Anda di halaman 1dari 20

PAPER ANALISIS

UAS PENGAMBILAN KEPUTUSAN

IMPLEMENTASI PEMERINTAH DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN


UNTUK MENGATASI KENAIKAN HARGA BBM

Dosen Pengampu : P. Langgeng Rachmatullah Putra, S.AP., M,AP

Di susun oleh :

LAILA RAHMAWANTI NINGTYAS

22001091054

PRODI ILMU ADMINISTRASI NEGARA

FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI PUBLIK

UNIVERSITAS ISLAM MALANG

JANUARI 2023

i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ................................................................... Error! Bookmark not defined.
LATAR BELAKANG ...................................................................................................... 1
1. RUMUSAN MASALAH ....................................................................................... 5
2. TUJUAN.................................................................................................................... 5
1. Pengetian Pengambilan Keputusan ........................................................................ 6
2. Jenis-jenis Pengambilan Keputusan ....................................................................... 6
3. Faktor yang mempengaruhi Pengambilan Keputusan............................................ 8
4. Prinsip-prinsip Pengambilan Keputusan dalam Organisasi ................................... 8
5. Dasar dalam Pengambilan Keputusan .................................................................... 9
ANALISIS STUDI KASUS ............................................................................................ 11
KESIMPULAN ............................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 17

ii
LATAR BELAKANG

Kontroversi kenaikan harga minyak ini bermula dari tujuan pemerintah untuk
menyeimbangkan biaya ekonomi dari BBM dengan perekonomian global. Meskipun
perekonomian Indonesia masih terseok mengikuti perkembangan perekonomian dunia,
akhirnya kebijakan kenaikan BBM tetap dilaksanakan mulai. Dengan berkembangnya
kontroversi yang ada terhadap kenaikan harga BBM tersebut, pemerintah berusaha
mengetahui dampak langsung peristiwa kenaikan BBM terhadap kondisi masyarakat
kecil di Indonesia. Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan komoditas yang memegang
peranan yang sangat vital dalam semua aktifitas ekonomiu, dengan kenaikan BBM
tersebut akan memperberat beban hidup masyarakat dan berdampak menurunnya daya
beli masyarakat secara keseluruhan.
Pemerintah secara resmi telah mengumumkan penyesuaian harga BBM (Bahan
Bakar Minyak) jenis solar, pertalite dan pertamax. Masing-masing menjadi Rp
6,800/liter untuk solar, Rp 10.000/liter untuk pertalite dan Rp 16,500/liter untuk
pertamax. Kebijakan tersebut diambil karena susidi yang telah mencapai Rp502 triliun
dan tidak tetap sasaran.

Timbulnya kebijakan pemerintah tak jarang akan memancing reaksi dari


masyarakat. Karena pada dasarnya kebijakan publik dikembangkan oleh sekelompok
individu yang memegang kekuasaan legitimasi dalam suatu sistem pemerintahan, maka
kebijakan publik pada hakekatnya adalah suatu otoritas. Bagi pemerintahuntuk
mengambil tindakan di masa yang akan datang, keputusan akhir bersifat mengikat.
Pelaksanaan good governance sangat tergantung pada kebijakan publik.

Hal ini bergantung pada efek yang dirasakan oleh subjek kebijakan dan masing-
masing kebijakan pemerintah. Seringkali, kebijakan publik yang diberlakukan tidak
selalu menguntungkan rakyat melainkan hanya segelintir kelompok. Akibatnya,
pemerintah suatu kebijakan yang bertujuan untuk mengatasi setiap masalah yang
dihadapi masyarakat harus didasarkan pada preferensi rakyat.

Pada hakekatnya, pemangku kepentingan kebijakan adalah kumpulan kegiatan


yang umumnya dipikirkan, dirancang, dirumuskan, dan diputuskan oleh kebijakan

1
publik. Meskipun dilaksanakan selama siklus kebijakan publik, lapangan sering
menunjukkan bahwa kebijakan tersebut tidak mencapai tujuannya. Kepentingan politik
partai seringkali menghalangi proses penting seperti kebijakan publik. Akibatnya,
perumusan dan implementasi kebijakan bisa menyimpang dari apa yang sebenarnya
dibutuhkan masyarakat, yang baik nomor dua.

Begitu banyak masalah yang timbul dalam masyarakat setiap harinya, hal
tersebut menjadi tugas pemerintah untuk menyelesaikan masalah tersebut melalui suatu
kebijakan publik. Salah satunya adalah tentang masalah pembangunan, baik secara fisik
maupun non-fisik. Pembangunan keduanya sangat penting bagi masyarakat karena
keduanya saling mendukung keberhasilan satu dengan lainnya. Walaupun pada
kenyataannya sering kali terjadi ketimpangan antar keduanya. Ketimpangan ini yang
menjadikan efektifitas suatu kebijakan menurun dan dapat menjadi faktor kegagalan
suatu kebijakan. Pembangunan memiliki pengertian sebagai proses perubahan yang
mencakup seluruh sistem sosial yang ditujukan untuk meningkatkan berbagai aspek
kehidupan dalam masyarakat dan dilaksanakan secara terencana. Sebagai suatu proses
tentu pembangunan tidak bisa dilaksanakan secara instan dan harus melalui berbagai
tahaptahap yang pada dasarnya memiliki kemiripan seperti proses kebijakan publik.

Pembangunan juga akan selalu berlanjut selama suatu bangsa masih ada dan
memiliki tahapan yang pada satu pihak sebagai independensi dan pada pihak lain
sebagai bagian dari sesuatu yang tidak akan pernah berakhir (Anggara dan Sumantri,
2016: 21). Oleh karena itu, pembangunan yang telah dilaksanakan oleh seluruh
komponen masyarakat sesuai dengan potensi yang dimilikinya perlu diawasi
pelaksanaan dan kesinambungannya. 3 Dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945
dijelaskan bahwa bangsa Indonesia mempunyai tujuan untuk melindungi segenap
bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan memajukan kesejahteraan
umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial. Untuk mewujudkan
tujuan nasional tersebut, maka diselenggarakan pembangunan nasional yang terencana,
menyeluruh, terpadu, terarah, dan berkesinambungan. Tujuan dari pembangunan
nasional tidak lain adalah mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan
pada Pancasila dan UUD 1945 di dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia

2
yang merdeka, berdaulat, bersatu, dan berkedaulatan rakyat. Dalam tahapan mencapai
kesejahteraan umum maka akan dihadapkan dengan permasalahan yaitu mobilitas
dalam masyarakat. Mobilitas dalam masyarakat tentunya dapat dikatakan sebagai
masalah dalam bidang transportasi khususnya transportasi publik.

Transportasi di era sekarang berperan sangat penting untuk masyarakat karena


sudah menjadi kebutuhan dasar dan digunakan sehari-hari untuk berkegiatan. Hal yang
sangat disayangkan adalah beberapa daerah di Indonesia masih belum memiliki
transporasi publik yang sesuai dengan ekspektasi masyarakat. Menurut (Adji, 2015: 1)
jumlah penduduk perkotaan meningkat dengan laju pertumbuhan yang cukup tinggi,
demikian pula jumlah kendaraan bermotor, sedangkan jalan perkotaan sangat rendah
pertambahannya, maka timbullah kepadatan lalu lintas dan bahkan kemacetan lalu
lintas. Keterbatasan dalam transportasi akan 4 menyebabkan mobilitas masyarakat
dalam memenuhi hak sosialnya menjadi terhambat. Tidak hanya dari segi sarana
transportasi itu sendiri, tetapi masih adanya kekurangan dalam bidang prasarana
transportasi. Salah satunya adalah prasarana terminal yang harusnya dapat
dimaksimalkan untuk menunjang tingkat pelayanan dari transportasi, baik dalam kota
maupun luar kota.

Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu


Lintas dan Angkutan Jalan, Terminal adalah pangkalan kendaraan bermotor umum yang
digunakan untuk mengatur kedatangan dan keberangkatan, menaikan dan menurunkan
orang dan atau barang, serta perpindahan moda angkutan. Ditinjau dari sistem jaringan
transportasi jalan secara keseluruhan, terminal merupakan simpul utama dalam jaringan
di mana transportasi sekumpulan lintasan rute secara keseluruhan bertemu. Menurut
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1992, fungsi utama dari terminal adalah sebagai
pelayanan umum antara lain berupa tempat untuk naik turun penumpang dan atau
bongkar muat barang, untuk pengendalian lalu lintas dan transporasi publik serta
sebagai tempat perpindahan intra dan antar moda transportasi. Keberadaan terminal
akan sangat memberi manfaat bagi berbagai pihak, baik untuk penumpang, Perusahaan
Otobus (PO), dan pemerintah.

Bagi penumpang, dengan adanya terminal maka penumpang tidak perlu


khawatir untuk menggunakan jasa transportasi yang disediakan oleh PO di dalam

3
terminal tersebut karena ada jaminan dari pengelola terminal. Karena adanya sistem
yang terintegrasi dari satu terminal 5 maka, penumpang dapat menemukan angkutan
yang dapat membawanya sampai tujuan. Kemudahan juga akan dirasakan oleh para PO,
karena dengan adanya satu tempat di mana calon penumpang berkumpul maka akan
mudah untuk memasarkan jasanya dan mereka tidak perlu untuk membuka tempat
untuk menjual tiket di luar terminal. Karena adanya pengaturan yang sedemikian rupa
untuk merekayasa jaringan transportasi melalui terminal, maka akan terjadi keteraturan
dalam lalu lintas yang diharapkan dapat mengurai kemacetan di jalan-jalan. Di sisi lain,
pemerintah juga bisa mendapatkan pemasukan dari pengelolaan terminal yang pada
nantinya dapat digunakan untuk memperbaiki pelayanan dari terminal itu sendiri.

Proses mental atau kognitif yang mengarah pada pemilihan tindakan dari
berbagai pilihan dapat dianggap sebagai pengambilan keputusan. Selalu ada satu
keputusan akhir yang dibuat selama proses seleksi. Implementasi atau tindakan yang
dipilih untuk mencapai tujuan Ada perbedaan level level untuk setiap keputusan.

Biasanya ada empat tingkat keputusan: keputusan yang otomatis, keputusan


yang didasarkan pada informasi yang diharapkan, keputusan yang didasarkan pada
penilaian, dan keputusan yang didasarkan pada beberapa ketidakpastian.

Jenis keputusan yang dibuat dengan cepat dan mudah disebut keputusan
otomatis. Misalnya, ketika seorang pengemudi mobil melihat lampu merah di
persimpangan jalan, dia secara otomatis mengambil keputusan untuk berhenti. Berbasis
keputusan Tingkat informasi yang diharapkan adalah tingkat keputusan yang sudah
mengandung sedikit informasi yang sedikit kompleks. Hal ini menandakan bahwa
informasi yang tersedia saat ini telah memberikan isyarat untuk mengambil keputusan.
Namun, karena kebutuhan untuk menyelidiki informasi terlebih dahulu, belum ada
keputusan yang diambil. Keputusan berdasarkan berbagai pertimbangan merupakan
tingkat keputusan yang lebih banyak membutuhkan informasi dan informasi tersebut
dikumpulkan serta dianalisis untuk dipertimbangkan agar menghasilkan keputusan.

4
1. RUMUSAN MASALAH
Bagaimana pengambilan keputusan pemerintah dalam menangani kenaikan
harga BBM di Indonesia?

2. TUJUAN

Untuk mengetahui pengambilan keputusan pemerintah dalam menangani


kenaikan harga BBM di Indonesia.

5
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengetian Pengambilan Keputusan
Kata “keputusan” berarti menentukan, mengakhiri, menyelesaikan, mengatasi.
Keputusan adalah pengakhiran daripada proses pemikiran tentang apa yang dianggap
sebagai “masalah” sebagai sesuatu yang merupakan penyimpangan daripada yang
dikehendaki, direncanakan atau dituju dengan menjatuhkan pilihan pada salah satu
alternatif pemecahannya (Atmosudirdjo, 1990: 45).

Menurut Siagian (dalam Asnawir, 2006: 203), pengambilan keputusan


merupakan suatu pendekatan yang sistematis terhadap suatu masalah yang dihadapi.
Menurut Salusu (2004), pengambilan keputusan adalah suatu proses memilih
alternatif cara bertindak dengan metode yang sesuai dengan situasi. Sedangkan
Jannis & Mann (1977) menyebutkan bahwa pengambilan keputusan merupakan
pemecahan masalah dan terhindar dari faktor situasional.

Dapat diartikan bahwa pengambilan keputusan adalah memilih dan menetapkan


satu alternatif yang dianggap paling tepat dari beberapa alternatif yang dirumuskan.
Keputusan itu harus bersifat fleksibel, analitis dan mungkin untuk dilaksanakan
dengan dorongan sarana prasarana dan sumber daya yang tersedia (berupa manusia
dan material).
2. Jenis-jenis Pengambilan Keputusan
a. Keputusan Strategis
Keputusan strategis adalah keputusan untuk menjawab tantangan dan
perubahan lingkungan dan biasanya bersifat jangka panjang. Keputusan ini
diambil oleh manajemen atas. Keputusan Strategis mengandung karakteristik
khusus yang membedakan keputusan strategis dengan keputusan keputusan
yang lain. Tujuan keseluruhan dari pengambilan keputusan strategis (strategic
decision making) adalah untuk memilih strategi alternatif sehingga
keunggulan kompetitif jangka panjang dapat tercapai. Berikut adalah
karakteristik khusus yang terkandung dalam Keputusan Strategis :

1) Rare, keputusan-keputusan strategis yang tidak biasa dan khusus,


yang tidak dapat ditiru oleh organisasi, perusahaan, atau instansi
lainnya.

6
2) Consequential, keputusan-keputusan strategis yang memasukan
sumber daya penting dan menuntut banyak komitmen dari instansi
terkait.
3) Directive, keputusan-keputusan strategis yang menetapkan keputusan
yang dapat ditiru untuk keputusan-keputusan lain dan tindakan-
tindakan di masa yang akan datang untuk organisasi secara
keseluruhan.

b. Keputusan Administratif / Taktik


Keputusan Administratif / Taktik adalah keputusan yang berkaitan
dengan pengelolaan sumber daya (keuangan, teknik). Keputusan ini diambil
oleh manajemen menengah. Pengambilan keputusan taktis (tactical decision
making) terdiri dari pemilihan di antara berbagai alternatif dengan hasil yang
langsung atau terbatas yang dapat dilihat. Menerima pesanan khusus dengan
harga yang lebih rendah dari harga jual normal untuk memanfaatkan
kapasitas menganggur dan meningkatkan laba tahun ini merupakan suatu
contoh. Beberapa keputusan taktis cenderung bersifat jangka pendek
seringkali mengandung konsekuensi jangka panjang.

Tujuan keseluruhan dari pengambilan keputusan strategis (strategic


decision making) adalah untuk memilih strategi alternatif sehingga
keunggulan kompetitif jangka panjang dapat tercapai. Pengambilan keputusan
taktis harus mendukung tujuan keseluruhan ini, meskipun tujuan langsungnya
berjangka pendek (menerima satu pesanan khusus untuk meningkatkan laba)
atau berskala kecil (memproduksi sendiri daripada membeli komponen).

c. Keputusan Operasional
Keputusan Operasional adalah keputusan yang berkaitan dengan
kegiatan operasional sehari-hari. Keputusan ini diambil oleh manajemen
bawah. Keputusan operasional sangat menentukan efektivitas keputusan
strategis yang dimabil oleh para manajer puncak (Drummond, 1995).
Keputusan operasional ini dilakukan untuk menjalankan kegiatan organisasi
sehari-hari atau dilakukan dalam rutinitas organisasi demi berjalannya

7
organisasi tersebut. Keputusan ini biasanya diputuskan tanpa meminta
pendapat dari pimpinan terlebih dahulu, jadi langsung diputusankan saat itu
juga. Contoh: customer service yang harus melayani setiap keluhan
pelanggan dan memberikan solusi saat itu juga.

3. Faktor yang mempengaruhi Pengambilan Keputusan


Menurut Teerry faktor-faktor yang mempengaruhi dalam pengambilan
keputusan, yaitu:

a. Hal-hal yang berwujud maupun yang tidak berwujud yang emosional


maupun yang rasional perlu diperhitungkan dlam pengambilan keputusan.
b. Setiap keputusan harus dapat dijadikan bahan untuk mencapai tujuan setiap
keputusan jangan berorientasi pada kepentingan pribadi, teteapi harus lebih
mementingkan kepentingan.
c. Jarang sekali pilihan yang memuaskan, oleh karena itu buatlah alternatif-
alternatif tandingan.
d. Pengambilan keputusan merupakan tindakan ini harus diubah menjadi
tindakan fisik.
e. Pengambilan keputusan yang efektif membutuhkan waktu yang cukup lama
f. Dierlukan pengambilan keputusan yang praktis untuk mendapatkan hasil
yang lebih baik.
g. Setiap keputusan hendaknya dilembagakan agar diketahui keputusan itu
benar.
h. Setiap keputusan merupakan tindakan permulaan dari segi kegiatan mata
rantai berikutnya.

4. Prinsip-prinsip Pengambilan Keputusan dalam Organisasi


Prinsip-prinsip dari pengambilan keputusan menurut Piet Saher Tian adalah sebagai
berikut (Piet Saher Tian, 1994)

a. Dapat di bedakan dengan jelas antara pengambilan keputusan dengan


pemecahan masalah;
b. Pengambilan keputusan harus selalu dilihat dalam kaitannya dengan tujuan-
tujuan yang hendak di capai;

8
c. Sebab pengambilan keputusan sering mengandung faktor mereka maka
selalu diperlukan data penunjang dan analisa yang konprehensif dalam
mengambil suatu keputusan.
d. Pinpinan tidak haya mau mengambil keputusan, tetapi juga bertanggung
jawab atas segala tindakan keputusan itu.

5. Dasar dalam Pengambilan Keputusan


George R. Terry menyebutkan 5 dasar (basis) dalam pengambilan keputusan,
yaitu: intuisi, pengalaman, fakta, wewenang, dan rasional.

a. Intuisi.
Pengambilan keputusan berdasarkan intuisi adalah pengambilan keputusan
yang berdasarkan perasaan yang sifatnya subyektif. Dalam pengambilan
keputusan berdasarkan intusi ini, meski waktu yang digunakan untuk
mengambil keputusan relatif pendek, tetapi keputusan yang dihasilkan
seringkali relatif kurang baik karena seringkali mengabaikan dasar-dasar
pertimbangan lainnya.

b. Pengalaman.
Pengambilan keputusan berdasarkan pengalaman memiliki manfaat bagi
pengetahuan praktis, karena dengan pengalaman yang dimiliki seseorang,
maka dapat memperkirakan keadaan sesuatu, dapat memperhitungkan
untung-ruginya dan baik-buruknya keputusan yang akan dihasilkan.

c. Wewenang.
Pengambilan keputusan berdasarkan wewenang biasanya dilakukan oleh
pimpinan terhadap bawahannya, atau oleh orang yang lebih tinggi
kedudukannya kepada orang yang lebih rendah kedudukannya. Hasil
keputusannya dapat bertahan dalam jangka waktu yang cukup lama dan
memiliki otentisitas (otentik), tetapi dapat menimbulkan sifat rutinitas,
mengasosiasikan dengan praktek diktatorial dan sering melewati
permasalahan yang seharusnya dipecahkan sehingga dapat menimbulkan
kekaburan.

d. Fakta.

9
Pengambilan keputusan berdasarkan data dan fakta empiris dapat
memberikan keputusan yang sehat, solid dan baik. Dengan fakta, tingkat
kepercayaan terhadap pengambil keputusan dapat lebih tinggi, sehingga
orang dapat menerima keputusan yang dibuat itu dengan rela dan lapang
dada.

e. Rasional.
Pada pengambilan keputusan yang berdasarkan rasio, keputusan yang
dihasilkan bersifat objektif, logis, lebih transparan dan konsisten untuk
memaksimumkan hasil atau nilai dalam batas kendala tertentu, sehingga
dapat dikatakan mendekati kebenaran atau sesuai dengan apa yang
diinginkan. Pengambilan keputusan secara rasional ini berlaku sepenuhnya
dalam keadaan yang ideal.

Pada pengambilan keputusan secara rasional terdapat beberapa hal sebagai


berikut:

1) Kejelasan masalah: tidak ada keraguan dan kekaburan masalah.


2) Orientasi tujuan: kesatuan pengertian tujuan yang ingin dicapai.
3) Pengetahuan alternatif: seluruh alternatif diketahui jenisnya dan
konsekuensinya.
4) Preferensi yang jelas: alternatif bisa diurutkan sesuai kriteria.
5) Hasil maksimal: pemilihan alternatif terbaik berdasarkan atas hasil
ekonomis yang maksimal.

10
ANALISIS STUDI KASUS

Pengambilan Keputusan Pemerintah Dalam Mengatasi Kenaikan Harga BBM

Kebijakan pemerintah dalam pengambilan keputusan mengenai kenaikan harga


BBM ini menuai banyak kontroversi dalam masyarakat. Apalagi ditambah dengan
Subsidi BBM lebih banyak dinikmati oleh kelompok masyarakat mampu yaitu pemilik
mobil pribadi. Uang negara seharusnya diprioritaskan untuk subsidi kepada masyarakat
kurang mampu. Oleh sebab itu, Pemerintah harus mengalihkan subsidi BBM agar tepat
sasaran.Selain subsidi terhadap BBM, pemerintah juga memberikan subsidi listrik,
pupuk, dan subsidi lainnya. Hal ini dilaksanakan pemerintah untuk menjaga daya beli
masyarakat dalam memenuhi kebutuhannya.

Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan komoditas penentu kelangsungan


perekonomian suatu negara. Hal ini disebabkan oleh berbagai sektor dan kegiatan
ekonomi di Indonesia mengandalkan BBM sebagai sumber energi dalam beraktivitas.
Setiap aktivitas yang dilakukan oleh entitas ekonomi tidak lepas dari penggunaan BBM,
mulai dari kegiatan yang dilakukan oleh rumah tangga hingga perusahaan yang
memproduksi barang dan jasa. Ditinjau dari segi transportasi, keberadaan BBM sangat
penting adanya karena kemajuan suatu bangsa ditentukan oleh kemudahan dan akses
transportasi yang baik. Oleh karena itu, BBM berkaitan erat dengan sistem transportasi
sebagai sumber tenaga penggerak. Sejak tahun 2002, Indonesia telah melakukan impor
minyak mentah terkait dengan penurunan produksi minyak dalam negeri. Di samping
itu, Indonesia juga menerapkan kebijakan subsidi BBM untuk menekan beban
masyarakat akan tingginya harga minyak dunia. Besarnya jumlah pemberian subsidi ini
akan mengalami fluktuasi selaras dengan perubahan harga minyak dunia. Secara tentatif
dan tertuang dalam Blueprint Pengelolaan Energi Nasional 2005-2025, Indonesia
memberikan subsidi BBM dalam beberapa jenis, yakni subsidi untuk minyak tanah,
premium dan solar. Subsidi yang paling besar memakan dana adalah subsidi BBM jenis
premium.
Rendahnya harga BBM merupakan salah satu sumber defisit APBN yang sangat
dominan namun hal ini memaksa pemerintah menaikkan harga BBM dengan rata-rata

11
30 persen pada tahun 2001. Jika pemerintah tidak menaikkan harga BBM sebesar 30
persen, subsidi BBM akan melonjak menjadi Rp 66 triliun pada tahun tersebut. BBM
merupakan bahan dasar untuk melakukan kegiatan di segala sektor dan kehidupan,
maka kenaikan harga BBM yang sangat drastis akan menaikkan harga barang dan jasa
termasuk harga kebutuhan sehari-hari bagi masyarakat walaupun pada kenyataannya
biaya BBM hanya mencakup sekitar 6 persen dari rata-rata biaya produksi industri
pengolahan. Sementara itu bagi rumah tangga, pengeluaran untuk BBM hanya meliputi
sekitar 1,07 persen untuk kelompok miskin dan 0,15 persen untuk rumah tangga
kelompok tidak miskin, atau total 0,21 persen dari anggaran belanja keluarga. Namun
untuk pengeluaran transportasi rata-rata rumah tangga miskin dan tidak miskin
mengeluarkan sekitar 2,60 persen dari seluruh anggaran belanja rumah tangga. Oleh
karena itu, kelompok rumah tangga miskinlah yang paling terbebani oleh kenaikan
harga BBM, karena di samping kebutuhan bahan bakar dan transportasi, kebutuhan-
kebutuhan lainnya pasti naik juga harganya, sedangkan penghasilan mereka relatif kecil.
Berdasarkan kajian Badan Pengatur Hilir (BPH) Migas, ketidaktepatan sasaran
dari subsidi BBM dikarenakan oleh ketiadaan pengawasan dalam pendistribusian, baik
BBM bersubsidi maupun BBM tidak bersubsidi. Lemahnya pengawasan ini terjadi
karena tidak adanya koordinasi lintas sektoral antara pemerintah pusat dengan
pemerintah daerah. Kurang efektifnya komunikasi ini menyebabkan kelangkaan BBM
dan penyalahgunaan BBM bersubsidi. Jika masalah ini terus berlanjut maka masalah-
masalah di sektor BBM dapat menghambat pertumbuhan ekonomi lintas sektoral.
Peranan pemerintah dalam bidang alokasi adalah untuk menjamin tercapainya
penggunaan sumber ekonomi yang efisien, yang tidak dapat dicapai melalui mekanisme
pasar bebas. Ekonomi membedakan efisiensi menjadi dua, yaitu efisiensi alokasi dan x-
efficiency. Efisiensi alokasi adalah alokasi sumber- sumber ekonomi sesuai dengan
kendala anggaran konsumen barang dan jasa. X- efficiency menunjukkan kondisi pada
sisi penawaran, yaitu apakah penyediaan suatu barang dan jasa sudah dilaksanakan
dengan biaya minimum. Selain berperan dalam bidang alokasi sumber daya, pemerintah
juga berperan dalam distribusi. Pemerintah dapat memengaruhi distribusi pendapatan
secara tidak langsung dengan kebijaksanaan pengeluaran pemerintah misalnya dengan
subsidi BBM jenis premium.

12
Besarnya subsidi BBM yang dikeluarkan oleh pemerintah bergantung pada harga
minyak dunia yang sering tidak stabil. Semakin tinggi harga minyak dunia maka
pemerintah akan menganggarkan dana yang makin banyak untuk dana subsidi.
Alternatif untuk menekan pengeluaran pemerintah adalah dengan menaikkan harga
BBM, khususnya jenis premium yang merupakan konsumsi energi tertinggi.
Terhadap penyesuaian harga BBM tersebut, Penulis mencoba untuk memberikan
pendapat melalui penjelasan yang sederhana. Masyarakat perlu mendapatkan
pemahaman secara benar terhadap kebijakan penyesuaian harga BBM.
APBN sebagai instrumen penting keuangan negara menjadi pelindung masyarakat yang
paling rentan. Ada 3 (tiga) aspek yang harus benar-benar kita pahami mengenai APBN
yaitu: 1. APBN dapat melindungi masyarakat yang paling rentan; 2. APBN adalah
instrumen untuk mengelola keuangan yang berkeadilan; 3. APBN adalah instrumen
pengelolaan keuangan negara yang harus dijaga kesehatannya.
Sebagai pelindung masyarakat, ketika pandemi covid melanda Indonesia, pada 2
(dua) tahun pertama, menimbulkan dampak yang luar biasa. Pandemi Covid
menimbulkan krisis kesehatan dan perekonomian masyarakat menurun drastis. APBN
hadir membantu masyarakat melalui anggaran covid, anggaran bansos dan anggaran
lainnya. Sebagai pengelola Keuangan Negara yang berkeadilan, saat adanya invasi
Rusia ke Ukraina, menyebabkan harga-harga cooking oil, gandum dan pupuk naik,
sebagai instrumen negara APBN harus tetap andal dan memberikan rasa keadilan bagi
masyarakat, dengan tetap memberikan subsidi agar daya beli masyarakat terjaga.
Kita pahami APBN terus bekerja tiada henti seiring bekerjanya instrumen
keuangan negara yang membiayai pembangunan. Terjadinya tekanan yang kuat saat
terjadi gangguan, misalkan pandemi covid, invasi Rusia ke Ukraina yang meningkatkan
beberapa harga komoditi bisa menyebabkan APBN sakit. Karena itu kita harus menjaga
kesehatannya. Namun disisi lain, APBN sebagai bantalan sosial tetap memberikan
perlindungan kepada masyarakat kurang mampu.
Perlu ditanamkan pemahanaman bahwa subsidi yang ditanggung APBN sudah
sangat memberatkan dan semakin menipis. Apabila subsidi BBM terus dilaksanakan
maka dana subsidi yang dianggarkan dalam APBN diperkirakan akan habis di bulan
Oktober tahun 2022. Bayangkan apabila subsidi BBM habis, maka di bulan Nopember
2022 penyesuaian BBM akan lebih tinggi lagi. Dan kenaikan BBM tersebut pastinya

13
akan berimbas kepada harga bahan pokok, transportasi, jasa dan lainnya. Subsidi BBM
tidak hilang, tapi dialihkan penggunaannya kepada golongan kurang mampu yang lebih
tepat sasaran.
Perlu dipahami, bahwa sejak awal tahun-tahun sebelumnya dunia dilanda
pandemi Covid 19 dan hal tersebut berdampak pada tingkat pertumbuhan ekonomi di
seluruh dunia. Laju pertumbuhan ekonomi menjadi stagnan cenderung menurun karena
negara-negara fokus pada penanganan pandemi, tidak terkecuali di Indonesia. Ada
pembatasan aktivitas dan ketatnya protokol kesehatan berimbas pada roda
perekonomian, tapi alhamdulillah Indonesia bisa bangkit dari pandemi Covid 19
dikarenakan Pemerintah cepat tanggap menjalankan program vaksin yang berjalan baik
di setiap propinsi. Hal tersebut juga didukung kesadaran masyarakat yang tinggi.
Berhasilnya program vaksin dan kesadaran menjalani protokol kesehatan yang tinggi,
membuat Indonesia cepat bangkit dan laju pertumbuhan ekonomi tetap terjaga dengan
baik.
Pemulihan dari pandemi Covid-19 yang cepat mengakibatkan mobilitas dan kegiatan
usaha cendrung meningkat. Dampaknya, pemakaian BBM bersubsidi juga meningkat
yang akhirnya sangat membebani APBN. APBN sebagai instrumen keuangan negara
harus terjaga kesehatannya. Tugas Pemerintah untuk mengelola APBN secara
berkeadilan. Perlu kami sampaikan adanya invasi Rusia terhadap Ukraina berimbas
pada naiknya harga minyak dunia. Semula yang diasumsikan 64$ per barrel, sekarang
naik menjadi rata-rata 105$ per barrel dalam APBN. Belum lagi kenaikan harga batu
bara, nikel dan lainnya, semua itu ditangkap dalam Keuangan Negara.
Penyesuaian harga BBM sudah pasti akan berimbas terjadinya inflasi dengan
naiknya harga barang/jasa dan kita harus mengeluarkan uang lebih untuk memenuhinya.
Hendaknya kita tidak perlu panik dan tetap berpikir jernih dalam menghadapinya. Yang
perlu kita jalani adalah bergaya hidup hemat, sehat dan tetap bahagia.
Kita dapat menjalani hidup lebih hemat dengan cara mengurangi penggunaan kendaraan
bermotor. Misalkan untuk aktivitas dengan jarak tempuh yang dekat, kita bisa berjalan
kaki atau bersepeda. Selain mengurangi biaya BBM, lebih sehat dan dapat mengurangi
polusi udara.

14
Pengeluaran untuk kebutuhan sehari-hari agar lebih selektif. Pembelian
barang/jasa didasarkan pada kebutuhan bukan keinginan. Pemakaian listrik, air, gas dan
lainnya lebih dihemat agar beban biaya pengeluaran tersebut dapat ditekan.
Penghematan lainnya terhadap pembiayaan kebutuhan sekunder seperti belanja pakaian,
sepatu, asesoris, liburan/tamasya, nonton bioskop. Barang-barang lama yang masih
bagus dan berfungsi baik, dapat dioptimalkan penggunaannya.
Dengan penyesuaian harga BBM, mari kita terapkan jiwa gotong royong,
diharapkan golongan mampu untuk tidak menggunakan BBM bersubsidi, membayar
pajak dan kewajiban lainnya dengan kesadaran tinggi. Warga yang mampu membantu
warga yang tidak mampu agar tetap memiliki daya beli kebutuhan pokok. Akhirnya,
penulis sangat optimis dengan bersatu dan gotong royong, kita bersama mampu melalui
tekanan inflasi ini akibat penyesuain harga BBM.

15
KESIMPULAN

Pada dasarnya, tepat atau tidaknya pemerintah dalam pengambilan keputusan


mengenai kenaikan harga BBM itu tergantung dari bagaimana dampaknya terhadap
kehidupan berbangsa dan bernegara saat ini. Baik tingkat kesejahteraan rakyatnya,
maupun eksistensi NKRI di konstelasi politik internasional. keuangan aktual, situasi
hutang negara, prioritas kebutuhan rakyat, bagaimana daya saing negara, sekaligus
dinamika politik internasional.
Kalau selama ini pemerintah kita tetap stabil dan dapat mengendalikan sistem
perekonomin sehingga tetap survive, maka itu berarti tindakannya menaikkan pajak,
menaikkan harga BBM dll. merupakan langkah yang tepat. Kita juga harus melihat
posisi Indonesia di konstelasi politik internasional. Apa pun keputusan pemerintah dan
diambil langkahnya akan mempengaruhi NKRI secara keseluruhan.
Mengingat naiknya harga bahan bakar minyak (BBM) akan berdampak bagi
masyarakat. Baik itu dampak positif maupun dampak negatif. Dampak yang signifikan
akan terjadi pada tingkat inflasi dan pada kondisi perekonomian nasional. Dampak
kenaikan harga BBM terhadap inflasi adalah akan terjadi kenaikan pada tingkat
persentase inflasi. Jumlah uang yang beredar di masyarakat akan bertambah, dan akan
berdampak pula pada harga berbagai jenis barang dan jasa. Kondisi perekonomian akan
mengalami goncangan, ketidakstabilan akan terjadi. Iklim investasi akan menurun,
sehingga berpengaruh pada jumlah pendapatan dan pengeluaran pemerintah. Kebijakan
pemerintah untuk mengatasi inflasi adalah dengan kebijakan moneter. Seluruh
instrumen kebijakan moneter efektif dalam mengurangi dan mengatasi inflasi.
Jika semua masyarakat meningkatkan konsumsinya terhadap BBM, maka tidak
heran jika terjadi kenaikan harga BBM, Ini dikarenakan permintaan yang membubung
tinggi sementara penyediaan barang mengalami kekurangan akan membuat harga
barang tersebut menjadi naik dan timbulnya inflasi.

16
DAFTAR PUSTAKA

Nachrowi, D., & Usman, H. (2004). Teknik Pengambilan Keputusan. Grasindo.

Gifar, Fariz. 2020. "Kebijakan Publik Teori dan Analisis. Scribd.


https://id.scribd.com/document/493625209/ESSAY-KEBIJAKAN-
PUBLIK-TEORI-DAN-ANALISIS. Diakses pada 17 November 2022

Rodani, Agus. 2022. "Menyikapi Harga BBM secara bijak. Artikel DJKN
Kementrian Keuangan Republik Indonesia.
https://www.djkn.kemenkeu.go.id/artikel/baca/15363/Menyikapi-
Kenaikan-Harga-BBM-secara-Bijak.html. diakses pada 17 November
2022
Basuki, Hery. (2013). Proses Pengambilan Keputusan di Organisasi
Kemasyarakatan. Jurnal Translitera, Edisi 3.
Imansyah, Yudi. (2017). Pengambilan Keputusan dalam Organisasi Lembaga
Pendidikan. Pengambilan Keputusan, Vol.1, No.1.

Muhdi, dkk. (2017). Teknik Pengambilan Keputusan Dalam Menentukan


Model Manajemen Pendidikan Menengah. Manajemen Pendidikan, Vol.
4, No. 2.
Raihan. (2016). Pengambilan Keputusan Dalam Kepemimpinan Manajemen
Dakwahjurnal. Al-Bayan, VOL. 22 NO. 34.
Sabri, Ahmad. (2013). Kebijakan dan Pengambilan Keputusan dalam Lembaga
Pendidikan Islam

17
18

Anda mungkin juga menyukai