STANDAR 22 Desember 2022 Direktur PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) dr. Atika, MKKK NIP 196701312007012016 Pengertian a. Prevalensi nyeri yang sering dialami oleh anak adalah: sakit kepala kronik, trauma, sakit perut dan faktor psikologi b. Sistem nosiseptif pada anak dapat memberikan respons yang berbeda terhadap kerusakan jaringan yang sama atau sederajat. Tujuan Memberikan tatalaksana nyerimkepada kelompok pasien Pediatrik Kebijakan Keputusan Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Mampang Prapatan Nomor 209 Tahun 2022 Tentang Perubahan Atas Keputusan Direktur Nomor 62 Tahun 2018 Tentang Pengelolaan Nyeri Rumah Sakit Umum Daerah Mampang Prapatan. Prosedur 1. Pemberian analgesik: A. By the ladder: pemberian analgesik secara bertahap sesuai dengan level nyeri anak (ringan, sedang, berat). 1) Awalnya, berikan analgesik ringan-sedang (level 1). 2) Jika nyeri menetap dengan pemberian analgesik level 1, naiklah ke level 2 (pemberian analgesik yang lebih poten). 3) Pada pasien yang mendapat terapi opioid, pemberian parasetamol tetap diaplikasikan sebagai analgesik adjuvant. 4) Analgesik adjuvant: a) Merupakan obat yang memiliki indikasi primer bukan untuk nyeri tetapi dapat berefek analgesik dalam kondisi tertentu. b) Pada anak dengan nyeri neuropatik, dapat diberikan analgesik adjuvant sebagai level 1. c) Analgesik adjuvant ini lebih spesifik dan efektif untuk mengatasi nyeri neuropatik. d) Kategori: TATALAKSANA NYERI PEDIATRIK
No. Dokumen No. Revisi Halaman
621/YANMED/RSUD- 0/0 2/5 MP/XII/2022
- Analgesik multi-tujuan: antidepressant, agonis
adrenergic alfa-2, kortikosteroid, anestesi topical. - Analgesik untuk nyeri neuropatik: antidepressant, antikonvulsan, agonis GABA, anestesi oral-lokal - Analgesik untuk nyeri musculoskeletal: relaksan otot, benzodiazepine, inhibitor osteoklas, radiofarmaka. B. By the clock: mengacu pada waktu pemberian analgesik. Pemberian haruslah teratur, misalnya: setiap 4-6 jam (disesuaikan dengan masa kerja obat dan derajat keparahan nyeri pasien), tidak boleh prn (jika perlu) kecuali episode nyeri pasien benar-benar intermiten dan tidak dapat diprediksi. C. By the child: mengacu pada peemberian analgesik yang sesuai dengan kondisi masing-masing individu. 1) Lakukan monitor dan asesmen nyeri secara teratur 2) Sesuaikan dosis analgesik jika perlu D. By the mouth: mengacu pada jalur pemberian oral. 1) Obat harus diberikan melalui jalur yang paling sederhana, tidak invasive, dan efektif; biasanya per oral. 2) Karena pasien takut dengan jarum suntik, pasien dapat menyangkal bahwa mereka mengalami nyeri atau tidak memerlukan pengobatan. 3) Untuk mendapatkan efek analgesik yang cepat dan langsung, pemberian parenteral terkadang merupakan jalur yang paling efisien. 4) Opioid kurang poten jika diberikan per oral. 5) Sebisa mungkin jangan memberikan obat via intramuscular karena nyeri dan absorbsi obat tidak dapat diandalkan. 6) Infus kontinu memiliki keuntungan yang lebih TATALAKSANA NYERI PEDIATRIK
No. Dokumen No. Revisi Halaman
621/YANMED/RSUD- 0/0 3/5 MP/XII/2022
dibandingkan IM, IV, dan subkutan intermiten, yaitu:
tidak nyeri, mencegah terjadinya penundaan/keterlambatan pemberian obat, memberikan control nyeri yang kontinu pada anak. 7) Indikasi: pasien nyeri di mana pemberian per oral dan opioid parenteral intermiten tidak memberikan hasil yang memuaskan, adanya muntah hebat (tidak dapat memberikan obat per oral) E. Analgesik dan anestesi regional: epidural atau spinal 1) Sangat berguna untuk anak dengan nyeri kanker stadium lanjut yang sulit diatasi dengan terapi konservatif. 2) Harus dipantau dengan baik 3) Berikan edukasi dan pelatihan kepada staf, ketersediaan segera obat-obatan dan peralatan resusitasi, dan pencatatan akurat mengenai tanda vital / skor nyeri. F. Manajemen nyeri kronik: biasanya memiliki penyebab multipel, dapat melibatkan komponen nosiseptif dan neuropatik 1) Lakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik menyeluruh 2) Pemeriksaan penunjang yang sesuai 3) Evaluasi faktor yang mempengaruhi 4) Program terapi: kombinasi terapi obat dan non-obat (kognitif, fisik, dan perilaku). 5) Lakukan pendekatan multidisiplin Berikut adalah tabel obat-obatan non-opioid yang sering digunakan untuk anak: Obat-obatan non-opioid Obat Dosis Keterangan Parasetamol 10- Efek antiinflamasi kecil, efek 15mg/kgBB gastrointestinal dan oral, setiap hematologi minimal 4-6 jam Ibuprofen 5- Efek antiinflamasi. Hati-hati TATALAKSANA NYERI PEDIATRIK
No. Dokumen No. Revisi Halaman
621/YANMED/RSUD- 0/0 4/5 MP/XII/2022
10mg/kgBB pada pasien dengan
oral, setiap gangguan hepar/renal, riwayat 6-8 jam perdarahan gastrointestinal atau hipertensi. Naproksen 10- Efek antiinflamasi. Hati-hati 20mg/kgBB/ pada pasien dengan disfungsi hari oral, renal. Dosis maksimal 1g/hari. terbagi dalam 2 dosis Diklofenak 1mg/kgBB Efek antiinflamasi. Efek oral, setiap samping sama dengan 8-12 jam ibuprofen dan naproksen. Dosis maksimal 50mg/kali. G. Panduan penggunaan opioid pada anak: 1) Pilih rute yang paling sesuai. Untuk pemberian jangka panjang, pilihlah jalur oral. 2) Pada penggunaan infus kontinu IV, sediakan obat opioid kerja singkat dengan dosis 50%-200% dari dosis infus perjam kontinu prn. 3) Jika diperlukan >6 kali opioid kerja singkat prn dalam 24 jam, naikkan dosis infus IV per-jam kontinu sejumlah: total dosis opioid prn yang diberikan dalam 24 jam dibagi 24. Alternatif lainnya adalah dengan menaikkan kecepatan infus sebesar 50%. 4) Pilih opioid yang sesuai dan dosisnya. 5) Jika efek analgesik tidak adekuat dan tidak ada toksisitas , tingkatkan dosis sebesar 50%. 6) Saat tapering-off atau penghentian obat: pada semua pasien yang menerima opioid >1 minggu, harus dilakukan tapering-off (untuk menghindari gejala withdrawal). Kurangi dosis 50% selama 2 hari, lalu kurangi sebesar 25% setiap 2 hari. Jika dosis ekuivalen dengan dosis morfin oral (0,6 mg/kgBB/hari), opioid dapat dihentikan. TATALAKSANA NYERI PEDIATRIK
No. Dokumen No. Revisi Halaman
621/YANMED/RSUD- 0/0 5/5 MP/XII/2022
7) Meperidin tidak boleh digunakan untuk jangka lama
karena dapat terakumulasi dan menimbulkan mioklonus, hiperrefleks, dan kejang. H. Terapi alternatif / tambahan: 1) Konseling 2) Manipulasi chiropractic I. Terapi non-obat 1) Terapi kognitif: merupakan terapi yang paling bermanfaat dan memiliki efek yang besar dalam manajemen nyeri non-obat untuk anak 2) Distraksi terhadap nyeri dengan mengalihkan atensi ke hal lain seperti music, cahaya, warna, mainan, permen, computer, permainan, film, dan sebagainya. 3) Terapi perilaku bertujuan untuk mengurangi perilaku yang dapat meningkatkan nyeri dan meningkatkan perilaku yang dapat menurunkan nyeri. 4) Terapi relaksasi: dapat berupa mengepalkan dan mengendurkan jari tangan, menggerakkan kaki sesuai irama, menarik napas dalam. Terapi non-obat Kognitif Perilaku Fisik Informasi Latihan pijat Pilihan dan terapi relaksasi fisioterapi kontrol umpan balik positif stimulasi termal Distraksi dan modifikasi gaya stimulasi sensorik atensi hidup / perilaku akupuntur Hypnosis TENS Psikoterapi (transcutaneous electrical nerve stimulation) Unit Terkait 1. IGD 2. Rawat Inap 3. Rawat Jalan 4. Rawat Inap HCU