Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

KONSTRUKSI SOSIAL, MEDIA MASSA DAN MEDIA SOSIAL


Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah “Komunikasi Politik”

Dosen Pengampu:
Dr. H. Moh. Syaeful Bahar, S.Ag,. M.Si
Disusun Oleh:
1. Anggi Rohma Pradasta/ 10040121072
2. jafar shodiq / 10020121047
3. Muhammad Juli Mahmuda / 10020121056
4. Faiq maulana / 10040121080

PROGRAM STUDI ILMU POLITIK


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
rahmatnya sehingga kami bisa menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“KONSTRUKSI SOSIAL, MEDIA MASSA DAN MEDIA SOSIAL”. Makalah ini
sebagai salah satu tugas dalam mata kuliah komunikasi politik

Makalah ini telah kami selesaikan secara maksimal sehingga makalah ini bisa
selesai dengan lancar. Untuk itu, kami berterima kasih kepada Bapak Dr. H. Moh.
Syaeful Bahar, S.Ag,. M.Si yang telah membimbing kami.

Dalam penyusunan makalah ini, kami menyadari masih banyak kekurangan


baik dari segi susunan serta penulisan makalah ini, karenanya saran dan kritik yang
sifatnya membangun demi kesempurnaan makalah ini sangat kami harapkan.
Akhirnya, semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan
juga bermanfaat bagi penyusun pada khususnya.

Surabaya, 13 Mei 2023

2
DAFTAR ISI

COVER................................................................................................................................i

KATA PENGANTAR........................................................................................................ ii

DAFTAR ISI..................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................. 4

1.1 Latar Belakang...............................................................................................................4

1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................................4

1.3 Tujuan............................................................................................................................ 5

BAB II PEMBAHASAN................................................................................................... 6

2.1 Pengertian Konstruksi Sosial.........................................................................................6

2.2 Konstruksi Sosial Media Massa................................................................................... 8

2.3 Peristiwa Komunikasi Politik Para Aktor Politik Dalam Media Massa........................ 9

2.4 Relasi konstruksi sosial, media massa, dan media sosial…………………………….11

BAB III PENUTUP........................................................................................................... 16

3.1 Kesimpulan................................................................................................................... 16

3.2 Saran............................................................................................................................. 16

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................... 17

3
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam kehidupan bermasyarakat pasti akan terbentuk suatu interaksi sosial yang mana
antar individu saling berhubungan satu sama lain. Namun, interakasi sosial tersebut
dapat menciptakan suatu konstruksi sosial atas realitas. Konstruksi sosial tersebut dapat
terjadi dalam hubungan antar individu, kelompok, maupun negara. Sebagian sosiologis
berpendapat bahwa konstruksi sosial atas realitas tidak dapat dipisahkan dari teori
komunikasi massa yang mana dalam masyarakat sendiri terdapat dominant class dan
sub- ordinate class. Kedua kalangan tersebut memiliki perbedaan keterlibatan dalam
proses konstruksi sosial. Maka dari itu, media massa lahir di tengah kedua kelas tersebut
guna menjaga kestabilan kedua kalangan tersebut.
Menurut Burhan Bungin (2008, 194), substansi teori konstruksi sosial media massa
adalah pada sirkulasi informasi yang cepat dan luas, sehingga konstruksi sosial
berlangsung dengan sangat cepat dan sebarannya merata. Realitas yang terkonstruksi itu
juga membentuk opini massa. Untuk itu realita media atau suatu realita
terdiskonstruksi yang dilakukan media didalam lebih dari satu jenis yaitu jenis peta
analog dan jenis refleksi realita merupakan realita media menurut Bungin.Secara
sederhananya, peta analog merupakan sebuah konstruktifitas realita yang dikonstruksi
dengan dasar mass social media layaknya bagaikan analogi peristiwa yang harus terjadi
yang memiliki sifat yang dapat diterima akal sehat dan dramatis

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian konstruksi sosial dalam realitas sosial?
2. Bagaimana persamaan dan perbedaan media massa dan media sosial?
3. Bagaimana peran media komunikasi dalam politik ?
4. Jelaskan relasi konstruksi sosial, media massa, dan media sosial?

1.3 Tujuan
1. Pembaca dan peneliti dapat mengetahui bagaimana pengertian kontruksi sosial
dalam realitas sosial.
2. Pembaca dan peneliti dapat mengetahui apa persamaan dan perbedaan media
massa dan media sosial.

4
3. Pembaca dan peneliti dapat mengetahui peran media komunikasi dalam politik.
4. Pembaca dan peneliti dapat mengetahui relasi konstruksi sosial, media massa,
dan media sosial.

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Konstruksi sosial dalam realitas sosial


Kontruki sosial adalah sebuah istilah yang digunakan untuk menggambarkan suatu
bentuk interaksi sosial antara individu atau kelompok yang saling bertentangan. Dalam
kontruki sosial, terdapat perbedaan pandangan atau nilai yang menyebabkan adanya
konflik di antara pihak-pihak yang terlibat.Kontruksi sosial bisa terjadi dalam berbagai
macam situasi, seperti dalam hubungan antarindividu, kelompok, maupun antarnegara.
Kontruki sosial juga bisa muncul dalam bentuk perbedaan agama, budaya, politik, dan
lain-lain.
Realitas sosial tidak berdiri sendiri tanpa kehadiran individu baik di dalam maupun di
luar realitas tersebut. Realitas sosial itu memiliki makna, manakala realitas sosial
dikonstruksi dan dimaknakan secara subjektif oleh individu lain sehingga memantapkan
realitas itu secara objektif. individu mengkonstruksi realitas sosial dan
merekonstruksikannya dalam dunia realitas itu berdasarkan subjektifitas individu lain
dalam institusi sosialnya1.
Menurut Bungin, istilah konstruksi sosial atau realitas menjadi terkenal sejak
dipernalkan pertama sekali oleh Peter L. Berger dan Thomas Luckmann melalui buku
mereka berjudul: The Social Construction of Reality, a Treatise in the Sociological of
Knowledge (1996). Dua ilmuan sosiologi itu menggambarkan proses sosial melalui
tindakan dan interaksinya, yang mana individu menciptakan secara terus menerus suatu
realitas yang dimiliki dan dialami bersama secara subjektif.
Asumsi dasar mengenai konstruksi sosial yang dinyatakan oleh Berger yakni adalah
“Realitas merupakan konstruksi sosial”, yang dimana disini peran sentral dari Bahasa
memberikan sebuah mekanisme yang dimana budaya dapat mempengaruhi pikiran dan
tingkah laku individu. Konstruksi sosial juga dapat mewakili kompleksitas dalam suatu
budaya, hal ini tidak mengasumsikan keseragaman yang dimana hal ini bersifat
konsisten dengan masyarakat dan waktu.

6
1
Burhan Bugin. Sosiolog Komunikasi. Jakarta: Prenada Media Grup, 2014 hal 193

7
Waters mendefinisikan konstruksi sosial adalah human are beings doing construction
sosial reality where wich subjective proceses then become some objectified atau yang
berarti dimana konstruksi sosial merupakan sebuah konsep yang dimana memberikan
gambaran tentang ralitas tersbut dibangun dan dimaknai oleh setiap individu di
kehidupan sosial. Konstruksi sosial memberikan gambaran dalam bentuk proses
melalui sebuah Tindakan dan interaksi yang dilakukan oleh manusia antar sesama
individu, individu atau manusia yang terus menerus menciptakan suatu kenyataan yang
dialaminya secara faktual objektif dan secara subjektif.
Pemahaman individu terhadap dunia yang dialaminya tentang pengetahuan yang
membentuk individu dalam kondisi sosial yang kongkrit. Sehingga mendefinisikan
sebuah pengetahuan dan melakukan penilaian terhadap baik atau buruknya serta
mengatur perilaku, dalam konteks ini mampu menunjukan bahwa konstruksi sosial
berkemungkinan memberikan efek terhadap orientasi sosial juga sebuah perilaku
individu. Poin utama dalam konstruksi sosial merupakan kehidupan sosial yang
didalamnya terkandung, hukum, standar perilaku, budaya dan lain – lain, dalam
gambaran tersebut menunjukan bahwasanya masyarakat lebih dari sekedar individu
yang membentuk konstruksi sosial akan tetapi juga mereka saling berhubungan,
berinteraksi, dan dapat saling mempengaruhi.
Konstruksi sosial adalah sebuah cara pandangan dimana seluruh nilai, institusi sosial,
ideologi merupakan ciptaan manusia, konstruksi sosial juga memiliki arti yang luas
dan biasa dihubungkan dengan pengaruh sosial dalam pengalaman hidup seseorang di
masyarakat. Konstruksi sosial juga merupakan sebuah statement dari keyakinan juga
bentuk dari point view bahwa dimana terdapat isi dari kesadaran dan bentuk interaksi
dengan individu lainya, dan hal tersebut diajarkan dalam nilai kebudayaan dan
masyarakat.
Konstruksi sosial memiliki beberapa poin kuat yaitu, Bahasa memiliki peran sentral,
budaya memberikan pengaruh terhadap cara berfikir dan perilaku, konstruksi sosial
mampu menjadi sebuah perwakilan dalam suatu adat, dan yang terakhir konstruksi
sosial bersifat konsisten dengan masyarakat dan waktu. Asal mula konstruksi sosial
dari filsafat konstruktivisme, yang dimulai dari gagasan-gagasan konstruktif kognitif.
Menurut von Glasersfeld, pengertian konstruktif kognitif muncul pada abad ini. Dalam
tulisan Mark Baldwin yang secara luas

8
diperdalam dan disebarkan oleh Jean Piaget. Namun apabila ditelusuri, sebenarnya
gagasan-gagasan pokok konstruktivisme sebenarnya telah dimulai oleh Giambatissa
Vico, seorang epistimolog dari Italia.
Menurut Giambatissa Vico, pada akhirnya ia menjadi cikal bakal konstruktivisme.
Menurut Bungin, Peter L. Berger dan Thomas Luckman menjelaskan konstruksi
sosial atas realitas terjadi secara simultan melalui tiga tahap, yakni eksternalisasi,
objektivasi, dan internalisasi. Tiga proses ini terjadi di antara Konstruksi Sosial Media
Massa.
2.2 Persamaan dan perbedaan media massa dan media sosial
Media massa adalah saluran komunikasi massa yang dimiliki oleh perusahaan besar dan
digunakan untuk menyampaikan informasi, berita, dan hiburan kepada masyarakat luas.
Contoh media massa antara lain televisi, radio, koran, dan majalah.Menurut Leksikon
Komunikasi, media massa yaitu sarana untuk menyampaikan pesan yang berhubungan
langsung dengan masyarakat luas, misalnya radio, televisi, dan surat kabar”. Menurut
Cangara media yaitu alat atau sarana yang digunakan untuk menyampaikan pesan dari
komunikator kepada khalayak, sedangkan pengertian media massa sendiri adalah alat
yang digunakan dalam penyampaian pesan dari sumber kepada masyarakat dengan
menggunakan alat-alat komunikasi, seperti surat kabar, film, radio dan televisi.
Adapun peran media sosial adalah sebuah media yang berbentuk online dengan para
penggunanya bisa dengan mudah berpartisipasi, berbagi, dan menciptakan isi meliputi
blog, jejaring sosial, wiki, forum dan dunia virtual. Blog, jejaring sosial dan wiki
merupakan bentuk media sosial yang paling umum digunakan oleh masyarakat di
seluruh dunia dan media sosial sendiri lebih mudah untuk di akses platform online yang
memungkinkan pengguna untuk berinteraksi, berbagi konten, dan terhubung dengan
orang lain secara virtual. Contoh media sosial antara lain Facebook, Instagram, Twitter,
dan YouTube.
Untuk itu ada perbedaan media massa dan media sosial, media sosial yaitu platform
jejaring sosial yang pada umumnya dimanfaatkan pengguna internet secara pribadi
untuk berbagai kepentingan personal politis dan bisnis. Sedangkan media sosial adalah
media sharing, yaitu media para penggunannya untuk berbagai informasi, pemikiran,
dan bahkan promosi bisnis, sedangkan media massa adalah media reporting yaitu media
wartawan atau jurnalis untuk melaporkan peristiwa dalam konteks jurnalisme.

9
Pembeda utama media sosial dan media massa adalah dari sisi kelembagaan. Media
sosial bisa dibuat siapa saja, baik individu maupun kelompok. Media massa adalah
media resmi berbadan hukum atau dimiliki lembaga –dalam hal ini lembaga pers.
Kebutuhan antara dua platfrom edia massa maupun media sosial dapat digunakan untuk
menyebarkan informasi, menghubungkan orang, dan mempengaruhi opini publik,
Keduanya dapat digunakan untuk tujuan komersial atau non-komersial.

2.3 Peran media dalam komunikasi politik


Proses komunikasi politik merupakan salah proses penyampaian pesan-pesan politik
kepada masyarakat luas, yang dalam hal ini secara tidak sengaja seringkali kita
dengarkan pada momen-momen tertentu atau melalui media. Sejauh ini, sejak
runtuhnya era orde baru media memiliki suatu kebebasan dalam pengelolaan berita yang
akan diunggah kepada masyarakat luas.
Di era yang serba digital ini tentu media memiliki daya Tarik tersendiri dalam
kelangsungan komunikasi politik yang dilakukan oleh birokrasi dari negara. Media
adalah alat atau sarana yang digunakan untuk menyampaikan pesan dari komunikator
kepada masyarakat. Cangara (2004:119) mengemukakan bahwa media komunikasi
dapat dibedakan atas empat macam, yaitu media antar pribadi, media kelompok, media
publik, dan media massa, secara sderhana pengertiannya sebagai berikut :
1. Media antar pribadi yaitu untuk hubungan perorangan (antarpribadi), maka
media yang tepat digunakan ialah kurir (utusan), surat dan telepon.
2. Media Kelompok yaitu aktivitas komunikasi yang melibatkan masyarakat lebih
dari 15 orang, maka media komunikasi yang banyak digunakan adalah media
kelompok, misalnya, rapat, seminar dan komperensi.
3. Media Publik yaitu media yang digunakan jika masyarakat yang ikut serta adalah
lebih dari 200-an, misalnya rapat akbar, rapat raksasa dan lainnya yang serupa.

Media sosial digunakan sebagai media komunikasi dimana di era demokrasi saat
ini, penggunaan media sosial kini telah diperpanjang dari sekadar percakapan
sehari-hari hingga komunikasi politik baik anggota masyarakat maupun politisi
menggunakan media sosial untuk tujuan politik yang berbeda. Sementara
anggota masyarakat menggunakan media sosial untuk membahas masalah politik,
danterlibat dengan organisasi masyarakat sipil dan pemimpin politik. Sebagian
besar politisi menggunakannya sebagai media kampanye untuk mempertahankan citra
public mereka, dan sebagai media komunikasi untuk mempertahankan
10
keterlibatan dengan wartawan dan audiens potensial mereka(Howard, Savage, Saviaga,
Toxtli, & Monroy-Hernández, 2016). Oleh karena itu, tidak mengherankan jika saluran
media sosial saatini diisi dengan diskusi politik selain percakapan sehari-hari.

Mempertimbangkan kekuatan platform media sosial untuk menyebarkan


informasi penting serta besar ke audiens yang lebih luas, dan berkaca pada keberhasilan
industri bisnis memasarkan produk mereka kepada pelanggan yang lebih luas
dengancara yang efisien dan efektif. Saat ini politisi cenderung merangkul komunikasi
mediasosial sebagai strategi mereka untuk berkomunikasi dengan audiens potensial
mereka (Nulty, Theocharis, Popa, Parnet, & Benoit, 2016), dengan media sosial
sekarang telah menjadi platform utama untuk kampanye politik untuk
mendapatkan dukungan daricalon pemilih, untuk mengumpulkan dana untuk
partai politik, dan tujuan politik lainnya. Berikut ini adalah beberapa peran
penting media sosial untuk komunikasi politik.

1. Media Sosial Meningkatkan Efektivitas dan Efisiensi Kampanye Politik

2. Media Sosial Mendekatkan Politisi dengan Pemilihnya

3. Media Sosial Memediasi Komunikasi Politik dengan Audiens yang Lebih


Luas

Secara sederhananya hal ini memudahkan seorang politikus dalam melakukan


komunikasi dengan cakupan yang luas, seperti adanya interaksi dengan orang luar
negeri dalam konteks politik. Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa
media sosial telah menjadi media komunikasi alternatif selain media
tradisional. Karena dibangun berdasarkan konsep Web 2.0. Selain itu, media
sosial memiliki karakteristik unik yang membedakannya dengan media tradisional.
Media sosial juga memainkan peran penting dalam komunikasi politik dan telah
berkontribusi pada peningkatan dalam cara komunikasi politik dilaksanakan.

Penggunaan media sosial saat ini tidak terbatas pada percakapan


sehari-hari,tetapi telah diperluas ke komunikasi politik. Sifat interaktif dan fleksibel
dari media sosial telah membuatnya sekarang banyak digunakan oleh baik
anggota masyarakat, politisi, dan partai politik dalam komunikasi politik. Media
sosial kini telah menjadi sarana utama untuk kampanye dan komunikasi
politik. Namun, politisi harus bijakdalam menggunakan media sosial untuk

11
komunikasi politik karena penggunaan komunikasi menengah ini menghadirkan
beberapa kelebihan dan kekurangan, terutamabagi penonton. Menggabungkan media
tradisional dan sosial untuk komunikasi mungkin menjadi solusi terbaik untuk
menjaga keterlibatan dan komunikasi dengan audiens.

2.4 Relasi konstruksi sosial, media massa, dan media sosial


Dalam paradigma konstruktivis, realitas adalah konstruksi sosial yang dilahirkan oleh
suatu individu. Namun, realitas tetap memiliki sifat relasional yang mana masih
bergantung pada konteks spesifik yang dinilai relevan oleh perilaku sosial. Realitas
sosial ini tergantung pada kapan realitas sosial dibangun dan ditafsirkan secara
bermakna secara subyektif oleh orang lain sehingga realitas dapat ditetapkan secara
obyektif.
Menurut Bungin, istilah konstruksi sosial atau realitas menjadi terkenal sejak
dipernalkan pertama sekali oleh Peter L. Berger dan Thomas Luckman melalui buku
mereka berjudul: The Social Construction of Reality, a Treatise in the Sociological of
Knowledge (1996). Dua ilmuan sosiologi itu menggambarkan proses sosial melalui
tindakan dan interaksinya, yang mana individu menciptakan secara terus menerus suatu
realitas yang dimiliki dan dialami bersama secara subjektif2.
Sebagian ahli sosiologi berpandangan bahwa konstruksi sosial atas realitas tidak dapat
dipisahkan dari barisan teori – teori komunikasi massa. Bagi sebagian masyarakat yang
memiliki power seperti pemuka masyarakat apabila menciptakan sebuah kebijakan
perundang – undangan dan peraturan lainnya, hal tersebut termasuk dalam cerminan
keterlibatan “dominant class”. Namun, di sebagian masyarakat lainnya (subordinate
class) yang berhadapan dengan media massa memiliki fungsi sebagai alat kontrol sosial
hingga terciptanya perubahan. Maka dari itu, guna menjaga kestabilitasan media massa
diperlukan keseimbangan antara kedua kalangan tersebut.

2
Puji Santoso. “KONSTRUKSI SOSIAL MEDIA MASSA”. Sumatera Utara. Al-Balagh,
Vol. 1, No. 1, 2016: 30 - 48

12
Dalam mempersiapkan materi konstruksi sosial, media massa memiliki kedudukan
antara lain :

A. Keberpihakan media massa kepada kapitalisme

Media massa merupakan mesin produksi kapitalis yang mana mau ataupun
tidak harus menghasilkan suatu keuntungan sehingga media massa digunakan
oleh kekuatan – kekuatan kapital sebagai pelibatgandaan modal.
B. Keberpihakan maya kepada masyarakat

Bentuk keberpihakan maya media massa kepada masyarakat dapat berupa


empati, simpati, ataupun partisipasi kepada masyarakat. Namun, keberpihakan
tersebut kembali lagi mengarah untuk kepentingan kapitalis.
C. Keberpihakan pada kepentingan umum

Bentuk keberpihakan media massa kepada kepentingan umum termasuk dalam


visi misi yang diajukan oleh setiap media massa.

Ketiga hal tersebut merupakan kedudukan media massa dalam mempersiapkan materi
konstruksi sosial, namun secara umum media massa berpihak pada kepentingan
kapitalis memandang bahwa media massa merupakan mesin produk kapitalis yang
mana harus mewujudukan suatu keuntungan.

Konsep aktual dari sebaran media massa memiliki perbedaan antar media massa
lainnya, namun konsep utama dari media massa adalah real – time atau live. Secara
umum, sebaran dari media massa menggunakan model satu arah yang artinya media
memberikan informasi kepada konsumen yang akhirnya konsumen atau pembaca tidak
memiliki pilihan lain selain membaca berita tersebut. Model satu arah ini biasa
digunakan oleh media cetak, sedangkan untuk media elektronik menggunakan model
dua arah. Setelah dilakukan sebaran media massa kepada pembaca akan terjadi suatu
pembentukan konstruksi melalui tiga tahap yaitu :

A. Tahap pembentukan konstruksi realitas

Pada tahap ini, terjadi suatu pembentukan konstruksi dalam masyarakat dengan tiga
tahap yaitu konstruksi realitas pembenaran, kesediaan diskontruksi oleh media massa,
dan menjadikan konsumsi media massa sebagai pilihan konsumtif.
B. Tahap pembentukan konstruksi citra

13
Pembentukan konstruksi citra yang dilakukan oleh media massa terbagi dalam dua
model yaitu model good news dan bad news. Model good news merupakan konstruksi
yang merekonstruksi berita sebagai berita yang baik, sedangkan untuk model bad
news adalah konstruksi yang merekonstruksi berita sebagai berita yang memiliki citra
buruk.

C. Tahap konfirmasi

Pada tahap ini, pembaca dapat memberikan argumentasi dan akuntabilitas nya untuk
terlibat dalam pembentukan konstruksi. Media menganggap tahap konfirmasi adalah
tahapan yang perlu dilakukan guna memberi argumentasi terhadap alasan konstruksi
sosial.

Maka dari itu, ketiga tahapan dari penyiapan materi konstruksi, tahap sebaran
konstruksi, tahap pembentukan konstruksi, dan tahap konfirmasi merupakan tahapan
– tahapan yang memiliki sifat krusial dalam proses kelahiran konstruksi sosial media
massa. Peristiwa komunikasi para aktor politik dalam media massa merupakan
fenomena yang terjadi ketika para politisi atau pejabat publik menggunakan media
massa sebagai sarana untuk berkomunikasi dengan publik. Tujuan dari komunikasi ini
adalah untuk mempengaruhi opini dan sikap masyarakat terhadap isu - isu yang
sedang dihadapi oleh negara atau pemerintah. Salah satu contoh peristiwa ini adalah
kampanye pemilihan umum (pemilu) yang diadakan secara berkala di banyak negara
di dunia. Pada saat kampanye, para politisi akan memanfaatkan media massa seperti
televisi, radio, surat kabar, dan media sosial untuk menyampaikan visi dan misi
mereka kepada pemilih. Dalam hal ini, media massa berfungsi sebagai mediator
antara politisi dan pemilih, dan juga menjadi peran penting dalam membentuk
persepsi dan preferensi pemilih terhadap para kandidat.

Sebelum aktor politik melakukan suatu komunikasi politik melalui media


massa terdapat langkah - langkah yang harus dipersiapkan oleh aktor politik tersebut,
yaitu :

A. Menentukan Tujuan Komunikasi

14
B. Merancang Pesan
C. Memilih Media Massa yang Tepat
D. Mempersiapkan Materi Komunikasi
E. Melakukan Komunikasi
F. Memantau Respon Publik
G. Menyesuaikan Strategi Komunikasi

Setelah mempersiapkan langkah – langkah tersebut, aktor politik dapat


memilih beberapa model komunikasi politik yang terdapat di media massa, antara
lain:
a. Konferensi pers adalah salah satu cara terbaik bagi para politisi untuk
berkomunikasi dengan media massa dan publik secara langsung. Dalam
konferensi pers, para politisi dapat menyampaikan pandangan mereka
tentang berbagai isu yang sedang menjadi sorotan publik dan menjawab
beberapa pertanyaan yang diajukan oleh wartawan.
b. Wawancara di Media massa ppolitisi juga sering muncul di media massa
untuk memberikan wawancara tentang isu-isu yang sedang dibahas.
Wawancara ini dapat dilakukan secara langsung di studio televisi, kantor
politisi tersebut, ataupun melalui telepon dan video konferensi. Para
politisi berharap wawancara ini akan membantu mereka memperoleh
liputan positif di media dan membantu mereka memengaruhi opini
publik.
c. Iklan politik seringkali menggunakan iklan politik di media massa seperti
televisi, radio, dan koran untuk mempromosikan pandangan mereka
tentang isu-isu tertentu dan mempengaruhi opini publik. Iklan politik
dapat berupa iklan cetak, iklan radio, atau iklan televisi, dan sering kali
menampilkan gambar atau video yang menarik perhatian.

d. Debat politik adalah salah satu cara bagi para politisi untuk saling
berdebat dan berdiskusi tentang isu-isu politik yang penting. Debat ini
biasanya diadakan di hadapan publik dan disiarkan di televisi atau radio.
Debat politik dapat membantu para politisi memperkenalkan diri
mereka kepada publik dan membantu mereka memengaruhi opini dan
sikap publik.

15
e. Para politisi seringkali memberikan pidato politik di depan publik atau
di hadapan sesi parlemen. Pidato politik dapat membantu para politisi
memperkenalkan diri mereka kepada publik dan membantu mereka
memperjuangkan isu-isu tertentu yang dianggap penting.

16
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Asumsi dasar mengenai konstruksi sosial yang dinyatakan oleh Berger yakni adalah
“Realitas merupakan konstruksi sosial”, yang dimana disini peran sentral dari Bahasa
memberikan sebuah mekanisme yang dimana budaya dapat mempengaruhi pikiran dan
tingkah laku individu. Sebagian ahli sosiologi berpandangan bahwa konstruksi sosial
atas realitas tidak dapat dipisahkan dari barisan teori – teori komunikasi massa. Terdapat
perbedaan antara dominant class dengan subordinate class dalam konstruksi sosial.
Maka dari itu, guna menjaga kestabilitasan media massa diperlukan keseimbangan
antara kedua kalangan tersebut.
Melalui konstruksi sosial media massa, teori dan pendekatan konstruksi sosial atas
realitas Peter L. Berger dan Luckman telah ditinjau dengan memandang fenomena
media massa menjadi akar dalam proses eksternalisasi, subjectivasi, dan internalisasi.
Akar dari media massa sendiri adalah sirkulasi informasi yang cepat dan luas sehigga
konstruksi sosial berlangsung dengan sangat cepat dan penyebarannya pun merata.
Peristiwa komunikasi para aktor politik dalam media massa merupakan fenomena
yang terjadi ketika para politisi atau pejabat publik menggunakan media massa
sebagai sarana untuk berkomunikasi dengan publik. Tujuan dari komunikasi ini
adalah untuk mempengaruhi opini dan sikap masyarakat terhadap isu - isu yang
sedang dihadapi oleh negara atau pemerintah.

3.2 Saran
Media massa merupakan suatu wadah dalam menciptakan suatu konstruksi sosial atas
realitas. Maka dari itu, sangat penting untuk mempelajari serta memahami konstruksi
sosial media massa dikarenakan era saat ini tidak terlepas dari penggunaan media massa
bahkan kegiatan politik juga tidak dapat terlepas dari media massa.

17
DAFTAR PUSTAKA
Berger, LP., Luckman., T, Tafsir Sosial Atas Kenyataan, Jakarta: LP3ES, 2013
Bungin, Burhan., Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma, dan Diskursus Teknologi
Komunikasi di Masyarakat, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008
John, little., Stephen Ensiklopedia Teori Komunikasi Jakarta: Kencana, 2016
Karman, Konstruksi Realitas Sosial Sebagai Gerakan Pemikiran (Suatu Telaah Teoritis
Terhadap Konstruksi Realitas Peter L. Berger), Jakarta: Jurnal Penelitian dan Pengembangan
Komunikasi dan Informatika, Vol 5 Nomor 3 Maret 2015
Ritzer, George, Sosiologi Ilmu Berparadigma Ganda, Jakarta: Rajawali Pers, 2002
Severin, JW., Tankard, WJ., Teori Komunikasi; Sejarah, Metode, dan Terapan di Dalam Media
Massa, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2014
Sudibyo. Agus, 2001, Politik Media dan Pertarungan Wacana, Yogyakarta: LkiS, 2001 Vivian.
Jhon, Teori Komunikasi Massa, Jakarta: Kencana, 2008
M. A. Hayat dkk. 2021. Peran Media Sosial Dalam Komunikasi Politik. Jurnal
Indonesia Sosial Teknologi. Vol. 2 No. 1 Januari 2021
Aminah. 2017. PERAN MEDIA DALAM KOMUNIKASI POLITIK JELANG
PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH TAHUN 2017 DI KABUPATEN ACEH BARAT.
Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Teuku Umar. 2017
https://www.gramedia.com/literasi/pengertian-media-massa/

https://an-nur.ac.id/pengertian-media-sosial-dan-jenis-jenisnya/#:~:text=Media%20sosial%20ad
alah%20sebuah%20media,oleh%20masyarakat%20di%20seluruh%20dunia.

https://www.komunikasipraktis.com/2020/06/perbedaan-media-sosial-dan-media-massa.html?m
=1

https://katalisnet.com/pengertian-media-sosial-jenis-jenis-dan-perbedaannya-dengan-media-mas
sa

18

Anda mungkin juga menyukai