ASUHAN KEGAWATDARURATAN
PERDARAHAN PERSALINAN PADA KALA IV
Oleh :
REGINA SERMATAN
NIM. P07124120032
2022
KATA PENGANTAR
Penyusun
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
World Health Organzation (WHO) menyatakan setiap hari bahwa sebanyak 830
perempuan meninggal melahirkan terkait komplikasi. Angka Kematian Ibu (AKI)
adalah jumlah kematian ibu akibat dari proses kehamilan, persalinan dan pasca
persalinan per 100.000 kelahiran hidup. Di negara-negara berkembang kematian ibu
pada tahun 2015 adalah 239/100.000 kelahiran hidup versus 12/100.000 kelahiran
hidup di negara maju (WHO, 2015)
Di Indonesia, angka kematian ibu (AKI) masih tinggi. Angka kematian ini berkaitan
dengan kehamilan, persalinan,dan nifas. Bukan karena sebab lain. Berdasarkan Survei
Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) Tahun 2012, AKI sebesar 359 per 100.000
kelahiran hidup.AKI kembali menunjukakan penurunan menjadi 305 kematian ibu per
100.000 kelahiran hidup. (Kemenkes, 2015)
Dalam kajian UNICEF Indonesia seperti yang diungkapkan dalam buku Kesehatan
Masyarakat di Indonesia (tahun 2014) menyatakan bahwa setiap 1jam, satu wanita
meninggal dunia saat melahirkan atau akibat hal yang berhubungan dengan
kehamilan.Faktor yang manyebabkan kematian ibu secara garis besar yaitu faktor yang
berhubungan dengan komplikasi kehamilan, persalinan, nifas.Yaitu, perdarahan
(28)%,preeklamsia atau eklamsia (24%), infeksi (11%), persalinan macet (5%), dan
abortus (3%).(Astuti, 2017).
Preeklamsia merupakan penyulit kehamilan yang akut dan dapat terjadi
antenatal,intranatal,dan postpartum. Dari gejala-gejala klinik preeklamsia dapat dibagi
menjadi preeklamsia ringan dan preklampsiaberat.Preeklamsia ringan adalah suatu
sindrom spesifik kehamilan dengan menurunnnyaperfusi organ yang akibatnya
vasospasme pembuluh darah dan aktivitas endotel dengan tekanan darah 1490/90
mmHg sedangkan preeklamsia berat dengan tekanan darah 160/110 mmHg dan
ditandai dengan adanya odema paruh dan sianosis (Prawirohardjo, 2010).
Preeklamsia dan eklamsia merupakan penyulit dalam proses persalinan yang
kejadiannya senantiasa tetap tinggi. Tingginya angka kejadian preeklamsia merupakan
faktor utama penyebab timbulnyaeklamsia yang dapat mengancam hidup ibu hamil.
Perawatan pada ibu hamil dengan preekalamsia merupakan salah satu usaha nyata
yang dapat dilakukan untuk mrncegahtimbulnya komplikasi-komplikasi sebagai akibat
lanjut eklamsia dan mengurangi AKI.(Ayu, 2016).
Angka kematian ibu di Provinsi Bengkulu pada Tahun 2016 secara absolut sebanyak 49
orang, yang terdiri dari kematian ibu hamil sebanyak 7 orang, kematian ibu bersalin
sebanyak 13 orang, dan kematian ibu nifas sebanyak 21 orang, sedangkan angka
kematian ibu di Provinsi Bengkulu pada Tahun 2015 yaitu sebesar 137 per 100.000
kelahiran hidup, mengalami penurunan cukup signifikan pada tahun 2016 yang sebesar
146 per 100.000 kelahiran hidup.
Angka kematian ibu tertinggi terdapat di Kabupaten Kapahiang yaitu 238 per 100.000
kelahiran hidup. Dan terendah terdapat di Kabupaten Muko-Muko yaitu sebesar 58 per
100.000 kelahiran hidup (Dinkes Provinsi Bengkulu,2016 ).
Berdasrkan survey awal yang dilakukan di tiga Puskesmas di Dearah Kecamatan
Gading Cempaka yaitu, Puskesmas Sidomulyo, Puskesmas Jembatan Kecil, dan
Puskesmas Lingkar Barat berdasarkan data tahun lalu pada Tahun 2016 dari Bulan
Januari sampai dengan Desember didapat data Puskesmas Sidomulyo 47% dengan
preeklamsia, Puskesmas Jembatan Kecil 53% dengan preeklamsia dan Puskesmas
Lingkar Barat 0% dengan preeklamsia.(Laporan KIA Puskesmas, 2017).
4
persalinan dan berdasarkan data register yang tercatat di ruang kebidanan periode
Januari-Desember 2013 berjumlah 103 orang (7,78%) dari 1325 persalinan.
Solusio plasenta atau disebut juga abruptio placenta atau ablasio placenta adalah
separasi prematur plasenta dengan implantasi normalnya di uterus (korpus uteri)
dalam masa kehamilan lebih dari 20 minggu dan sebelum janin lahir. Dalam plasenta
terdapat banyak pembuluh darah yang memungkinkan pengantaran zat nutrisi dari ibu
ke janin, jika plasenta initerlepas dari implantasi normalnya dalam masa kehamilan
maka akan mengakibatkan perdarahan yang hebat. Hebatnya perdarahan tergantung
pada luasnya area plasenta yang terlepas.
Frekuensi solusio plasenta adalah sekitar 1 dari 200 pelahiran. Intensitas solusio
plasentasering bervariasi tergantung pada seberapa cepat wanita mendapat
pertolongan. Angka kematianperinatal sebesar 25 %. Ketika angka lahir mati akibat
kausa lain telah berkurang secara bermakna, angka lahir mati akibat solusio plasenta
masih tetap menonjol.Perdarahan pada solusio plasenta sebenarnya lebih berbahaya
daripada plasenta previa oleh karena pada kejadian tertentu perdarahan yang tampak
keluar melalui vagina hampir tidak ada atau tidak sebanding dengan perdarahan yang
berlangsung internal yang sangat banyak.
Pemandangan yang menipu inilah sebenarnya yang membuat solusio plasenta lebih
berbahaya karena dalam keadaan yang demikian seringkali perkiraan jumlah darah
yang telah keluar sukar diperhitungkan, padahal janin telah mati dan ibu berada dalam
keadaan syok Penyebab solusio plasenta tidak diketahui dengan pasti, tetapi pada
kasus-kasus berat didapatkankorelasi dengan penyakit hipertensi vaskuler menahun,
dan 15,5% disertai pula oleh preeklamsia.Faktor lain yang diduga turut berperan
sebagai penyebab terjadinya solusio plasenta adalahmakin bertambahnya usia ibu.
Angka Kematian Bayi dan Angka Kematian Ibu merupakan dua indikator sensitif untuk
menilai derajat kesehatan masyarakat. Kematian ibu diantaranya disebabkan oleh
komplikasi saat melahirkan (Depkes RI, 2006). Angka Kematian Ibu (AKI) di
Indonesia termasuk tinggi dibandingkan dengan negara-negara di Asia. Data Survei
Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007 mencatat AKI di Indonesia
mencapai 228 per 100.000 kelahiran hidup. Walaupun angka ini dipandang
mengalami perbaikan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, target Millenium
Development Goal (MDG) 5 pada tahun 2015 yaitu menurunkan AKI menjadi 102 per
100.000 kelahiran hidup (Depkes RI, 2012). Di Indonesia Angka Kematian Bayi (AKB)
masih tinggi dan angka Kematian Balita (AKBal), sekitar 56% kematian terjadi pada
periode yang sangat dini yaitu di masa neonatal.
Sebagian besar kematian neonatal terjadi pada 0-6 hari (78,5%) dan prematuritas
merupakan salah satu penyebab utama kematian. Target MDG 2015 adalah
menurunkan Angka Kematian Bayi (AKB) kelahiran hidup menjadi 23 per 1000
kelahiran hidup. Sedangkan hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI)
tahun 2007, AKB masih 34/1.000 kelahiran hidup (Sulani et al, 2011). Berdasarkan
SDKI 2007, pada tahun 1990 angka kematian bayi sebesar 68 per 1000 kelahiran hidup
(KH). Data terakhir , AKB menjadi 34/1000 KH dan AKBal 44/1000 KH. Walaupun
angka ini telah turun dari tahun 1990, penurunan ini masih jauh dari target MDG
tahun 2015 dimana AKB diharapkan turun menjadi 23 dan AKBal 32 per 1000
kelahiran hidup. Jika dibandingkan dengan Negara tetangga di Asia Tenggara seperti
Singapura, Malaysia, Thailand dan Filipina AKB dan AKBal di negara kita jauh lebih
tinggi (Depkes RI, 2009).
Salah satu penyebab tingginya kematian ibu dan bayi adalah distosia bahu saat proses
persalinan. Distosia bahu adalah suatu keadaan diperlukannya manuver obstetrik oleh
6
karena dengan tarikan ke arah belakang kepala bayi tidak berhasil untuk melahirkan
kepala bayi. Pada persalinan dengan presentasi kepala, setelah kepala lahir bahu tidak
dapat dilahirkan dengan cara pertolongan biasa dan tidak didapatkan sebab lain dari
kesulitan tersebut. Insidensi distosia bahu sebesar 0,2-0,3% dari seluruh persalinan
vaginal presentasi kepala (Prawirohardjo, 2009).
Penyebab kematian ibu merupakan suatu hal yang cukup kompleks, yang dapat
digolongkan pada faktor-faktor (a) repoduksi, misalnya : usia, paritas, dan kehamilan
yang tidak diinginkan, (b) komplikasi obstetrik, misalnya : perdarahan pada abortus,
kehamilan ektopik, perdarahan pada kehamilan trimester ketiga, perdarahan
postpartum, infeksi nifas, distosia, dan pengguguran kandungan, (c) pelayanan
kesehatan, misalnya : kurangnya kemudahan untuk pelayanan kesehatan maternal,
asuhan medik yang kurang baik, kurangnya tenaga terlatih dan obat-obat penyelamat
jiwa, (d) sosioekonomi, misalnya : kemiskinan, ketidaktahuan, kebodohan dan
rendahnya status wanita (Wiknjosastro, 2008). Kematian ibu yang berhubungan
dengan kelahiran bayi makrosomia disebabkan oleh perdarahan postpartum dan
distosia, sedangkan kematian bayi akibat makrosomia disebabkan oleh komplikasi-
komplikasi yang merugikan pada keluaran perinatal seperti distosia bahu, Apgar skor
rendah, asfiksia. Makrosomia (berat bayi lahir besar ≥ 4000 gram) berisiko terjadinya
distosia bahu yaitu tersangkutnya bahu janin dan tidak dapat dilahirkan setelah kepala
janin dilahirkan. Insidensi makrosomia 0,2-2% dari seluruh kelahiran.
Makrosomia menimbulkan komplikasi pada ibu dan bayinya. Komplikasi pada ibu
(maternal) yaitu perdarahan postpartum, laserasi vagina, perineum sobek, dan laserasi
servik. Komplikasi pada bayi antara lain distosia bahu yang menyebabkan cedera
plexus brachialis, fraktur humerus, dan fraktur klavikula (Ezegwui, et al, 2011).
Berdasarkan studi juga menyebutkan bahwa bayi yang memiliki berat badan lebih dari
sama dengan 4000 gram juga meningkatkan risiko beberapa penyakit ketika dewasa
misalnya kanker payudara pada wanita dan diabetes mellitus tipe 2 (Rode, et al, 2007).
Insidensi makrosomia pada studi bagian obstetric University of Nigeria Teaching
Hosital, Enugu, Nigeria, dari 1 Januari 2005 sampai 31 Desember 2007 dari 5365
responden didapatkan 8,1 % makrosomia.
Insidensi di berbagai tempat berbeda dipengaruhi oleh ras dan faktor lokal yang ada. Di
Negara-negara Eropa Utara dan Atlantik Utara (Denmark, Finlandia, Swedia, Islandia,
Norwegia, Kepulauan Faroe, Greenland, dan Aland) mempunyai prevalensi yang tinggi,
proporsi dari semua kelahiran bayi dengan berat lahir ≥ 4000 gram adalah 20 %. Di
Aba Nigeria, Kamanu et al melaporkan insidensi makrosomia 2,5%, di Amerika Serikat
1,5 % bayi dengan berat lahir ≥ 4500 gram dari semua kelahiran (Ezegwui, et al, 2011).
Pada penelitian yang dilakukan oleh Sativa (2011) di RSUP Dr. Kariadi Semarang
dengan sampel 382 sampel di dapatkan insidensi makrosomia 3,4 % (Sativa, 2011)
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari Preeklamsia dan Eklamsia?
2. Apa pengertian dari Plasenta Previa ?
3. Apa pengertian dari Solusio plasenta ?
4. Apa pengertian dari DistosiaBahu ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa pengertian dari Preeklamsia dan Eklamsia?
2. Untuk mengetahui Apa pengertian dari Plasenta Previa
3. Untuk mengetahui Apa pengertian dari Solusio plasenta
4. Untuk mengetahui Apa pengertian dari Distosia Bahu
7
BAB II
PEMBAHASAN
a. Solusio plasenta. Komplikasi ini terjadi pada ibu yang menderita hipertensiakut dan
lebih sering terjadi pada Preeklampsia.
b. Hipofibrinogenemia. Pada Preeklampsia berat
c. Hemolisis. Penderita dengan Preeklampsia berat kadang-kadang menunjukkangejala
klinik hemolisis yang di kenal dengan ikterus.Belum di ketahui dengan pasti apakah ini
merupakan kerusakan sel-sel hati atau destruksi sel darahmerah. Nekrosis periportal
hati sering di temukan pada autopsi penderita eklampsia dapat menerangkan ikterus
tersebut.
d. Perdarahan otak. Komplikasi ini merupakan penyebab utama kematianmaternal
penderita eklampsia.
e. Kelainan mata, Kehilanganpenglihatan untuk sementara, yang
berlansungsampaiseminggu.
f. Edema paru-paru.
g. Nekrosis hati. Nekrosis periportal hati pada Preeklampsi – eklampsia merupakan
akibat vasopasmus arteriol umum.
h. Sindrom HELLP yaitu haemolysis, elevated liver enzymes, dan low platelet.
i. Kelainan ginjal
j. Komplikasi lain. Lidah tergigit, trauma dan fraktura karena jatuh akibatkejang-kejang
pneumonia aspirasi.
k. Prematuritas, dismaturitas dan kematian janin intra – uterin.
5. Pencegahan
a. Pemeriksaan antenatalyang teratur dan bermutu sertateliti, mengenali tanda-tanda
sedini mungkin (Preeklampsia ringan), laludiberikan pengobatan yang cukup supaya
penyakit tidak menjadi lebih berat.
b. Harus selalu waspada terhadap kemungkinan terjadinyaPreeklampsia kalau ada
faktor-faktor predeposisi.
c. Penerangan tentang manfaat istirahat dan diet bergunadalam pencegahan. Istirahat
tidakselalu berarti berbaring ditempat tidur,namun pekerjaan sehari-hari perlu
dikurangi, dan dianjurkan lebih banyak duduk dan berbaring.Diet tinggi protein, dan
rendah lemak, karbohidrat,garam dan penambahan berat badan yang tidak berlebihan
perlu dianjurkan.
d. Mencari pada tiap pemeriksaan tanda-tandaPreeklampsia dan mengobatinya segera
apabila di temukan.
e. Mengakhiri kehamilan sedapat-dapatnya padakehamilan 37 minggu ke atas apabila
setelah dirawat tanda – tanda Preeklampsia tidak juga dapat di hilangkan.
B. Plasenta Previa
1. Definisi
Plasenta previa merupakan plasenta yang letaknya abnormal yaitu pada segmen bawah
rahim sehingga menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan rahim (ostium uteri
internum). Secara harfiah berarti plasenta yang implantasinya (nempelnya) tidak pada
tempat yang seharusnya, yaitu di bagian atas rahim dan menjauhi jalan lahir. Plasenta
previa merupakan penyebab utama perdarahan pada trimester ke III. Gejalanya berupa
perdarahan tanpa rasa nyeri. Timbulnya perdarahan akibat perbedaan kecepatan
pertumbuhan antara segmen atas rahim yang lebih cepat dibandingkan segmen bawah
rahim yang lebih lambat. Perdarahan ini akan lebih memicu perdarahan yang lebih
banyak akibat darah yang keluar (melalui trombin) akan merangsang timbulnya
kontraksi.
2. Klasifikasi
Klasifikasi plasenta previa berdasarkan terabanya jaringan plasenta melalui
pembukaan jalan lahir pada waktu tertentu:
9
a. Plasenta previa totalis : bila seluruh pembukaan jalan lahir tertutup oleh plasenta.
b. Plasenta previa lateralis : bila hanya sebagian pembukaan jalan lahir tertutup oleh
plasenta.
c. Plasenta previa marginalis : bila pinggir plasenta berada tepat pada pinggir
pembukaan jalan lahir.
d. Plasenta previa letak rendah : bila plasenta berada 3-4 cm diatas pinggir pembukaan
jalan lahir.
3. Etiologi
Penyebab yang pasti belum diketahui dengan jelas. Plasenta bertumbuh pada segmen
bawah uterus tidak selalu jelas dapat diterangkan. Bahwasanya vaskularisasi yang
berkurang atau perubahan atropi pada desidual akibat persalinan yang lampau dapat
menyebabkan plasenta previa, tidaklah selalu benar . Memang dapat dimengerti bahwa
apabila aliran darah ke plasenta tidak cukup seperti pada kehamilan kembar maka
plasenta yang letaknya normal sekalipun akan memperluaskan permukaannya
sehingga mendekati atau menutupi sama sekali pembukaan jalan lahir .
a. Frekuensi plasenta previa pada primigravida yang berumur lebih 35 tahun kira-kira
10 kali lebih sering dibandingkan dengan primigravida yang berumur kurang dari 25
tahun. Pada grandemultipara yang berumur lebih dari 30 tahun kira-kira 4 kali lebih
sering dari grandemultipara yang berumur kurang dari 25 tahun.
b. Endometrium bercacat pada bekas persalinan berulang-ulang, bekas operasi,
curettage, dan manual placenta.
c. Corpus luteum bereaksi lambat, dimana endometrium belum siap menerima hasil
konsepsi.
d. Adanya tumor; mioma uteri, polip endometrium.
4. Faktor Predisposisi Dan Presipitasi
Menurut Mochtar (1998), faktor predisposisi dan presipitasi yang dapat mengakibatkan
terjadinya plasenta previa adalah :
a. Melebarnya pertumbuhan plasenta :
1) Kehamilan kembar (gamelli).
2) Tumbuh kembang plasenta tipis.
b. Kurang suburnya endometrium :
1) Malnutrisi ibu hamil.
2) Melebarnya plasenta karena gamelli.
3) Bekas seksio sesarea.
4) Sering dijumpai pada grandemultipara.
c. Terlambat implantasi :
a) Endometrium fundus kurang subur.
b) Terlambatnya tumbuh kembang hasil konsepsi dalam bentuk blastula yang siap
untuk nidasi.
5. Patafisiologi
Pendarahan antepartum akibat plasenta previa terjadi sejak kehamilan 10 minggu saat
segmen bawah uterus membentuk dari mulai melebar serta menipis, umumnya terjadi
pada trismester ketiga karena segmen bawah uterus lebih banyak mengalami
perubahan pelebaran segmen bawah uterus dan pembukaan servik menyebabkan sinus
uterus robek karena lepasnya plasenta dari dinding uterus atau karena robekan sinus
marginalis dari plasenta. Pendarahan tidak dapat dihindarkan karena ketidak
mampuan serabut otot segmen bawah uterus untuk berkontraksi seperti pada plasenta
letak normal. Segmen bawah uterus, pelebaran segmen bawah uterus dan pembukaan
serviks tidak dapat diikuti oleh plasenta yang melekat di dinding uterus. Pada saat ini
dimulai terjadi perdarahan darah berwarna merah segar. (Mansjoer, 2002)
6. Tanda Dan Gejala
10
8. Penatalaksanaan
a. Terapi ekspektatif
Tujuan terapi ekspektatif ialah agar janin tidak terlahir premature, penderita dirawat
tanpa melakukan pemeriksaan dalam melalui kanalis servisis. Upaya diagnosis
dilakukan secara non-invasif. Pemantauan klinis dilaksanakan secara ketat dan baik.
b. Syarat-syarat terapi ekspresif:
c. Kehamilan preterm dengan perdarahan sedikit yang kemudian berhenti,
d. Belum ada tanda-tanda in partum,
e. Keadaan umum ibu cukup baik (kadar hemoglobin dalam batas normal),
9. Cara menyelesaikan persalinan dengan plasenta previa ialah:
a. Seksio sesarea
1) Prinsip utama dalam melakukan seksio sesarea adalah untuk menyelamatkan ibu,
sehingga walaupun janin meninggal atau tak punya harapan untuk hidup, tindakan ini
tetap dilakukan.
2) Tujuan seksio sesarea:
a) Melahirkan janin dengan segera sehingga uterus dapat segera berkontraksi dan
menghentikan perdarahan.
b) Menghindarkan kemungkinan terjadinya robekan pada serviks uteri, jika janin
dilahirkan pervaginam.
3) Tempat implantasi plasenta previa terdapat banyak vaskularisai sehingga serviks
uteri dan segmen bawah rahim menjadi tipis dan mudah robek, selain itu, bekas tempat
implantasi plasenta sering menjadi sumber perdarahan karena adanya perbedaan
vaskularisasi dan susunan serabut otot dengan korpus uteri.
4) Siapkan darah pengganti untuk stabilisasi dan pemulihan kondisi ibu.
5) Lakukan perawatan lanjut pasca bedah termasuk pemantauan perdarahan, infeksi
dan keseimbangan cairan masuk-keluar.
6) Melahirkan pervaginam
7) Perdarahan akan berhenti jika ada penekanan pada plasenta. Penekanan tersebut
dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut:
a) Amniotomi dan akselerasi
Umumnya dilakukan pada plasenta previa lateralis/marginalis dengan pembukaan > 3
cm serta presentasi kepala. Dengan memecah ketuban, plasenta akan mengikuti
segmen bawah rahim dan ditekan oleh kepala janin. Jika kontraksi uterus belum ada
atau masih lemah, akselerasi dengan infuse oksitosin.
b) Versi Braxton Hicks
Tujuan melakukan versi Braxton hicks ialah mengadakan temponade plasenta dengan
bokong (dan kaki) janin. Versi Braxton hicks tidak dilakukan pada janin yang masih
hidup.
11
C. Solusio plasenta
1. Definisi
Solusio plasenta adalah terlepasnya sebagian atau keseluruhan plasenta dari implantasi
normalnya (korpus uteri) setelah kehamilan 20 minggu dan sebelum janin lahir (7,8).
Cunningham dalam bukunya mendefinisikan solusio plasenta sebagai separasi
prematur plasenta dengan implantasi normalnya korpus uteri sebelum janin lahir (2).
Jika separasi ini terjadi di bawah kehamilan 20 minggu maka mungkin akan
didiagnosis sebagai abortus imminens (5). Sedangkan Abdul Bari Saifuddin dalam
bukunya mendefinisikan solusio plasenta adalah terlepasnya plasenta dari tempat
implantasi normalnya sebelum janin lahir, dan definisi ini hanya berlaku apabila
terjadi pada kehamilan di atas 22 minggu atau berat janin di atas 500 gram (9).
2. Klasifikasi
a. Trijatmo Rachimhadhi membagi solusio plasenta menurut derajat pelepasan
plasenta (5):
1) Solusio plasenta totalis, plasenta terlepas seluruhnya.
2) Solusio plasenta partialis, plasenta terlepas sebagian.
3) Ruptura sinus marginalis, sebagian kecil pinggir plasenta yang terlepas.
b. Pritchard JA membagi solusio plasenta menurut bentuk perdarahan (3):
1) Solusio plasenta dengan perdarahan keluar
2) Solusio plasenta dengan perdarahan tersembunyi, yang membentuk hematoma
retroplacenter
3) Solusio plasenta yang perdarahannya masuk ke dalam kantong amnion .
c. Cunningham dan Gasong masing-masing dalam bukunya mengklasifikasikan solusio
plasenta menurut tingkat gejala klinisnya, yaitu (2,7):
1) Ringan : perdarahan kurang 100-200 cc, uterus tidak tegang, belum ada tanda
renjatan, janin hidup, pelepasan plasenta kurang 1/6 bagian permukaan, kadar
fibrinogen plasma lebih 150 mg%.
2) Sedang : Perdarahan lebih 200 cc, uterus tegang, terdapat tanda pre renjatan,
gawat janin atau janin telah mati, pelepasan plasenta 1/4-2/3 bagian permukaan,
kadar fibrinogen plasma 120-150 mg%.
3) Berat : Uterus tegang dan berkontraksi tetanik, terdapat tanda renjatan, janin
mati, pelepasan plasenta dapat terjadi lebih 2/3 bagian atau keseluruhan.
3. Epidemiologi
Insiden solusio plasenta bervariasi antara 0,2-2,4 % dari seluruh kehamilan. Literatur
lain menyebutkan insidennya 1 dalam 77-89 persalinan, dan bentuk solusio plasenta
berat 1 dalam 500-750 persalinan (11). Slava dalam penelitiannya melaporkan insidensi
solusio plasenta di dunia adalah 1% dari seluruh kehamilan. Di sini terlihat bahwa tidak
ada angka pasti untuk insiden solusio plasenta, karena adanya perbedaan kriteria
menegakkan diagnosisnya (8).
Cunningham di Amerika Serikat melakukan penelitian pada 763 kasus kematian ibu
hamil yang disebabkan oleh perdarahan. Hasilnya dapat dilihat pada tabel berikut :
Kematian ibu hamil yang disebabkan perdarahan (2).
No. Penyebab Perdarahan Sampel %
1. Solusio Plasenta 141 19
2. Laserasi/ Ruptura uteri 125 16
12
a. Syok perdarahan
Pendarahan antepartum dan intrapartum pada solusio plasenta hampir tidak dapat
dicegah, kecuali dengan menyelesaikan persalinan segera. Bila persalinan telah
diselesaikan, penderita belum bebas dari perdarahan postpartum karena kontraksi
uterus yang tidak kuat untuk menghentikan perdarahan pada kala III persalinan dan
adanya kelainan pada pembekuan darah. Pada solusio plasenta berat keadaan syok
sering tidak sesuai dengan jumlah perdarahan yang terlihat (2,3,12).
b. Gagal ginjal
Gagal ginjal merupakan komplikasi yang sering terjadi pada penderita solusio plasenta,
pada dasarnya disebabkan oleh keadaan hipovolemia karena perdarahan yang terjadi.
Biasanya terjadi nekrosis tubuli ginjal yang mendadak, yang umumnya masih dapat
ditolong dengan penanganan yang baik. Perfusi ginjal akan terganggu karena syok dan
pembekuan intravaskuler. Oliguri dan proteinuri akan terjadi akibat nekrosis tubuli
atau nekrosis korteks ginjal mendadak (2,5). Oleh karena itu oliguria hanya dapat
diketahui dengan pengukuran pengeluaran urin yang harus secara rutin dilakukan
pada solusio plasenta berat. Pencegahan gagal ginjal meliputi penggantian darah yang
hilang secukupnya, pemberantasan infeksi, atasi hipovolemia, secepat mungkin
menyelesaikan persalinan dan mengatasi kelainan pembekuan darah (2).
c. Kelainan pembekuan darah
Kelainan pembekuan darah pada solusio plasenta biasanya disebabkan oleh
hipofibrinogenemia. Dari penelitian yang dilakukan oleh Wirjohadiwardojo di
RSUPNCM dilaporkan kelainan pembekuan darah terjadi pada 46% dari 134 kasus
solusio plasenta yang ditelitinya (5).
Kadar fibrinogen plasma normal pada wanita hamil cukup bulan ialah 450 mg%,
berkisar antara 300-700 mg%. Apabila kadar fibrinogen plasma kurang dari 100 mg%
maka akan terjadi gangguan pembekuan darah (2,5,8).
Mekanisme gangguan pembekuan darah terjadi melalui dua fase (8,17):
a. Fase I
Pada pembuluh darah terminal (arteriole, kapiler, venule) terjadi pembekuan darah,
disebut disseminated intravasculer clotting. Akibatnya ialah peredaran darah kapiler
15
8. Diagnosis
Keluhan dan gejala pada solusio plasenta dapat bervariasi cukup luas. Sebagai contoh,
perdarahan eksternal dapat banyak sekali meskipun pelepasan plasenta belum begitu
luas sehingga menimbulkan efek langsung pada janin, atau dapat juga terjadi
perdarahan eksternal tidak ada, tetapi plasenta sudah terlepas seluruhnya dan janin
meninggal sebagai akibat langsung dari keadaan ini. Solusio plasenta dengan
perdarahan tersembunyi mengandung ancaman bahaya yang jauh lebih besar bagi ibu,
hal ini bukan saja terjadi akibat kemungkinan koagulopati yang lebih tinggi, namun
juga akibat intensitas perdarahan yang tidak diketahui sehingga pemberian transfusi
sering tidak memadai atau terlambat (2,3).
Prosedur pemeriksaan untuk dapat menegakkan diagnosis solusio plasenta antara lain :
a. Anamnesis (5,19)
b. Inspeksi (5,19)
c. Palpasi (5,19,20)
d. Auskultasi (5,19)
e. Pemeriksaan dalam (19)
f. Pemeriksaan umum (5,19,20)
g. Pemeriksaan laboratorium (19,20)
h. Pemeriksaan plasenta (13).
i. Pemeriksaaan Ultrasonografi (USG) (20,21)
Pada pemeriksaan USG yang dapat ditemukan antara lain :
a. Terlihat daerah terlepasnya plasenta
b. Janin dan kandung kemih ibu
c. Darah
d. Tepian plasenta
9. Terapi
Penanganan kasus-kasus solusio plasenta didasarkan kepada berat atau ringannya
gejala klinis, yaitu:
a. Solusio plasenta ringan
16
Ekspektatif, bila usia kehamilan kurang dari 36 minggu dan bila ada perbaikan
(perdarahan berhenti, perut tidak sakit, uterus tidak tegang, janin hidup) dengan tirah
baring dan observasi ketat, kemudian tunggu persalinan spontan (2).
b. Solusio plasenta sedang dan berat
Apabila tanda dan gejala klinis solusio plasenta jelas ditemukan, penanganan di rumah
sakit meliputi transfusi darah, amniotomi, infus oksitosin dan jika perlu seksio sesaria
(5).
10. Prognosis
Prognosis ibu tergantung luasnya plasenta yang terlepas dari dinding uterus,
banyaknya perdarahan, ada atau tidak hipertensi menahun atau preeklamsia,
tersembunyi tidaknya perdarahan, dan selisih waktu terjadinya solusio plasenta sampai
selesainya persalinan. Angka kematian ibu pada kasus solusio plasenta berat berkisar
antara 0,5-5%. Sebagian besar kematian tersebut disebabkan oleh perdarahan, gagal
jantung dan gagal ginjal (5).
Hampir 100% janin pada kasus solusio plasenta berat mengalami kematian. Tetapi ada
literatur yang menyebutkan angka kematian pada kasus berat berkisar antara 50-80%.
Pada kasus solusio plasenta ringan sampai sedang, keadaan janin tergantung pada
luasnya plasenta yang lepas dari dinding uterus, lamanya solusio plasenta berlangsung
dan usia kehamilan. Perdarahan lebih dari 2000 ml biasanya menyebabkan kematian
janin. Pada kasus-kasus tertentu tindakan seksio sesaria dapat mengurangi angka
kematian janin (5).
D. Distosia Bahu
1. Pengertian Distosia Bahu
Distosia bahu ialah kelahiran kepala janin dengan bahu anterior macet diatas sacral
promontory karena itu tidak bisa lewat masuk ke dalam panggul, atau bahu tersebut
bisa lewat promontorium, tetapi mendapat halangan dari tulang sacrum (tulang ekor).
Lebih mudahnya distosia bahu adalah peristiwa dimana tersangkutnya bahu janin dan
tidak dapat dilahirkan setelah kepala janin dilahirkan.
2. Etiologi Distosia Bahu
Sebab-sebab dystocia bahu dapat dibagi menjadi tiga golongan besar :
a. Distosia karena kekuatan-kekuatan yang mendorong anak keluar karena kuat.
b. Distosia karena kelainan letak atau kelainan anak, misalnya letak lintang, letak dahi,
hydrochepalus atau monstrum.
c. Distosia karena kelainan jalan lahir : panggul sempit, tumor-tumor yang
mempersempit jalan lahir.
Penyebab lain dari distosia bahu adalah fase aktif memanjang, yaitu :
a. Malposisi (presentasi selain belakang kepala).
b. Makrosomia (bayi besar) atau disproporsi kepala-panggul (CPD).
c. Intensitas kontraksi yang tidak adekuat.
d. Serviks yang menetap.
e. Kelainan fisik ibu, missal nya pinggang pendek.
f. Kombinasi penyebab atau penyebab yang tidak diketahui.
3. Diagnosis Distosia Bahu
Spong dkk (1995) menggunakan sebuah kriteria objektif untuk menentukan adanya
distosia bahu yaitu interval waktu antara lainnya kepala dengan seluruh tubuh .
a. Nilai normal interval waktu antara persalinan kepala persalinan dengna persalinan
seluruh tubuh adalah 24 detik, pada distosia bahu 79 detik.
b. Mereka mengusulkan bahwa distosia bahu adalah bila interval waktu tersebut lebih
dari 60 detik.
17
BAB III
TINJAUAN KASUS
a. Kasus I
ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS DENGAN PERDARAHAN
SISA PLASENTA PADA Ny. K DI RSUD BREBES
KAB. BREBES TAHUN 2012
Tanggal : 13 Juni 2012
Waktu : 14.00 WIB
Tempat : Ruang Kebidanan
1. PENGUMPULAN DATA
A. Data Subjektif
1. Biodata
Ny. K umur 33 tahun, agama islam, suku bangsa jawa, pendidikan terakhir SD, pekerjaan
IRT, alamat lemah abang RT 04/RW 02 Kab.Brebes dan suaminya bernama Tn. S, umur
37 tahun, agama islam, suku bangsa jawa, pendidikan terakhir SD dan bekerja sebagai
pedagang.
2. Alasan datang
Keluarga Ny. K mengatakan rujukan Puskesmas T dengan perdarahan, Ny.
K melahirkan bayi perempuan 2 jam yang lalu di bantu oleh dukun
3. Keluhan Utama
Ibu mengatakan keluar darah banyak dari alat kelaminnya, sedikit pusing dan merasa
29
a) Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
Ny. K mengatakan ini kelahiran anak ketiga. Anak pertama lahir normal di tolong
dukun, nifas normal, berat badan saat lahir 3 kg, jenis kelamin perempuan dan sekarang
usia anak pertama 14 tahun. Anak kedua lahir normal ditolong bidan, nifas normal,
berat badan saat lahir 3 kg, jenis kelamin laki-laki, sekarang usia anak kedua 8 tahun
dan anak ketiga di tolong dukun, nifas mengalami perdarahan, berat badan bayi saat
lahir 3 kg dan jenis kelamin perempuan dan sekarang usia anak ketiga 2 jam.
Posyandu, pada usia kehamilan 4 bulan, Bidan memberikan imunisasi TT. Saat
pemeriksaan Trimester I Ny. K mengatakan ada keluhan mual, muntah, tidak nafsu
makan, kemudian bidan memberikan B6 1x1 tablet dan B12 1x1 tablet. serta memberi
nasehat untuk makan sedikit tapi sering, dan menghindari makanan yang berbau
menyengat.
Saat pemeriksaan Trimester II Ny. K mengatakan tidak ada keluhan, kemudian bidan
memberikan terapi obat tambah darah serta memberi nasehat untuk makan-makanan
yang bergizi.
Saat pemeriksaan Trimester III Ny. K mengatakan ada keluhan pinggang pegal-pegal
kemudian bidan memberikan terapi obat untuk pegel dan tablet penambah darah serta
penolong persalinan dukun, jenis persalinannya spontan atau normal, ibu mengatakan
WIB, ibu mengatakan bayinya lahir tanggal 13 Juni 2012 pukul 11.30
Ny. K mengatakan tidak pernah menderita penyakit seperti batuk lebih dari 3 minggu
dan keluar darah (TBC), Ny. K mengatakan pernah menderita penyakit dengan keluhan
kaku kuduk (Hipertensi ), tidak pernah menderita penyakit seperti sering makan, sering
minum, sering kencing di malam hari (DM), tidak pernah mengalami kecelakaan atau
trauma seperti trauma pada panggul dan tidak pernah menderita penyakit yang
Ny. K mengatakan tidak sedang menderita penyakit seperti batuk lebih dari 3 minggu
dan keluar darah (TBC), saat ini Ny. K sedang menderita penyakit tekanan darah
tinggi, dan tidak sedang menderita penyakit seperti sering makan, sering minum,
Ny. K mengatakan dalam keluarganya tidak ada yang menderita penyakit seperti batuk
lebih dari 3 minggu dan keluar darah (TBC), dalam keluarganya ada yang menderita
penyakit tekanan darah tinggi dan tidak ada yang mempunyai riwayat melahirkan bayi
kembar
6. Kebiasaan
Ny. K mengatakan selama hamil tidak ada pantangan dalam makan, tidak pernah
minum jamu, hanya minum obat – obatan dari bidan atau dokter, tidak pernah minum –
minuman keras, tidak pernah merokok, dan tidak memelihara binatang di rumah
7. Riwayat haid
Ny. K mengatakan pertama kali menstruasi (menarche) pada usia 13 tahun, siklusnya
28 hari, teratur, lamanya haid 7 hari, 2 kali sehari ganti pembalut, dan tidak merasakan
nyeri haid baik sebelum maupun sesudah menstruasi, Hari Pertama Haid Terakhir
(HPHT) tanggal 12-09-2011 dan Hari Perkiraan Lahir (HPL) tanggal 15-06-2012.
Ny. K mengatakan pernah menggunakan KB suntik lama 6 bulan, keluhan tidak ada,
alasan lepas ingin mempunyai anak dan ibu belum ada rencana yang akan datang.
9. Kebutuhan sehari-hari
Pola Nutrisi Ny. K makan sehari 3x porsi 1 piring macamnya bervariasi seperti nasi,
sayur dan lauk. Sehari Ny. K minum 8 gelas/hari dengan jenis air putih, teh. Tidak ada
gangguan pada pola makan. Pola eliminasi sehari Ny. K BAB 1x konsistensinya
Ny. K BAK 5x/hari dan tidak ada gangguan. Untuk saat ini Ny. K belum BAB dan
sudah BAK 1x tidak ada gangguan. Pola istirahatnya Ny. K istirahat siang 2 jam dan
malam 8 jam. Untuk saat ini Ny. K belum istirahat dikarenakan perutnya merasa mules.
Pada Pola aktivitas Ny. K melakukan aktivitas sebagai IRT seperti memasak, mencuci,
mengepel dll. Untuk saat ini Ny. K belum melakukan aktivitas, Ny. K berbaring
ditempat tidur. Pola personal Hygiene Ny. K belum melakukan personal Hygiene
persalinannya, suami dan keluarganya pun ikut senang, Ny. K siap menjalani peran
sebagai ibu.
B. Data Objektif
1. Pemeriksaan fisik
Kesadaran composmentis, keadaan umum baik, TD 150/100 mmHg, Nadi 80x/menit,
suhu 36,5 0C, respirasi 24x/menit, tinggi badan 150 cm, berat badan sebelum hamil
50Kg, setelah hamil 62 Kg, sekarang 55 Kg, LILA 24 cm dan pemeriksaan head to toe
2. Pemeriksaan Obstetri
Muka tidak ada cloasma gravidarum, puting susu menonjol, kolustrum ASI sudah
keluar, abdomen tidak ada luka bekas operasi SC, TFU 1 jari dibawah pusat, kontraksi
keras, ekstremitas atas dan bawah tidak ada oedem dan tidak pucat, VT teraba sisa
a) Data subjektif Ibu mengatakan bernama Ny. K umur 33 tahun. Keluarga Ny. K
mengatakan Ny. K telah melahirkan anak ketiga di bantu oleh dukun. Ibu
darah banyak dari alat kelaminnya dan merasa cemas dengan kondisinya.
Nadi 80x/menit, suhu 36,5 0C, respirasi 24x/menit, abdomen tidak ada luka bekas
operasi SC, TFU 1 jari dibawah pusat, kontraksi keras, VT teraba sisa jaringan
plasenta, PPV +120 cc, ekstremitas atas dan bawah tidak pucat dan tidak oedem.
2. Masalah
Ibu mengatakan keluar darah banyak dari alat kelaminnya, sedikit pusing dan merasa
3. Kebutuhan
Menghentikan perdarahan dengan terapi dan tindakan
III. DIAGNOSA POTENSIAL
Syok haemoragik, Infeksi
23
V. INTERVENSI
Tanggal : 13 Juni 2012 Pukul : 14.20 WIB
1. Beritahu ibu hasil pemeriksaan
2. Beritahu ibu masalah yang dialaminya
3. Lakukan kolaborasi dengan dokter SpOG
4. Anjurkan ibu untuk istirahat
5. Anjurkan ibu makan dan minum
6. Lakukan observasi KU, TTV, TFU, kontraksi, PPV, kandung kemih VI.
IMPLEMENTASI
sehingga ibu harus dirawat di rumah sakit dan mendapatkan penanganan segera.
3x1
4. Menganjurkan ibu untuk istirahat di tempat tidur agar kondisi ibu membaik
5. Menganjurkan ibu makan dan minum dengan tujuan agar ibu tidak lemas dan kondisi ibu
cepat membaik.
VII. EVALUASI
Tanggal : 13 Juni 2012 Pukul : 15.55 WIB
1. Ibu mengerti hasil pemeriksaan
2. Ibu mengerti keluhan yang dialaminya adalah salah satu tanda bahaya
nifas
3. Advist dokter telah dilakukan
4. Ibu bersedia istirahat di tempat tidur
5. Ibu bersedia makan dan minum
6. Hasil observasi
jari pusat
2. 15.30 150/90 mmHg 36,5 C
0
20x/mnt 80x/mnt 1 ↓ Keras + 20 cc
jari pusat
3. 16.00 140/90 mmHg 36,5 C
0
20x/mnt 80x/mnt 1 ↓ Keras + 15 cc
jari pusat
4. 16.30 140/90 mmHg 36,5 C
0
20x/mnt 80x/mnt 1 ↓ Keras + 10 cc
jari pusat
Jumlah + 105cc
20x/menit, TFU 1 jari dibawah pusat, kontraksi keras, kandung kemih kosong dan
PPV + 80 cc.
Assasment
Ny. K umur 33 tahun PIII A0 2 hari post partum dengan perdarahan sisa plasenta
Planning
Melakukan kolaborasi dengan petugas Laboratorium
Evaluasi : HB 10,2 gr%, HBs Ag ( - ), Leukosit 8200/m 2darah, Golda O Melakukan
kolaborasi dengan dokter SpOG dengan advist memberikan terapi Amoxcilin 500 mg
kabur, keluar cairan yang berbau menyengat dari alat kelamin, demam tinggi.
Evaluasi : Ibu mengerti dan dapat menyebutkan tanda bahaya masa nifas.
20x/menit, TFU 1 jari dibawah pusat, kontraksi keras, kandung kemih kosong dan
PPV + 50 cc
Assasment
Ny. K umur 33 tahun PIII A0 3 hari post partum dengan perdarahan sisa plasenta
Planning
Menganjurkan ibu untuk makan dan minum
Evaluasi : Ibu bersedia makan dan minum
Memberikan terapi Amoxcilin 500 mg 3x1, Asam mefenamat 500mg 3x1
Evaluasi : Ibu sudah minum obat
Menganjurkan ibu untuk istirahat
Evaluasi : Ibu bersedia istirahat ditempat tidur
Menjelaskan pada ibu untuk merawat payudaranya agar payudaranya tidak bengkak,
panas, sakit dan nyeri dikarenakan ASI tidak dikeluarkan karena ibu tidak menyusui
bayinya dikarenakan bayi ibu dirumah. Cara merawat payudara yaitu guanakan babi
oil atau minyak kelapa di telapak tangan lalu lakukan pemijatan pada payudara
dengan air bersih dan air hangat menggunakan kain atau waslap di kedua payudara.
Siapkan gelas, tangan kanan membentuk huruf C dengan gerakan tekan, perah dan
lepas keluarkan ASI sedikit lalu olesi pada Aerola ( bagian hitam yang mengelilingi
putting ) dan putting susu. Dekatkan gelas pada payudara kemudian lakukan gerakan
tekan, perah dan lepas sampai ASI keluar dan payudara terasa kosong. Lakukan pada
26
dengan dicuci lalu direndam di air hangat atau panas. Tempelkan pompa pada
payudara lalu dipompa sampai ASI keluar dan terasa kosong kemudian tempatkan
payudara.
Evaluasi : Ibu dapat melakukannya
Menjelaskan pada ibu cara penyimpanan ASI perahan di rumah yaitu di suhu kamar
ASI bertahan 7 – 8 jam, di lemari pendingin 24– 48 jam dan di freezer 3 – 6 bulan.
Cara memberikan ASI di hangatkan dengan air hangat. Jangan dipanaskan secara
00.00 WIB
Evaluasi : Rambut pada alat kelamin ibu sudah dicukur, ibu bersedia puasa pada pukul
00.00 WIB.
20x/menit, TFU 1 jari dibawah pusat, kontraksi keras dan PPV + 30 cc.
Assasment
Ny. K umur 33 tahun PIII A0 4 hari post partum dengan perdarahan sisa plasenta
Planning
Menjelaskan pada ibu untuk menggunakan kontrasepsi IUD. Kontrasepsi IUD yaitu
kehamilan dalam jangka waktu lama. Cara kerjanya menghalangi bertemunya sel
27
sperma dan sel telur sehingga tidak terjadi pembuahan. Efek sampingnya keluar
bercak darah diluar siklus haid, nyeri saat berhubungan dengan suami dan IUD keluar
dengan sendirinya. Kelebihannya sangat efektif, jangka panjang dan dapat dilepas
20x/menit, TFU 2 jari dibawah pusat, kontraksi keras, kandung kemih kosong dan
PPV + 20 cc.
Assasment
Ny. K umur 33 tahun PIII A0 5 hari post partum dengan nifas normal
Planning
Menganjurkan ibu makan dan minum
Evaluasi : Ibu bersedia makan dan minum
28
genetalia dari arah depan ke belakang dengan air yang mengalir dan ganti pembalut
Evaluasi : Ibu dapat mengulangi penjelasan yang saya jelaskan seperti membersihkan
daerah genetalia dari depan ke belakang dengan air yang mengalir dan ganti pembalut
Memberitahu ibu tanda bahaya masa nifas yaitu perdarahan banyak, pusing,
pandangan kabur, keluar cairan yang berbau menyengat dari alat kelamin, demam
Evaluasi : Ibu mengerti dan dapat menyebutkan tanda bahaya masa nifas.
Menganjurkan ibu untuk makan makanan yang bergizi yaitu makanan yang
Menjelaskan pada ibu tanda – tanda bahaya pada bayi baru lahir, misalnya : panas,
Evaluasi : Ibu dapat mengulangi atau menjawab pertanyaan diberikan oleh bidan
Memberitahu ibu bahwa kondisi ibu membaik dan ibu diperbolehkan untuk pulang
1. PENGUMPULAN DATA
C. Data Subjektif
1. Biodata
Nama : Ny. K Nama : Tn. S
Pendidikan : SD Pendidikan : SD
No. RM : 36 47 92
2. Alasan datang
Keluarga Ny. K mengatakan rujukan Puskesmas T dengan perdarahan, Ny.
K melahirkan bayi perempuan 2 jam yang lalu di bantu oleh dukun
3. Keluhan Utama
Ibu mengatakan keluar darah banyak dari alat kelaminnya dan merasa cemas dengan
kondisinya
2x di Posyandu
TM III 2x di Posyandu
30
: Mual,muntah
HPL : 15-6-12
panggul, femur
appendik,mioma,kista
BAB 1x/sehari -
Warna Kuning kecoklatan -
Konsistensi Lembek - Gangguan
BAK 5x/sehari 1x
Warna Kuning jernih Kuning jernih
Gangguan Tidak ada Tidak ada
33
c. Pola istirahat
Siang 2 jam Ibu belum tidur
Malam 8 jam karena ibu merasa mules
Gangguan Tidak ada
d. Pola Aktvitas Mencuci, menyapu Berbaring
mengepel, memasak ditempat tidur
e. Pola personal Hygiene
Mandi 2x/sehari Ibu belum melakukan
Kramas 3x/seminggu kebersihan diri
Gosok gigi 2x/sehari
Ganti baju 2x/sehari
f. Pola seksual
Frekuensi 2x/seminggu Tidak
Gangguan Tidak ada Ibu dalam masa nifas
8. Data psikologis
Status anak yang dikandung : Anak yang diharapkan.
Tanggapan ibu dengan masa nifas : Ibumengatakan cemas dengan kondisi
nya.
Tanggapan suami dan keluarga : Ibu mengatakan suami dan keluarga
cemas
Kesiapan mental ibu : Ibu menjalaniperan sebagai ibu
9. Data Sosial Ekonomi
Penghasilan : + 700.000/bulan
Tanggung jawab perekonomian : Suami
Pengambilan keputusan : Suami
10. Data perkawinan
Status perkawinan : Syah
Perkawinan ke- : Pertama
Lama perkawinan : 15tahun
11. Data Spiritual
Ibu mengatakan selalu berdoa agar kondisi dirinya baik-baik saja
12. Data Sosial Budaya
Ibu mengatakan tidak percaya dengan mitos-mitos yang ada dimasyarakat
13. Data Pengetahuan ibu
Ibu mengatakan tidak mengerti tentang tanda bahaya nifas
D. Data Objektif
3. Pemeriksaan fisik
a. Kesadaran : Composmentis
b. Keadaan umum : Baik
c. Tanda Vital : TD : 150/100 mmHg Nadi : 80/menit
Suhu : 36,5 0C RR : 24/menit
34
Mata : Simetris
Konjungtiva : Tidak pucat.
Sclera : Putih
Hidung : Bersih, tidak ada polip,tidak ada sekret
Mulut/bibir : Lembab, tidak ada stomatitis,tidak ada caries.
Telinga : Simetris,bersih,tidak ada sekret
Leher : Tidak ada pembesaran tiroid dan vena jugularis
Aksila : Tidak ada pembesaran kelenjar limfe
Dada : Pernafasan teratur
Bentuk : Simetris
Mamae : Tidak ada luka bekas operasi,tidak ada
benjolan abnormal
Abdomen : Tidak ada luka bekas operasi apendik
Genetalia : Tidak ada oedem dan varices
Anus : Tidak ada hemoroid
Ekstremitas : Tidak ada oedem dan varices
4. Pemeriksaan Obstetri
Muka : Bersih, tidak ada cloasma gravidarum
Mamae
: Membesar, tegang
Puting susu : Menonjol
Kolustrum ASI : Sudah keluar
Areola : Hiperpigmentasi
Kebersihan : Bersih
Kontraksi : Keras
35
Ekstremitas
Atas : Tidak oedem dan tidak pucat
Bawah : Tidak oedem
Genetalia
VT : Teraba sisa jaringan plasenta
PPV : +120 cc
Data Dasar
S : Ibu mengatakan bernama Ny. K
Ibu mengatakan berusia 32 tahun
Keluarga Ny. K mengatakan Ny. K telah melahirkan anak ketiga di bantu oleh
dukun
Ibu mengatakan mempunyai riwayat tekanan darah tinggi Ibu mengatakan keluar
darah banyak dari alat kelaminnya dan merasa cemas dengan kondisinya
3. Kebutuhan
Menghentikan perdarahan dengan terapi dan tindakan
V. INTERVENSI
Tanggal : 13 Juni 2012 Pukul : 14.20 WIB
1. Beritahu ibu hasil pemeriksaan
2. Beritahu ibu masalah yang dialaminya
3. Lakukan kolaborasi dengan dokter SpOG
4. Anjurkan ibu untuk istirahat
5. Anjurkan ibu makan dan minum
6. Lakukan observasi KU, TTV, TFU, kontraksi, PPV, kandung kemih
VI. IMPLEMENTASI
Tanggal : 13 Juni 2012 Pukul : 14.25 WIB
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan
TTV : TD : 150/100 mmHg RR : 24x/mnt
Nadi : 80x/mnt Suhu : 36,50C
2. Memberitahukan pada ibu keluhan yang dialaminya adalah salah satu tanda bahaya nifas
sehingga ibu harus dirawat di rumah sakit dan mendapatkan penanganan segera.
3x1
4. Menganjurkan ibu untuk istirahat di tempat tidur agar kondisi ibu membaik
5. Menganjurkan ibu makan dan minum dengan tujuan agar ibu tidak lemas dan kondisi ibu
cepat membaik.
VII. EVALUASI
Tanggal : 13 Juni 2012 Pukul : 15.55 WIB
7. Ibu mengerti hasil pemeriksaan
8. Ibu mengerti keluhan yang dialaminya adalah salah satu tanda bahaya
nifas
9. Advist dokter telah dilakukan
10. Ibu bersedia istirahat di tempat tidur
11. Ibu bersedia makan dan minum
12. Hasil observasi
No Pukul TTV TFU Kontraksi PPV
TD Suhu RR Nadi
Kontraksi : Keras
Kandung kemih : Kosong
PPV : + 80 cc
Assasment
Ny. K umur 33 tahun PIII A0 2 hari post partum dengan perdarahan sisa plasenta
Planning
1. Melakukan kolaborasi dengan petugas Laboratorium
Evaluasi : HB :10,2 gr%, HBs Ag : ( - ), Leukosit : 8200/m2darah, Golda : O
500mg 3x1
Evaluasi : Advist dokter telah dilakukan
3. Menganjurkan ibu untuk istirahat agar kondisi ibu membaik
Evaluasi : Ibu bersedia istirahat
jalan.
Evaluasi : Ibu bersedia melakukan mobilisasi, ibu dapat melakukan jalan-jalan kecil
7. Memberitahu ibu tanda bahaya masa nifas yaitu perdarahan banyak, pusing,
pandangan kabur, keluar cairan yang berbau menyengat dari alat kelamin, demam
tinggi.
Planning
1. Menganjurkan ibu untuk makan dan minum
Evaluasi : Ibu bersedia makan dan minum
2. Memberikan terapi Amoxcilin 500 mg 3x1, Asam mefenamat
500mg 3x1
Evaluasi : Ibu sudah minum obat
3. Menganjurkan ibu untuk istirahat
Evaluasi : Ibu bersedia istirahat ditempat tidur
4. Menjelaskan pada ibu untuk merawat payudaranya agar
payudaranya tidak bengkak, panas, sakit dan nyeri dikarenakan ASI tidak
dikeluarkan karena ibu tidak menyusui bayinya dikarenakan bayi ibu dirumah.
Cara merawat payudara yaitu guanakan babi oil atau minyak kelapa di telapak
Lakukan pada kedua payudara kemudian dibersihkan dengan air bersih dan air
hangat menggunakan kain atau waslap di kedua payudara. Siapkan gelas, tangan
kanan membentuk huruf C dengan gerakan tekan, perah dan lepas keluarkan
ASI sedikit lalu olesi pada Aerola ( bagian hitam yang mengelilingi putting )
dan putting susu. Dekatkan gelas pada payudara kemudian lakukan gerakan
tekan, perah dan lepas sampai ASI keluar dan payudara terasa kosong. Lakukan
terlebih dahulu dengan dicuci lalu direndam di air hangat atau panas.
Tempelkan pompa pada payudara lalu dipompa sampai ASI keluar dan terasa
kosong kemudian tempatkan ASI di gelas atau botol. Lakukan pada kedua
payudara.
kamar ASI bertahan 7 – 8 jam, di lemari pendingin 24– 48 jam dan di freezer 3
dipanaskan secara langsung karena kandungan ASI akan rusak atau berkurang.
WIB
Evaluasi : Rambut genital sudah dicukur, ibu bersedia puasa pada pukul 00.00
WIB.
Data objektif
Keadaan umum : Baik
Kontraksi : Keras
PPV : + 30 cc
Assasment
Ny. K umur 33 tahun PIII A0 4 hari post partum dengan perdarahan sisa plasenta
Planning
1. Menjelaskan pada ibu untuk menggunakan kontrasepsi IUD. Kontrasepsi IUD
bertemunya sel sperma dan sel telur sehingga tidak terjadi pembuahan. Efek
sampingnya keluar bercak darah diluar siklus haid, nyeri saat berhubungan
dengan suami dan IUD keluar dengan sendirinya. Kelebihannya sangat efektif,
Kontraksi : Keras
PPV : + 20 cc
Assasment
Ny. K umur 33 tahun PIII A0 5 hari post partum dengan nifas normal
Planning
1. Menganjurkan ibu makan dan minum
Evaluasi : Ibu bersedia makan dan minum
2. Memberikan terapiAmoxcilin 500 mg 3x1, Asam Mefenamat 500 mg 3x1
dan celana dalam 3x sehari dan apabila pembalut penuh segera ganti. Apabila
pandangan kabur, keluar cairan yang berbau menyengat dari alat kelamin,
Evaluasi : Ibu mengerti dan dapat menyebutkan tanda bahaya masa nifas.
6. Menganjurkan ibu untuk makan makanan yang bergizi yaitu makanan yang
misalnya : panas, diare, tali pusat berdarah dan berbau busuk, bayi kebiruan,
oleh bidan
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kegawatdaruratan obstetri adalah kondisi kesehatan yang mengancam jiwa yang
terjadi dalam kehamilan atau selama dan sesudah persalinan dan kelahiran. Terdapat
sekian banyak penyakit dan gangguan dalam kehamilan yang mengancam keselamatan
ibu dan bayinya (Chamberlain, Geoffrey, & Phillip Steer, 1999).
Kegawatdaruratan neonatal adalah situasi yang membutuhkan evaluasi dan
manajemen yang tepat pada bayi baru lahir yang sakit kritis ( ≤ usia 28 hari)
membutuhkan pengetahuan yang dalam mengenali perubahan psikologis dan kondisi
patologis yang mengancam jiwa yang bisa saja timbul sewaktu-waktu.
Kasus kegawatdaruratan obstetri dan noenatal apabila tidak segera ditangani akan
berakibat kesakitan yang berat, bahkan kematian ibu dan janinya. Kasus ini menjadi
penyebab utama kematian ibu, janin, dan bayi baru lahir. Secara umum terdapat 4
penyebab utama kematian ibu, janin, dan bayi baru lahir dari sisi obstetri, yaitu (1)
perdarahan; (2) infeksi sepsis; (3) hipertensi dan preeklampsia/eklampsia; dan (4)
persalinan macet (distosia). Terdapat lebih dari ¾ ( tiga perempat) kematian noenatal
disebabkan kesulitan bernapas saat lahir ( asfiksia), infeksi, komplikasi lahir, dan berat
badan lahir yang rendah.
B. Saran
Kasus kegawatdaruratan merupakan hal yang saat ini mendapat perhatian yang begitu
besar. Oleh karena itu, diharapkan seluruh pihak memberikan kontribusinya dalam
merespon kasus kegawatdaruratan ini. Bagi mahasiswa, sudah seyogyanya memberikan
peran dengan mempelajari dengan sungguh-sunggu kasus-kasus kegawatadaruratan
dan memaksimalkan keterampilan dalam melakukan penanganan kegawatdaruratan
yang berada dalam koridor wewenang bidan.
44
DAFTAR PUSTAKA
Astuti, 2017. Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Postpartum Tentang Perawatan Tali
Pusat dengan Keadaan Tali Pusat Neonatus di BKIA RS William Booth Surabaya.
[Skripsi]. Surabaya: Akper William Booth
Dinkes Provinsi Bengkulu, 2016. Profil Dinas kesehatan Bengkulu Tahun 2015
Cunningham F.G., Leveno K.J., Bloom S.L., Hauth J.C., Rouse D.J., Spong C.Y.
2010. Cesarean Section and Peripartum Hysterectomy. In: Williams
Obstetrics. 23rd ed. USA: McGraw-Hill Companies. p 537 – 63.