Anda di halaman 1dari 5

ANALISIS INOVASI DIGITAL PELAYANAN PUBLIK BERBASIS APLIKASI DI

PEMERINTAHAN KOTA BATU

Oleh :
Laila Rahmawanti Ningtyas
Prodi Ilmu Administrasi Publik
Fakultas Ilmu Administrasi
Universitas Islam Malang
Lailarahma122001@gmail.com

ABSTRAK

PENDAHULUAN
Pelayanan publik menjadi salah satu gerbang utama dalam melayani masyarakat.
Kualitas layanan publik yang baik mengacu pada sistem pemerintahan yang bersih, akuntabel
dan transparan. Untuk menciptakan kualitas pelayanan yang baik tersebut pemerintah telah
mengadakan inovasi dan pengembangan dalam pelayanan publik. Inovasi pelayanan publik
merupakan suatu keharusan bagi pemerintah pusat maupun pemerintah daerah guna untuk
mengimplementasikan pelaksanaan desentralisasi yaitu mengupayakan peningkatan
kesejahteraan, kemakmuran dan kemandirian bagi masyarakat dan daerahnya(Eprilianto dkk.,
2020)

Pelayanan publik yang optimal belum dapat direalisasikan di Indonesia. Di Indonesia


pelayanan publik yang baik belum dapat terealisasi, masih rendah kondisi pelayanan publik
di Indonesia. Inovasi sector publik diperlukan dalam pengembangan pelayanan. Kehadiran
inovasi sebagai produk yang relative baru dan sifatnya menggantikan cara-cara yang lama
Beberapa inovasi digital telah diterapkan di Indonesia khususnya dalam pelayanan publik.
Adanya inovasi ini turut serta membantu pegawai pemerintahan serta masyarakat dalam
birokrasi.
Merujuk pada Pasal 23 ayat (1) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang
Pelayanan Publik, disebutkan bahwa "Dalamrangka memberikan dukungan informasi
terhadap penyelenggaraan pelayanan publik perlu diselenggarakan Sistem Informasi yang
bersifat nasional" sementara di Pasal 23 ayat (4) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009
tentang Pelayanan Publik Penyelenggara berkewajiban mengelola Sistem Informasi yang
terdiri atas Sistem Informasi Elektronik atau Non elektronik yang sekurang-kurangnya
meliputi; profil penyelenggara, profil pelaksana, standar pelayanan, maklumat pelayanan,
pengelola pengaduan dan penilaian kinerja.

Hal tersebut sudah seharusnya menjadi perhatian pemerintah untuk dapat


menyesuaikan penyelenggaraan pelayanannya kepada masyarakat yaitu dengan menerapkan
pelayanan publik yang berbasis Teknologi (digital). Sebab, dengan teknologi, transparansi,
kecepatan, kemudahan yang menjadi kunci pada suatu pelayanan akan terwujud. Oleh karena
itu, harapan untuk mendapatkan pelayanan prima dibebankan kepada organisasi public (Agus
Prianto, 2006), birokrasi menentukan baik tidaknya dari pelayanan publik yang
diselenggarakan. Kondisi birokrasi memberikan iklim tersendiri bagi terselenggaranya
pelayanan publik yang optimal.
Pada Pemerintahan Kota Batu berbagai inovasi untuk meningkatkan kualitas
pelayanan publik sudah banyak di implementasikan. Banyaknya tuntutan dari masyarakat
juga menjadi salah satu faktor pendorong pemerintah agar terus memberikan inovasi. Salah
satu inovasi yang sangat dibutuh kan di era globalisasi saat ini adalah digital. Dalam rangka
mewujudkan good governance, pelayanan publik menjadi bagian strategis dan penting,
termasuk keterlibatan masyarakat di dalamnya. Dalam konteks pelayanan publik, inovasi
biasanya merupakan hasil atau tindak lanjut dari proses evaluasi dan perbaikan atas keluhan,
pengaduan, dan masukan dari masyarakat selaku pengguna layanan. Artinya partisipasi
masyarakat sangat berdampak terhadap potensi inovasi yang dilakukan oleh penyelenggara
layanan. Semakin masyarakat proaktif peduli terhadap perbaikan pelayanan publik, semakin
besar potensi penyelenggara layanan melakukan inovasi atas layanannya.

Adapun beberapa manfaat untuk inovasi pelayanan publik digital, pertama, mudah
dan merata. Pelayanan publik semakin mudah diakses dan dampaknya dapat dirasakan
manfaatnya oleh masyarakat yang lebih luas. Kedua, sesuai kebutuhan layanan, maksudnya
inovasi yang dihasilkan mampu merespons sesuai dengan kondisi dan kebutuhan layanan.
Ketiga, efektif, tepat guna, dan tepat sasaran. Keempat, efisien, cepat, berbiaya murah (low
cost).

METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan paragdima kualitatif dengan model deskriptif. Adapun asalan penulis
memilih metode ini karena menurut (Creswell, 2014) penelitian kualitatif berfokus untuk
mengeksplorasi dan memahami makna dari sejumlah key informant untuk menganalisis masalah
sosial, peristiwa dan interaksi tertentu berdasarkan pengajuan pertanyaan. Sehingga hasil penelitian ini
berupa data deskriptif yang meliputi narasi dan bentuk wawancara objek yang diamati. Selanjutnya,
untuk mendukung data yang diperoleh dari key informant peneliti juga menganalisis dari studi
literature yang dimana untuk memperkuat argument penelitian. Menurut (Snyder, 2019) studi
literatue merupakan studi yang mencoba menintergrasikan dan menganalisis penelitian sebelumnya
dengan membandingkan dengan kajian-kajian empirik. Sehingga pendekatan ini di anggap tepat untuk
menganalisa dan mengekstrak sumber key informant terkait bagaimana mekanisme ICT dapat
merubah inovasi pelayanan publik dengan studi empiric Among Warga. Kemudian ruang lingkup
penelitian ini meliputi Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Batu sebagai narasumber dan
masyarakat Kota Batu sebagai pengguna aplikasi Among Warga.
PEMBAHASAN
Pemerintahan Kota Batu memiliki beberapa inovasi dalam memberikan Pelayanan
Publik berbasis inovasi digital. Salah satu nya adalah inovasi digital berbasis aplikasi. Pada
awal bulan September 2017 Pemerintah Kota Batu melalui Dinas Kominfo (Komunikasi dan
Informatika) meluncurkan BATT (Batu Among Tani Teknologi). BATT ini merupakan salah
satu cara yang ditempuh pemerintah guna mewujudkan Kota Batu sebagai Kota Pintar (Smart
City). Awalnya BATT merupakan gagasan Walikota Batu periode 2012-2017 untuk
memudahkan warga Kota Batu berinteraksi dan berkomunikasi dengan pemerintah yang
bermuara pada peningkatan pelayanan public. Aplikasi ini tersedia di google playstore,
sehingga bagi pengguna HP android bisa langsung mendownload aplikasi yang bernama
Among Tani ini.
Pada realisasinya, aplikasi BATT ini tidak berjalan efktif seperti yang diharapkan. Seperti
pada penelitian sebelumnya terkait dengan pemanfaatan inovasi Information and
Communication Technology (ICT) pada studi kasus Among Warga telah ditemukan bahwa
masalah yang terjadi dalam pengunaan aplikasi Among Warga masih cukup banyak warga
Kota Batu yang tidak mengetahui keberadaan aplikasi yang seharusnya menjadi jembatan
bagi pemerintah dalam melayani masyarakat, dan untuk masyarakat yang sudah mengetahui
aplikasi Among Warga juga masih enggan untuk menggunakannya dengan alasan bahwa
proses pelaporan yang berlangsung cukup lama untuk dapat direspond oleh Dinas terkait. Hal
ini menjelaskan bahwa praktek inovasi tidak menjamin keberhasilan secara penuh terhadap
perbaikan pelayananan publik, hal tersebut karena seringkali upaya tersebut terhenti ditengah
jalan dan terkadang menimbulkan permasalahan baru di lingkungan masyarakat (Adawiyah,
2018).

Table. 1 Jumlah Penginstall Aplikasi Batu Among Tani Technology


Tahun 2019 Total
Bulan Jan Feb Mar Apr Mei
NO Nama Aplikasi Install Menurut Perangkat Install
1 Among Tani 59 63 53 68 26 1669
2 Among Warga 25 44 37 31 22 895
3 Among Kota 40 29 31 38 21 1246
4 Among Warga 4 4 2 4 1 138
Sumber: Kominfo Kota Batu, 2019

Table 2. Jumlah Penduduk Kota Batu Tahun 2020


No Kecamatan Laki-Laki Perempuan Total
1 Batu 50.471 49.935 100.406
2 Bumiaji 32.080 31.519 63.599
3
Junrejo 27.759 27.520 55.279
TOTAL 110.310 108.974 219.284
1

Sumber: Dispendukcapil Kota Batu, 2020

Pada kedua table diatas dapat diketahui bahwa pengakses atau penginstal aplikasi BATT Kota Batu
sangat minim. Jumlah total penduduk Kota Batu mencapai 219.284 orang pada tahun 2020, namun
penginstal aplikasi Batu Among Tani Technology total keseluruhannya hanya berjumlah 3.948
orangpada tahun 2019. Terlihat jelas bahwa aplikasi ini masih belum terkenal oleh masyarakat Kota
Batu secara luas. Sifat masyarakat yang adaptif serta kompleksnya dinamika pemerintahan menuntut
pemerintahan melakukan transformasi secara universal (Ammons et al., 2012). Apalagi terdapat fakta
bahwa dinamika pemerintahan di setiap daerah memiliki sudut pandang yang berbeda-beda (Walker,
2014). Dengan demikian pemerintah daerah harus adaptif dalam memberikan inovasi di sektor publik
sebagai strategi untuk meningkatkan kinerja pelayanan atau menjawab dinamika pemerintahan, karena
pada padasarnya implementasi inovasi di level daerah dapat membatu daerah melahirkan produk-
produk pelayanan yang cepat dan akurat (Rozikin et al., 2020).
Meskipun secara faktanya pemerintah Kota Batu tidak memiliki kapabilitas dalam
mengelola ICT sebagai produk inovasi, namun pada tahun 2020 pemerintah Kota Batu
mencoba kembali mengintergrasikan dari ketiga program Batu Among Tani Teknologi
(BATT) untuk dijadikan satu aplikasi yang terintergrasi, gratis, dan mudah dipahami oleh
masyarakat Kota Batu secara luas. Melalui Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Batu
selaku fasilitator, privat sector, dan masayarakat diharapkan dapat saling berkolaborasi
dengan baik untuk tujuan yang sama yaitu provit orientit baik untuk pemerintah kota batu itu
sendiri maupun privat sector dan masyarakat. Dengan terintergrasi dari ketiga program Batu
Among Tani Teknologi menjadi satu aplikasi, nantinya dapat membantu Pemerintah Kota
Batu dan masyarakat Kota Batu saling terintegrasi pula dalam melaksanakan inovasi
pelayanan publik. Dengan, niatan membuat dan mengelola aplikasi itu sendiri nantinya cita-
cita pemerintah Kota Baru bisa menciptakan aduan masyarakat secara cepat, efektif, dan
efisien. (Aziz dkk., 2021)
Dapus
Mochammad, R. (2019). Inovasi Pelayanan Publik. KEMUDI: Jurnal Ilmu
Pemerintahan, 4(1), 1-20.
Aziz, F. N., Mubin, F., Hidayat, R. J. P., Nurjaman, A., Romadhan, A. A., Sulistyaningsih, T., & Hijri, Y.
S. (2021). Bagaimana Teknologi Informasi dan Komunikasi Bertransformasi Menjadi Inovasi
Pelayanan Publik? PERSPEKTIF, 10(2), 616–626. https://doi.org/10.31289/perspektif.v10i2.4905
Eprilianto, D. F., Pradana, G. W., & Sari, Y. E. K. (2020). Digital inovasi sektor publik: efektivitas
kolaborasi dalam implementasi inovasi dega digital. Jurnal El-Riyasah, 10(2), 127–145.
 

Anda mungkin juga menyukai