Anda di halaman 1dari 48

LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN

PELAKSANAAN BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH


DAN BANGUNAN (BPHTB) TERHADAP TANAH
WARIS DI KABUPATEN BADUNG
DITINJAU DARI PERDA NO 28 TAHUN 2013 DAERAH
WILAYAH NOTARIS-PPAT I MADE
BUDIRIYASA,S.H.,M.Kn.

Oleh : Made Edy Widiantara Maha Kusuma

NIM : 2020020115

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS TABANAN

TABANAN

2023
LEMBAR PENGESAHAN HASIL PRAKTIK KERJA LAPANGAN

PELAKSANAAN BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN (BPHTB)


TERHADAP TANAH WARIS DI KABUPATEN BADUNG
DITINJAU DARI PERDA NO 28 TAHUN 2013 DAERAH WILAYAH NOTARIS-PPAT I
MADE BUDIRIYASA, S.H, M.Kn.

KANTOR NOTARIS-PPAT I MADE BUDIRIYASA, S.H, M.Kn.

Oleh :
Made Edy Widiantara Maha Kusuma
NIM : 2020020115
Telah disetujui untuk diajukan pada tanggal, 22 Mei 2023

DOSEN PEMBIMBING

I Gusti Agus Yuda Trisna Pramana,S.H,M.H.

NIK: 091.081.023.168

Mengetahui;

Kepala Program Studi Fakultas Hukum

Universitas Tabanan

I Kadek Adi Surya,S.H,M.H.

NIK: 087.081.017.106

i
KATA PENGANTAR

Om Swastyastu

Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadapan Ida Sang Hyang Widhi

Wasa/Tuhan Yang Maha Esa karena atas karunianya, sehingga penulis dapat

menyelesaikan Laporan Praktik Kerja Lapangan (PKL) sesuai dengan waktu yang

telah ditentukan. Praktik Kerja Lapangan juga memberikan pengatahuan secara nyata

proses yang terjadi dilapangan. Setiap mahasiswa dapat membandingankan langsung

bagaimana ilmu secara teori dapat diaplikasikan secara praktis di masyarakat.

Kegiatan Praktik Kerja Lapangan yang dilakukan Notaris-PPAT pada Kantor

Notaris-PPAT I Made Budiriyasa, S.H., M.Kn., telah memberikan gambaran kepada

penulis tentang kegiatan Notaris-PPAT berjalan seiring dengan pembangunan

masyarakat baik dalam upaya pencapaian kesejahteraan khususnya dan pembangunan

sosial umumnya.

Atas kesempatan menambah wawasan tersebut, penulis tidak lupa menghaturkan

rasa terima kasih atas bimbingan pengajaran, arahan, dan ilmu pengetahuan yang

telah disalurkan selama ini yang begitu banyak membantu penulis kepada :

1. Bapak Dr. Ir. I Nengah Karnata, M.Si., selaku Rektor Universitas Tabanan

2. Bapak Dr. I Wayan Suardana, S.H., M.H., selaku Dekan Fakultas Hukum,

Universitas Tabanan.

3. Bapak I Kadek Adi Surya, S.H., M.H., selaku Ketua Prodi Fakultas Hukum

Universitas Tabanan.

ii
4. Bapak I Gusti Agus Yuda Trisna Pramana, S.H., M.H., sebagai Dosen

Pembimbing dalam pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan (PKL).

5. Para Dosen Pengampu di Jajaran Fakultas Hukum Universitas Tabanan

6. Bapak I Made Budiriyasa, S.H., M.Kn., selaku Notaris-PPAT atas kesempatan

dan fasilitasnya selama penulis melaksanakan Praktik Kerja Lapangan.

7. Asisten Notaris I Made Dedik Divarya, S.H., merupakan bagian lapangan dan

Ni Wayan Anitamayanti merupakan bagian Administrasi di kantor Notaris-

PPAT I Made Budiriyasa,S.H., M.Kn.

Penulis memohon maaf atas segala kekurangan dalam penulisan laporan Praktik

Kerja Lapangan. Penulis sangat menyadari kekurangan tersebut dan masih dalam

proses belajar kearah yang benar. Karena itu, penulis membutuhkan segala kritik dan

saran atas penulisan laporan ini.

Om Shanti Shanti Shanti Om

Tabanan, 18 Mei 2023

Penyusun,

Made Edy Widiantara Maha Kusuma

NIM : 2020020115

iii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................. ii

DAFTAR ISI ................................................................................................................ iv

DAFTAR TABEL ........................................................................................................ vi

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................. 1

1.1. Latar Belakang ................................................................................................... 1

1.2. Tujuan dan Manfaat ............................................................................................ 4

1.3. Rencana Kerja PKL ............................................................................................ 5

1.4. Metode PKL ....................................................................................................... 8

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN/INSTANSI TEMPAT PKL .......... 12

2.1. Profil Kantor Notaris-PPAT I Made Budiriyasa, S.H, M.Kn........................... 12

2.2. Struktur Kerja Kantor Notaris-PPAT I Made Budiriyasa, S.H, M.Kn. ............ 13

2.3. Uraian Tugas Kantor Notaris-PPAT I Made Budiriyasa, S.H, M.Kn. ............. 14

2.4. Jadwal Pelaksanaa Kegiatan Praktik Kerja Lapangan..................................... 15

BAB III PELAKSANAAN PKL DAN TEMUAN MASALAH ................................ 17

3.1. Pelaksanaan PKL .............................................................................................. 17

3.2. Temuan Masalah .............................................................................................. 23

iv
BAB IV PEMBAHASAN ........................................................................................... 25

4.1 Bagaimana pelaksanaan pengenaan tarif Bea Perolehan Hak atas Tanah dan

Bangunan terhadap Tanah Waris di Kabupaten Badung pasca pemberlakuan Perda

No 28 Tahun 2013. .................................................................................................. 25

4.2 Kendala-Kendala Pelaksanaan Pengenaan tarif BPHTB di Kabupaten Badung.

................................................................................................................................. 29

BAB V PENUTUP ...................................................................................................... 33

5.1. Kesimpulan ....................................................................................................... 33

5.2. Saran-Saran ...................................................................................................... 34

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 35

DAFTAR INFORMAN .............................................................................................. 37

LAMPIRAN-LAMPIRAN.......................................................................................... 38

v
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Jadwal Pelaksanaan Observasi Kegiatan Praktik Kerja Lapangan ................. 6

Tabel 2. Rencana Kerja Utama ..................................................................................... 9

Tabel 3. Rencana Kerja Rutin ..................................................................................... 10

Tabel 4. Rencana Kerja Pelengkap atau Tambahan. ................................................... 11

Tabel 5. Jadwal Kegiatan Praktik Kerja Lapangan. .................................................... 15

Tabel 6. Pelaksanaan PKL Kegiatan Kerja Utama atau Prioritas, Kegiatan Kerja Rutin

dan Kegiatan Kerja Pelengkap atau Tambahan. ......................................................... 22

Tabel 7. Perbandingan Tarif BPHTB Tanah Waris Dalam Perda Kab.Badung ......... 27

vi
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pada umumnya Negara yang memiliki administrasi pemerintahan modern

seperti Indonesia, penerimaan dari sektor perpajakan merupakan tulang punggung

penerimaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Sejak awal tahun

1980-an, penerimaan perpajakan sebagai sumber utama penerimaan Negara.

Penerimaan pajak merupakan gambaran partisipasi masyarakat dalam pembiayaan

penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan di negaranya. Sesuai falsafah

Undang-Undang Perpajakan, membayar pajak bukan hanya merupakan

kewajiban, tetapi merupakan hak dari setiap warga Negara untuk ikut

berpartisipasi dalam bentuk peran serta terhadap pembiayaan dan pembangunan

negara. Negara melihat peluang untuk mendapatkan pemasukan kas Negara dari

sektor Pajak salah satunya dengan adanya pemungutan Bea Perolehan Hak atas

Tanah dan Bangunan (selanjutnhya disebut BPHTB). Salah satu sumber potensi

pajak yang patut digali adalah jenis Pajak BPHTB. Setiap perolehan hak atas

tanah dan bangunan. BPHTB dipungut oleh pemerintah Indonesia sebagai Pajak

pusat berdasarkan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1997 jo Undang-Undang

Nomor 20 Tahun 2000 Tentang Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan

yang diberlakukan mulai tanggal 1 Januari 2001.

Pewarisan merupakan salah satu peristiwa hukum yang mengakibatkan

beralihnya hak kebendaan pewaris kepada ahli warisnya. Berdasarkan Pasal 528

1
2

KUHPerdata, hak mewaris diidentikkan dengan hak kebendaan, sedangkan

ketentuan Pasal 584 KUHPerdata menyebutkan bahwa hak waris sebagai salah

satu cara untuk memperoleh hak kebendaan. Karena itu hak waris diangggap

sebagai hak kebendaan. Salah satu hak kebendaan pewaris yang beralih kepada

ahli warisnya dapat berupa tanah. Dalam Peraturan Pemerintah Pasal 42 ayat (1)

dan (2) Nomor 24 Tahun 1997, ahli waris wajib untuk mendaftarkan peralihan

hak karena pewarisan, baik hak atas tanah dan bangunan yang sudah terdaftar.

Setiap peralihan hak atas tanah dan bangunan terutang BPHTB termasuk

peralihan karena pewarisan. Jumlah tersebut terutang sejak yang bersangkutan

mendaftarkan peralihan haknya ke Kantor Pertanahan Kabupaten atau Kota.

Besarnya pengenaan BPHTB sejak berlakunya Undang-Undang Nomor 28 Tahun

2009 Tentang Pajak dan Retribusi Daerah serta Peraturan Dirjen Pajak Nomor:

PER-47/PJ/2010 diatur lebih lanjut dalam peraturan daerah Kabupaten/Kota.

Sejak Januari 2011, Pemerintah Kabupaten Badung menetapkan Peraturan

Daerah Nomor 14 Tahun 2010 Tentang Bea Perolehan Hak atas Tanah dan

Bangunan sebagai peraturan pelaksana dari Undang-Undang Nomor 28 Tahun

2009 Tentang Pajak dan Retribusi Daerah. Mengenai tarif pajak BPHTB untuk

waris terdapat dalam Peraturan Daerah Nomor 14 Tahun 2010 tentang Bea

Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan, pada pasal 6 ayat 1 dan 2 yaitu : 1)

Tarif Pajak ditetapkan sebesar 5% (lima persen), 2) Pengenaan tarif pajak

sebagimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan sebesar 1% (satu persen) untuk

waris sepanjang tetap difungsikan sebagai lahan pertanian. Penetapan peraturan


3

tersebut mengatur perubahan mengenai tarif pajak BPHTB untuk waris yaitu pada

pasal 6 ayat 1 dan 2 Peraturan Daerah Nomor 28 Tahun 2013 tentang Perubahan

atas Peraturan Kabupaten Badung Nomor 14 Tahun2010 tentang Bea Perolehan

Hak atas Tanah dan Bangunan yang berbunyi : 1) Tarif Pajak ditetapkan sebesar

5% (lima persen), 2) Pengenaan tarif pajak sebagimana dimaksud pada ayat (1)

ditetapkan sebesar 0% (nol persen) untuk waris atau hibah wasiat yang diterima

orang pribadi yang masih dalam hubungan keluarga sedarah dalam garis

keturunan lurus satu derajat ke atas atau satu derajat kebawah dengan pemberi

hibah wasiat, termasuk suami/istri.

Perubahan tersebut memberi dampak yang baik terhadap masyarakat sebagai

wajib pajak khususnya bagi hibah wasiat, waris atau ahli waris karena tidak

merasa dibebani oleh pungutan tarif pajak. Undang-Undang Pajak Daerah dan

Retribusi Daerah sebagai salah satu dasar hukum pajak daerah, memberikan

kewenangan kepada pemerintah daerah Kabupaten Badung untuk memungut dan

mengelola sendiri BPHTB sehingga diharapkan dapat secara maksimal

meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) agar kesejahteraan masyarakat

Kabupaten Badung juga dapat meningkat. Undang-Undang Pajak Daerah dan

Retribusi Daerah hanya memberikan limitasi terkait pemungutan BPHTB di

daerah, kemudian memberikan rongga untuk pemerintah daerah dapat

mengekspansi regulasi tersebut menjadi sesuai dengan kabutuhan di daerah.


4

1.2. Tujuan dan Manfaat

Tujuan

Tujuan dari penulisan laporan ini adalah untuk mengetahui pelaksanaan

pengenaan tarif Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan terhadap Tanah

Waris di Kabupaten Badung pasca pemberlakuan Peraturan Daerah Nomor 28

Tahun 2013, dan mengetahui kendala-kendala yang timbul dalam pelaksanaan

tarif Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan terhadap Tanah Waris di

Kabupaten Badung.

Manfaat

Penelitian diharapkan dapat memberi manfaat secara teoritis dan secara

praktis, berikut penjelasannya:

1) Manfaat secara teoritis

Penlisan laporan ini dapat bermanfaat sebagai sumbangan pemikiran, baik

dalam rangka perkembangan ilmu hukum pada umunya, khususnya mengenai

pelaksanaan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan ditinjau dari Perda

No 28 Tahun 2013.

2) Manfaat secara praktis

Penelitian ini akan bermanfaat bagi pihak Dinas Pendapatan Daerah

terkait dan Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) dalam memberikan

informasi ilmiah sekaligus sebagai solusi pemecahan dan jalan keluar untuk

kendala yang menghambat pelaksanaan pengenaan tarif Bea Perolehan Hak

atas Tanah dan Bangunan terhadap Tanah Waris di Kabupaten Badung.


5

1.3. Rencana Kerja PKL

1. Teknis Pelaksanaan Observasi

Penulis sebelum melaksanakan kegiatan praktik kerja lapangan pada

Kantor Notaris-PPAT I Made Budiriyasa, S.H, M.Kn., terlebih dahulu penulis

berkonsultasi dengan Notaris-PPAT, juga melakukan observasi lokasi guna

menetapkan rencana kerja. Observasi sangat penting untuk memahami situasi

dan kondisi tempat kerja, tugas-tugas yang akan dikerjakan serta berbagai

informasi lainnya yang sangat diperlukan dalam pelaksanaan praktik kerja

lapangan. Selain melakukan observasi lokasi (melihat langsung tempat kerja

praktik), penulis juga melakukan observasi kepustakaan yakni membaca

litelatur (buku-buku) yang berhubungan dengan kenotariatan untuk

menambah wawasan dan pengetahuan penulis sebelum melaksanakan praktik

kerja lapangan.

2. Jadwal Pelaksanaan Observasi

Pada hari Kamis tanggal 30 Maret 2023, pukul 13:00 WITA, penulis

mendatangi kantor tempat akan dilaksanakannya kegiatan Praktik Kerja

Lapangan dan menghadap dengan Notaris-PPAT I Made Budiriyasa, S.H,

M.Kn., yang merupakan kepala kantor Notaris-PPAT untuk melaporkan

tentang rencana Praktik Kerja Lapangan dengan membawa surat permohonan

Praktik Kerja Lapangan dan pada hari itu juga di laksanakan penyerahan oleh

Fakultas Hukum Universitas Tabanan yang di wakili oleh I Gusti Agus Yuda

Trisna Pramana, S.H, M.H. Selaku Dosen Pembimbing mahasiswa Praktik


6

Kerja Lapangan. Selain berdiskusi dengan kepala kantor, penulis juga

dikenalkan dengan karyawan kantor, serta menunjukkan ruangan dan tempat

kerja di dalam kantor.

Tabel 1. Jadwal Pelaksanaan Observasi Kegiatan Praktik Kerja Lapangan

Bulan Maret
2023
No. Jenis Kegiatan Minggu 4
(Empat)
31 Maret 2023
1 Mengunjungi tempat Praktik Kerja Lapangan

dan berdiskusi dengan Notaris-PPAT I Made

Budiriyasa, S.H, M.Kn.

2 Berkenalan dengan karyawan kantor √

3 Observasi tempat praktik kerja lapangan √

Pelaksanaan observasi dilakukan pada hari tersebut mengingat situasi dan

kondisi kantor yang tidak terlalu besar dan luas, sehingga memudahkan

penulis untuk dapat langsung menyusun rencana kerja. Secara rinci jadwal

atau waktu pelaksanaan observasi dapat dilihat pada table berikut:

3. Teknis Penyusunan Rencana Praktik Kerja Lapangan

Penetapan dan penyusunan rencana praktik kerja lapangan di lakukan oleh

penulis setelah berdiskusi dengan Notaris-PPAT dan mengadakan observasi

langsung pada instansi terkait. Penetapan rencana kerja ini di lakukan berdasar
7

pada pertimbangan Notaris-PPAT, kepentingan kantor dan jangka waktu

pelaksanaan kegiatan praktik kerja lapangan pada Kantor Notaris-PPAT I

Made Budiriyasa, S.H, M.Kn. Maka kegiatan Praktik Kerja Lapangan

diklasifikasikan menjadi Kegiatan Utama yang merupakan Prioritas, Kegiatan

Rutin dan Kegiatan Tambahan atau Pelengkap.

4. Prioritas Rencana Praktik Kerja Lapangan

Penulis setelah mengumpulkan hasil observasi, kemudian membahasnya

terlebih dahulu dan mengajukannya kepada pimpinan kantor untuk

mempertimbangkan waktu pelaksanaan. Adapun prioritas praktik kerja

lapangan meliputi 3 (tiga) hal:

a) Rencana Kerja Utama atau Prioritas, meliputi antara lain :

1. Mempelajari akta-akta perjanjian yang dibuat oleh Notaris

2. Latihan mengisi draft akta

b) Rencana Kerja Rutin, meliputi antara lain :

1. Latihan menggaris akta

2. Latihan menjahit akta

3. Latihan mengetik dan print akta

c) Rencana Kerja Pelengkap atau Tambahan, yakni :

Mengantar dan mengambil surat ( bekerjasama dengan asisten notaris

bagian lapangan )
8

5. Penetapan Rencana Praktik Kerja Lapangan

Penetapan Rencana Praktik Kerja Lapangan dilakukan oleh penulis

melalui kesepakatan antara pihak kantor dengan penulis yang kemudian

secara resmi dikuatkan dalam surat keterangan penetapan Praktik Kerja

Lapangan Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Tabanan. Surat keterangan

tersebut di jadikan sebagai pedoman dan pegangan bagi kedua belah pihak

(Notaris-PPAT dan Mahasiswa) agar pelaksanaan kegiatan kerja dapat

terkontrol dengan baik dari awal sampai akhir kegiatan Praktik Kerja

Lapangan di laksanakan.

1.4. Metode PKL

Metode penulis untuk lebih memudahkan dalam melancarkan pelaksanaan

rencana praktik kerja lapangan, maka di susunlah pengorganisasian pelaksanaan

kegiatan terlebih dahulu mahasiswa mengklasifikasikan kegiatan utama yang

merupakan prioritas, kegiatan rutin dan kegiatan tambahan/pelengkap kemudian

menentukan penanggung jawab kegiatan-kegiatan tersebut serta cara

pelaksanaannya.

Penanggung jawab bertugas untuk mendampingi, mengontrol dan

memberikan masukan, evaluasi dalam pelaksanaan kegiatan-kegiatan tersebut

sesuai dengan tata cara dan instruksi dari pimpinan kantor. Penanggungjawab dan

pendamping yang direkomendasikan oleh pemimpin untuk mendampingi penulis

adalah asisten notaris bagian administrasi yakni : Ni Wayan Anitamayanti.


9

1. Rencana Kegiatan Kerja Utama atau Prioritas

Tabel 2. Rencana Kerja Utama

No Nama Kegiatan Penanggungjawab Cara Kerja

1 Mempelajari Notaris-PPAT I Made Mahasiswa diperkenalkan

akta-akta Budiriyasa,S.H,M.Kn. dengan jenis-jenis akta

perjanjian yang yang dibuat oleh notaris

dibuat oleh

notaris

2 Latihan Asisten notaris bagian Mahasiswa diperkenalkan

mengisi draft Administrasi : Ni dengan format akta dan

akta Wayan Anitamayanti. diajarkan mengisi akta

(bukan akta asli)

Rencana Kegiatan Kerja Utama, Prioritas utama penulis dalam

mengikuti praktik kerja lapangan pada kantor Notaris-PPAT I Made

Budiriyasa, S.H, M.Kn., adalah untuk mempelajari jenis-jenis akta

perjanjian yang dibuat oleh notaris dan berlatih mengisi draft akta.
10

2. Rencana Kegiatan Kerja Rutin

Tabel 3. Rencana Kerja Rutin

No Nama Kegiatan Penanggungjawab Cara Kerja

1 Latihan mengisi Asisten notaris bagian Mahasiswa diajarkan

akta administrasi : Ni bagaimana cara

Wayan Anitamayanti. menggaris salinan akta

2 Latihan menjahit Asisten notaris bagian Mahasiswa diajarkan

akta administrasi : Ni cara menjahit akta

Wayan Anitamayanti.

3 Latihan mengetik Asisten notaris bagian Mahasiswa diajarkan

dan print akta administrasi : Ni bagaimana cara

Wayan Anitamayanti. mengetik akta serta

print akta

Rencana Kegiatan rutin akan dilaksanakan oleh penulis selama

menjalankan kegiatan Praktek Kerja Lapangan pada Kantor Notaris-PPAT I

Made Budiriyasa,S.H,M.Kn., antara lain: latihan menggaris akta, latihan

menjahit akta, latihan mengetik dan print akta.


11

3. Rencana Kegiatan Kerja Pelengkap atau Tambahan

Tabel 4. Rencana Kerja Pelengkap atau Tambahan.

No Nama Penanggungjawab Cara Kerja


Kegiatan
Mengantar Asisten notaris Mahasiswa mendapingi
dan bagian lapangan: I untuk mengantar dan
mengambil Made Dedik mengambil surat, sehingga
surat Divarya, S.H. mahasiswa mengetahui
prosedur pengiriman dan
pengambilan surat

Kegiatan pelengkap merupakan kegiatan tambahan diluar prioritas

utama, penulis mengambil kegiatan mengantar dan mengambil surat sebagai

Rencana Kegiatan Pelengkap atau Tambahan.


BAB II

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN/INSTANSI TEMPAT PKL

2.1. Profil Kantor Notaris-PPAT I Made Budiriyasa, S.H, M.Kn.

Kantor Notaris-PPAT I Made Budiriyasa, S.H, M.Kn., didirikan dan tanggal

21 Oktober 2013, untuk PPAT (Pejabat Pembuat Akta Tanah) sesuai dengan

Surat Keputusan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor: 803/KEP-

17,3/X/2013. Dan pada tanggal 11 Desember 2015, untuk Notaris sesuai dengan

Surat Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia

Nomor: AHU-01154.AH 02.01.TAHUN 2015. Kantor Notaris-PPAT beralamat

di Jalan. Angantaka No 33 Angantaka, Abiansemal, Badung, Bali. Dengan No

Telp. 081806803347. Kantor tersebut merupakan milik pribadi dari Notaris-PPAT

I Made Budiriyasa, S.H, M.Kn., yang merupakan selaku kepala kantor Notaris-

PPAT tersebut. Dalam kantor terdapat dua ruangan dengan jumlah karyawan

sebanyak dua orang yakni: Ni Wayan Anitamayanti dan I Made Dedik Divarya,

S.H. Jam operasional kantor, setiap Hari Senin-Jumat, pkl. 09:00 -17:00 WITA

dan Hari Sabtu, pkl. 09:00-13:00 WITA, kecuali hari minggu dan setiap hari libur

nasional atau pada perayaan hari raya umat Hindu atau bila ada kebijakan lain

dari pihak kantor. Salah satu keunggulan kantor ini karena letaknya yang

strategis, pinggir jalan raya utama Desa Angantaka, Abiansemal, Badung, Bali.

12
13

2.2. Struktur Kerja Kantor Notaris-PPAT I Made Budiriyasa, S.H, M.Kn.

Berikut ini penulis akan memaparkan bagaimana struktur kerja pada kantor

Notaris-PPAT I Made Budiriyasa, S.H, M.Kn., sebagai berikut:

NOTARIS-PPAT
I Made Budiriyasa, S.H, M.Kn.

ASISTEN

BAGIAN ADMINISTRASI: BAGIAN LAPANGAN:

Ni Wayan Anitamayanti I Made Dedik Divarya,S.H.

Kantor Notaris-PPAT I Made Budiriyasa, S.H, M.Kn., dibantu oleh dua orang

asisten yang membidangi bagian administrasi dan bagian lapangan. Ruang

lingkup kegiatan atau pekerjaan pada Kantor Notaris-PPAT I Made Budiriyasa,

S.H, M.Kn., sebagai berikut:

1. Notaris-PPAT, membuat akta-akta otentik: mengesahkan surat-surat dibawa

tangan (legalisasi); mendaftarkan surat-surat dibawa tangan (waarmerking);

memberikan nasehat hukum/penjelasan mengenai aturan-aturan kenotariatan

kepada para pihak/klien; mengontrol dan mengevaluasi kinerja kerja asisten

notaris.
14

2. Bagian Administrasi : menerima klien dan mengatur waktu pertemuan dengan

Notaris-PPAT; membantu Notaris-PPAT dalam pembuatan dan penerbitan

akta (pengetikan, print, menggaris akta dan menjahit akta); pencatatan akta-

akta dan surat perjanjian; penggarisan akta/surat perjanjian; serta pembuatan

laporan bulanan.

3. Bagian Lapangan; pemasukan laporan tertulis pada instansi-instansi/lembaga

terkait kenotariatan; mengurusi dan melengkapi keperluan teknis kantor

notaris; mebantu bagian administrasi.

2.3. Uraian Tugas Kantor Notaris-PPAT I Made Budiriyasa, S.H, M.Kn.

Berdasarkan hasil observasi dengan Notaris-PPAT I Made Budiriyasa, S.H,

M.Kn., penulis diberikan tugas untuk membantu di bidang administratif namun

dalam lingkup yang terbatas sebagai mahasiswa magang (PKL) dengan orientasi

pada hal-hal dasar/teknis, penulis mengklasifikasikan menjadi tiga kegiatan yang

disetujui dari rencana kegiatan yang diajukan penulis kepada Notaris-PPAT yaitu:

Kegiatan Kerja Utama atau Prioritas, Kegiatan Kerja Rutin, Kegiatan Kerja

Tambahan atau Pelengkap. Kegiatan Kerja Utama diantaranya, mempelajari akta-

akta perjanjian, latihan mengisi form akta, Krgiatan Kerja Rutin diantaranya

latihan menggaris akta, latihan menjahit akta, latihan mengetik dan print akta.

Kegiatan Kerja Pelengkap atau Tambahan merupakan kegiatan kerja mengantar

dan mengirim surat.


15

Waktu kerja, sebagaimana mengikuti aturan kantor yakni: Setiap Hari Senin-

Jumat pkl. 09.00-17.00 WITA dan Hari Sabtu pkl. 09.00-13.00 WITA. Jam

istirahat (makan siang) pkl. 12.00-13.00 WITA. Penulis diberikan ketentuan

praktik pada Hari Senin s/d Jumat dengan ketentuan waktu yakni pkl.09.00-17.00

WITA.

2.4. Jadwal Pelaksanaa Kegiatan Praktik Kerja Lapangan

Tabel 5. Jadwal Kegiatan Praktik Kerja Lapangan.

N Nama Bagian Cara Kerja Jadwal Kegiatan


o Kegiatan Maret April Mei
4 1 2 3 4 1
Kantor Mahasiswa
1 Observasi Notaris-PPAT √

Pelaksanaan Pimpinan Mahasiswa


2 Kegiatan Kantor √ √ √
Kerja KKU, Notaris-PPAT
KKR dan
KKP

Pelaksanaan kegiatan kerja sesuai jadwal kegiatan kerja yang dilaksanakan

sebagai berikut, observasi dilaksanakan oleh mahasiswa pada minggu ke 4

(empat) pada tanggal 31 Maret 2023, dengan kegiatan mengunjungi tempat

Praktik Kerja Lapangan Kantor Notaris-PPAT I Made Budiriyasa, S.H, M.Kn.,

dilanjutkan dengan berkenalan dengan karyawan kantor. Pada minggu 1


16

(pertama), minggu 2 (dua) Bulan April dan minggu 1 (pertama) Bulan Mei 2023,

penulis melaksanakan Kegiatan Kerja Utama atau Prioritas, Kegiatan Kerja Rutin,

Kegiatan Kerja Pelengkap atau Tambahan.


BAB III

PELAKSANAAN PKL DAN TEMUAN MASALAH

3.1. Pelaksanaan PKL

Waktu pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan dilaksanakan oleh penulis selama

1 (satu) bulan terhitung semenjak Hari Kamis, tanggal. 29 Maret 2023 sampai

dengan tanggal. 12 Mei 2023, sesuai dengan ketentuan waktu Praktik Kerja

Lapangan mahasiswa semester 6 (enam) yang di tentukan oleh Fakultas Hukum

Universitas Tabanan, juga dengan mengikuti ketentuan dari pimpinan kantor dan

menyesuaikan dengan waktu kerja kantor yakni Hari Senin-Jumat, selama

terhitung dari tanggal. 29 Maret sampai dengan tanggal 12 Mei 2023 dalam

pelaksanaan waktu praktik kerja lapangan terdapat hari libur nasional diantaranya

tanggal. 07 April 2023 yang merupakan hari Wafatnya Yesus Kristus dan cuti

bersama dalam rangka menghormati Hari Raya Idul Fitri 1444 Hidjriah yang

berlangsung dari tanggal 17 April sampai dengan 29 April 2023. Penulis sendiri

telah menyelesaikan kegiatan praktik kerja lapangan ini sesuai dengan jadwal

kerja yang disepakati bersama sejak perencanaan kegiatan Praktik Kerja

Lapangan berdasarkan hasil observasi bersama pimpinan Kantor Notaris-PPAT I

Made Budiriyasa, S.H, M.Kn. Kegiatan kerja antara lain Kegiatan Kerja Utama

atau Prioritas, Kegiatan Kerja Rutin, Kegiatan Kerja Pelengkap atau Tambahan.

17
18

1. Kegiatan Kerja Utama atau Prioritas, Kegiatan yang dilaksanakan:

1. Mempelajari jenis-jenis akta perjanjian

Penulis selama menjalani kegiatan praktik kerja lapangan, diperkenalkan

dengan jenis akta perjanjian yang sering dibuat pada kantor notaris oleh

asisten bagian administrasi. Beberapa jenis akta perjanjian tersebut antara

lain: Akta Perjanjian Jual-Beli, Akta Perjanjian Hibah, Akta Perjanjian

waris. Jenis-jenis akta tersebut bukanlah akta asli, melainkan dalam bentuk

draft yang telah disimpat di dalam komputer. Penulis diijinkan untuk

membuka dan mempelajari jenis-jenis akta tersebut sambil mendengarkan

penjelasan dari Notaris-PPAT I Made Budiriyasa, S.H, M.Kn.

2. Latihan mengisi draft akta

Penanggung jawaban praktik kerja lapangan, setelah memperkenalkan

dan memberikan penjelasan tetang jenis-jenis akta perjanjian dalam bentuk

draft yang tersimpan di dalam computer, selanjutnya penulis diberikan

kesempatan untuk mengisi draft perjanjian, penulis didampingi untuk

membaca dan mengisi draft tersebut dengan memperhatikan hal-hal teknis,

seperti: Jenis akta dan penomoran akta; waktu pembuatan akta (hari,tanggal,

tahun, bulan, waktu, tempat pembuatan akta); identitas para pihak (diperoleh

melalui Kartu Tanda Penduduk, Kartu Keluarga, Akta Nikah, sesuai dengan

kebutuhan pembuatan sebuah akta/perjanjian); objek yang diperjanjikan; isi

perjanjian; saksi-saksi.
19

2. Kegiatan Kerja Rutin, Kegiatan yang di laksanakan:

1. Menggaris akta

Penulis selama kegiatan Praktik Kerja Lapangan diajarkan juga untuk

menggaris akta. Hal ini di lakukan dengan cara memberi batas-batas pada

samping kiri setiap baris akta. Fungsi adanya garis tersebut adalah untuk

menjaga agar kata-kata dalam akta tidak bias ditambahataupun dikurang.

Selain itu, fungsi lainnya adalah membantu kita untuk dapat membaca akta

tersebut secara lengkap. Awalnya penulis merasa kesulitan dalam menggaris

akta, namun penulis terus berlatih untuk memperoleh hasil yang maksimal.

2. Menjahit akta

Kegiatan menjahit akta meski terlihat mudah, namun penulis sendiri

perlu berlatih berulang kali untuk dapat menjahit dengan baik dan benar.

Kegiatan menjahit akta ini di maksudkan untuk menyatukan cover akta

notaris serta kertas akta agar menjadi satu dan bertujuan agar arsip tersebut

tidak tercecer. Dalam kegiatan praktik kerja lapangan ini, penulis

mengetahui cara menjahit akta yang diajarkan oleh asisten kantor notaris.

Teknis atau cara menjahit akta dapat penulis jabarkan sebagai berikut :

a. Buka lipatan cover akta, kemudia sejajarkan cover tersebut dengan

kertas salinan akta agar tidak keliru dan miring saat menjahit akta

tersebut.

b. Siapkan jarum untuk membuat 3 (tiga) lubang di bagian lipatan cover

akta dan kertas akta. Hitung 5 (lima) baris dari garis-garis yang ada
20

dalam kertas akta dari bawah ke atas untuk lubang bagian bawah.

Kemudian cara yang sama untuk membuat lubang di atas, tetapi

perhitungan 5 (lima) baris harus di hitung dari atas ke bawah. Untuk

lubang yang di tengah hitung 10,5 dari batas lubang yang berada di

bawah maupun di atas.

c. Kaitkan benang (benang wol) pada jarum. Kemudian, jarum di

masukkan di bagian tengah lubang bagian dalam atau luar cover, untuk

benang sisa di luar maka jarum di masukkan dari luar cover tetapi untuk

benang sisa berada di dalam cover jarum di masukkan dari dalam cover,

dari luar atau dalam jarum di tarik terus dan benang wol harus di sisakan

di bagian luar atau dalam cover sepanjang 5 cm lalu di masukkan ke

bagian atas menembus hingga di tengah kerta akta, kemudian terus ke

bagian bawah dan selanjutnya kembali ke tengah

d. Benang sisanya di sesuaikan sama panjang, kemudian diikat yang akan

di tempel stiker notaris.

3. Pengetikan akta

Pengetikan akta merupakan kegiatan prioritas dari kegiatan praktik kerja

lapangan yang di jalani oleh penulis. Dalam mengetik akta, pada dasarnya

penulis terlebih dahulu diajarkan langkah-langkah untuk mengetik akta.

Pembelajaran tersebut dimulai dengan pengajaran tentang membuat

instruksi akta pengikatan jual beli sesuai dengan data yang di berikan oleh

pimpinan kantor.
21

Pimpinan kantor turut berpartisipasi dalam pembelajaran tersebut

dengan cara membantu mengoreksi, memberikan masukan, serta sharing

pengalaman kerja kepada penulis. Penulis menyadari bahwa dalam latihan

mengetik akta di perlukan ketelitian dan kecermatan agar terhindar dari

kesalahan pengetikan.

4. Print akta

Pekerjaan print akta, diajarkan bagian administrasi kantor. Print akta

tidak sama dengan print pada kertas biasa yang modern saat ini. Dalam print

akta kita menggunakan print yang dalam mencetak tintanya memakai jarum

atau dotmetrik dengan tujuan agar apa yang dicetak di kertas print tahan

lama dan apabila terkena air tintanya tidak akan pudar. Selain itu 1 (satu)

lembar akta bias di pakai 4 (empat) halaman untuk di cetak. Jadi, dalam

melakukan kegiatan ini penulis harus teliti dalam meletakkan kertas dan

menyusun halaman karena mesinnya hanya akan mencetak perhalaman.

3. Kegiatan Kerja Tambahan, Kegiatan yang dilaksanakan

Penulis mendampingi untuk mengantar dan mengambil surat, sehingga

penulis mengetahui prosedur pengiriman dan pengambilan surat

penanggungjawab asisten Notaris-PPAT bagian lapangan : I Made Dedik

Divarya, S.H.
22

Tabel 6. Pelaksanaan PKL, Kegiatan Kerja Utama atau Prioritas, Kegiatan Kerja

Rutin dan Kegiatan Kerja Pelengkap atau Tambahan.

No Nama Kegiatan Kerja Cara Kerja Jadwal Kegiatan


Kegiatan April Mei
1 2 3 4 1
Mempelajari akta-
akta perjanjian yang √ √ √
1 Kegiatan dibuat oleh Notaris
Kerja Utama Mahasiswa
Latihan mengisi draft
atau Prioritas
akta √ √ √

Latihan menggaris
akta √ √ √
Latihan menjahit akta
2 Kegiatan Mahasiswa √ √ √
Kerja Rutin Latihan mengetik dan
print akta √ √

Kegiatan
3 Kerja Mengantar dan Mahasiswa √
Pelengkap mrngambil surat
atau
Tambahan

Pelaksanaan kegiatan Praktik Kerja Lapangan, diklasifikasikan berdasarkan

Pelaksanaan Kegiatan Utama atau Prioritas, Pelaksanaan Kegiatan Rutin,


23

Pelaksanaan Kegiatan Tambahan. Pelaksanaan Kegiatan Utama atau Prioritas

yaitu mempelajari akta-akta perjanjian yang dibuat oleh Notaris, latihan mengisi

draft akta dilaksanakan pada minggu 1(pertama), minggu ke 2 (dua) Bulan April

dan Minggu 1 (pertama) Bulan Mei 2023. Rencana Kegiatan Rutin yaitu latihan

menjahit akta, latihan menggaris akta, dilaksanakan pada minggu 1 (pertama),

minggu ke 2 (dua) Bulan April dan minggu 1 (pertama) Bulan Mei 2023, untuk

latihan mengetik dan print akta dilaksanakan pada minggu ke 2 (dua) Bulan April

dan minggu 1 (pertama) Bulan Mei 2023. Kegiatan Pelengkap yaitu kegiatan

mengantar dan mengirim surat yang di dampingi oleh asisten Notaris-PPAT

bagian Lapangan dilaksanakan pada Minggu ke 2 (dua) Bulan April 2023.

3.2. Temuan Masalah

Selama melaksanakan kegiatan Praktik Kerja Lapangan di Kantor Notaris-

PPAT I Made Budiriyasa, S.H, M.Kn., penulis menemukan permasalahan yang di

sampaikan oleh Notaris-PPAT I Made Budiriyasa, S.H, M.Kn., secara langsung

dalam diskusi penulis dan Notaris-PPAT masalah yang dialami merupakan

masalah Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) yang di

bebankan pada “Peralihan Hak Atas Tanah Berdasarkan Waris dan Hibah

Wasiat”. Merujuk pada Perda No. 28 Tahun 2013. Pemkab Badung melakukan

Perubahan terhadap tarif pajak BPHTB atas waris atau hibah wasiat menjadi 0%,

ini berarti waris atau hibah wasiat di Kabupaten Badung tidak dikenakan pajak

BPHTB. Pada kenyataannya merujuk pada das sollen dan das sein hal tersebut
24

tidaklah sama dengan fakta lapangan karena pajak BPHTB tetap dikenakan

kepada penerima dalam peralihan hak atas waris dan hibah wasiat. Dari temuan

masalah tersebut dapat di bentuk rumusan masalah sebagai berikut:

A. Bagaimana pelaksanaan pengenaan tarif Bea Perolehan Hak atas Tanah dan

Bangunan terhadap Tanah Waris di Kabupaten Badung pasca pemberlakuan

Perda No 28 Tahun 2013.?

B. Kendala-Kendala Pelaksanaan Pengenaan tarif BPHTB di Kabupaten

Badung.?
BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Bagaimana pelaksanaan pengenaan tarif Bea Perolehan Hak atas Tanah dan

Bangunan terhadap Tanah Waris di Kabupaten Badung pasca pemberlakuan

Perda No 28 Tahun 2013.

Berdasarkan ketentuan Pasal 1 angka 5 dan 6, Perda Kabupaten Badung

Nomor 14 Tahun 2010 sebagaimana telah dirubah dengan Perda Kabupaten

Badung Nomor 28 Tahun 2013 tentang Perubahan atas Perda Kabupaten Badung

Nomor 14 Tahun 2010 tentang Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan

(selanjutnya disebut BPHTB), pejabat yang diberi tugas perpajakan daerah adalah

Dinas Pendapatan Daerah (selanjutnya disebut Dispenda) Pesedahan Agung

Kabupaten Badung. Fungsi dan kewenangan Dispenda Pesedahan Agung

Kabupaten Badung adalah “Mengelola Pendapatan Daerah sebagai sumber

pembiayaan daerah dalam melaksanakan pembangunan daerah, dengan tujuan

agar kemandirian daerah dalam hal pembiayaan penyelenggaraan pemerintahan di

daerah dapat terwujud”. Sedangkan kewenangan Dispenda Pesedahan Agung

Kabupaten Badung adalah “Melakukan pemungutan atau pengenaan Pajak

Daerah untuk lebih mendorong Pemerintah Daerah dan terus berupaya untuk

mengoptimalkan Pendapatan Asli Daerah (PAD).”

Kinerja Dispenda Pesedahan Agung Kabupaten Badung terkait penerapan

sistem dan prosedur pengelolaan BPHTB didasarkan pada Peraturan Bupati

25
26

Badung Nomor 73 Tahun 2010 tentang sistem dan prosedur pengelolaan BPHTB

sebagai pelaksanaan Perda Kabupaten Badung Nomor 28 Tahun 2013 tentang

Perubahan atas Perda Kabupaten Nomor 14 Tahun 2010 Tentang BPHTB.

Dispenda Pesedahan Agung Kabupaten Badung dalam pelaksanaan tugas dan

fungsi pengelolaan BPHTB tidak bekerja sendiri, tetapi berkoordinasi dengan

lembaga lain, baik Kantor Pertanahan Kabupaten Badung, Kantor Lelang Negara

yang mempunyai wilayah keja di Kabupaten Badung, PPAT/Notaris dan

termasuk Badan Usaha Milik Daerah (BUMD). Dalam hal ini dikemukakan oleh

Bagir Manan, bahwa suatu otonomi dapat digolongkan sebagai otonomi terbatas

apabila, pertama, urusan rumah tangga daerah dengan cara-cara tertentu, kedua,

system supervisi atau pengawasan, ketiga, sistem hubungan keuangan antara

pusat dan daerah yang menimbulkan hal-hal seperti keterbatasan kemampuan

keuangan asli daerah yang akan membatasi ruang gerak otonomi daerah.

Penerapan Perda Kabupaten Badung Nomor 28 Tahun 2013 ini berimplikasi

langsung terhadap sumber penerimaan pajak di daerah Kabupaten Badung. Di

satu sisi, BPHTB sebagai pajak daerah pada dasarnya berpotensi meningkatkan

Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Kabupaten Badung. Menurut Bapak I Made

Adi Adnyana selaku Kepala UPT PBB-P2 Badung Selatan menyatakan, dengan

ditetapkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan

Retribusi Daerah, menyebabkan daerah diberikan kewenangan yang lebih beda

untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri, dalam rangka untuk

mendekatkan pelayanan pemerintah kepada masyarakat, serta memudahkan


27

masyarakat untuk mengontrol pemanfaatan dana yang bersumber dari Anggaran

Pendapatan dan belanja Daerah (APBD).

Tabel 7. Perbandingan Tarif BPHTB Tanah Waris Dalam Perda Kab.Badung

Persamaan Perda Kab. Badung Perda Kab. Badung

No 14 Tahun 2010 No 28 Tahun 2013

Besaran tarif pajak 5% 5%

Perbedaan Perda Kab. Badung Perda Kab. Badung

No 14 Tahun 2010 No 28 Tahun 2013

Pengenaan tarif pajak 1% 0%

Sumber : Data peraturan disadur dari JDIH Bagian Hukum dan HAM Setda.

Kabupaten Badung, Provinsi Bali (http://jdih.badungkab.go.id).

Namun di sisi yang lain, terjadi perubahan yang signifikasi pasca

pemberlakuan Perda Kabupaten Badung Nomor 28 Tahun 2013, dimana terjadi

penurunan pendapatan pajak daerah di Kabupaten Badung. Hal ini disebabkan

pengenaan tarif pajak BPHTB yang sebelumnya ditetapkan sebesar 1% (satu

persen) sebagaimana ketentuan Pasal 6 ayat (2) Perda Kabupaten Badung Nomor

14 Tahun 2010, kemudian diubah menjadi sebesar 0% (nol persen). Hal ini sesuai

dengan keterangan dari pihak Dispenda Pesedahan Agung Kabupaten Badung,

yang menyatakan bahwa terjadi perubahan yang signifikan karena dengan

pemberlakuan Perda terebut menyebabkan penurunan pendapatan pajak daerah,


28

karena untuk tanah waris dikenakan pajak BPHTB dengan tariff sebesar 0% (nol

persen).

Salah satu alasan sehingga Pasal 6 ayat (2) Perda Kabupaten Badung Nomor

14 Tahun 2010 diubah melalui Perda Kabupaten Badung Nomor 28 Tahun 2013,

adalah untuk memenuhi asas-asas keadilan khususnya terhadap BPHTB Tanah

Waris. Dalam kaitan ini, menurut Bapak I Made Adi Adnyana menyatakan,

bahwa penerapan Perda Kabupaten Badung Nomor 28 Tahun 2013 dalam rangka

merespon ketidakmampuan masyarakat dalam membayar pajak BPHTB dalam

kaitan tanah waris, sehingga tidak terbebani dalam membayar pajak dengan

harapan tidak terjadi alih fungsi lahan atau penjualan tanah-tanah warisan karena

ketidak mampuan membayar pajak BPHTB. Dengan demikian pemberlakuan

kebijakan Pemerintah Kabupaten Badung untuk membebaskan beban pajak

masyarakat untuk BPHTB tanah waris, sebagaimana yang dimaksud dalam

perubahan Pasal 6 ayat (2) Perda Kabupaten Badung Nomor 28 Tahun 2013,

maka tidak ada yang dapat diharapkan untuk meningkatkan Pendapatan Asli

Daerah (PAD) yang bersumber dari pajak BPHTB tanah waris.


29

4.2 Kendala-Kendala Pelaksanaan Pengenaan tarif BPHTB di Kabupaten

Badung.

Pada tahap pelaksanaan Perda Nomor 28 Tahun 2013 tersebut, Pemerintah

Kabupaten Badung menghadapi kondisi yang dilematis sebab terjadi perubahan

pada Peraturan Daerah mengenai pengenaan tarif BPHTB tanah waris. Peraturan

Daerah yang dimaksud adalah Perda Kabupaten Badung Nomor 28 Tahun 2013

tentang Perubahan atas Perda Kabupaten Badung Nomor 14 Tahun 2010 tentang

BPHTB. Perubahan signifikan pada peraturan tersebut terutama menyangkut

Nilai Perolehan Objek Pajak, dimana dasar pertimbangan Perda Kabupaten

Badung Nomor 28 Tahun 2013 Tentang Perubahan atas Perda Kabupaten Badung

Nomor 14 Tahun 2010 Tentang BPHTB, menyebutkan bahwa; “besaran Tarif

Pajak dan Nilai Perolehan Objek Pajak Tidak Kena Pajak (NPOPTKP) dalam hal

perolehan hak karena waris atau hibah wasiat yang diterima oleh orang pribadi

yang masih dalam hubungan keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu

derajat keatas atau satu derajat kebawah dengan pemberian hibah wasiat,

termasuk suami/istri perlu ditinjau kembali”.

Selanjutnya dalam penjelasan atas Perda Kabupaten Badung Nomor 28 Tahun

2013, menyebutkan bahwa “Perubahan atas Peraturan Daerah Kabupaten Badung

Nomor 14 Tahun 2010 tentang BPHTB diharapkan dapat memenuhi asas-asas

keadilan, kepastian Hukum, legalitas dan sistem administrasi perpajakan yang

memudahkan Wajib Pajak dalam membayar pajak”. Inti perubahan dalam

Peraturan Daerah ini utamanya menyangkut dengan asas-asas keadilan, dimana


30

semula pengenaan tarif pajak BPHTB untuk waris ditetapkan sebesar 1% (satu

persen), kemudian diubah menjadi sebesar 0% (nol persen) sebagaimana

ketentuan Perda Kabupaten Badung Nomor 28 Tahun 2013.

Timbulnya kendala dari Pemkab Badung dengan mengenakan tarif pajak

BPHTB sebesar 0% (nol persen) tersebut, mewajibkan Pemkab Badung untuk

mengupayakan penyelesaian atas kendala yang timbul tersebut. Tindakan nyata

dan tegas dari Pemkab Badung sangat diperlakukan dalam hal itu, karena

masyarakat sangat membutukan suatu kepastian hukum dalam hal pengenaan tarif

pajak BPHTB atas waris atau hibat wasiat. Memang secara umum masyarakat

terlihat sangat diuntungkan dengan pemberlakukan kebijakan pengenaan tarif

sebesar 0% (nol persen) terhadap pajak BPHTB. Namun pada kenyataannya

masih sangat banyak kendala-kendala yang terjadi ketika diterapkan kebijakan

tersebut oleh Pemkab Badung.

Perubahan terhadap pengenaan tarif pajak BPHTB atas waris atau hibah

wasiat ini apabila dilihat dari segi perhitungan memang sangat menarik. Dalam

hal mana ketika masyarakat Kabupaten Badung hendak mengalihkan hak atas

tanah dan atau bangunan dengan cara waris, dan hibat wasiat tidak dikenakan

pajak BPHTB. Padahal jelas bahwa setiap perolehan hak atas tanah dan atau

bangunan wajib untuk dikenakan pajak BPHTB tersebut Hal penting yang patut

untuk diperhatikan dengan adanya kebijakan pengenaan tarif 0% (nol persen)

pajak BPHTB dengan adanya anggapan dari masyarakat Kabupaten Badung

bahwa waris, hibah dan hibah wasiat yang mereka lakukan tidak dikenakan pajak
31

BPHTB. Padahal yang hanya dikenakan tarif 0% (nol persen) hanya untuk orang

pribadi yang masih dalam hubungan keluarga sedarah dalam garis lurus satu

derajat ke atas atau satu derajat ke bawah dengan pemberian hibat wasiat

suami/istri.

Oleh karena itu, dengan adanya beberapa kendala-kendala sebagaimana yang

telah disebut di atas maka upaya-upaya yang dilakukan untuk menyelesaikan

kendala-kendala dalam pengenaan tarif pajak BPHTB waris atau hibah wasiat

adalah antara lain, Pertama, melakukan sosiolisasi ke daerah-daerah pedesaan

yang terdapat di Kabupaten Badung. Sosialisasi tentang pengenaan tarif BPHTB

sebesar 0% (nol persen) atas waris atau hibat wasiat dilakukan dengan melibatkan

aparat desa mulai dari kelihan adat ataupun kelihan dinas, perbekel atau kepala

desa setempat. Kedua, dalam hal pengenaan tarif pajak BPHTB sebesar 0% (nol

persen) atas waris, hibah dan hibah wasiat yang hanya berlaku untuk orang

pribadi yang masih dalam hubungan keluarga sedarah dalam garis lurus satu

derajat ke atas atau satu derajat kebawah dengan pemberian hibah wasiat

termasuk suami/istri.

Pada intinya keseluruhan dari kendala-kendala yang sudah disebutkan di atas,

upaya yang dilakukan untuk menyelesaikan kendala yang terjadi adalah dengan

melakukan pengkajian. Disinilah peranan dibuatnya Naskah Akademik dalam

sebuah Perda, karena didalam Naskah Akademik tersebut akan berisikan tentang

maksud dan tujuan serta hasil penelitian, konsep-konsep yang akan diadopsi ke

dalam Perda terhadap rancangan Perda yang akan dibuat. Disamping itu yang
32

menjadi sangat penting untuk diperhatikan adalah partisipasi masyarakat serta

praktisi khususnya dari ahli-ahli hukum agar suatu perda tersebut dapat dipahami

dan dapat memberikan suatu keadilan.


BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisa pada pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan

sebagai berikut:

1. Pengenaan tarif Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB)

tanah waris atau hibah wasiat pasca pemberlakuan Perda Kabupaten

Badung No. 28 Tahun 2013 adalah menyangkut perubahan tarif yang

semula ditetapkan sebesar 1% (satu persen) kemudian diubah menjadi

sebesar 0% (nol persen). Implementasi peraturan ini berimplikasi

terhadap dua aspek, Pertama, terjadi pembebasan beban pajak

masyarakat untuk BPHTB tanah waris sebab Pemkab Badung melalui

Perda tersebut menghendaki agar masyarakat tidak terbebani

membayar pajak BPHTB tanah waris. Kedua, terjadi pengurangan

sumber pendapatan pajak daerah Kabupaten Badung sebab pengenaan

tarif pajak BPHTB tanah waris sebesar 0% (nol persen) atau ditiadakan.

Kendala-kendala dalam pelaksanaan pengaturan pengenaan BPHTB tanah

waris, antara lain terjadinya penafsiran keliru oleh pejabat dalam

melakukan perhitungan dan pembayaran BPHTB waris, khususnya

mengenai suatu peristiwa di mana seorang ahli waris atau para ahli waris

berniat memberikan bagian warisannya kepada salah seorang ahli waris.

33
34

Hal ini disebabkan kurangnya sosialisasi mengenai peraturan-peraturan

tersebut didalam masyarakat.

2. Kendala dalam pelaksanaan pengaturan pengenaan BPHTB tanah waris,

antara lain terjadinya penafsiran keliru oleh pejabat dalam melakukan

perhitungan dan pembayaran BPHTB waris, khususnya mengenai suatu

peristiwa di mana seorang ahli waris atau para ahli waris berniat

memberikan bagian warisannya kepada salah seorang ahli waris. Kendala

tersebut disebabkan kurangnya sosialisasi mengenai peraturan-peraturan

tersebut di dalam masyarakat (Wajib Pajak dan para Pejabat yang diberi

wewenang untuk memungut pajak).

5.2. Saran-Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, saran yang dapat diberikan yaitu:

1. Dinas Pendapatan Daerah Pesedahan Agung Kabupaten Badung

disarankan untuk mensosialisasikan peraturan mengenai pengenaan

pajak BPHTB Tanah Waris dan Hibah Wasiat kepada masyarakat.

2. Pemerintah kabupaten Badung harus meningkatkan kedasaran dan

kepatuhan masyarakat akan hak dan kewajibannya dalam melaksanakan

peraturan perundang-undang tentang Perpajakan.


DAFTAR PUSTAKA

INTERNET.

Afandi, Ali, 1986, Hukum Waris, Hukum Keluarga, Hukum Pembuktian, Bina

Aksara, Jakarta.

http://katalog.pustaka.unand.ac.id//index.php?p=show_detail&id=45836

Barata, Atep Adya, 2013, Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan;

Menghitung Obyek dan Cara Pengajuan Keberatan Pajak, Gramedia, Jakarta.

http://library.stpn.ac.id/opac/index.php?p=show_detail&id=185

Mananoma, Juris J.B,2021, Laporan Kegiatan Kerja Praktik Mahasiswa, Fakultas

Hukum Universitas Katolik De La Salle Pada Kantor Notaris Ema

Yuvitasari,S.H,M.Kn, Manado.

https://repo.unikadelasalle.ac.id/1853/1/full_LKP_JurisMananoma.pdf

Sari, Ida Purnama; Parsa, I Wayan; Suardita, I Ketut. 2018, Pelaksanaan Bea

Perolehan Ha katas Tanah dan Bangunan Terhadap Tanah Waris Di

Kabupaten Badung. Hukum Administrasi Negara, Fakultas Hukum,

Universitas Udayana, Bali.

https://ojs.unud.ac.id/index.php/Kerthanegara/article/download/39090/23603/

Upik Hamidah, 2012, Pembaharuan Standar Prosedur Operasi Pengaturan

Pelayanan Pendaftaran Peralihan Hak Atas Tanah Karena Hibah Wasiat

35
Berdasarkan Alat Bukti Peralihan Hak, Fiat Justitia Jurnal Ilmu Hukum,

Vol.6, ISSN 1978-5186

https://doi.org/10.25041/fiatjustisia.v6no2.79

PERUNDANG-UNDANGAN

Undang-Undang Negara Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2000 tentang

Perubahan atas Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1997 tentang Bea

Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2000 Nomor 130; Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 3988) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang

Pajak dan Retribusi Daerah.

Peraturan Pemerintah Negara Republik Indonesia Nomor 111 Tahun 2000 tentang

Pengenaan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan Karena Waris dan

Hibah Wasiat (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor

213; Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4030).

Peraturan Daerah Kabupaten Badung Nomor 28 Tahun 2013 tentang Perubahan atas

Peraturan Daerah Kabupaten Badung Nomor 14 Tahun 2010 tentang Bea

Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (Lembaran Daerah Kabupaten

Badung Tahun 2013 Nomor 28; Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten

Badung Nomor 27)

36
DAFTAR INFORMAN

1. Nama : I Made Adi Adnyana, S.P.,M.A.P

Jabatan : Kepala UPT PBB-P2 dan BPHTB Badung Selatan

Alamat Kantor : UPT PBB-P2 dan BPHTB Badung Selatan

2. Nama : Ni Wayan Anitamayanti

Jabatan : Asisten Bagian Administrasi

Alamat Kantor : Kantor Notaris-PPAT I Made Budiriyasa, S.H.,M.Kn., Jalan.

Angantaka No 33 Angantaka, Abiansemal, Badung, Bali.

37
LAMPIRAN-LAMPIRAN

Lampiran Foto/Dokumentasi :

Kantor Notaris-PPAT I Made Budiriyasa, S.H, M.Kn.

Diskusi Penulis dengan Notaris-PPAT I Made


Budiriyasa, S.H, M.Kn., Observasi, Mempelajari akta-
akta perjanjian dan Temuan masalah.

38
Ni Wayan Anitamayanti, Asisten Administrasi Kantor
Notaris-PPAT I Made Budiriyasa, S.H, M.Kn.

I Made Dedik Divarya, S.H. Asisten Lapangan Kantor


Notaris-PPAT I Made Budiriyasa, S.H, M.Kn.

39
Melaksanakan Kegiatan Rutin, Menjarit dan Menggaris akta.

40
41

Anda mungkin juga menyukai