persalinan, pendidikan, pekerjaan responden
b. Diketahuinya nilai keterampilan ibu nifas dalam melakukan senam nifas
sebelum dan sesudah diberikan media pembelajaran menggunakan Video
c. Diketahuinya Efektifitas antara media Pembelajaran Video terhadap
keterampilan melakukan senam nifas pada ibu nifas

3.2 Manfaat Penelitian


3.2.1 Teoritis
Sebagai bahan informasi dan tambahan kepustakaan dalam penelitian
selanjutnya khususnya tentang Efektifitas Media Pembelajaran Video
Terhadap Keterampilan Melakukan Senam Nifas pada Ibu Nifas
3.2.2 Aplikatif
a. Puskesmas
Sebagai bahan informasi dan evaluasi mengenai Efektifitas Media
Pembelajaran Video Terhadap Keterampilan Melakukan Senam Nifas pada
Ibu Nifas sebagai penunjang Program Kesehatan Ibu dan Anak di
Puskesmas.
b. Bagi Instansi Pendidikan
Sebagai referensi dalam kegiatan Proses Belajar Mengajar khususnya Mata
Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui Jurusan Kebidanan
c. Bagi Peneliti Selanjutnya
Hasil penelitian ini dapat dipergunakan sebagai bahan untuk penelitian
lebih lanjut yang belum tercakup dalam penelitian ini serta pengembangan
dalam pengabdian masyarakat bagi dosen.
13

BAB IV
METODE PENELITIAN

4.1 Kerangka Konsep :


Gambar 4.1 Kerangka Konsep

Media Pembelajaran
Video Keterampilan melakukan
senam nifas

1. Umur
2. Paritas
3. Riwayat persalinan
4. Pendidikan
5. Pekerjaan

4.2 Hipotesis Penelitian


Terdapat Efektifitas Media Pembelajaran Video Terhadap Keterampilan
Melakukan Senam Nifas pada Ibu Nifas.

4.3 Definisi Oprasional

Definisi Operasional bermanfaat untuk mengarahkan kepada pengukuran


atau pengamatan terhadap variabel-variabel yang bersangkutan serta
pengembangan instrumen (alat ukur). Definisi Operasional dibutuhkan untuk
membatasi ruang lingkup atau pengertian variabel-variabel yang diamati/diteliti.
(Notoatmodjo, 2005). Adapun definisi operasional yang akan diteliti sebagai
berikut :
14

Tabel 4.1
Definisi Operasional

Definisi Cara Alat Skala


No Variabel Hasil Ukur
Operasional Ukur Ukur Ukur
1 Keterampil kemampuan Observasi Lemb 1. Kurang Ordinal
an individu untuk ar Terampil (score
melakukan melakukan ceklist < 75)
senam senam nifas yang /daftar 2. Terampil (score
nifas diawali dengan tilik >75)
menerima
pengalaman
belajar tertentu.
2 Media Media Observasi - Ordinal
pembelajar pendidikan yang
an Video mengandung
unsur audio dan
unsur visual,
sehingga
memberikan
informasi yang
jelas terhadap
pesan yang
disampaikan.
3 Media media visual Observasi - Ordinal
pembelajar yang
an Slide diproyeksikan
Presentasi melalui alat
yang disebut
dengan
proyektor slide.

4.4 Desain Penelian


Jenis penelitian ini adalah eksperimen semu (quasi experimental) dengan
rancangan non-randomized pre-test-post-test group design (Creswel.JW: 242).
Pada penelitian ini komposisi ibu nifas pada kedua kelompok yang telah dipilih
dalam penelitian tidak memungkinkan untuk dirubah, dimana peneliti
menggunakan kelompok yang telah dibuat, sehingga penelitian ini disebut
sebagai penelitian eksperimen semu (quasi) atau disebut juga Quasi-experiments.
Pelaksanaan penelitian terdiri dari tiga tahap, pertama dilakukan survey
kepada ibu nifas terkait proses pembelajaran senam nifas, kedua secara paralel
pada ibu nifas dikenalkan dan dilatih keterampilan melakukan senam nifas baik
15

menggunakan video maupun Slide Presentasi selama 2 minggu. Tahap ketiga


dilakukan evaluasi keterampilan ibu nifas baik pada kelompok perlakuan maupun
kelompok kontrol. Penilaian keterampilan dilakukan oleh dosen dengan blinded
examination yaitu dosen yang memberikan penilaian tidak mengetahui responden
yang dinilai termasuk dalam kelompok perlakuan atau kelompok kontrol.
Gambar.4.2
Desain Penelitian

Kelompok Perlakuan
Pembelajaran dengan media video (O)
Ibu Nifas
Keterampilan melakukan senam nifas

Kelompok Kontrol

Ibu Nifas
Pembelajaran dengan media Slide (X) Keterampilan melakukan senam nifas
b

4.5 Populasi dan Sampel Penelitian


(a) Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti
(Notoatmojo, 2005). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu nifas di
Desa Kadu agung timur sebanyak 30 orang.
(b) Sampel
Sampel adalah sebagian dari keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap
mewakili seluruh populasi (Notoatmojo,2005). Menurut pendapat Martono
(2015), jumlah minimal sampel untuk penelitian eksperimen menggunakan
kelompok kontrol dan kelompok eksperimen, jumlah sampel untuk setiap
kelompok adalah antara 10-20 orang. Berdasarkan pendapat di atas maka peneliti
mengambil sampel sebanyak 30 orang untuk diberikan intervensi Pengambilan
sampel harus memenuhi kriteria inklusi. Kriteria inklusi pemilihan sampel
penelitian adalah ibu nifas lebih dari 2 minggu dengan persalinan normal tanpa
komplikasi persalinan, bersedia menjadi responden dan belum pernah
mendapatkan pembelajaran atau pelatihan tentang senam nifas dengan video
maupun Slide Presentasi.
16

Jumlah sampel ditentukan sebanyak 30 orang yang terdiri dari 15 orang


akan menggunakan media pembelajaran video dan 15 orang menggunakan media
pembelajaran Slide Presentasi.

Diagram 1. Jalannya Penelitian

Purposive Sampling

Kelompok control (15) Kelompok eksperimen (15)


Slide Presentasi Metode Video

Observasi keterampilan melakukan senam nifas (3 minggu)

4.6 Alat dan Cara Penelitian


Teknik dan alat pengumpulan data yang digunakan untuk mengukur
keterampilan melakukan senam nifas dalam penelitian ini adalah data primer
yang diperoleh dengan melakukan observasi secara langsung pre test dan post
test.
Alat yang digunakan untuk mengukur variabel bebas adalah dengan
menggunakan lembar ceklist/daftar tilik penilaian keterampilan melakukan senam
nifas.

Prosedur Pengumpulan data :


1. Ibu nifas diberi lembar informed consent
2. Ibu nifas yang memenuhi kriteria akan dijadikan sampel sebanyak jumlah
sampel yang telah ditentukan sebelumnya
17

3. Responden dibagi 2 kelompok yaitu kelompok yang diberi media


Pembelajaran Video sebagai kelompok perlakuan dan kelompok slide sebagai
kelompok control selama 2 minggu
4. Penyebaran media video dan slide dilakukan melalui grup whatsapp, peneliti
sudah membuat grup kelompok control maupun perlakuan kemuadian
membagikan materi pada grup tersebut. Sarana handphone android dianggap
memudahkan dalam pengontrolan dan dapat digunakan setiap hari.
5. Kemudian mahasiswa sebagai pengontrol jalannya pembelajaran datang tiap 2
hari sekali ke rumah responden untuk memastikan berjalannya pembelajaran.
6. Setelah 2 minggu dilakukan penilaian keterampilan melakukan senam nifas
oleh dosen yang ditunjuk menilai sebanyak 3 orang untuk menghindari
subjektifitas.

4.7 Teknik pengolahan data dan analisis data kuantitatif


Pengolahan data terlebih dahulu dilakukan secara manual, kemudian
secara statistik dengan menggunakan program komputer dan melalui beberapa
tahap yaitu editing, coding,entry data, dan cleaning.
1) Editing (pemeriksaan data)
Melakukan pemeriksaan terhadap kelengkapan pengisian kuisioner dan
konsistensi jawaban dengan pertanyaan.
2) Coding (pengkodean)
Melakukan pengkodean terhadap beberapa variabel yang akan diteliti,
dengan tujuan untuk mempermudah pada saat melakukan analisis data dan
juga mempercepat pada saat entry data
3) Entry (pemasukan data)
Setelah semua isian kuesioner terisi penuh dan benar, dan juga sudah
melewati pengkodean, maka langkah selanjutnya adalah memproses data
agar dapat dianalisis. Pemprosesan data dilakukan dengan cara
memasukkan data dari kuesioner ke paket program komputer.
4) Cleaning (pengecekan data)
Pengecekan kembali data yang sudah di-entry, apakah ada kesalahan atau
tidak.
18

a. Analisis Data
1) Analisis Univariat
Analisis univariat bertujuan untuk mendapat gambaran distribusi
responden atau variasi dari variabel yang diteliti. Analisa ini digunakan
untuk mendeskripsikan variabel dengan cara membuat tabel distribusi
frekuensi, dan dihitung dengan persentase memakai rumus sebagai
berikut :
x
f = ×100 %
n
Keterangan :
f = frekuensi
x = jumlah yang didapat
n = jumlah populasi.
a. Analisis Bivariat
Analisis bivariat yang dilakukan berupa tabulasi silang antar dua
variabel, yaitu variabel dependen dengan independen.Analisis bivariat
bertujuan melihat ada tidaknya hubungan antara variabel independen dan
variabel dependen seperti yang tampak dalam kerangka konsep.
Analisis data dimaksudkan untuk mengolah dan mengorganisasikan
data, serta menemukan hasil yang dapat dibaca dan diinterpretasikan.
Analisis data yang digunakan adalah T test sample dependent.
Data dianalisis sebelum dan sesudah perlakuan dengan menggunakan
paired T-test untuk mengetahui efektifitas media video terhadap kelompok
perlakuan.

4.8 Lokasi Penelitian


Lokasi dalam penelitian ini di Wilayah kerja Puskesmas Mandala Rangkasbitung
Kabupaten Lebak Banten.

4.9 Waktu Penelitian


Penelitian ini berlangsung sejak bulan september sampai dengan bulan oktober
2018.
19

BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian


5.1.1 Analisis Univariat
5.1.1.1 Umur responden
Tabel 5.1
Distribusi frekuensi umur responden

Umur responden Kelompok Video Kelompok Slide


19 1 2
20 2 0
21 0 2
24 2 5
25 2 0
26 0 2
27 0 1
28 1 0
30 0 2
31 2 0
32 0 1
33 2 0
36 2 0
40 1 0
Jumlah 15 15

Dari tabel di atas diperoleh informasi rentang usia responden 19 - 40 tahun.


Pada kelompok slide paling banyak responden pada usia 24 tahun yaitu 5
orang.

5.1.1.2 Paritas
Tabel 5.2
Distribusi frekuensi Jumlah paritas responden

Paritas
Jumlah
Primipara Multipara
Kelompok Video 1 14 15
6,7% 93,3% 100%
Kelompok Slide 7 8 15
46,7% 53,3% 100%
20

Berdasarkan tabel diatas, pada kelompok Video maupun slide paling banyak paritas
dengan multipara yaitu 14(93,3%) dan 8(53,3%).

5.1.1.3 Riwayat Persalinan


Tabel 5.3
Distribusi frekuensi Riwayat persalinan

Riwayat Persalinan
Jumlah
Normal Caesar
Kelompok Video 14 1 15
93,3% 6,7% 100%
Kelompok Slide 13 2 15
86,7% 13,3% 100%

Berdasarkan tabel diatas, Riwayat persalinan sebagian besar melahirkan dengan


persalinan normal baik pada kelompok video yaitu 14 (93,3%) maupun kelompok
slide yaitu 13(86,7%).

5.1.1.4 Pendidikan
Tabel 5.4
Distribusi frekuensi tingkat pendidikan responden

Riwayat Pendidikan
Jumlah
SD SMP SMA
Kelompok Video 7 6 2 15
46,7% 40% 13,3 100%
Kelompok Slide 5 5 5 15
33,3% 33,3% 33,3% 100%

Berdasarkan tabel diatas, pada kelompok Video paling banyak pendidikan SD


sebesar 7 (46,7%) dan pada kelompok slide terbagi rata pada pendidikan SD, SMP,
SMA sebesar 5(33,3%)
21

5.1.1.4 Pekerjaan
Tabel 5.5

Distribusi frekuensi status pekerjaan

Status Pekerjaan
Jumlah
Bekerja Tidak bekerja
Kelompok Video 0 15 15
0% 100% 100%
Kelompok Slide 2 13 15
13,3% 86,7% 100%

Berdasarkan tabel diatas, pada kelompok Video seluruh responden tidak bekerja
sedangkan pada kelompok slide sebagian kecil responden ada yang bekerja 2(13,3%)

5.1.2 Analisis Bivariat


5.1.2.1 Keterampilan melakukan senam nifas

Tabel 5.6
Distribusi rata-rata Keterampilan melakukan senam nifas menurut pengukuran
pertama dan kedua di Wilayah kerja Puskesmas Mandala Rangkasbitung.

Variabel Mean SD SE p Value N


Kelompok Slide
Pre Test 53,47 9,84 2,54 0,000 15
Post Test 82,93 11,67 3,01
Kelompok 15
Video 0,000
Pre Test 52,13 8,82 2,27
Post Test 88,13 7,53 1,94

Berdasarkan uji perbedaan rata-rata pretest-postest diketahui bahwa terdapat


perbedaan rata-rata antara sebelum dan sesudah penggunaan media Slide dan video
terhadap Keterampilan melakukan Senam Nifas.
Rata – rata Keterampilan melakukan Senam Nifas pada pengukuran pertama
penggunaan media video adalah 52,13 dengan standar deviasi 8,82. Pada pengukuran
kedua didapat rata – rata Keterampilan melakukan Senam Nifas menggunakan media
video adalah 88,13 dengan standar deviasi 7,53. Terlihat nilai mean perbedaan antara
22

pengukuran pertama dan kedua adalah 36 dengan standar deviasi 12,1 hasil uji
statistik didapatkan nilai p=0,000, signifikansi masing-masing variabel dan kelompok
yang kurang dari 0,05 (sig. < 0,05), maka dapat disimpulkan ada perbedaan yang
signifikan antara Keterampilan melakukan Senam Nifas pengukuran pertama dengan
yang kedua.
Media Video dapat dinilai lebih efektif dari pada slide dinilai dari besarnya nilai
mean, nilai mean perbedaan antara pre test dan post test kelompok slide adalah 29,4
dan nilai mean perbedaan antara pre test dan post test pada kelompok video adalah
36. Karena nilai mean kelompok video lebih besar maka dapat disimpulkan media
video lebih efektif dari pada media slide.

5.2 Pembahasan
Penelitian dilakukan di Wilayah kerja Puskesman Mandala Rangkasbitung
setelah dilakukan intervensi selama 2 minggu, kedua kelompok baik kelompok
kontrol dan juga kelompok perlakuan menunjukan kenaikan pada nilai post test. nilai
rata-rata pre test pada kelompok slide adalah 53,47 sedangkan nilai rata-rata post test
nya adalah 82,93 dan nilai rata-rata pre test pada kelompok video adalah 52,13
sedangkan nilai post test adalah 88,13.
Kenaikan rata-rata pada kelompok control antara pre dan post test adalah 29,4
sedangkan kenaikan rata-rata pada kelompok perlakuan antara pre dan post test adalah
36. Hal ini menunjukkan hasil pada kelompok media video lebih tinggi dari pada
media slide.
Media promosi kesehatan adalah semua sarana atau upaya untuk menampilkan
pesan atau informasi yang ingin disampaikan oleh komunikator melalui media
elektronika (TV, komputer, film, Video Film, CD, VCD dan sebagainya) sehingga
sasaran dapat meningkat pengetahuannya dan pada akhirnya diharapkan dapat
merubah perilaku kearah yang lebih baik atau positif terhadap kesehatan.
Secara umum pengetahuan responden dipengaruhi oleh proses belajar dimana
media yang digunakan dalam pembelajaran memberikan efek yang berbeda bagi
responden sesuai dengan pengalaman, sehingga mereka lebih mudah memahaminya.
Pada umumnya pengetahuan dimulai dari pengalaman dan informasi yang
disamapaikan oleh guru, orang tua, teman, buku dan media massa. Penelitian Hamida
(2012) yang menyatakan bahwa media dalam proses pembelajaran akan menyebabkan
23

proses pembelajaran menjadi lebih menarik perhatian sehingga dapat mudah dipahami
dan menyebabkan sasaran tidak cepat bosan.
Media video dapat meningkatkan keterampilan melakukan senam nifas karena
responden mendapatkan pengalaman baru yang mereka dapatkan di dalam video
terutama tentang senam nifas, karena media video mengandalkan pendengaran dan
penglihatan dari sasaran, dimana penggunaan audiovisual melibatkan semua alat
indera, sehingga semakin banyak alat indera yang terlibat untuk menerima dan
mengolah informasi semakin besar kemungkinan isi informasi tersebut dapat di
mengerti dan dipertahankan dalam ingatan dengan efektif gambar yang bergerak dan
efek suara dapat memudahkan sasaran memahami isi informasi sehingga dapat
menambah pengetahuan.
Media video juga lebih fleksibel dalam memberikan penjelasan mengenai
konsep materi dan detail keterampilan tertentu karena video biasanya langsung
menggambarkan informasi melalui ilustrasi. Selain itu media video juga bisa
menghadirkan narasumber yang memang mengerti tentang materi dan keterampilan
tertentu sehingga penjelasan dari narasumber bisa langsung dipahami oleh audiens.
Penjelasan yang disajikan di video lebih berisi dan lengkap disbanding pada Slide
mengingat pada Slide terdapat keterbatasan ruang dan banyaknya gambar yang
membuat teks/tulisan menjadi lebih sedikit. Secara keseluruhan media video bisa
memberikan pengalaman belajar yang lebih baik daripada media Slide .
Hasil penelitian didapat bahwa penggunaan media video lebih efektif diterapkan
pada ibu nifas sebagai media pendidikan kesehatan dibandingkan dengan media slide.
Hal ini disebabkan karena pembelajaran lebih mudah diikuti sesuai instruksi atau
keinginan pelatih.
Media Slide dan media video merupakan salah satu sarana yang dapat
digunakan untuk memperjelas suatu materi dimana kedua media tersebut mempunyai
kelebihan dan kekurangan masing-masing dalam menstimulasi indra responden,
dimana kelebihan dan kekurangan media Slide yaitu dapat digunakan sebagai bahan
diskusi, kemasannya berisi gambar serta tulisan, bila diperlukan dapat di cetak ulang,
dapat disimpan sehingga dapat dibaca berulang-ulang, sedangkan kekurangannya
yaitu dapat menimbulkan kebosanan dan persepsi yang bebeda-beda, jika salah dalam
mendesain maka Slide tidak akan menarik untuk dibaca.
Kelebihan dan kekurangan media video yaitu pesan yang disampaikan cepat dan
mudah di ingat, terdapat gambar serta suara, dapat digunakan untuk kelompok kecil
24

dan besar, sangat baik untuk menjelaskan suatu proses/keterampilan, sedangkan


kekurangannya yaitu sukar untuk direvisi jika terjadi kesalahan, relatif mahal, pada
saat ditayangkan gambar akan bergerak terus sehingga tidak semua orang dapat
memahami pesan yang disampaikan, video yang tersedia tidak selalu sesuai dengan
kebutuhan belajar yang diinginkan.
Umur, riwayat persalinan, pekerjaan, riwayat pendidikan bisa saja
mempengaruhi responden dalam pembelajaran sehingga harus dipikirkan dalam
penyampaian media pembelajaran , jadi harus disesuaikan dengan karakteristik
responden.
Keterbatasan pada penelitian ini adalah tidak semua ibu nifas memiliki
handphone android sehingga handphone yang digunakan untuk belajar adalah
keluarga responden yang belum tentu dapat digunakan sesuai kebutuhan ibu nifas
pada saat ingin belajar.
25

BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN

6.1 Simpulan
6.1.1 Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa rentang usia responden 19 - 40
tahun. Pada kelompok slide paling banyak responden pada usia 24 tahun yaitu
5 orang.
6.1.2 Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa pada kelompok Video maupun
slide paling banyak paritas dengan multipara yaitu 14(93,3%) dan 8(53,3%).
6.1.3 Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa Riwayat persalinan sebagian
besar melahirkan dengan persalinan normal baik pada kelompok video yaitu
14 (93,3%) maupun kelompok slide yaitu 13(86,7%).
6.1.4 Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa pada kelompok Video paling
banyak pendidikan SD sebesar 7 (46,7%) dan pada kelompok slide terbagi rata
pada pendidikan SD, SMP, SMA sebesar 5(33,3%)
6.1.5 Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa pada kelompok Video seluruh
responden tidak bekerja sedangkan pada kelompok slide sebagian kecil
responden ada yang bekerja 2(13,3%)
6.1.6 Berdasarkan uji perbedaan rata-rata pretest-postest diketahui bahwa terdapat
perbedaan rata-rata antara sebelum dan sesudah penggunaan media Slide dan
video terhadap Keterampilan melakukan Senam Nifas. Rata – rata
Keterampilan melakukan Senam Nifas pada pengukuran pertama penggunaan
media video adalah 52,13 dengan standar deviasi 8,82. Pada pengukuran
kedua didapat rata – rata Keterampilan melakukan Senam Nifas
menggunakan media video adalah 88,13 dengan standar deviasi 7,53. Terlihat
nilai mean perbedaan antara pengukuran pertama dan kedua adalah 36 dengan
standar deviasi 12,1 hasil uji statistik didapatkan nilai p=0,000, signifikansi
masing-masing variabel dan kelompok yang kurang dari 0,05 (sig. < 0,05),
maka dapat disimpulkan ada perbedaan yang signifikan antara Keterampilan
melakukan Senam Nifas pengukuran pertama dengan yang kedua.
6.1.7 Media Video dapat dinilai lebih efektif dari pada slide dinilai dari besarnya
nilai mean, nilai mean perbedaan antara pre test dan post test kelompok slide
adalah 29,4 dan nilai mean perbedaan antara pre test dan post test pada
kelompok video adalah 36.
26

6.2 Saran
6.2.1 Bagi Ibu Nifas
Ibu nifas diharapkan dapat meneruskan dan menyebarluaskan informasi
tentang media pembelajaran senam nifas menggunakan video dan slide kepada
masyarakat lain sesuai kebutuhannya.
6.2.2 Bagi Kepala Puskesmas
6.2.2.1.1 Diharapkan lebih proaktif dalam memberikan pendidikan kesehatan
mengenai senam nifas melalui berbagai media.
6.2.2.1.2 Diharapkan meningkatkan pelayanan kesehatan pada ibu nifas dengan
menyelenggarakan kegiatan senam nifas dan pemenuhan fasilitas senam
nifas.
6.2.2.1.3 Diharapkan dapat membuat jadwal senam nifas rutin agar kegiatan senam
nifas dapat terus berlangsung.

Anda mungkin juga menyukai