1
Firman Adi Candra
1
Universitas Mathla ul Anwar
Email : firman.adi@unmabanten.ac.id
Abstrak
Undang-undang sapu jagat atau undang-undang omnibus (Omnibus bill atau omnibus law) adalah istilah untuk
menyebut suatu undang-undang yang bersentuhan dengan berbagai macam topik dan dimaksudkan untuk
mengamandemen, memangkas dan/atau mencabut sejumlah undang-undang lain. Konsep undang-undang itu
umumnya ditemukan dalam sistem hukum umum (common law) seperti Amerika Serikat, dan jarang ditemui dalam
sistem hukum sipil (civil law) seperti di Indonesia, karena ukuran dan cakupannya yang luas, perdebatan dan
pengawasan terhadap perancangan undang-undang sapu jagat umumnya dibatasi. Dalam sejarahnya, undang-
undang sapu jagat adakalanya digunakan untuk melahirkan amandemen yang kontroversial. Oleh sebab itu, beberapa
kalangan menilai undang-undang sapu jagat bertentangan dengan demokrasi. Omnibus berasal dari Bahasa Latin,
yang artinya “untuk semuanya”.
Kata Kunci : Omnibus Law, Khilafiyah
PENDAHULUAN
Mengutip Black‟s Law Dictionary, Omnibus memiliki makna "untuk semua: mengandung
dua atau lebih," dan seringkali diterapkan pada RUU legislatif yang terdiri lebih dari satu subjek
umum. Dalam perkembangannya, kata Omnibus banyak diarahkan ke dalam istilah Omnibus bill,
yang diartikan sebagai “sebuah Undang-Undang dalam satu bentuk yang mengatur bermacam-
macam hal yang terpisah dan berbeda, dan seringkali menggabungkan sejumlah subjek yang
berbeda dalam satu cara, sehingga dapat memaksa eksekutif untuk menerima ketentuan yang tidak
disetujui atau juga membatalkan seluruh perundangan.” Metode Omnibus Law dianggap sebagai
cara yang tidak demokratis bahkan despotis yaitu bentuk pemerintahan dengan satu penguasa, baik
individual maupun oligarki, yang berkuasa dengan kekuatan politik absolut. Despotisme dapat
berarti tiran (dominasi melalui ancaman hukuman dan kekerasan), atau absolutisme; atau
diktatorisme. Menurut Montesquieu, perbedaan antara monarki dan despotisme adalah bahwa
dalam monarki, penguasa memerintah dengan hukum yang ada dan tetap, sementara dalam
despotisme penguasa memerintah berdasarkan keinginannya sendiri.
Karena ukuran dan cakupannya yang luas, perdebatan dan pengawasan terhadap
perancangan undang-undang omnibus umumnya dibatasi, omnibus berasal dari bahasa latin Omnis
yang berarti banyak, dalam Black Law Dictionary Ninth Edition Bryan A.Garner disebutkan
omnibus: relating to or dealing with numerous object or item at once ; inculding many thing or
having varius purposes, maka dapat dimaknai sebagai penyelesaian berbagai pengaturan sebuah
kebijakan tertentu, tercantum dalam berbagai Undang-Undang, kedalam satu Undang-Undang
payung. Dari segi hukum, kata Omnibus memang sering disandingkan dengan kata law atau bill.
Artinya adalah sebuah peraturan yang dibuat berdasarkan hasil kompilasi atau hasil penggabungan
beberapa aturan dengan substansi dan tingkatan yang berbeda. definisi yang lebih sederhana
menyebutkan omnibus bill adalah "a bill consisting of a number of related but separate parts that
seeks to amend and/or repeal one or several existing Acts and/or to enact one or several new Acts."
(House of Commons, Glossary of Parliamentary Procedure, 2011: 38). (Sebuah RUU yang terdiri
dari sejumlah bagian terkait tetapi terpisah yang berupaya untuk mengubah dan/atau mencabut
satu atau beberapa undang-undang yang ada dan/atau untuk membuat satu atau beberapa undang-
undang baru). Pengamat Sosial Politik Indonesia, Rudi S Kamri dalam sebuah video yang viral di
media sosial mengulas panjang lebar tentang pengertian dan sejarah lahirnya Omnibus Law dan
mengatakan bahwa Omnibus itu adalah bus yang pertama kali diperkenalkan di Paris (Perancis)
pada tahun 1820, kendaraan baru yang diperkenalkan di Paris pada tahun 1820-an itu bisa
mengangkut begitu banyak orang, orang Prancis yang pertama kali menemukan kendaraan jenis
bus menyebutnya dengan nama voiture omnibus, yang bermakna kendaraan untuk semua atau
kendaraan untuk rakyat, voiture omnibus ini berasal dari layanan transportasi massal yang dimulai
pada 1823 oleh pemilik pabrik jagung Perancis bernama Stanislas Baudry [fr] di Richebourg,
pinggiran Nantes.
Konsep omnibus law sudah tergolong tua. Di Amerika Serikat, Omnibus Law pertama kali
dibahas pada 1840 dan selama abad ke-19, di negeri itu muncul tiga peraturan omnibus yang
terkenal, pada 1850 Senator Henry Clay dari Negara Bagian Kentucky mengajukan ketentuan
untuk menenangkan perbedaan di antara banyak negara bagian tentang perbudakan, yang
mengancam keutuhan ikatan ke-Amerikaan mereka. Yang paling terkenal dari dari aturan
Omnibus itu, selain Undang-undang Omnibus 22 Februari 1889 yang menegaskan penerimaan
empat negara bagian baru Amerika Serikat : yaitu Dakota Utara, Dakota Selatan, Montana, dan
Washington, adalah Fugitive Slave Act yang cenderung pro anti perbudakan dengan berlakunya
undang-undang Omnibus itu ”…perpecahan dan perang saudara bisa tertunda selama satu dekade.
Pada tahun 1967, saat Menteri Hukum Amerika Serikat Pierre Trudeau mengenalkan Criminal
Law Amendement Bill, yang isinya mengubah banyak sisi aturan dari undang-undang hukum
pidana terdahulu.
Di Kanada, House of Commons Procedure and Practice memperkirakan praktik omnibus
bill dimulai pada 1888, ketika sebuah usul RUU diajukan dengan tujuan meminta persetujuan
terhadap dua perjanjian jalur kereta api yang terpisah. Namun demikian, RUU semacam omnibus
juga ditengarai ada pada awal 1868, yaitu pengesahan sebuah undang-undang untuk
memperpanjang waktu berlakunya beberapa pasca Konfederasi Kanada. Omnibus Bill terkenal di
Kanada (yang kemudian menjadi Criminal Law Amendment Act, 1968-69 yang terdiri dari 126
halaman dan 120 klausul) adalah perubahan terhadap Criminal Code yang disetujui pada masa
kepemimpinan Pierre Eliot Trudeau (Menteri Kehakiman di pemerintahan Lester Pearson) dan
banyak pasal dan banyak undang-undang. Dodek menyebut omnibus law sebagai metode yang
abusive.
Patrick Keyzer, saat menyampaikan materi kuliah tamu di Universitas Brawijaya Malang,
29 Januari 2020, menyebutkan lima kelemahan penggunaan omnibus law, yaitu: (i) very difficult
to draft; (ii) limited opportunities for debate and scrutiny; (iii) it may make consultation very
difficult; (iv) It may be hard to implement; dan (v) it can add to complexity, rather than remove it
Apa yang disampaikan Keyzer itu sejalan dengan apa yang disinggung oleh John Walsh di
majalah Science (Congress: Decision To Break Up Comprehensive Education Bill, Act on Parts,
Taken in House, 1963). Salah satu problem yang akan dihadapi ketika ingin mendorong omnibus
law adalah skeptisisme mengenai apakah omnibus bill benar-benar dapat disahkan.
Undang-undang itu tercatat sebagai UU Nomor 11 Tahun 2020, yang terdiri atas 15 bab
dan 186 pasal, 1187 halaman yang mengatur perihal ketenagakerjaan hingga lingkungan hidup.
Presiden Republik Indonesia, Bapak Joko Widodo dalam pidato pelantikannya pada 20
Oktober 2019, menyampaikan rencananya mengenai perumusan omnibus law bersama DPR. Ia
menyebutkan ada dua undang-undang yang akan tercakup di dalamnya, yaitu UU Cipta Lapangan
Kerja dan UU Pemberdayaan UMKM. Pada Februari 2020, pemerintah Indonesia mengajukan
undang-undang sapu jagat ke DPR dengan target musyawarah yang selesai dalam tempo 100 hari.
Versi draf RUU dikritik oleh elemen media Indonesia, kelompok hak asasi manusia, serikat
pekerja, dan organisasi lingkungan hidup karena mendukung oligarki dan membatasi hak-hak sipil
rakyat Di lain pihak, Kamar Dagang dan Industri Indonesia mendukung RUU ini. Setelah revisi
yang dilakukan terhadap beberapa pasal, RUU Cipta Kerja disahkan DPR pada Senin, 5 Oktober
2020, tiga hari lebih cepat dari tanggal pengesahan yang dijadwalkan. Pengesahan RUU juga
dilakukan sebelum hari unjuk rasa selanjutnya yang telah direncanakan oleh serikat pekerja.
Beberapa jam sebelum disahkan, 35 perusahaan investasi mengirim surat yang memperingatkan
pemerintah tentang konsekuensi berbahaya dari RUU tersebut bagi lingkungan.
Pengesahan RUU Cipta Kerja didukung oleh tujuh partai yaitu Partai Demokrasi Indonesia
Perjuangan, Golkar, Gerindra, Partai Nasdem, Partai Kebangkitan Bangsa, Partai Amanat
Nasional, dan Partai Persatuan Pembangunan sementara dua partai yang menolak adalah Partai
Demokrat dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS)
PEMBAHASAN
Toleransi atau Toleran secara bahasa kata ini berasal dari bahasa latin tolerare yang berarti
yang berarti dengan sabar membiarkan sesuatu. Pengertian toleransi secara luas adalah suatu
perilaku atau sikap manusia yang tidak menyimpang dari aturan, dimana seseorang menghormati
atau menghargai setiap tindakan yang dilakukan orang lain. Toleransi juga dapat berarti suatu
sikap saling menghormati dan menghargai antarkelompok atau antarindividu (perseorangan) baik
itu dalam masyarakat ataupun dalam lingkup yang lain. Sikap toleransi dapat menghindari
terjadinya diskriminasi walaupun banyak terdapat kelompok atau golongan yang berbeda dalam
suatu kelompok masyarakat. Toleransi terjadi karena adanya keinginan-keinginan untuk sedapat
mungkin menghindarkan diri dari perselisihan yang saling merugikan kedua belah pihak.
Contoh sikap toleransi secara umum antara lain: menghargai pendapat mengenai pemikiran
orang lain yang berbeda dengan kita, serta saling tolong-menolong antar sesame manusia tanpa
memandang SARA.
Istilah toleransi mencakup banyak bidang. Salah satunya adalah toleransi beragama, yang
merupakan sikap saling menghormati dan menghargai antar penganut agama lain, seperti:
• Tidak memaksakan orang lain untuk menganut agama kita;
• Tidak mencela/menghina agama lain dengan alasan apapun; serta
• Tidak melarang ataupun mengganggu umat agama lain untuk beribadah sesuai
agama/kepercayaan masing-masing
Nabi Muhammad dan esok hari menyembah Tuhan kaum Quraisy. Dengan adanya keadilan dalam
pelaksanaan ibadah dari kedua agama tersebut, maka menurut pemuka Quraisy akan terjadi
toleransi antar-agama. Keputusan ini tentunya ditentang oleh Allah, dengan menurunkan surat Al-
Kafirun ayat 1-6. Ternyata dalam agama tidak boleh ada pencampuradukan keyakinan, lapangan
toleransi hanya ada di wilayah muamalah. Hal ini bisa dilihat dari rujukan kitab-kitab tafsir, di
antaranya Tafisr Al-Maraghi, juz 30 tentang penafsiran surat Al-Kafirun.
Toleransi menurut Tillman adalah sebuah sikap untuk saling menghargai, melalui
pengertian dengan tujuan untuk kedamaian. Toleransi disebut-sebut sebagai faktor esensi dalam
terciptanya sebuah perdamaian.
Menurut Isaac Dimont, pengertian toleransi adalah sikap untuk mengakui perdamaian dan
tidak menyimpan dari norma-norma yang diakui dan berlaku. Lalu toleransi juga diartikan sebagai
sikap menghormati dan menghargai setiap tindakan orang lain.
Menurut Heiler, pengertian toleransi adalah sikap seseorang yang mengakui adanya
pluralitas agama dan menghargai setiao pemeluk agama tersebut. Ia menyatakan, setiap pemeluk
agama mempunyai hak untuk menerima perlakuan yang sama dari semua orang
Menurut Purwadarmita, toleransi merupakan sikap menghargai dan membolehkan
pendapat, pandangan, dan juga kepercayaan lain yang berbeda dengan pendirian diri sendiri.
Dari pendapat berbagai ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa toleransi merupakan
sebuah sikap untuk menghargai dan menghormati setiap orang yang memiliki perbedaan
pandangan, pendapat, keyakinan, kepercayaan, termasuk pula perbedaan agama, ras, dan budaya
dengan diri sendiri. Karena mereka semua memiliki hak untuk diperlakukan sama dengan setiap
orang.
Ikhtilaf adalah istilah dalam kajian hukum Islam yang berarti perbedaan, perselisihan, dan
pertukaran. Alquran sebagai pedoman hidup bagi umat Islam menyebutkan kata ikhtilaf pada tujuh
ayat dan kata jadiannya pada sembilan tempat . Kata ikhtilaf yang memiliki arti perbedaan dan
perselisihan dapat dilihat pada Alquran surah Al-Baqarah ayat 176, 213, dan 253. Kata ikhtilaf
sering pula disebut dengan kata "khilafiyah" yang memiliki arti perbedaan pandangan di antara
ulama terhadap suatu persoalan hukum. Namun demikian, khilafiyah juga dapat terjadi pada aspek
lain seperti politik, dakwah, dan lain-lain.
Pada masa Rasulullah, para sahabat mendengarkan ajaran agama dari Rasulullah, baik
berupa ayat-ayat al-Qur‟an maupun hadis Rasulullah, secara lisan dari Rasulullah sendiri, yang
dikenal dengan hadis qawliy, melihat praktek Rasulullah, yang dikenal dengan hadis fi’liy, dan
terkadang juga sahabat mengerjakan sesuatu pekerjaaan yang boleh jadi diakui oleh Rasulullah,
yang terkenal dengan sebutan hadis taqririy. Pada saat Rasulullah mengerjakan sesuatu, para
sahabat meniru begitu saja, tanpa mengetahui apakah yang dikerjakan oleh Rasulullah tersebut,
hukumnya wajib atau sunnah. Para sahabat menyaksikan Rasulullah shalat, mereka langsung
mengikutinya, menyaksikan Rasulullah melaksanakan ibadah haji, mereka langsung menirunya,
dan mereka melihat Rasulullah berwudlu‟, juga langsung menirunya. Demikian kebanyakan
perilaku Rasulullah, tanpa disertai penjelasan, apakah sesuatu yang dikerjakan oleh Rasulullah
tersebut, hukumnya wajib atau sunnah dan sebagainya. Keadaan tersebut berlangsung sampai
Rasulullah wafat. Setelah Rasulullah wafat, para sahabat terpencar ke daerah-daerah, dan mereka
menjadi panutan bagi masyarakat tempat tinggal mereka. Peristiwa dan permasalahan makin
berkembang, dan merekalah yang menjadi tumpuan pertanyaan masyarakat. Mereka memberi
jawaban, sesuai dengan dalil al-Quran dan hadis Rasulullah yang mereka hafal, dan sesuai dengan
kemampuan istinbath (kemampuan dalam mengambil keputusan hukum) mereka, dari dalil-dalil
tersebut. Seandainya jawaban para sahabat belum memenuhi harapan masyarakat, maka para
sahabat berijtihad dengan menggunakan ra’yu (pendapat) dengan mempertimbangkan illat
(faktor) yang dijadikan pertimbangan oleh Rasulullah, ketika bersabda atau melakukan sesuatu
perbuatan. Mereka berusaha tanpa mengenal lelah untuk memahami apa yang dikehendaki oleh
Allah dan Rasul-Nya. Dalam kondisi demikian, terjadilah khilafiyah di kalangan para sahabat,
yang dilatarbelakangi oleh berbagai faktor.
Setiap pendapat berpegang pada dalil yang shahih, didukung dengan pemahaman para
sahabat, tabi‟in dan tabi‟ut tabi‟in, dan sisi pendalilan yang tidak keluar dari kaidah-kaidah syar‟i.
Maka setiap pendapat dalam permasalahan ini selayaknya ditoleransi oleh setiap muslim dan bila
sudah mendapatkan perbedaan yang hakiki, kembalikan semua kepada Alqur‟an dan Hadist.
Indonesia hanya
dalam hubungan kerja
untuk jabatan tertentu
dan waktu tertentu
serta memiliki
kompetensi sesuai
dengan jabatan yang
akan diduduki.
(5) Tenaga kerja
asing dilarang
menduduki jabatan
yang mengurusi
personalia.
(6) Ketentuan
mengenai jabatan
tertentu dan waktu
tertentu sebagaimana
dimaksud pada ayat
(4) diatur dalam
Peraturan Pemerintah.
45 Diubah (1) Pemberi kerja tenaga (1) Pemberi kerja Sudah diatur dalam
kerja asing wajib: a. tenaga kerja asing Ps. 42 UUC
menunjuk tenaga kerja wajib: a. menunjuk
warga negara Indonesia tenaga kerja warga
sebagai tenaga negara Indonesia
sebagai tenaga
pendamping tenaga kerja
pendamping tenaga
asing yang dipekerjakan
kerja asing yang
untuk alih teknologi dan dipekerjakan untuk
alih keahlian dari tenaga alih teknologi dan alih
kerja asing; dan b. keahlian dari tenaga
melaksanakan kerja asing; b.
pendidikan dan pelatihan melaksanakan
kerja bagi tenaga kerja pendidikan dan
Indonesia sebagaimana pelatihan kerja bagi
dimaksud pada huruf a tenaga kerja Indonesia
yang sesuai dengan sebagaimana
kualifikasi dimaksud
perbedaan penafsiran
antara keduanya, maka
yang berlaku perjanjian
kerja yang dibuat dalam
bahasa Indonesia.
perjanjian kerja
bersama.
syarat-syarat
sebagaimana dimaksud
dalam ayat (2) diatur
lebih lanjut dengan
Keputusan Menteri. (6)
Hubungan kerja dalam
pelaksanaan pekerjaan
sebagaimana dimaksud
dalam
ayat (1) diatur dalam
perjanjian kerja secara
tertulis antara
perusahaan lain dan
pekerja/buruh yang
dipekerjakannya.
(7) Hubungan kerja
sebagaimana dimaksud
dalam ayat (6) dapat
didasarkan atas
perjanjian kerja waktu
tidak tertentu atau
perjanjian kerja waktu
tertentu apabila
memenuhi persyaratan
sebagaimana dimaksud
dalam
Pasal 59.
(8) Dalam hal
ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam ayat (2),
dan ayat (3), tidak
terpenuhi, maka demi
hukum status hubungan
kerja pekerja/buruh
dengan perusahaan
penerima pemborongan
beralih menjadi
hubungan kerja
pekerja/buruh dengan
perusahaan pemberi
pekerjaan.
(9) Dalam hal
hubungan kerja beralih
ke perusahaan pemberi
pekerjaan sebagaimana
dimaksud dalam ayat
(8), maka hubungan
kerja pekerja/buruh
dengan pemberi
pekerjaan sesuai dengan
hubungan kerja
sebagaimana dimaksud
dalam ayat (7).
pekerja/buruh dan
perusahaan pemberi
pekerjaan.
KESIMPULAN
Omnibus (Omnibus bill atau omnibus law) adalah istilah untuk menyebut suatu undangundang
yang bersentuhan dengan berbagai macam topik dan dimaksudkan untuk mengamandemen,
memangkas dan/atau mencabut sejumlah undang-undang lain. Konsep undang-undang itu
umumnya ditemukan dalam sistem hukum umum (common law) seperti Amerika Serikat, dan
jarang ditemui dalam sistem hukum sipil (civil law) seperti di Indonesia, karena ukuran dan
cakupannya yang luas, perdebatan dan pengawasan terhadap perancangan undang-undang sapu
jagat umumnya dibatasi. Dalam sejarahnya, undang-undang sapu jagat adakalanya digunakan untuk
melahirkan amandemen yang kontroversial.
Undang-undang itu tercatat sebagai UU Nomor 11 Tahun 2020, yang terdiri atas 15 bab dan
186 pasal, 1187 halaman yang mengatur perihal ketenagakerjaan hingga lingkungan hidup dan
ditandatangani 2 november 2020.
Diperlukan Toleransi pada anak bangsa terhadap munculnya UU No. 11 Tahun 2020 tentang
Cipta Kerja meskipun banyak penolakan dan perbedaan yang timbul karena memang tujuan UU
Cipta Kerja ini harus disosialisasikan secara masive dan terus menerus.
Dan pada akhirnya kami sebagai akademisi secara keilmuan melihat sebuah terobosan yang
berani dari Pemerintah Republik Indonesia, negara yang menganut civil law membuat perundang-
undangan yang biasa dilakukan oleh negara-negara yang menganut common law.
REFERENSI
"Omnibus bills in Hill history". Lorne Gunter. Sun Media. 18 June 2012. Retrieved 18 June
2013
https://id.wikipedia.org/wiki/Undang-Undang_Cipta_Kerja
Eko Digdoyo (2018). "Kajian Isu Toleransi Beragama, Budaya, dan Tanggung Jawab Sosial
Dewan Redaksi, Ensklopedia Islam (2001). ensklopedia Islam. Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van
Hoeve.
hlm. 193.