Anda di halaman 1dari 25

TUGAS AKHIR PROGRAM (TAP)

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


(KODE MATA KULIAH - PDGK 4500)

Kasus A
Pak Purwadi adalah seorang guru kelas 4 di sebuah SD yang terletak di daerah pegunungan. Dalam
mata pelajaran matematika tentang pecahan, Pak Purwadi menjelaskan cara menjumlahkan pecahan
dengan memberi contoh di papan tulis. Salah satu penjelasannya adalah sebagai berikut:
Pak Purwadi:
"Perhatikan anak-anak, kalau kita menjumlahkan pecahan, penyebutnya harus disamakan terlebih
dahulu, kemudian pembilangnya dijumlahkan. Perhatikan contoh berikut: 1/2 + 1/4 = 2/4 + 1/4 = 3/4.
Perhatikan lagi contoh ini: 1/2 + 1/3 = 3/6 + 2/6 = 5/6. Jadi yang dijumlahnya adalah pembilangnya,
sedangkan penyebutnya tetap. Mengerti anak-anak?"

Anak-anak diam, mungkin mereka bingung.

Pak Purwadi:
Pasti sudah jelas, kan. Nah sekarang coba kerjakan soal-soal ini."
Pak Purwadi menulis 5 soal di papan tulis dan anak-anak mengeluarkan buku latihan. Secara
berangsur-angsur mereka mulai mengerjakan soal, namun sebagian besar anak ribut karena tidak tahu
bagaimana cara mengerjakannya. Hanya beberapa anak yang tampak mengerjakan soal, yang lain
hanya menulis soal, dan ada pula yang bertengkar dengan temannya. Selama anak-anak bekerja Pak
Purwadi duduk di depan kelas sambil membaca.

Setelah selesai, anak-anak diminta saling bertukar hasil pekerjaannya. Pak Purwadi meminta seorang
anak menuliskan jawabannya di papan tulis. Tetapi karena jawaban itu salah, Pak Purwadi lalu
menuliskan semua jawaban di papan tulis. Kemudian anak-anak diminta memeriksa pekerjaan
temannya, dan mencocokkan dengan jawaban di papan tulis. Alangkah kecewanya Pak Purwadi ketika
mengetahui bahwa dari 30 anak, hanya seorang yang benar semua, sedangkan seorang lagi benar 3
soal, dan yang lainnya salah semua.

Pertanyaan Kasus A

1. Identifikasi 3 kelemahan pembelajaran yang dilakukan Pak Purwadi dalam kasus di atas.
Berikan alasan mengapa itu anda anggap sebagai kelemahan. (skor 6).
2. Jika anda yang menjadi Pak Purwadi, jelaskan langkah-langkah pembelajaran yang akan anda
tempuh untuk mengajarkan pecahan dengan penyebut yang berbeda. Beri alasan mengapa
langkah-langkah itu yang anda tempuh. (skor 15)

TUGAS AKHIR PROGRAM (TAP)


PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
(KODE MATA KULIAH - PDGK 4500)
Penting!
Kerjakanlah soal ujian ini dengan jujur, jika terbukti melakukan kecurangan/contek-mencontek
selama ujian, Anda akan dikenai sanksi akademis berupa pengurangan nilai atau tidak
diluluskan (diberi nilai E).
Apabila terbukti menggunakan JOKI pada saat ujian, semua mata kuliah yang ditempuh akan
diberi nilai E.

Baca dengan cermat kasus-kasus berikut ini, kemudian jawab pertanyaan yang mengikutinya.

Kasus B (Contoh Soal TAP S1 PGSD UT - Universitas Terbuka Program Pendas)


Bu Lince mengajar di kelas 1 SD Sekarharum yang terletak di ibukota sebuah
kecamatan. Suatu hari Bu Lince mengajak anak-anak berbincang-bincang mengenai
sayur-sayuran yang banyak dijual di pasar. Anak-anak diminta menyebutkan sayur yang
paling disukainya dan menuliskannya di buku masing-masing. Anak-anak kelihatan
gembira dan berlomba menyebutkan dan menuliskan sayur yang disukainya. Pada akhir
perbincangan Bu Lince meminta seorang anak menuliskan nama sayur yang sudah
disebutkan, sedangkan anak-anak lain mencocokkan pekerjaannya dengan tulisan di
papan.

Setelah selesai anak-anak diminta membuat kalimat dengan menggunakan kata-kata


yang ditulis di papan tulis.
Bu Lince:  
"Anak-anak, lihat kata-kata ini. Ini nama sayur-sayuran. Baca baik-baik, buat kalimat
dengan kata-kata itu ya."
Anak-ank menjawab serentak: 
"Ya, Bu."

Kemudian Bu Lince pergi ke mejanya dan memperhatikan apa yang dilakukan anak-
anak. Karena tak seorangpun yang mulai bekerja, Bu Lince kelihatan tidak sabar.

"Cepat bekerja, dan angkat tangan jika sudah punya kalimat." kata Bu Lince dengan
suara keras. Anak-anak kelihatan bingung, namun Bu Lince diam saja dan tetap duduk
di kursinya. Perhatian anak-anak menjadi berkurang, bahkan ada yang mulai mengantuk,
dan sebagian mulai bermain-main. Mendengar suara gaduh, Bu Lince dengan keras
menyuruh anak-anak diam dan menunjuk seorang anak untuk membacakan kalimatnya.
Anak yang ditunjuk diam karena tidak punya kalimat yang akan dibacakan. Bu Lince
memanggil kembali dengan suara keras agar semua anak membuat kalimat.

Pertanyaan Kasus B

1. Bandingkan suasana kelas yang diuraikan pada paragraf 1 dan paragraf


selanjutnya, ditinjau dari segi guru, murid, dan kegiatan (skor 6).
2. Pendekatan pembelajaran mana yang sebaiknya diterapkan oleh Bu Lince ketika
mengajar tentang sayur-sayuran untuk anak-anak kelas 1? Berikan alasan,
mengapa pendekatan tersebut yang anda anggap sesuai. (skor 3).
3. Kembangkan topik sayur-sayuran yang akan anda sajikan dengan pendekatan
yang anda sebut pada nomor 2 (skor 5)

Contoh Jawaban Soal TAP S1 PGSD Universitas Terbuka


1. Tiga (3) kelemahan pembelajaran Pak Purwadi adalah:

 Pak Purwadi tidak menjelaskan bagaimana menyelesaikan soal secara bertahap, misalnya pada
kasus tersebut tampak Pak Purwadi sama sekali tidak menjelaskan bagaimana caranya untuk
menyamakan penyebut bilangan pecahan. Penjelasannya terlalu singkat sehingga tidak jelas.
Padahal penjelasan yang runtut, jelas dan logis selangkah demi selangkah diperlukan untuk
membuat siswa mudah memahami penjumlahan pecahan tersebut.
 Pak Purwadi tidak mengecek pemahaman siswanya dengan baik. Ia hanya menanyakan
"Mengerti anak-anak?". Pertanyaan model ini tidak dapat mengecek pemahaman siswa.
Seharusnya ia menanyakan langkah-langkah menjumlahkan pecahan secara langsung, misalnya
dengan menanyakan, "Mengapa penyebut pada langkah penjumlahan pecahan itu diubah
menjadi 4 dan 6?" dan sebagainya. Pertanyaan langsung mengarah ke materi pelajaran, bukan
menanyakan apakah anak mengerti atau tidak saja.
 Pak Purwadi tidak membimbing siswa, setelah memberikan 5 soal latihan, alih-alih berkeliling
memberikan bantuan pada siswa yang membutuhkan, ia malah duduk di depan kelas (di
kursinya) sambil membaca.
 Ketika salah seorang anak diminta menuliskan jawabannya di papan tulis, Pak Purwadi tidak
meminta tanggapan dari siswa lain. Hal ini merupakan sebuah kelemahan pembelajaran,
padahal apabila Pak Purwadi memanfaatkannya menjadi bahan diskusi dan kesempatan untuk
menjelaskan kembali materi terkait soal tersebut maka pembelajaran akan dapat menjadi lebih
baik.

2. Pada materi penjumlahan pecahan tersebut, jika saya menjadi Pak Purwadi maka langkah-langkah
yang akan saya lakukan adalah sebagai berikut:
KEGIATAN PENDAHULUAN

 Melakukan apersepsi
 Memberikan motivasi
 Menyampaikan tujuan pembelajaran

KEGIATAN INTI

 Memberikan sebuah contoh soal tentang penjumlahan pecahan yang memiliki penyebut yang
berbeda, misal 1/4 + 1/2
 Menyajikan langkah-langkah demi langkah cara menyelesaikan contoh soal tersebut secara
runtut, rinci, jelas, dan logis kepada siswa.
 Memberikan sebuah contoh soal lagi, misal 1/3 + 1/4
 Meminta siswa untuk berpartisipasi secara bergantian untuk menyelesaikan soal tersebut
selangkah demi selangkah, sembari mengecek pemahaman setiap siswa.
 Membantu siswa yang mengalami kesulitan pada langkah-langkah yang dilakukan untuk
menyelesaikan soal tersebut.
 Memberi sebuah contoh soal lagi, misalnya 1/2 + 1/5.
 Kembali meminta siswa mengerjakan soal tersebut, kali ini secara berpasangan dengan teman
sebangku mereka (teman yang duduk berdekatan) masing-masing. 
 Meminta siswa mengecek hasil pekerjaan mereka dengan membandingkannya dengan hasil
pekerjaan pasangan lainnya.
 Meminta mereka mendiskusikan apabila terdapat perbedaan jawaban, sembari guru
memberikan bimbingan bila diperlukan.
 Memberikan soal latihan sebanyak 5 buah contoh soal untuk dikerjakan.
 Mengecek jawaban siswa dengan meminta beberapa orang menuliskan jawaban mereka
masing-masing di papan tulis.
 memfasilitasi diskusi kelas apabila terdapat perbedaan-perbedaan jawaban siswa.

PENUTUP

 Mengajak siswa merefleksi dan menyimpulkan pembelajaran yang telah diikuti.


 Memberikan tugas rumah (PR) dan meminta siswa belajar untuk materi pada pertemuan
berikutnya.

JAWABAN SOAL KASUS TAP S1 PGSD UT KASUS B (BU LINCE)


1. Pada Paragraf 1, tampak Bu Lince dan semua siswa sangat menikmati pembelajaran
yang dilaksanakan. Hal ini terlihat dari bagaimana Bu Lince dengan bagusnya mengajak
siswa-siswa tersebut untuk berbincang-bincang mengenai sayur-sayuran yang dijual
dipasar dan sayuran mana yang paling mereka sukai. Dengan baik sekali Bu Lince
melakukan pembelajaran di bagian awal. Anak-anakpun dengan mudah mengikutinya
dengan senang dan gembira. Berbeda dengan paragraf berikutnya, ketika Bu Lince
mulai meminta anak-anak kelas 1 itu untuk membuat kalimat dari kata-kata yang telah
ditulis mereka di buku catatan masing-masing. Tentu saja pelajaran berikutnya ini lebih
rumit dibanding sesi pertama yang hanya meminta mereka menuliskan sayuran yang
disukai. Lebih-lebih anak-anak tidak diberikan contoh atau cara bagaimana membuat
dan menulis kalimat yang berhubungan dengan sayur-sayuran tersebut, dan tanpa
pembimbingan sama sekali. Anak-anak menjadi bingung, ribut, dan frustasi.

2. Pendekatan yang sebaiknya digunakan oleh Bu Lince untuk anak-anak kelas 1 ini
adalah pembelajaran terpadu (tematik), karena pemikiran anak-anak kelas 1 masih
bersifat holistik. Selain itu pembelajaran tematik membuat siswa lebih aktif (terlibat
aktif dalam pembelajaran), fleksibel dan sesuai dengan minat dan perkembangan siswa.

3. Apabila kita mengajarkan pembelajaran tematik di kelas 1 dengan tema sayur-


sayuran, maka tema ini dapat dikembangkan untuk membelajarkan siswa pada berbagai
mata pelajaran yang terkait dengan tema itu, misalnya: untuk mata pelajaran bahasa,
siswa dapat diminta menuliskan jenis-jenis sayuran yang biasa mereka jumpai di pasar,
untuk mata pelajaran IPA siswa dapat diajak untuk mengenal bagian-bagian tumbuhan
yang digunakan sebagai sayuran seperti daun, batang, bunga, buah, atau umbi. Pada
mata pelajaran PKn misalnya, guru dapat mengajarkan perilaku jujur dalam kegiatan
jual beli di pasar, serta untuk pelajaran Penjaskes, bahwa untuk tumbuh sehat, kita
membutuhkan zat-zat bergizi berupa vitamin yang terdapat dalam sayur-sayuran yang
kita konsumsi.

TUGAS AKHIR PROGRAM (TAP)


PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
(KODE MATA KULIAH - PDGK 4500)

Penting!
Kerjakanlah soal ujian ini dengan jujur, jika terbukti melakukan kecurangan/contek-mencontek
selama ujian, Anda akan dikenai sanksi akademis berupa pengurangan nilai atau tidak
diluluskan (diberi nilai E).
Apabila terbukti menggunakan JOKI pada saat ujian, semua mata kuliah yang ditempuh akan
diberi nilai E.

Baca dengan cermat kasus-kasus berikut ini, kemudian jawab pertanyaan yang mengikutinya.

Kasus I

Bu Sinta guru kela II SD Metropolis yang sudah mengajar selama 2 tahun. Suatu hari
dalam pelajaran bahasa Indonesia, Ibu Sinta akan mengajarkan anak-anak untuk
mendeskripsikan berbagai macam benda. Pelajaran dimulai dengan menanyakan kepada
anak-anak apakah mereka tahu boneka?
secara serentak anak-anak menjawab "Tahu Bu.."
Kemudian Ibu Sinta menyuruh anak-anak menceritakan apa yang diketahuinya tentang
boneka
"Rambutnya pirang" Jawab Nia.
"Kulitnya Putih" Jawab Tari.
"Bonekaku kulitnya hitam" sanggah Dian.
Setelah beberapa anak menjawab, Ibu Sinta menuliskan 10 jenis benda di papan tulis,
yaitu: obat, nasi, baju, sepeda, sepatu, uang, bunga, meja, gelas dan rumah.
Ibu Sinta :"Coba tuliskan di bukumu apa yang kamu ketahui tentang setiap benda ini."
Ibu Sinta memandang anak-anak sejenak, kemudian berkata "Mengerti anak-anak?
Mengertii... (jawab anak-anak serempak)
Anak-anak berusaha menuliskan apa yang diketahuinya tentang benda-benda tersebut.
Setelah selesai, Ibu Sinta menyuruh satu orang anak untuk membacakan apa yang
ditulisnya. Mendengar hasil pembacaan tadi, Ibu Sinta sangat kecewa tetapi mencoba
menahan diri.
Dengan suara tidak bersahabat anak yang membaca tadi disuruh duduk, dan semua
anak disuruh mengumpulkan pekerjaannya. Kekecewaan Ibu sinta menjadi-jadi setelah
melihat tulisan anak-anak secara keseluruhan. Deskripsi yang dituliskan anak-anak
sangat singkat, sebagain besar hanya terdiri dari satu kata, bahkan banyak yang kosong.
Ibu Sinta tidak bisa membayangkan mengapa ketika mendeskripsikan boneka, anak-
anak dapat memberikan jawaban yang beraneka ragam, tetapi setelah diminta
menuliskan deskripsi secara sendiri-sendiri, hasilnya sangat mengecewakan. 

PERTANYAAN

1. Identifikasikan satu hal positif dan satu hal negatif yang dilakukan oleh ibu Sinta
dalam pembelajaran di atas. Beri alasan mengapa hal tersebut anda anggap positif dan
yang satu lagi anda anggap negatif.

2. Mengapa anak tidak dapat mendeskripsikan benda-benda tersebut dengan baik?


Jelaskan jawaban anda dengan contoh yang diambil dari kasus diatas.

3. Jika anda akan mengajarkan anak-anak kelas II SD untuk mendeskripsikan berda


tertentu, media/alat bantu apa yang seyogiyanya anda gunakan? Berikan alasan
mengapa anda memilih media/alat tersebut.

4. Susunlah rancangan langkah-langkah kegiatan yang akan anda tempuh dalam


pembelajaran mendeskripsikan tersebut dengan menggunakan media/alat bantu yang
anda piih pada butir 3. Langkah kegiatan terdiri dari kegiatan awal, kegiatan inti, dan
kegiatan penutup. Beri alasan mengapa anda merancang langkah-langkah tersebut. 

Alternatif Jawaban Kasus 1

1. Kegiatan positif beserta alasannya


a. Melakukan apersepsi pada kegiatan awal pembelajaran
Menurut Gagne dan Briggs, guru harus melakukan apersepsi pada kegiatn awal
pembelajaran. Hal ini dilakukan untuk membangkitkan motivasi dan perhatian
siswa dalam kegiatan pembelajaran.

b. Objek yang dijadikan contoh pada apersepsi, diakrabi anak-anak atau berada
pada dunia anak.
Menurut David Ausubel, pelajaran akan bermakna jika siswa mampu
menghubungkan informasi atau materi pelajaran baru dengan konsep atau hal-
hal lainnya yang ada dalam struktur kognitif siswa.

Kegiatan negatif beserta alasannya


a. Tidak menghadirkan objek konkret untuk bahan deskripsi
Menurut Jean Piaget, anak usia 7-11 tahun berada pada tahap perkembangan
operasional konkret. Pada masa ini yang dapat dipikirkan oleh anak hanya
terbatas pada benda-benda konkret yang dapat dilihat atau diraba.
b. Tidak memberi contoh bagaimana cara mendeskripsikan yang benar
Dengan diberikan suatu contoh yang benar jawaban siswa akan terpola, terfokus
dan sistematis.
c. Tidak memberikan penguatan pada respon positif siswa yang diberikan sebagai
tanggapan terhadap pertanyaan yang diajukan guru.
Pemberian penguatan yang hangat, antusias dan tepat waktu akan bermakna
pada siswa, siswa menjadi termotivasi dan akan cenderung mengulangi perlakuan
yang diharapkan tersebut.

2. Alasan anak tidak bisa mendeskripsikan beserta alasannya.

a. Kemampuan anak menuangkan gagasannya kedalam bentuk tulisan masih


kurang, atau dengan kata lain kemampuan anak dalam menulis masih lemah.
- Hal ini terbukti ketika mereka mendeskripsikan secara lisan mampu, tetapi
ketika ditugasi kedalam bentuk tulisan, mereka tidak bisa menuangkannya.

b. Objek yang harus dideskripsikan kurang diakrabi anak dan berbentuk


bervariasi.
- Objek seperti uang, rumah, batu, gelas, meja dan lain-lain kurang diakrabi anak
selain itu bentuknya juga bervariasi yang memungkinkan anak sulit
mendeskripsikan. Misalnya obat, obat banyak macamnya ada tablet dan cair,
tabletpun bisa kapsul, ada tablet biasa dengan bentuk yang beragam.

c. Objek yang harus dideskripsikan tidak dihadirkan dalam bentuk nyatanya.


- Bu Sinta hanya menuliskan objek-objek yang harus dideskripsikan, tanpa
menghadirkan objek nyatannya, jelas ini sangat menyulitkan anak dalam
mendeskripsikannya. Seperti kata Kohlberg dan Gillingan "yang paling utama
penyebab terjadinya kesulitan belajar anak di SD adalah karena adanya upaya
mengajarkan materi yang abstrak kepada anak yang masih berada pada masa
operasional konkret.

3. Benda-benda yang diakrabi dan menarik bagi anak

Dengan menggunakan alat peraga seperti itu anak akan menjadi mudah dalam
belajar dan motivasi mereka akan meningkat. Hal itu sejalan dengan pendapat
David Ausubel dan Jeremi Burner. Menurut David Ausubel "Pelajaran akan
bermakna jika siswa mampu menghubungkan informasi atau materi pelajaran
baru dengan konsep atau hal-hal lainnya yang sebelumnya sudah ada dalam
struktur kognitif anak." Menurut Bruner "Motivasi intrinsik itu telah dimiliki
siswa, yaitu sifat mengingat secara alamiah. Mereka akan memiliki daya
kompetensi dalam belajar bila mereka menjadi tertarik pada apa yang mereka
pelajari. sulit memotivasi siswa terhadap apa yang tidak mereka senangi."

4. Langkah-langkah perbaikan

a. Kegiatan awal

 Menyiapkan alat peraga yang digunakan yaitu boneka, balon, jeruk, apel.
 Menyiapkan lembar kerja siswa.
 Melakukan apersepsi untuk membangkitkan motivasi dan perhatian siswa
dalam kegiatan pembelajaran. Misalnya dengan bertanya pada siswa
apakah mereka tahu boneka. kemudian mereka disuruh menceritakan apa
yang diketahuinya tentang boneka. Selanjutnya guru memberikan
penguatan terhadap respon positif yang diberikan siswa.
 Guru membagi siswa kedalam kelompok dengan anggota 3 atau 5 orang.

b. Kegiatan inti

 Guru menyampaikan tujuan pembelajaran khusus kepada siswa


 Guru mengingatkan dan sedikit mengulas kompetensi prasyarat dalam hal
ini pengertian mendeskripsikan yang sudah di pelajari sebelumnya.
 Menyampaikan alternatif pembelajaran yang akan ditempuh siswa, bahwa
mereka akan ditugasi untuk mendeskripsikan benda-benda yang dibawa
guru dalam kelompok kerja.
 Guru menampilkan satu contoh benda yang dibawa misalnya boneka,
dengan cara melibatkan siswa, guru memberikan contoh mendeskripsikan
yang benar.
 Selanjutnya secara berkelompok mendeskripsikan benda-benda yang
dipasang di depan kelas kedalam lembar kerja siswa. 
 Setelah selesai, masing-masing kelompok, diminta mendeskripsikan hasil
kerjanya, kelompok lainnya dirugasi untuk menyanggah atau memberi
komentar.
 Guru juga melaksanakan penilaian proses di sela-sela penyampaian materi.
 Selanjutnya hasil pekerjaan siswa dikumpulkan dan dievaluasi
 Guru melakukan tes formatif

c. Kegiatan akhir (penutup)

 Melakukan umpan balik


 Menyimpulkan materi pelajaran yang telah disampaikan
 Melaksanaka penilaian hasil
 Melaksanakan tindak lanjut kegiatan pembelajaran
 Mengemukakan tentang topik yang akan dibahas pada waktu yang akan
datang.
 Menutup kegiatan pembelajaran.

Alasan mengapa merancang pembelajaran seperti itu.

1. Pembelajaran sesuai dengan perkembangan kognitif anak SD. Menurut


Piaget, anak SD umumnya berada pada tahap perkembangan operasional
konkret. Mereka akan lebih cepat belajar dan menyerap informasi, jika
informasi dikemas secara konkret.
2. Pembelajaran sesuai dengan karakteristik anak SD. Menurut Robert J.
Havighurt, anak SD memiliki 4karakteristik senang bermain, bergerak,
belajar dn bekerja dalam kelompok, dan senang melaksanakan atau
melakukan atau meragakan sesuatu secara langsung. Karakteristik ini
membawa implikasi bahwa guru harus merancang model pembelajaran
yang memungkinkan adanya unsur permainan di dalamnya, anak bergerak
dan berpindah tempat, serta anak terlibat langsung dalam pembelajaran
dan penemuan informasi.
3. Sesuai dengan teori belajar konstruktivisme, bahwa pengetahuan bukan
seperangkat fakta atau konsep yang harus diterima, tetapi sesuatu yang
harus dirancang bangun atau dikonstruksi sendiri oleh siswa. Menurut
Zahorik, pembelajaran akan bermakna jika anak mengalami apa yang
dipelajarinya bukan mengetahuinya.
4. Jumlah anggota kelompok 3 atau 5 sesuai dengan pendapat Howar, "untuk
kegiatan-kegiatan semacam riset yang akhirnya siswa harus membuat
laporan dan menyajikan laporan di kelas, Howar menyarankan sebaiknya
terdiri dari 3 atau 5 orang agar dapat bekerja secara efektif. Lebih lanjut
dia juga menyarankan jumlah anggota sebaiknya ganjil, jangan genap
sehingga kalau suatu saat terjadi konflik dapat diatasi dengan voting dalam
penyelesainnya, selain itu jumlah gasal memungkinkan siswa tidak ngobrol
secara berpasangan karena ada satu orang yang akan tidak kebagian
pasangan.

TUGAS AKHIR PROGRAM (TAP)


PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
(KODE MATA KULIAH - PDGK 4500)

Penting!
Kerjakanlah soal ujian ini dengan jujur, jika terbukti melakukan kecurangan/contek-mencontek
selama ujian, Anda akan dikenai sanksi akademis berupa pengurangan nilai atau tidak
diluluskan (diberi nilai E).
Apabila terbukti menggunakan JOKI pada saat ujian, semua mata kuliah yang ditempuh akan
diberi nilai E.

Baca dengan cermat kasus-kasus berikut ini, kemudian jawab pertanyaan yang mengikutinya.

KASUS PEMBELAJARAN RINTO

Ketika duduk di kelas 5 SD, pelajaran matematika merupakan pelajaran yang paling  dibenci oleh
Rinto. Namun, setelah duduk di kelas 6 dan diajar oleh Pak Bondan, ia mulai menyukai matematika.
Pak Bondan selalu mengajak anak-anak untuk mengaitkan bentuk-bentuk bangun ruang yang sedang
dipelajari dengan benda-benda yang ada di sekitar anak-anak. Misalnya, ketika membahas kubus,
kerucut dan silinder, anak-anak diminta membawa benda-benda dari rumah seperti kotak sepatu, kaleng
susu, stoples dan caping (topi petani). Di samping benda-benda tersebut, Pak Bondan juga telah
menyediakan tiruan benda-benda tersebut dari kertas. Anak-anak dibimbing menemukan rumus untuk
menghitung volume atau isi benda-benda tersebut. Prestasi belajar Rinto pun meningkat. Ia sering
dipuji oleh Pak Bondan karena menyelesaikan pekerjaannya tepat waktu dan benar.

Namun dalam pelajaran lain, yaitu Bahasa Indonesia yang diajar oleh Ibu Umi (kebetulan di SD
tersebut diterapkan sistem guru bidang studi, khusus untuk kelas 6), Rinto merasa bosan. Ia sering
mengantuk, lebih-lebih ketika anak-anak diminta membaca secara bergilir. Supaya tidak dimarahi Bu
Umi, Rinto mencoba menghitung baris mana yang akan menjadi bagiannya. Baris itu diberi tanda.
Selanjutnya agar tidak mengantuk, Rinto yang memang gemar membaca, mengeluarkan komik yang
dibawanya dan menaruh di atas buku pelajaran Bahasa Indonesia. Ia membaca dalam hati komik
tersebut. Ketika gilirannya tiba, dengan tangkas Rinto membaca baris yang telah diberinya tanda. Bu
Umi yang duduk di depan tidak pernah tahu kalau selama teman-temannya membaca Rinto tidak
mendengarkan, tetapi membaca komik.

Soal : TAP S1 PGSD UT


1. Identifikasi 2 (dua) hal yang membuat Rinto menyukai matematika, dan berikan alasan masing-
masing, mengapa kedua hal tersebut anda anggap merupakan faktor yang membuat Rinto
menyukai matematika.
2. Identifikasi 3 (tiga) hal yang membuat Rinto bosan dan mengantuk dalam pelajaran bahasa
Indonesia. Berikan masing-masing alasan mengapa Ketiga hal tersebut membuat Rinto bosan
dan mengantuk.
3. Jika anda yang menjadi Bu Umi, cobalah rancang kegiatan belajar Bahasa Indonesia yang
mampu membuat anak-anak yang gemar membaca seperti Rinto mengembangkan potensinya
secara optimal. Uliskan 2 (dua) keunggulan rancangan tersebut, Dilihat dari hakikat pelajaran
Bahasa Indonesia di SD dan pendekatan belajar aktif.

Contoh Jawaban : Soal TAP S1 PGSD UT


1. Dua (2) hal yang membuat Rinto menyukai pelajaran matematika yang diajarkan
oleh Pak Bondan adalah:

 Pak Bondan menggunakan media pembelajaran yaitu alat peraga baik berupa model (yang
dibuat dari kertas) maupun benda nyata (yang diminta siswa untuk membawa dari rumah),
sehingga pembelajaran menjadi lebih bersifat konkret (tidak abstrak). Pembelajaran yang tidak
abstrak (bersifat konkret) membuat pelajaran lebih mudah dipahami oleh siswa (Rinto).
 Pak Bondan menggunakan benda-benda yang akrab dengan keseharian siswa sehingga
pembelajaran menjadi lebih kontekstual, seperti kotak sepatu, kaleng susu, stoples, dan caping
(topi petani). Pembelajaran yang kontekstual akan membuat siswa (Rinto) menjadi lebih merasa
terlibat, dan akan cenderung memunculkan rasa ingin berpartisipasi dalam proses pembelajaran.
 Anak-anak dibimbing untuk menemukan rumus untuk menghitung volume atau isi benda-benda
tersebut, bukan langsung diberi tahu. Hal ini, menurut falsafah konstruktivisme, akan membuat
pembelajaran lebih menarik, menggugah motivasi belajar, dan efektif.

2. Tiga (3) hal yang membuat Rinto bosan dan mengantuk dalam pelajaran Bahasa
Indonesia adalah:

 Bu Umi selalu menggunakan strategi mengajar yang sama, tidak bervariasi. Anak-anak
sering diminta membaca secara bergilir.

Alasan:
Karena seringnya guru melakukan pembelajaran dengan strategi ini, Rinto bahkan dapat menebak
bagian bacaan yang akan menjadi tugasnya. Ini membuatnya menjadi bosan. Sepertinya Bu Umi jarang
atau bahkan tidak pernah menggunakan strategi pembelajaran lain yang lebih menarik dan lebih efektif.
Rasa bosan tersebut dialihkan Rinto dengan membaca komik.

 Rinto sudah dapat menebak bagian bacaan yang akan menjadi gilirannya.

Alasan:Karena seringnya Bu Umi menggunakan strategi membaca bergilir, Rinto sudah dapat
menebak bagian bacaan (kalimat) yang akan menjadi tugasnya untuk membaca. Rinto, setelah menebak
dan memberi tanda di bagian tertentu dari bacaan tersebut merasa aman jika sampai tiba waktu
gilirannya membaca. Pada kenyataannya Rinto memang telah berhasil menebak bagian bacaan yang
menjadi tugasnya.

 Rinto adalah siswa yang cerdas sehingga pembelajaran Bahasa Indonesia yang dilakukan
Bu Umi tidak memberikan tantangan belajar yang berarti untuk Rinto.

Alasan:
Siswa-siswa cerdas seperti Rinto selalu memerlukan kegiatan belajar atau tugas-tugas yang menantang.
Kecerdasan Rinto terbukti dengan kemampuannya menebak bagian bacaan yang akan menjadi
tugasnya membaca. Ia juga cerdik, karena dapat mengelabui Bu Umi dan kawan-kawannya seakan-
akan sedang memperhatikan bacaan kawannya, bukan sedang membaca komik. Cara yang dilakukan
Rinto adalah dengan meletakkan komik di atas buku Bahasa Indonesia, sehingga siapapun pasti akan
menyangka ia sedang membaca buku Bahasa Indonesia tersebut.

 Bu Umi hanya duduk di depan dan tidak pernah berkeliling kelas untuk memperhatikan
kegiatan setiap siswanya, termasuk Rinto.

Alasan:
Kurangnya perhatian guru terhadap setiap siswa yang berada di kelasnya sangat penting untuk menjaga
agar semua siswa di kelas tersebut tetap aktif belajar, bukan melakukan kegiatan-kegiatan lain yang
tidak ada kaitannya dengan pembelajaran yang sedang dilaksanakan. Ini terbukti

2. Rancangan kegiatan belajar Bahasa Indonesia untuk anak yang gemar membaca
seperti Rinto:
Rancangan pembelajaran di bawah ini dimaksudkan sebagai rancangan pembelajaran Bahasa Indonesia
tentang membaca sekilas untuk menulis ringkasan berita.

Jenis
No. Kegiatan Belajar Kegiatan/Wakt
u

A. Kegiatan Awal 10’


Guru mengkondisikan kelas: apersepsi dan motivasi
K

Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai K

Guru memberikan penjelasan tentang tugas yang akan mereka lakukan K

Guru membagikan teks berita (guntingan koran) I

B. Kegiatan Inti

Siswa membaca dalam hati dan menulis pokok-pokok teks I/G (10’)

Siswa memadukan pokok teks yang telah ditulisnya G (5’)

Siswa menulis ringkasan berita G (5’)

Siswa memadukan ringkasan berita untuk direvisi secara tertulis G (5’)

Siswa membacakan hasil ringkasan berita yang telah direvisi dengan


diwakili oleh salah seorang G (10’)
anggota kelompok

Siswa memajang hasil revisi G (5’)

Siswa saling mengomentari hasil pekerjaan kawannya yang dipajang di


G (10’)
dinding-dinding kelas

C. Kegiatan Akhir 10’

Guru mengajukan pertanyaan tentang isi berita dan siswa menjawab secara
K/I
lisan

Guru bersama-sama siswa merangkum pembelajaran K

Guru bersama-sama siswa merefleksipembelajaran K

Guru menutup pelajaran K


Keterangan: K = Klasikal; I = Individual; G = Grup/Kelompok

3. Dua (2) keunggulan rancangan di atas adalah:

 Pada rancangan di atas, siswa tidak hanya mengembangkan keterampilan membaca, tapi juga
keterampilan menyimak, menulis (keterampilan berbahasa tulis), dan berbicara (keterampilan
berbahasa lisan).
 Pada rancangan pembelajaran di atas, kelas menjadi lebih aktif, dan seluruh siswa termasuk
siswa yang gemar membaca seperti Rinto akan dapat mengembangkan potensinya.

TUGAS AKHIR PROGRAM (TAP)


PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
(KODE MATA KULIAH - PDGK 4500)
Penting!
Kerjakanlah soal ujian ini dengan jujur, jika terbukti melakukan kecurangan/contek-mencontek
selama ujian, Anda akan dikenai sanksi akademis berupa pengurangan nilai atau tidak
diluluskan (diberi nilai E).
Apabila terbukti menggunakan JOKI pada saat ujian, semua mata kuliah yang ditempuh akan
diberi nilai E.

Baca dengan cermat kasus-kasus berikut ini, kemudian jawab pertanyaan yang mengikutinya.

Ibu Pratiwi mengajar di kelas 1 SD. Suatu hari, Ibu Pratiwi membacakan sebuah cerita. Anak-anak
mendengarkan dengan sungguh-sungguh. Setelah selesai membacakan cerita tersebut, Bu Pratiwi
bertanya
kepada anak-anak.
Bu Pratiwi: “Siapa nama anak yang pintar dalam cerita tadi?”
Anak-anak menjawab serentak: “Dewi”.
Bu Pratiwi: “ Bagus sekali anak-anak, sekarang coba tulis nama Dewi di buku masing-masing”.
Semua anak segera menulis. Bu Pratiwi berkeliling mengamati anak-anak menulis. Setelah semua anak
kelihatan selesai menulis, Bu Pratiwi meminta seorang anak maju ke depan untuk menuliskan kata
dewi di papan tulis.
Bu Pratiwi: “Siapa yang tulisannya sama dengan yang di papan tulis?”
Semua anak mengangkat tangan. Bu Pratiwi melanjutkan pertanyaan.
Bu Pratiwi: “Dewi tinggal di mana anak-anak? Yang menjawab, angkat tangan”
Semua anak mengangkat tangan. Bu Dewi menunjuk seorang anak.
Tika: “Di desa, Bu”.
Dari jawaban ini, Bu Pratiwi mengajak anak-anak bercerita tentang jenis-jenis tumbuhan yang ada di
desa, tentang sawah, tentang penerangan yang digunakan orang-orang di desa, tentang jual beli di pasar
desa, dan tentang sungai yang airnya sangat jernih dengan ikan-ikan yang berenang hilir mudik. Cerita
itu menjadi menarik karena Bu Pratiwi juga membawa gambar-gambar yan menarik tentang desa, yang
dipajangnya di papan tulis.

Pertanyaan:
1. Dilihat dari topik-topik yang dicakup dalam pembelajaran di atas, model pembelajaran apa yang
diterapkan oleh Bu Pratiwi? Jelaskan secara singkat 3 (tiga) karakteristik model pembelajaran tersebut.

2. Apakah model pembelajaran tersebut sesuai untuk anak kelas I? Dukung jawaban Anda dengan 3
(tiga) alasan yang terkait dengan perkembangan anak dan teori belajar.

CONTOH JAWABAN:

1. Model pembelajaran yang diterapkan oleh Bu Pratiwi adalah model pembelajaran terpadu. 3 (tiga)
karakteristik model pembelajaran terpadu adalah sebagai berikut:
• Berpusat pada siswa (student centered). Pada dasarnya pembelajaran terpadu merupakan suatu sistem
pembelajaran yang memberikan keleluasaan kepada siswa baik secara individu maupun secara kelompok. Siswa
aktif mencari, menggali, dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip dari suatu pengetahuan yang harus
dikuasainya sesuai dengan tingkat perkembangan mereka.

• Menekankan pembentukan pemahaman dan kebermaknaan. Pembelajaran terpadu mengkaji suatu fenomena
dari berbagai macam aspek yang membentuk semacam jalinan antarskemata yang dimiliki oleh siswa, sehingga
akan berdampak pada kebermaknaan dari materi yang dipelajari siswa. Hasil nyata yang didapat dari segala
konsep yang diperoleh dan keterkaitannya dengan konsep-konsep lain yang dipelajari, dan mengakibatkan
kegiatan belajar menjadi lebih bermakna. Dengan ini, dapat diharapkan kemampuan siswa untuk menerapkan
perolehan belajaranya pada pemecahan masalah-masalah nyata dalam kehidupannya.

• Belajar melaui proses pengalaman langsung. Pada pembelajaran terpadu siswa diprogramkan untuk terlibat
secara langsung pada konsep dan prinsip yang dipelajari dan memungkinkan siswa belajar dengan melakukan
kegiatan secara langsung, sehingga siswa akan memahami hasil belajarnya sesuai dengan fakta dan peristiwa
yang mereka alami, bukan sekedar informasi dari gurunya. Guru lebih banyak bertindak sebagai fasilitator yang
membimbing ke arah tujuan yang ingin dicapai. Sedangkan siswa, berperan sebagaipencari fakta dan informasi
untuk mengembangkan pengetahuannya

• Lebih memperhatikan proses daripada hasil semata. Pada pembelajaran terpadu dikembangkan pendekatan
penemuan terbimbing (discovery inquiry) yang melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran.
Pembelajaran terpadu dilaksanakan dengan mempertimbangkan minat dan kemampuan siswa sehingga
memungkinkan siswa untuk terus-menerus termotivasi untuk belajar.

• Sarat dengan muatan keterkaitan. Pembelajaran terpadu memusatkan perhatian pada pengamatan dan
pengkajian suatu gejala atau peristiwa dari beberapa mata pelajaran sekaligus, tidak dari sudut pandangnya yang
terkotak-kotak sehingga memungkinkan siswa untuk memahami suatu fenomena pembelajaran dari segala sisi,
yang pada gilirannya nanti akan membuat siswa lebih arif dan bijak dalam menyikapi dan menghadapi kejadian
yang ada.

• Bersifat fleksibel. Pembelajaran terpadu bersifat luwes (fleksibel), dimana guru dapat mengaitkan bahan ajar
dari satu mata pelajaran dengan mata pelajaran yang lainnya, bahkan mengaitkannya dengan kehidupan siswa
dan keadaan lingkungan dimana sekolah dan siswa berada.

2. Ya, model pembelajaran terpadu sesuai untuk anak kelas 1 SD, karena 3 alasan berikut:
• Sesuai dengan cara belajar anak. Anak yang duduk di kelas awal SD adalah anak yang berada pada rentangan
usia dini. Masa usia dini merupakan masa perkembangan yang sangat penting dan sering disebut periode emas
(the golden years). Siswa pada usia seperti anak kelas 1 SD masih melihat segala sesuatu sebagai satu keutuhan,
satu keterpaduan (berpikir holistik) dan memahami hubungan antar konsep secara sederhana. Piaget (1950)
menyatakan bahwa setiap anak memiliki struktur kognitif yang disebut schemata, yaitu sistem konsep yang ada
dalam pikiran sebagai hasil pemahaman terhadap objek yang ada dalam lingkungannya. Pemahaman tentang
objek tersebut berlangsung melalui proses asimilasi (menghubungkan objek dengan konsep yang sudah ada
dalam pikirannya) dan proses akomodasi (proses memanfaatkan konsep-konsep dalam pikiran untuk
menafsirkan objek). Belajar dimaknai sebagai proses interaksi anak dengan lingkungannya.

• Sesuai dengan tahap perkembangan intelektual anak yang berada pada tahap operasi konkret. Anak-anak
belajar dari hal-hal konkret, yakni yang dapat dilihat, dapat didengar, dapat diraba, dapat dirasa, dan dapat
dibaui. Proses pembelajaran masih bergantung pada objek-objek konkret dan pengalaman yang dialami mereka
secara langsung, di mana hal ini sesuai dengan falsafah belajar bermakna (meaningful learning). Pembelajaran
terpadu mengakomodasi kebutuhan anak untuk belajar dari hal-hal yang konkret sebagaimana yang telah
dilakukan oleh Ibu Pratiwi. Belajar bermakna merupakan suatu proses dikaitkannya informasi baru pada konsep-
konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang. Kebermaknaan belajar menghasilkan
pemahaman yang utuh sehingga konsep yang telah dipelajari akan dipahami dengan baik dan tak mudah
dilupakan.

• Saat proses belajar melalui pembelajaran terpadu, setiap anak, termasuk anak kelas 1 SD, tidak sekedar
menghafal konsep-konsep atau fakta-fakta belaka, tetapi juga berupa kegiatan menghubungkan konsep-konsep
untuk menghasilkan pemahaman yang lebih utuh. Ini juga sejalan dengan falsafah konstruktivisme yang
menyatakan bahwa anak mengkonstruksi pengetahuannya melalui interaksi dengan objek, fenomena,
pengalaman dan lingkungannya. Pengetahuan tidak dapat ditransfer begitu saja dari seorang guru kepada anak.

MODUL 1
HAKIKAT PENELITIAN TINDAKAN KELAS
Kegiatan Belajar 1
Penelitian dan Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas

Penelitian tindakan kelas (PTK) adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri melalui
refleksi diri dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sehingga hasil belajar siswa meningkat.
Karakteristik PTK adalah sebagai berikut.
1. An inquiry of practice from within (penelitian berawal dari kerisauan guru akan kinerjanya).
2. Self-reflective inquiry (metode utama adalah refleksi diri, bersifat agak longgar, tetapi tetap
mengikuti kaidah-kaidah penelitian).
3. Fokus penelitian berupa kegiatan pembelajaran.
4. Tujuannya: memperbaiki pembelajaran.
Dari karakteristik tersebut dapat dibandingkan ciri-ciri PTK dengan penelitian kelas dan penelitian
formal.
Guru dianggap paling tepat melakukan PTK karena: (1) guru mempunyai otonomi untuk menilai
kinerjanya, (2) temuan penelitian tradisional sering sukar diterapkan untuk memperbaiki pembelajaran,
(3) guru merupakan orang yang paling akrab dengan kelasnya, (4) interaksi guru-siswa berlangsung
secara unik, dan (5) keterlibatan guru dalam berbagai kegiatan inovatif yang bersifat pengembangan
mempersyaratkan guru mampu melakukan penelitian di kelasnya.
Kegiatan Belajar 2
Manfaat Keterbatasan, dan Persyaratan Penelitian
PTK bermanfaat bagi guru, pembelajaran/siswa, serta bagi sekolah. Manfaat PTK bagi guru adalah
sebagai berikut.

1. Membantu guru memperbaiki pembelajaran.


2. Membantu guru berkembang secara profesional.
3. Meningkatkan rasa percaya diri guru.
4. Memungkinkan guru secara aktif mengembangkan pengetahuan dan keterampilan.
Bagi pembelajaran/siswa, PTK bermanfaat untuk meningkatkan proses/hasil belajar siswa, di samping
guru yang melaksanakan PTK dapat menjadi model bagi para siswa dalam bersikap kritis terhadap
hasil belajarnya.
Bagi sekolah, PTK membantu sekolah untuk berkembang karena adanya peningkatan/kemajuan pada
diri guru dan pendidikan di sekolah tersebut.
Di samping manfaat, PTK mempunyai keterbatasan, yaitu validitasnya yang sering masih
dipertanyakan, serta tidak mungkin melakukan generalisasi karena sampelnya hanya kelas dari guru
yang berperan sebagai pengajar dan peneliti.
PTK memerlukan berbagai kondisi agar dapat berlangsung dengan baik dan melembaga. Kondisi
tersebut antara lain dukungan dari semua personil di sekolah, iklim yang terbuka yang memberikan
kebebasan kepada guru untuk berinovasi, berdiskusi, berkolaborasi, dan saling mempercayai di antara
personil sekolah, dan juga saling percaya antara guru dan siswa. Birokrasi yang terlampau ketat
merupakan hambatan bagi PTK.
________________________________________
MODUL 2
LANGKAH-LANGKAH PENELITIAN TINDAKAN KELAS
Kegiatan Belajar 1
Rencana dan Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas
Langkah-langkah dalam PTK merupakan satu daur atau siklus yang terdiri dari:
1. merencanakan perbaikan,
2. melaksanakan tindakan,
3. mengamati, dan
4. melakukan refleksi.

Untuk merencanakan perbaikan terlebih dahulu perlu dilakukan identifikasi masalah serta analisis dan
perumusan masalah. Identifikasi masalah dapat dilakukan dengan mengajukan pertanyaan pada diri
sendiri tentang pembelajaran yang dikelola. Setelah masalah teridentifikasi, masalah perlu dianalisis
dengan cara melakukan refleksi dan menelaah berbagai dokumen yang terkait. Dari hasil analisis,
dipilih dan dirumuskan masalah yang paling mendesak dan mungkin dipecahkan oleh guru. Masalah
kemudian dijabarkan secara operasional agar dapat memandu usaha perbaikan.

Setelah masalah dijabarkan, langkah berikutnya adalah mencari/ mengembangkan cara perbaikan, yang
dilakukan dengan mengkaji teori dan hasil penelitian yang relevan, berdiskusi dengan teman sejawat
dan pakar, serta menggali pengalaman sendiri. Berdasarkan hasil yang dicapai dalam langkah ini,
dikembangkan cara perbaikan atau tindakan yang sesuai dengan kemampuan dan komitmen guru,
kemampuan siswa, sarana dan fasilitas yang tersedia, serta iklim belajar dan iklim kerja di sekolah.
Pelaksanaan tindakan dimulai dengan mempersiapkan rencana pembelajaran dan skenario tindakan
termasuk bahan pelajaran dan tugas-tugas, menyiapkan alat pendukung/sarana lain yang diperlukan,
mempersiapkan cara merekam dan menganalisis data, serta melakukan simulasi pelaksanaan jika
diperlukan.
Dalam melaksanakan tindakan atau perbaikan, observasi dan interpretasi dilakukan secara simultan.
Aktor utama adalah guru, namun guru dapat dibantu oleh alat perekam data atau teman sejawat sebagai
pengamat. Agar pelaksanaan tindakan sesuai dengan kaidah PTK, perlu diterapkan enam kriteria
berikut.
1. Metodologi penelitian jangan sampai mengganggu komitmen guru sebagai pe
ngajar.
• Pengumpulan data jangan sampai menyita waktu guru terlampau banyak.
• Metodologi harus reliabel (handal) hingga guru dapat menerapkan strategi yang sesuai dengan situasi
kelasnya.
• Masalah yang ditangani guru harus sesuai dengan kemampuan dan komitmennya.
• Guru harus memperhatikan berbagai aturan (etika) yang berkaitan dengan tugasnya.
• PTK harus mendapat dukungan dari masyarakat sekolah.

Kegiatan Belajar 2
Observasi, Analisis Data, Tindak Lanjut, dan Laporan Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
Pengumpulan data dalam PTK dapat dilakukan dengan berbagai teknik seperti: observasi, catatan
harian, rekaman, angket, wawancara, serta analisis dokumen hasil belajar siswa.
Tahap observasi dan interpretasi dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan perbaikan. Selain
untuk menginterpretasikan peristiwa yang muncul sebelum direkam, interpretasi juga membantu guru
melakukan penyesuaian. Observasi yang efektif berlandaskan pada lima prinsip dasar yaitu: (1) harus
ada perencanaan bersama antara guru dan pengamat, (2) fokus observasi harus ditetapkan bersama, (3)
guru dan pengamat harus membangun kriteria observasi bersama-sama, (4) pengamat harus memiliki
keterampilan mengobservasi, dan (5) observasi akan bermanfaat jika balikan diberikan segera dan
mengikuti berbagai aturan. Ada empat jenis observasi yang dapat dipilih, yaitu: observasi terbuka,
observasi terfokus, observasi terstruktur, dan observasi sistematik. Observasi yang bertujuan memantau
proses dan dampak perbaikan dilakukan dengan mengikuti tiga langkah yang merupakan satu siklus
yang selalu berulang, yaitu: pertemuan pendahuluan (perencanaan), pelaksanaan observasi, dan diskusi
balikan. Agar ketiga tahap ini berlangsung efektif, hubungan guru dan pengamat harus didasari saling
mempercayai, fokus kegiatan adalah perbaikan, proses tergantung dari pengumpulan dan pemanfaatan
data yang objektif, guru didorong untuk mengambil kesimpulan, setiap tahap observasi merupakan
proses yang berkesinambungan, serta guru dan pengamat terlibat dalam perkembangan profesional
yang saling menguntungkan.
Selain melalui observasi, data mengenai pembelajaran dapat dikumpulkan melalui catatan/laporan
harian guru, catatan harian siswa, wawancara (antara guru dan siswa, pengamat dan siswa, serta
pengamat dan guru), angket, dan telaah berbagai dokumen.
Analisis data dilakukan dengan menyeleksi dan mengelompokkan data, memaparkan atau
mendeskripsikan data dalam bentuk narasi, tabel, dan/atau grafik, serta menyimpulkan dalam bentuk
pernyataan. Berdasarkan hasil analisis dilakukan refleksi, yaitu renungan atau mengingat kembali apa
yang sudah berhasil dikerjakan, mengapa berhasil. Berdasarkan hasil refleksi, guru melakukan
perencanaan tindak lanjut, yang dapat berupa revisi dari rencana lama, atau baru sama sekali.
________________________________________
MODUL 3
PERENCANAAN TINDAKAN KELAS
Kegiatan Belajar 1
Cara membuat Proposal
1. Menemukan masalah pembelajaran merupakan langkah awal dalam PTK. Masalah pembelajaran
sangat beragam, seperti masalah yang berkaitan strategi pembelajaran, hasil belajar siswa, sarana dan
fasilitas pembelajaran, atau kurangnya motivasi siswa dalam belajar. Untuk menemukan masalah, perlu
dilakukan identifikasi masalah.
2. Identifikasi masalah dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti: melakukan refleksi untuk
mendiagnosis pembelajaran yang kita kelola, melihat hasil belajar siswa, atau melakukan diskusi
dengan teman sejawat, bahkan dengan kepala sekolah atau dosen LPTK.

3. Masalah yang sudah diidentifikasi perlu dianalisis agar akar penyebab masalah dapat kita temukan.
Analisis masalah dapat dilakukan paling tidak dengan tiga cara: yaitu: (1) merenungkan kembali
masalah tersebut dengan melakukan introspeksi/refleksi melalui pertanyaan yang ajukan pada diri
sendiri, mengapa masalah tersebut sampai terjadi: (2) bertanya kepada siswa baik melalui angket
maupun wawancara langsung tentang persepsinya terhadap pembelajaran; serta (3) menelaah berbagai
dokumen seperti pekerjaan rumah siswa, soal-soal ulangan, serta hasil ulangan/latihan siswa. Analisis
berakhir jika akar penyebab masalah sudah ditemukan.
4. Berdasarkan akar penyebab masalah, kita dapat merumuskan masalah pembelajaran dalam bentuk
masalah/pertanyaan penelitian, yang akan dicari jawabannya dalam PTK. Sehubungan dengan itu,
rumusan masalah dibuat dalam bentuk kalimat tanya, mengandung aspek yang akan diperbaik' dan
upaya memperbaikinya.
5. Setelah masalah dirumuskan, hal berikut yang perlu dilakukan adalah mengembangkan tindakan
perbaikan, yang diperkirakan dapat mengatasi masalah pembelajaran. Untuk mengembangkan tindakan
perbaikan perlu dilakukan hal-hal berikut. Pertama, kaji teori-teori yang relevan. Kemudian, tetapkan
teori mana yang kira-kira sesuai diterapkan untuk mengatasi masalah tersebut. Kedua, berdiskusi
dengan pakar pembelajaran/pakar bidang studi untuk menemukan cara perbaikan atau memvalidasi
teori yang sudah ditetapkan. Ketiga, kita dapat mengingat pengalaman kita sendiri dalam mengatasi
masalah yang serupa.
Bagaimana pendapat Anda tentang rangkuman tersebut? Apakah sudah memuat butir-butir yang Anda
anggap penting? Bagaimana pula dengan rangkuman yang Anda buat sendiri? Jangan kecewa jika
rangkuman itu tidak sama. Sekarang bersiaplah mengerjakan Tes Formatif 2, untuk menguji tingkat
penguasaan Anda.

Kegiatan Belajar 2
Perencanaan Kegiatan
1. Rencana Perbaikan Pembelajaran (RP) dibuat dengan menggunakan format yang hampir sama
dengan format Rencana Pembelajaran (RP). Bedanya, dalam RPP terdapat tujuan perbaikan, deskripsi
kegiatan lebih rinci, pertanyaan, soal, dan kunci jawaban dicantumkan secara lengkap, sedangkan
dalam RP unsur-unsur tersebut tidak selalu ditulis. Format dapat disesuaikan dengan format yang
berlaku di sekolah masing-masing.
2. Untuk membuat RPP yang akurat dan dapat diandalkan dalam pelaksanaan, perlu dilakukan langkah-
langkah: (1) membuat skenario pembelajaran, (2) menyiapkan sarana dan fasilitas pembelajaran, (3)
menyusun RPP secara lengkap, (4) mensimulasikan pelaksanaan pembelajaran berdasarkan RPP untuk
melihat kelayakannya, serta (5) menyempurnakan RPP berdasarkan hasil simulasi.
3. Prosedur dan alat pengumpul data dtentukan berdasarkan masalah dan tujuan perbaikan. Jika guru
meminta teman sejawat untuk mengobservasi pelaksanaan perbaikan, lembar observasi harus
disepakati terlebih dahulu. Karena data yang dikumpulkan lebih cenderung kepada data kualitatif, maka
prosedur dan alat pengumpul data dapat berupa observasi dengan menggunakan lembar observasi,
wawancara berdasarkan panduan wawancara, catatan guru, dan refleksi.
4. Proposal PTK diperlukan jika guru ingin ikut perlombaan PTK atau mendapat dana untuk
melaksanakan PTK yang diusulkan. Format proposal biasanya ditentukan oleh sponsor/ penyelenggara.
Dari segi administratif proposal dapat bervariasi, namun dari segi substansi ke-PTK-an, pada umumnya
sama. Komponen kunci sebuah proposal PTK adalah sebagai berikut.
a. Judul.
b. Bidang Kajian.
c. Pendahuluan, yang memuat latar belakang munculnya masalah serta akar penyebab masalah.
d. Perumusan dan pemecahan masalah, yang terdiri dari: (1) perumusan masalah, (2) pemecahan
masalah, (3) tujuan penelitian, dan (4) manfaat penelitian.
e. Kajian Pustaka.
f. Rencana dan Prosedur Penelitian.
5. Di samping komponen kunci, juga terdapat komponen pendukung/komponen administratif,
seperti:jadwal penelitian, personalia penelitian, biaya penelitian, dan lampiran.
Bagaimana dengan rangkuman yang Anda buat? Apakah sudah memuat konsep-konsep esensial yang
diperlukan dalam merencanakan dan membuat proposal PTK? Jika belum, Anda dapat melengkapinya.
Kini tiba saatnya Anda mengerjakan Tes Formatif 2, untuk menguji tingkat penguasaan Anda.
________________________________________

MODUL 4
MELAKSANAAN PERBAIKAN DALAM PEMBELAJARAN
Kegiatan Belajar 1
Perbedaan Peran Guru Sebagai Pengajar dengan Sebagai Pengajar Pelaksanaan PTK
Sebagai pelaksana PTK, guru mempunyai peran % t gas yang lebih besar dibandingkan guru yang
mengajar tanpa melaksanakan PTK. Pada tahap perencanaan guru pelaksana PTK harus membuat
persiapan yang lebih rinci, menetapkan tujuan perbaikan, mencantumkan pertanyaan yang akan
diajukan, mendeskripsikan dengan cermat setiap langkah kegiatan, serta melakukan kesepakatan
dengan teman sejawat yang akan membantu mengamatinya.
Pada tahap pelaksanaan, di samping mengajar sebagai biasa, guru pelaksana PTK juga harus
mengumpulkan data yang terkait dengan tindakan perbaikan yang sedang dilaksanakan. Data dapat
dikumpulkan melalui catatan kecil, ingatan, dan pekerjaan siswa. Setelah pelajaran usai, guru pelaksana
PTK harus segera menghimpun data dan melakukan refleksi, melengkapi data yang masih kurang
melalui dialog dengan siswa dan teman sejawat yang membantu, serta melakukan analisis data sampai
ditemukan kesimpulan basil tindakan perbaikan yang akan dijadikan masukan untuk perencanaan
berikutnya.
Guru pelaksana PTK sangat perlu membangun kolaborasi dengan teman sejawat, baik di sekolah
sendiri maupun dari sekolah lain, serta dengan pakar bidang studi dan dosen LPTK. Kolaborasi perlu
dilakukan agar masalah yang dihadapi dapat dianalisis secara cermat, kemudian direncanakan tindakan
perbaikan yang sesuai dengan hakikat masalah, teori yang relevan, serta pengalaman di bidang yang
serupa. Kolaborasi dapat dilakukan melalui berbagai cara, seperti pertemuan KKG, PKG, pendekatan
pribadi, dan melalui media.
Setelah membaca rangkuman, tiba saatnya Anda menguji tingkat pemahaman Anda dengan
mengerjakan Tes Formatif 1 berikut ini.

Kegiatan Belajar 2
Melaksanaan Perbaikan Proses PBM
1. Pelaksanaan tindakan perbaikan harus diawali dengan persiapan akhir, yang meliputi
pemeriksaan/pengecekan berbagai kegiatan/ aspek berikut.
a. Komponen Rencana Perbaikan secara keseluruhan.
b. Kelogisan/kualitas pertanyaan yang akan diajukan.
c. Ketersediaan alat-alat pelajaran yang diperlukan.
d. Mencobakan alat-alat pelajaran yang akan digunakan.
e. Urutan kegiatan pada setiap tahap.
f. Kesiapan lembar observasi yang akan digunakan.
g. Kesiapan teman sejawat untuk membantu sebagai pengamat jika memang diperlukan.
Semua kegiatan ini perlu dilakuka
n untuk meyakinkan keberhasilan tindakan perbaikan. Setelah melakukan persiapan akhir, guru siap
untuk melakukan tindakan perbaikan.
2. Pelaksanaan tindakan perbaikan berlangsung di kelas guru sendiri sesuai dengan rencana perbaikan
yang telah disiapkan. Selama pelaksanaan perbaikan, di samping mengajar, guru mengumpulkan data,
yang dapat dilakukan dengan bantuan teman sejawat atau tanpa bantuan. Oleh karena itu, guru perlu
membuat catatan jika ada kesempatan, atau segera mencatat peristiwa penting setelah pelajaran usai.
3. Keberhasilan tindakan perbaikan banyak tergantung dari keyakinan guru akan langkah-langkah yang
telah disiapkan, kesiapan guru untuk melakukan perbaikan, dan tentu saja komitmen dan kerja keras.
4. Refleksi dilakukan setelah data pembelajaran diolah, atau setelah guru mempunyai gambaran tentang
keberhasilan/kegagalan atau kekuatan/ kelemahan tindakan perbaikan yang dilakukan. Kekuatan
ingatan dan kejujuran dalam melakukan refleksi akan sangat membantu guru menemukan kekuatan dan
kelemahan tindakan perbaikan yang telah dilakukan, sehingga dapat dihasilkan masukan yang
bermakna bagi perencanaan daur berikutnya.
Setelah membaca rangkuman, tiba saatnya Anda mengerjakan Tes Formatif 2 untuk menguji tingkat
penguasaan Anda.
________________________________________
MODUL 5
ANALISIS HASIL PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK)
Kegiatan Belajar 1
Analisis Hasil Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
1, Data penelitian tindakan kelas pada dasarnya dikumpulkan oleh guru yang berperan sebagai peneliti
dan pengajar, dan jika perlu dapat dibantu oleh teman sejawat. Data tersebut lebih banyak bersifat
kualitatif, meski ada juga yang berupa data kuantitatif.
2. Analisis data adalah upaya yang dilakukan oleh guru yang berperan sebagai peneliti untuk
merangkum secara akurat data yang telah dikumpulkan dalam bentuk yang dapat dipercaya dan benar.
3. Sehubungan dengan butir 2, maka analisis data dilakukan dengan cara memilih, memilah,
mengelompokkan, data yang ada, merangkumnya, kemudian menyajikan dalam bentuk yang mudah
dibaca atau dipahami. Penyajian hasil analisis data kualitatif dapat dibuat dalam bentuk uraian singkat,
bagan alur, atau tabel sesuai dengan hakikat data yang dianalisis.
4. Data kuantitatif dianalisis dengan statistik deskriptif untuk menemukan persentase, dan nilai rata-
rata. Penyajian hasil analisis dapat dilakukan dengan membuat tabel distribusi atau grafik.
5. Interpretasi data adalah upaya peneliti untuk menemukan makna dari data yang dikumpulkan untuk
menjawab pertanyaan penelitian. Interpretasi ini pada gilirannya akan menjadi temuan penelitian.

6. Analisis yang akurat dan cara penyajian yang tepat akan memungkinkan tafsiran/interpretasi hasil
penelitian yang akurat dan valid itu. Oleh karena itu, guru harus sangat berhati-hati dalam melakukan
analisis. Kekurang-akuratan dapat diminimalkan dengan melakukan "cross check" dengan sumber data
atau dengan data lain yang sejenis.
7. Agar mampu melakukan analisis data, guru harus banyak melakukan latihan dan bekerja dalam
kelompok.
Bagaimana dengan rangkuman yang Anda buat sendiri. Cobalah bandingkan. Tidak mustahil
rangkuman yang Anda buat lebih komprehensif dari rangkuman di atas.
Sekarang tiba saatnya Anda mengerjakan Tes Formatif 1, untuk menguji tingkat penguasaan Anda.

Kegiatan Belajar 2
Tindak Lanjut Hasil Perbaikan
1. Menyimpulkan adalah mengikhtisarkan atau memberi pendapat berdasarkan apa-apa yang diuraikan
sebelumnya. Sejalan dengan itu, kesimpulan atau simpulan adalah kesudahan pendapat atau pendapat
terakhir yang dibuat berdasarkan uraian sebelumnya.
2. Dalam kaitan dengan PTK, kesimpulan harus disusun secara singkat, padat, dan jelas; sesuai dengan
uraian, dan mengacu kepada pertanyaan penelitian/tujuan perbaikan. Di samping itu, kesimpulan harus
disusun secara sistematis sesuai dengan urutan pertanyaan penelitian/tujuan perbaikan.
3. Penyusunan kesimpulan seyogianya dilakukan melalui langkah-langkah: (1) memeriksa dan
memahami pertanyaan penelitian/tujuan perbaikan, (2) mencermati, menganalisis, dan mensintesis
deskripsi temuan, (3) menulis kesimpulan untuk setiap pertanyaan penelitian/tujuan perbaikan, (4)
mengurutkan setiap butir kesimpulan sesuai dengan urutan pertanyaan penelitian/tujuan perbaikan,
serta (5) memeriksa kesesuaian antara pertanyaan penelitian/tujuan perbaikan dengan deskripsi temuan,
dan kesimpulan.
4. Saran dimaknai sebagai: pendapat (usul, anjuran, cita-cita) yang dikemukakan untuk
dipertimbangkan. Dalam kaitan dengan PTK, saran merupakan pemikiran yang diajukan oleh guru
peneliti untuk menindaklanjuti hasil penelitiannya.
4. Saran tindak lanjut hasil PTK harus memenuhi rambu-rambu: (1) bersumber atau sesuai dengan
kesimpulan, (2) bersifat kongkret, operasional, dan penting, sehingga menarik untuk dilaksanakan oleh
guru, (3) jelas sasarannya, apakah ditujukan kepada guru atau sekolah, atau barangkali instansi lain,
serta (4) dapat meliputi hal-hal yang berkaitan dengan metodologi penelitian.
6. Pembuatan saran dapat dilakukan melalui langkah-langkah: (1) mencermati kesimpulan hasil PTK,
(2) mengkaji aspek-aspek dari kesimpulan tersebut yang perlu ditindaklanjuti, baik oleh guru peneliti,
guru lain, maupun sekolah, (3) menetapkan kepada siapa saran tersebut akan ditujukan, serta (4)
menulis saran.
________________________________________
MODUL 6
PENULISAN LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS
Kegiatan Belajar 1
Cara Penulisan Laporan Hasil PTK
1. Laporan PTK adalah laporan yang ditulis secara sistematis berdasarkan penelitian tindakan kelas
yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri. Laporan ini ditulis karena merupakan dokumen yang
dapat dijadikan acuan, harus diserahkan kepada pihak sponsor, serta dapat diketahui oleh umum,
terutama oleh para guru yang barangkali mengalami masalah yang sama dengan yang dilaporkan.
2. Sistematika laporan PTK pada umumnya tidak jauh berbeda dari laporan penelitian formal. Sesuai
dengan format Laporan PTK yang terdapat dalam Panduan Direktorat Jenderal Pendidikan, maka
Sistematika Laporan PTK dibuat sebagai berikut.

LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS


Halaman Judul
Lembar Pengesahan
Abstrak
Daftar Isi
. I. Pendahuluan
A. Latar Belakang Masalah (data awal dalam mengidentifikasi masalah, analisis masalah, dan
pentingnya masalah dipecahkan).
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
II. Kajian Pustaka

III. Pelaksanaan Penelitian


A. Subjek Penelitian (Lokasi, waktu, mata pelajaran, kelas, dan karakteristik siswa)
B. Deskripsi per Siklus: (rencana, pelaksanaan, pengamatan/pengumpulan data/instrumen, refleksi)
IV. Hasil Penelitian dan Pembahasan
. Deskripsi per siklus (data tentang rencana, pengamatan, refleksi), keberhasilan dan kegagalan,
lengkap dengan data.
A. Pembahasan dari setiap siklus.
V. Kesimpulan dan Saran
A. Kesimpulan
B. Saran

Daftar Pustaka
Lampiran

3. Judul penelitian hendaknya menggambarkan aktivitas perbaikan yang dilaksanakan sebagai fokus
PTK.
4. Abstrak memuat sari pati dari setiap komponen penelitian, mulai dari masalah, tujuan penelitian,
pelaksanaan penelitian, hasil dan pembahasan, serta kesimpulan dan saran. Dengan membaca abstrak,
orang akan mendapat gambaran umum mengenai PTK yang dilaporkan.
5. Pendahuluan memuat latar belakang munculnya masalah, analisis dan perumusan masalah, serta
tujuan dan manfaat penelitian.
6. Kajian pustaka menguraikan tentang berbagai teori/hasil penelitian yang terkait dengan masalah
penelitian, yang dapat dijadikan acuan dalam merancang perbaikan dan membahas hasil penelitian.
7. Pelaksanaan penelitian mengungkapkan tentang subjek penelitian, prosedur pelaksanaan per siklus,
mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengumpulan data, dan cara refleksi.
8. Hasil Penelitian dan Pembahasan menyajikan hasil penelitian setiap siklus dengan data lengkap,
mulai dari perencanaan, pelaksanaan pengamatan, refleksi, yang berisi penjelasan tentang keberhasilan
dan kelemahan yang terjadi. Bagian ini didukung dengan tabel dan grafik, dan disertai dengan
pembahasan mengapa hasilnya seperti itu.
9. Kesimpulan dan saran berisi kesimpulan dari hasil penelitian dan saran untuk menindaklanjuti hasil
penelitian tersebut.
10. Daftar Pustaka memuat semua sumber yang digunakan sebagai acuan, yang disusun berdasarkan
abjad dengan menggunakan gaya penulisan tertentu.
Kegiatan Belajar 2
Diseminasi Hasil PTK
1. Dalam menulis laporan PTK, perlu diperhatikan berbagai ketentuan, seperti: (1) etika penulisan, (2)
penggunaan bahasa Indonesia ragam tulis, serta (3) berbagai ketentuan teknis.
2. Etika penulisan mencakup: (1) kejujuran, (2) keobjektifan, dan (3) pengutipan. Ketiga aspek ini
sangat berkaitan erat. Kejujuran menuntut penulis jujur terhadap diri sendiri dan orang lain dengan cara
mengungkapkan dan menafsirkan data/informasi apa adanya tanpa dicampuri oleh kepentingan pribadi.
Keobjektifan menuntut penulis menyajikan informasi sebagaimana adanya, tanpa manipulasi, sehingga
apa yang dibaca oleh pembaca memang benar adanya. Pengutipan berkaitan dengan mengutip atau
menggunakan pendapat orang lain dalam tulisan. Dalam hal ini, penulis harus mencantumkan sumber
kutipan dengan mengikuti aturan yang berlaku.
3. Penggunaan bahasa Indonesia ragam tulis, menuntut penulis memperhatikan kaidah-kaidah bahasa
tulis, sehingga tingkat keterbacaan laporan menjadi tinggi. Kaidah bahasa tulis paling tidak mencakup:
(1) pilihan kata, (2) struktur kalimat, (3) paragraf, dan (4) ejaan. Kata/istilah yang digunakan dalam
laporan seyogianya merupakan kata/istilah baku yang diketahui oleh umum, kalimat cukup lugas dan
memenuhi unsur-unsur kalimat sempurna, paragraf merupakan paparan buah pikiran yang utuh, serta
cara penulisan harus mengikuti aturan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD).
4. Ketentuan teknis berkaitan dengan penampilan laporan yang mudah dibaca. Ketentuan ini
mencakup, sistem penomoran, cara mengutip, serta huruf, spasi, dan margin. Sistem penomoran dapat
menggunakan sistem digit atau campuran angka dan huruf, asal digunakan secara konsisten. Cara
mengutip mengikuti aturan American Psychology Association (APA); sedangkan huruf yang
digunakan adalah Times New Roman atau Arial dengan font size 12, spasi 1,5; serta margin 4 cm dari
pinggir kiri dan atas, dan 3 cm dari pinggir kanan dan bawah.
5. Laporan PTK dapat didiseminasikan melalui berbagai pertemuan tatap muka seperti seminar, rapat
kerja, kelompok kerja guru (MGMP dan PKG); di samping melalui berbagai media, seperti majalah,
jurnal, atau buletin.

RANGKUMAN LENGKAP PENGANTAR PENDIDIKAN (MKDK4001) MODUL 1-


9

TUGAS I
RANGKUMAN
PENGANTAR PENDIDIKAN (MKDK4001)
MODUL 1-3
MODUL 1
HAKIKAT MANUSIA DANPENDIDIKAN
Rangkuman KB 1: Pengertian dan Aspek-aspek Hakikat Manusia
Permasalahan tentang hakikat manusia merupakan objek studi salah satu cabang metafisika, yaitu
antropologi (filsafat antropologi). Hakikat manusia adalah seperangkat gagasan atau konsep yang
mendasar tentang manusia dan makna eksistensi manusi di dunia. Pengertian hakikat manusia
berkenaan dengan “prinsip adanya” (principlede’etre) manusia.
Aspek-aspek hakikat manusia, meliputi asal-usulnya, struktur metafisiknya, serta karakteristik dan
makna eksistensinya di dunia.
Manusia adalah makhluk Tuhan Yang Maha Esa, atas dasar keimanan hal ini jelas kita akui dan kita
pahami; dalam filsafat hal ini didukung oleh argumen kosmologi, sedangkan secara faktual terbukti
adanya fenomena kemakhlukan yang dialami manusia.
Manusia adalah kesatuan badaniirohani, hidup dalam ruang dan waktu, sadar akan diri dan
lingkungannya, mempunyai berbagai kebutuhan, insting, nafsu, dan tujuan hidup. Manusia memiliki
berbagai potensi, yaitu potensi untuk mampu beriman dan bertakwa  kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berbuat baik, cipta, rasa, karsa, dan karya.
Dalam eksistensinya manusia  memiliki berbagai aspek kehidupan individualisme, sosialitas,
kultural, moralitas, dan religius. Semua itu, mengimplikasikan interasksi atau komunikasi, historisitas,
dan dinamika.
Rangkuman KB 2:Hubungan Hakikat Manusia dengan Pendidikan
Setelah kelahirannya, manusia tidak dengan sendirinya mampu menjadi manusia. Untuk menjadi
manusia, ia perlu dididik dan mendidik diri. Sehubungan dengan ini M. J. Lengeveld menyebut
manusia sebagai Animal Educandum. Terdapat 3 asas antropologis yang mengimplikasikan bahwa
perlu manusia dididik dan mendidik diri, yaitu:
·         manusia adalah makhluk yang belum selesai menjadi manusia
·         tugas dan tujuan manusia adalah menjadi manusia
·         bahwa perkembangan manusia bersifat terbuka
Dalam kenyataannya manusia perlu dididik dan mendidik diri tersirat makna bahwa manusia dapat
dididik. M. J. Langeveld menyebutnya Animal Educabile. Terdapat 5 asas antropologis yang
mengimplikasikan kemungkinan manusia untuk dapat dididik, yaitu:
·         asas potensialitas
·         asas sosialitas
·         asas individualitas
·         asas moralitas
·         asas dinamik
Rangkuman KB 3: Pendidikan, Martabat, dan Hak Asasi Manusia
Pendidikan dapat kita definisikan sebgai humanisasi atau upaya memanusiakan manusia, yaitu
upaya membantu manusia untuk dapat bereksistensi sesuai dengan martabatnya sebagai manusia.
Sebab merealisasikan hakikatnya secara total maka pendidikan hendaknya merupakan upaya yang
dilaksanakan secara sadar denganbertitik tolak pada asumsi tentang hakikat manusia.
Hidup bagi manusia bukan sekadar hdidup sebgaimana hidupnya tumbuhan atau hewan, melainkan
hidup sebagai manusia. Hak hidup bagi manusia mengimplikasikan hak untuk mendapatkan
pendidikan. Hak inilah yang diperjuangkan berbagai organisasi internasional belakangan ini untuk
dimasukkan sebagai tambahan daftar hak asasi manusia.
Sebab hak asasi manusia diinjak-injak oleh penguasa pemerintahan monarki dan absolutisme,
tercatat dalam sejarah di Eropa, pada awalnya melalui pendidikan hak asasi diupayakan agar diperoleh
setiap individu warga negara. Selanjutnya, hak asasi manusia mengimplikasikan hak pendidikan dan
demokrasi pendidikan. Pendidikan mesti bersifat demokratis, dan dilaksanakan kewajiban belajar.
Mengenai hal ini, sehari setelah proklamasi kemerdekaannya, bangsa Indonesia telah menyatakan
bahwa pendidikan adalah hak setiap warga negara. Sekalipun menghadapi berbagai kendala, program
wajib belajar telah dimulai sejak 1950 dan sampai kini terus diupayakan. Orang tua, masyarakat,
pemerintah dan pemerintah daerah mempunyai hak dan kewajiban dalam bidang pendidikan sebagai
jaminan akan hak pendidikan bagi setiap individu atau warga negara. Hal ini sebgaimana dinyatakan
dalam UU RI No. 20 Tahun 2003.
MODUL 2
LANDASAN PENDIDIKAN
Rangkuman KB 1: Landasan yuridis dan landasan filosofis pendidikan
Landasan pendidikan merupakan asumsi-asumsi yang berfungsi sebagai titik tolak dalam berfikir dan
bertindak dalam rangka pendidikan. Agar sesuai dengan fungsi dan sifatnya serta agar dapat
dipertanggung jawabkan, pendidikan harus mempunyai landasan yang kokoh. Berdasarkan sumbernya,
landasan pendidikan meliputi landasan religius pendidikan, landasan filosofis pendidikan, landasan
ilmiah pendidikan dan landasan yuridis pendidikan. Landasan yuridis pendidikan nasional Indonesia
tersurat dalam seperangkat peraturan perundang-undangan yang berlaku di Negara Indonesia yang
berkenaan dengan pendidikan. Di dalam landasan yuridis pendidikan nasional termaktub, antara lain
tentang mengapa pemerintah harus bertanggungjawab melaksanakan pendidikan, hak warga Negara
untuk mendapatkan pendidikan, dasar pendidikan nasional, tujuan dan fungsi pendidikan nasional.
Landasan yuridis pendidikan tersebut bersifat ideal dan normative, asumsi-asumsinya diharapkan dan
mengikat untuk dijadikan titik tolak praktik pendidikan.
Terdapat berbagai aliran filsafat pendidikan (Idealisme, Realisme, Pragmatism), tetapi sebagaimana
tersurat dan tersirat dalam Pembukaan UUD NegaraIndonesia Tahun 1945 dan tersurat dalam Pasal 1
ayat (2) UU RI No.20 Tahun 2003 bahwa dasar pendidikan nasional adalah Pancasila dan UUD
Negara RI Tahun 1945. Karena itu, landasan filosofis pendidikan nasional merupakan asumsi-asumsi
filosofis pendidikan yang dideduksi dari filsafat Pancasila.
Rangkuman KB 2: Landasan Ilmiah Pendidikan
Landasan ilmiah pendidikan merupakan asumsi-asumsi pendidikan yang bersumber dari hasil studi
disiplin ilmu tertentu yang dijadikan tiitik tolak berpikir dan bertindak dalam rangka pendidikan.
Landasan ilmiah pendidikan, antara lain landasan psikologis pendidikan, landasan sosiologis
pendidikan, landasan antropologis pendidikan, landasan historis pendidikan, landasan ekonomi
pendidikan dan sebagainya.
Secara psikologis, individu memerlukan pendidikan untuk dapat menyelesaikan tugas-tugas
perkembangan sesuai tahap perkembangannya. Pendidikan merupakan upaya membantu peserta didik
untuk dapat menyelesaikan tugas-tugas perkembangan sesuai dengan tahap perkembangannya. Karena
itu, keberhasilan pendidik dalam melaksanakan peranannya akan dipengaruhi oleh pemahamannya
tentang perkembangan peserta didik serta kemampuan mengaplikasikannya dalam praktik pendidikan.
Pendidikan yang dilaksanakan menyimpang dari tahapan dan tugas-tugas perkembangan peserta didik
memungkinkan akibat negative dari perkembangan selanjutnya. Terdapat perbedaan asumsi mengenai
factor-faktor yang mempengaruhi perkembangan individu sebagaimana dikemukan tokoh-tokoh teori
empirisme, nativisme, dan konvergensi. Demikian juga terdapat perbedaan asumsi-asumsi mengenai
bagaimana individu belajar sebagaimana termuat dalam teori belajar atau psikologi behaviorisme,
kognitif, dan humanism.
Ditinjau dari sosiologi, pendidikan berarti sosialisasi. Pendidikan merupakan pranata social yang
berfungsi untuk mensosialisasikan generasi muda pada suatu masyarakat, agar terwujud homogenitas
atau konformitas. Ditinjau dari antropologi pendidikan berarti enkulturasi. Enkulturasi dilakukan
masyarakat karena kebudayaan menjadi milik manusia tidak dibawa dari sejak lahir, dan demi
mempertahankan eksistensi masyarakat itu sendiri. Ditinjau dari sejarah, pendidikan berarti enkulturasi
khusus. Sedangkan ditinjau dari ekonomi, pendidikan berarti human investmen. Terdapat hubungan
timbal balik antara pendidikan dengan masyarakat, demikian pula dengan kebudayaan dan ekonomi.
MODUL 3
LINGKUNGAN PENDIDIKAN
Rangkuman KB 1: Lingkungan Pendidikan Terpusat
Pendidikan: Keluarga, Sekolah, dan Masyarakat
Dalam arti luas pendidikan adalah hidup, semua pengalaman hidup yang berlangsung didalam
lingkungan dan berpengaruh positif bagi perkembangan individu adalah pendidikan. Sebab itu,
lingkungan dimana individu hidup merupakan lingkungan pendidikan baginya. Dalam konteks system
pendidikan dan konsep pendidikan sepanjang hayat, pendidikan dapat berlangsung baik didalam
lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat (Tri Pusat Pendidikan). Ketiga lingkungan
pendidikan tersebut merupakan komponen sistem pendidikan. Keluarga tergolong lingkungan
pendidikan informal, sekolah tergolong lingkungan pendidikan formal, sedangkan masyarakat (selain
keluarga dan sekolah) tergolong dalam pendidikan nonformal. Masing-masing lingkungan pendidikan
tersebut memiliki karakteristik tertentu berkenaan dengan tujuan pendidikannya, peserta didiknya, isi
pendidikannya, cara-cara pelaksanaan pendidikannya, evaluasinya, dan sebagainya. Namun demikian
antara lingkungan pendidikan keluarga, sekolah, dan masyarakat terdapat hubungan yang erat dan
saling melengkapi, baik berkenaan dengan kepentingan pendidikan bagi peserta didik maupun dalam
rangka pelaksanaannya.
Rangkuman KB 2: Pendidikan sebagai Suatu Proses
Proses pendidikan berlangsung dalam pergaulan (interaksi sosial) antara pendidik dengan peserta didik
dengan menggunakan isi, metode, dan alat pendidikan tertentu yang berlangsung dalam suatu
lingkungan untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Karakteristik pergaulan yang
mengandung situasi pendidikan sebagai suatu proses pendidikan adalah :
1.      Adanya upaya mempengaruhi
2.      Pengaruh itu datangnya dari orang dewasa yang ditujukan kepada anak (orang yang belum dewasa)
agar mencapai kedewasaan.
Kewajaran (wajar) dan ketegasan (tegas) merupakan 2 sifat yang harus diperhatikan dalam mengubah
situasi pergaulan biasa kedalam situasi pendidikan. Proses pendidikan bukanlah pembentukan
seseorang, melainkan usaha pengembangan potensi peserta didik atas dasar kedaulatan peserta didik
dan kewibawaan pendidik. Kewibawaan merupakan syarat mutlak proses pendidikan, syarat tehniknya
adalah kepercayaan, sedangkan dasarnya (motif intrinsik yang harus ada pada pendidik) adalah kasih
sayang. Faktor-faktor yang menentukan kewibawaan pendidik adalah kasih sayang terhadap anak,
kepercayaan bahwa anak akan mampu dewasa, kedewasaan, identifikasi terhadap anak, dan tanggung
jawab pendidikan. Dipihak lain, kepenurutan atau menurutnya anak didik (peserta didik) kepada
pendidik akan ditentukan oleh faktor kemampuan anak dalam memahami bahasa, kepercayaan anak
kepada pendidik, kebebasan anak dalam menentukan sikap, perbuatan dan masa depannya, identifikasi,
imitasi dan simpati. Tanggung jawab pendidikan pada mulanya berada di tangan orang dewasa
(pendidik), tetapi lambat laun seiring perkembangan kedewasaan peserta didik tanggung jawab tersebut
diserahkan dan diraih oleh peserta didik.
TUGAS 2
RANGKUMAN
PENGANTAR PENDIDIKAN (MKDK4001)
MODUL 4-6
MODUL 4
GERAKAN-GERAKAN PENDIDIKAN
Rangkuman KB 1: Progresivisme dan Esensialisme
Progresivisme berkembang dan melakukan gerakan dalam rangka perubahan soioal dan budaya dengan
menekankan pentingnya perkembangan individual. Hal ini merupakan penolakan terhadap pendidikan
tradisional yang otoriter dan formalisme yang berlebihan dalam pendidikan. Progresivisme didukung
oleh pragmatisme (John Dewey). Ontologinya bersifat evolusionistis dan pluralistis. Manusia
dipandang sebagai subjek yang bebas dan mempunyai intelegensi sebagai alat untuk hidup atau
memecahkan berbagai masalah dalam lingkungan dan kehidupan yang multi kompleks. Pengalaman
bersifat spasial, temporal, dinamin dan plural. Terdapat kesatuan antara pikiran dan pengalaman di
dalam perbuatan praktis. Epistemologi: pengetahuan yang diperoleh melalui pengalaman dan cara-cara
ilmiah yang mengaplikasikan logika deduktif dan induktif. Pengetahuan dikatakan benar jika dapat
diverifikasi dan diaplikasikan (instrumentalisme). Aksiologi: nilai diturunkan dari pengalaman manusia
yang riil. Sifat nilai berada dalam proses, relatif, kondisional, dan dinamis. Nilai memiliki kualitas
sosial dan individual. Sesuatu dinyatakan baik apabila berguna. Demokrasi dipandang sebagai nilai
ideal.
Pendidikan implikasi dari pandangan di atas maka pendidikan merupakan rekonstruksi pengalaman
yang terus-menerus, pendidikan adalah transisi kebudayaan, pendidikan adalah hidup itu sendiri.
Sekolah hendaknya merupakan miniatur masyarakat yang sesungguhnya. Tujuan pendidikan: agar
peserta didik mampu memecahkan masalah-masalah baru dalam kehidupan pribadinya maupun
kehidupan sosial yang terus berubah. Karena itu, kurikulumnya berbasis masyarakat, berpusat pada
peserta didik dan pengalaman, serta interdisipliner. Metode: mengutamakan problem solving, inquiry
and discovery method. Guru hendaknya berperan sebagai fasilitator dan pembimbing siswa belajar.
Sedang peserta didik berperan sebagai organisme yang memiliki kemampuan luar biasa untuk tumbuh.
Essensialisme berkembang dan melakukan gerakan sebagai protes terhadap progresivisme.
Essensialisme didukung oleh idelalisme dan realisme. Ontologi idealisme: realitas yang hakiki adalah
dunia ideal, sedangkan realitas material hanyalah copy dari realitas ideal. Manusia adalah
mikrokosmosl. Segala yang ada dan akan terjadi di dunia adalah menurut tata tertentu yang bersumber
dari yang absolut. Ontologi realisme: realitas bersifat eksternal dan objektif, di dalam realitas alam
terdapat hukum-hukum objektif (kausalitas). Manusia dan masyarakat tunduk pada hukum-hukum
tersebut. Manusia mempunyai intelegensi sebagai alat untuk menyesuaikan diri (beradaptasi) terhadap
lingkungan. Epistemologi idealisme: sumber pengetahuan adalah dari dalam diri karena manusia
mempunyai ide bawaan. Pengetahuan diperoleh melalui berpikir, intuisi atau introspeksil. Uji
kebenaran pengetahuan melalui teori uji koherensi atau konsistensi. Epistemologi realisme: sumber
pengetahuan adalah dari diri luar subyek. Pengetahuan diperoleh melalui pengalaman. Kebenaran
pengetahuan diuji melalui teori uji korespondensi. Aksiologi idealisme: nilai bersumber dari realitas
absolut, nilai bersifat abadi/tidak berubah, sedangkan menurut realisme: nilai bersumber dari hukum
alam dan adat istiadat masyarakat.
Pendidikan implikasi dari pandangan diatas maka pendidikan adalah proses konservasi kebudayaan.
Pendidikan harus didasarkan kepada nilai-nilai kebudayaan yang telah ada karena telah teruji dalam
segala zaman, kondisi, dan sejarah. Pendidikan adalah persiapan untuk hidup, bukan hidup itu sendiri.
Tujuan pendidikan adalah mentransmisi kebudayaan, sebab itu sekolah hendaknya berpusat pada
masyarakat.
Kurikulum: berisi berbagai pengetahuan dan agama yang dipandang esensial, dan subject matter
centered. Metode: mengutamakan metode tradisional yang berhubungan dengan disiplin mental. Guru
hendaknya berperan sebagai mediator dunia masyarakat/orang dewasa dengan dunia peserta didik; guru
adalah pengambil inisiatif dalam proses pendidikan, sedangkan peserta didikk berperan untuk
menyesuaikan diri terhadap nilai-nilai yang absolut atau terhadap masyarakat dan alam. Belajar adalah
menerima nilai-nilai sebagaimana diajarkan guru atau pendidik.
Rangkuman KB 2: Perenialisme dan Konstruktivisme
Perenialisme berkembang sebagai reaksi dan solusi yang ditawarkan atas terjadinya krisis kebudayaan
dalam kehidupan manusia moderen. Aliran filsafat ini didukung oleh idealisme (Plato), Realisme
(Aristoteles), Jumanisme Rasional dan Supernaturalisme (Thomas Aquinal).
Ontologi. Sesuai dengan latar belakangnya, aliran ini berpandangan bahwa manusia memerlukan
jaminan tentang “realitas yang universal-ada kapanpun dan di manapun sama”. Ontologinya berkenaan
dengan asas supernatural, teleologis, dan hyllemorphe. Karena itu, dikenal konsep individual thing,
accident, dan essensi. Epistemologi: pengetahuan diperoleh manusia melalui berpikir deduktif karena
itu harus bersandar pada self-evidence. Berpikir induktif juga diakui dalam rangka mempelajari
individual thing sebagaimana dilakukan dalam rangka mempelajari individual thing sebagaimana
dilakukan sains. Namun, sains mempunyai ketergantungan kepada filsafat untuk mendapatkan asas
mendasarnya (first principle). Aksiologi: hakikat nilai diturunkan dari yang absolut.
Pendidikan. Implikasi dari pandangan diatas, perenialisme memandang pendidikan sebagai cultural
regression; sebagai jalan kembali atau proses kembali manusia sekarang ke dalam kebudayaan masa
lampau yang dipandang sebagai kebudayaan ideal. Pendidikan bersifat universal, dan abadui.
Pendidikan adalah persiapan untuk hidup. Tujuan pendidikan adalah membantu peserta didik
menyingkap dan menginternalisasi nilai-nilai kebenaran yang abadi agar mencapai kebaikan dalam
hidup. Kurikulum bersifat subjek centered uniform, universal dan abadi. Mata pelajaran yang
mempunyai rasional konten berkedudukan lebih tinggi dari yang lainnya karena harus mengembangkan
rasionalitas manusia. Sumber isi kurikulum adalah karya-karya besar berupa the great book. Metode
pendidikan dilakukan melalui membaca dan diskusi karya-karya besar yang tertuang dalam the great
book.
Konstruktivisme berkembang dalam rangka mengatasi proses pendidikan yang pada umumnya
dilakukan melalui transfer pengetahuan dari guru kepada siswa. Parakonstruktivis ingin mengubah agar
siswa belajar melalui suatu proses dengan cara-cara yang bermakna memperkaya dan memungkinkan
siswa menginterpretasikan alam semesta dengan pengertian ilmiah.
Antologi konstruktivis tidak mengetahui apa sesungguhnya substansi realitas ini mereka tidak tertarik
atas persoalan tersebut.
Pendidikan konstruktivisme memandang pendidikan (mengajar) bukan sebagai kegiatan
menyampaikan pengetahuan melainkan membantu siswa berpikir secara benar dengan membiarkannya
berpikir sendiri. Mengajar adalah berpartisipasi dengan pelajar dalam mengkonstruksi pengetahuan,
membuat makna, mempertanyakan kejelasan, bersikap kritis, dan mengadakan justifikasi. Tujuan
pendidikan lebih mengutamakan perkembangan konsep dan pengetahuan yang mendalam.
MODUL 5
KONDISI PENDIDIKAN DI INDONESIA
Rangkuman KB 1: Kondisi Pendidikan di Indonesia
Pada masa awal perkembangannya, pendidikan di Indonesia sangat diwarnai oleh pendidikan yang
berbasis sosial budaya dilanjutkan dengan berbasis agama yang meliputi agama Hindu, Budha, Islam,
Katholik dan Kristen Protestan.
Pendidikan berbasis agama Hindu Budha berkembang pada masa kejayaan Hindu Budha. Begitu juga
pendidikan berbasis ajaran Islam berkembang sejak berkembangnya kerajaan Islam di Nusantara yang
bertahan di masa penjajahan Belanda. Penyebaran agama Islam melalui para wali songo kemudian
berkembang agama Khatolik yang dibawa misionaris oleh bangsa Portugis dan disusul Bangsa
Spanyol, sedangkan pendidikan berlandaskan ajaran Kristen Protestan dibawa oleh Belanda.
Pendidikan pada jaman penjajahan Belanda diarahkan untuk kepentingan penjajah melalui penyediaan
tenaga dan terampil yang akan digunakan oleh pemerintah kolonial.
Setelah kemerdekaan 17 agustus 1945 yang mana didalamnya memuat pancasila sebagai dasar negara.
Bersamaan dengan berjalannya revolusi fisik, pemerintah mulai mempersiapkan sistem pendidikan
nasional sesuai dengan amanat UUD 1945.
Rangkuman KB 2: Aliran Pendidikan di Indonesia
Perguruan Muhammadiyah lahir dibawah pengaruh kebangkitan nasional yang diawali dengan
berdirinya Budi Utomo tahun 1908 dan masuknya pengaruh pembaharuan dalam pemikiran Islam pada
awal abad ke 20. Baik pada zaman penjajahan Belanda maupun setelah merdeka, sekolah
Muhammadiyah menampung semua golongan masyarakat.
Pengakuan atas kebebasan anak adalah prinsip yang paling pokok pada taman siswa. Taman siswa
secara kuat memberikan corak pada sistem pendidikan nasional pada saat ini.
Ins Kayu Tanam. Pendidikannya didasarkan pada aktivitas dan bertujuan melahirkan dan memupuk
semangat bekerja dan percaya diri. Pendidikan kayu tanam tidak menggantungkan pada orang lain.
MODUL 6
ANTROPOLOGI PENDIDIKAN
Rangkuman KB 1: Kebudayaan, Kepribadian dan Pendidikan
Dalam arti sempit kebudayaan ditafsirkan orang sama dengan kesenian, sedangkan dalam arti luas
kebudayaan meliputi hampir seluruh kehidupan manusia. Ada 3 wujud kebudayaan,
1.      Wujud ideal
2.      Wujud sistem sosial
3.      Wujud fisik
Dalam masyarakat majemuk, kebudayaan dapat digolongkan kedalam kebudayaan suku bangsa,
kebudayaan umum lokal dan kebudayaan naional. Kebudayaan berfungsi sebagai dasar atau alat bagi
manusia dalam menghadapi realitas kehidupan dan menangani masalah. Kebudayaan memiliki
karakteristik organik dan superorganik, over dan cover, ideal dan aktual, serta stabil dan berubah.
Pendidikan merupakan salah satu pranata kebudayaan, pendidikan merupakan bagian dari kebudayaan.
Terdapat hubungan komplementer antara kebudayaan dan pendidikan. Kebudayaan menjadi input bagi
pendidikan, sebaliknya pendidikan memiliki konservasi dan inovasi bagi kebudayaan.
Rangkuman KB 2: Karakteristik dan Kemajemukan Sosial Budaya Indonesia
Manusia dan masyarakat Indonesia bersifat majemuk, tetapi mereka tetap satu, yaitu bangsa Indonesia.
Kemajemukan bangsa Indonesia meliputi karakteristik fisiknya, karakteristik lingkungan fisiknya, dan
sosial budaya. Karakteristiknya yakni bahwa suku-suku bangsa masyarakat Indonesia secara fisik dapat
digolongkan kedalam 3 ras yaitu negroid, pedoid, dan mongolid.
Lingkungan fisik kepulauan nusantara dimana masyarakat Indonesia tinggal juga bersifat majemuk.
Kemajemukan tersebut baik ditinjau secara tofografi, hidrologi. Lingkungan fisik tersebut ada yang
berupa gunung-gunung, perbukitan daratan, lembah, lautan, pantai dan tepian sungai diantaranya
banyak juga masih merupakan daerah pedalaman yang terpencil. Kemajemukan terwujud juga dalam
realitas sosial budaya Indonesia. Ada 3 golongan kebudayaan ;
1.      Kebudayaan suku bangsa atau kebudayaan daerah
2.      Kebudayaan umum lokal
3.      Kebudayaan nasional.
Rangkuman KB 3: Implikasi Karakteristik Manusia Indonesia pada Pendidikan
Pancasila dan UUD 1945 tergolong wujud ideal kebudayaan nasional. Pancasila berfungsi sebagai
falsafah hidup bangsa, serta jiwa dan kepribadian bangsa indonesia. Adapun wujud ideal dari
kebudayaan berfungsi sebagai dasar dan alat bagi manusia untuk dapat mengatasi berbagai masalah
dalam menghadapi lingkungannya dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya dan kelangsungan
hidupnya.
Profil karakteristik fisik, lingkungan fisik dan kemajemuakan sosial budaya Indonesia antara lain
berimplikasi terhadap sifat pengelolaan pendidikan, wajib belajar pendidikan 9 tahun, gerakan nasional
orang tua asuh, dan kurikulum pendidikan.
TUGAS III
RANGKUMAN
PENGANTAR PENDIDIKAN (MKDK4001)
MODUL 7-10
MODUL 7
PERUBAHAN SOSIAL DAN PENDIDIKAN
Rangkuman KB 1: Aspek-aspek penyebab Perubahan Sosial
Terdapat perbedaan antara perubahan budaya dengan perubahan sosial. Dalam aspek perubahan budaya
yang berubah adalah unsur-unsur budayanya seperti pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral,
hukum, adat istiadat, dan setiap kemampuan serta kebiasaan manusia sebagai masyarakat.
Aspek-aspek yang menyebabkan terjadinya perubahan sosial di Indonesia diantaranya demokratisasi,
globalisasi, dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Demokrasi merupakan proses
meningkatnya partisipasi masyarakat dalam berbagai kehidupan. Globalisasi adalah penyebab lain
terjadinya perubahan sosial. Globalisasi dapat menimbulkan dampak positif maupun negatif.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dapat memberikan kemudahan secara capat kepada
manusia seperti bidang kesehatan, pemukiman, cara berpikir, cara belajar dan cara hidup manusia.
Rangkuman KB 2: Perubahan Sosial Masyarakat Indonesia
Arus demokrasi, globalisasi, dan iptek telah menimbulkan perubahan sosial di Indonesia. Perubahan itu
antara lain nasionalisme dan otonomi daerah. Nasionalisme adalah suatu paham yang menjadi ilham
kepada sebagian terbesar penduduk dan mewajibkan dirinya untuk mengilhami anggota-anggotanya.
Pengertian nasionalisme ada yang didasarkan atas manusianya, dan didasarkan atas perpaduan politik,
sosial, ekonomi dan budaya. Otonomi daerah adalah pemberian wewenang dari pemerintah pusat
kepada pemerintah daerah dan daerah mempunyai kekekuasaan untuk merencanakan, melaksanakan
sendiri urusan yang diserahkan pemerintah pusat dengan konsekwensi bahwa daerah harus mampu
membiayainya pula.
MODUL 8
SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL
Rangkuman KB 1: Sistem dan Sistem Pendidikan
Konsep pendidikan meliputi 4 hal yaitu definisi sistem, ciri-ciri sistem, jenis-jenis sistem dan model-
model sistem. Intergrasi konsep sistem kedalam pemikiran akan memunculkan pandangan sistem atau
cara berpikir sistem. Pendekatan sistem melalui 3 aspek yaitu filsafat sistem, analisis sistem dan
manajemen sistem.
Sistem pendidikan nasional berada bersama sistem lainnya seperti sistem ekonomi, sistem politik dan
sosial budaya. Sebagai sistem terbuka sistem pendidikan nasional mengambil input dari lingkungannya.
Pada dasarnya terdapat 3 jenis sumber input utama bagi pendidikan ;
1.      Ilmu Pengetahuan, nilai-nilai dan tujuan yang berlaku di masyarakat
2.      Penduduk dan tenaga kerja yang tersedia
3.      Faktor ekonomi
Rangkuman KB 2: Sistem Pendidikan nasional
Sistem pendidikan nasional adalah keseluruhan komponen pendidikan yang saling terkait secara
terpadu untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.
Sistem pendidikan nasional diselenggarakan berdasarkan seperangkat landasan yuridis antara lain UUD
Negara RI 1945, UU RI NO 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional. Satuan-satuan
pendidikan tersebut terdapat 3 jalur pendidikan yaitu pendidikan informal,formal dan nonformal.
Dalam sistem pendidikan nasional terdapat 3 jenjang pendidikan yaitu pendidikan dasar, pendidikan
menengah, dan pendidikan tinggi.
MODUL 9
INOVASI PENDIDIKAN
Rangkuman KB 1: Inovasi dan Difusi Inovasi Pendidikan
Inovasi pada dasarnya merupakan pemikiran cemerlang yang bercirikan hal baru ataupun berupa
praktik tertentu berupa produk dari suatu olah pikir dan oleh teknologi yang diterapkan melalui tahapan
tertentu yang diyakini dan dimaksudkan untuk memecahkan persoalan yang timbul. Ciri utama inovasi
adalah memiliki kekhasan, unsur kebaruan dilakukan melalui program yang terencana dan bertujuan
untuk perbaikan. Perubahan dalam inovasi dapat berupa penggantian, perubahan, penambahan,
penyusunan, dan penguatan. Difusi inovasi dimaknakan sebagai penyebarluasan gagasan inovasi
melalui suatu proses komunikasi yang dilakukan menggunakan saluran tertentu tentang waktu tertentu
diantara anggota masyarakat. Ada 4 faktor yang mempengaruhi difusi inovasi:
1.      Esensi inovasi itu sendiri
2.      Saluran komunikasi
3.      Waktu dan proses penerimaan
4.      Sistem sosial
Rangkuman KB 2: Adopsi dan pelaksanaan Inovasi Pendidikan
Tahapan proses keputusan inovasi mencakup :
1.      Tahap pengetahuan
2.      Tahap bujukan
3.      Tahap pengambilan keputusan
4.      Tahap implementasi
5.      Tahap konfirmasi
Terdapat 5 jenis kelompok dalam proses adopsi inovasi yaitu : kelompok pembaharuan, adoptor awal,
mayoritas awal, mayoritas akhir, dan adoptor akhir. Karakteristik inovasi mempercepat adopsi inovasi
adalah keuntungan relatif, memiliki kekompakan, memiliki derajat kompleksitas, dapat dicobakan, dan
dapat diamati.
Diposkan oleh herman sah di 07.00

Anda mungkin juga menyukai