Anda di halaman 1dari 21

BAB II

PEMBAHASAN
 Multitugas itu tidak mungkin

Wilhelm wundt belum pernah mendengar multitasking(multi-tugas). Tentu saja,


tak ada seorangpun yang pernah mendengar tentang multi-tugas pada pertengahan
abad kesembilan belas sebelum ditemukannya telepon, pesan singkat, surel, video
game, dan perangkat-perangkat elektronik lainnya yang terus menerus menyita
waktu dan perhatian kita.

Kala itu tahun 1861. Di Amerika Serikat, Perang Sipil baru dimulai. Di Jerman
Wilhelm Wundt yang ambisius baru berusia 29 tahun dan berkerja sebagai periset
dalam bidang psikologi dan dosen paruh waktu di Universitas Heidelberg. Dia
sedang berusaha menyiapkan jalannya di dunia ini dengan mengajar teknik-teknik
laboratorium dasar bagi para mahasiswa tingkat pasca sarjana. Di dalam
laboratoriumnya yang non permanen di rumahnya, dia berusaha melakukan riset
untuk memercikan perkembangan sains psikologi baru. Rasa ingin tahu wundt
tergugah oleh adanya perbedaan-perbedaan sistematik yang terjadi diantara para
astronot dalam hal pengukuran mereka terhadap pergerakan bintang melintasi garis
kisi pada garis teleskop . Perbedaan-perbedaan tipis ini tergantung pada apakah
para astronom ini terlebih dahulu memfokuskan perhatiannya pada bintang ataukah
pada alat pengukur waktu mereka. (Blumenthal, 1980, hal 121).

Jika pengamat terlebih dahulu melihat pada bintang , dia akan memperoleh satu
hasil pembacaan, tetapi jika dia terlebih dahulu melihat pada garis-garis kisi, ia akan
memperoleh hasil pembacaan yang sedikit berbeda. Tidak mungkin bagi seorang
pengamat untuk memfokuskan perhatiannya sekaligus pada kedua obyek pada saat
yang sama. Ketertarikan Wundt terhadap masalah ini menuntunnya untuk
memodifikasi sebuah jam pendulum supaya dapat mewakili stimulus visual sekaligus
auditori, dalam hal ini sebuah lonceng dan sebuah pendulum bergerak saling
mengikuti dalam hitungan waktu yang tepat. Dia menyebut alat ini Gedeakenmesser,
yang artinya “thought metter” (pengukur pikiran atau “mind gauge” (perangkat
pengukur pikirian ), dan dia menggunakannya untuk mengukur proses mental dalam
mempersepsikan dua buah stimuli.

Dengan memilih dirinya sendiri sebagai satu-satunya subyek dalam eksperimen


ini, dia menyimpulkan bahwa tidak mungkin orang dapat mempersepsikan kedua hal
ini pada saat yang bersamaan dia tidak bisa mendengar suara lonceng maupun
melihat gerak pendulum yang terjadi pada satu titik yang sama. Hasil
pengukurannya menunjukan bahwa dibutuhkan waktu seperdelapan detik untuk
mencatat kedua stimul itu secara berurutan.

P a g e 1 | 21
Wundt menulis bahwa “kesadaran hanya bisa memegang satu pikiran saja, satu
persepsi. Apabila kita terkesan seperti memiliki beberapa persepsi secara simultan,
sebetulnya kita telah tertipu oleh pergantian yang sangat cepat” (dikutip dalam
Diamond, 1980b, hal.39). Dengan penemuan tersebut, Wilhelm Wundt telah
mengukur pikiran. Memang benar, Fechner telah melakukan ini sebelum dirinya,
tetapi Wundt-lah yang menggunakan eksperimen tersebut sebagai dasar untuk
melahirkan sebuah sains baru.

 Tokoh pendiri psikologi modern

Wundt adalah pendiri psikologi sebagai sebuah disiplin akademis formal. Dia
membangun laboratorium psikologi yang pertama , menyunting psikologi yang
pertama , dan mengawali psikologi ekperimental sebagai sebuah sains. Bidang –
bidang yang diselidikinya yaitu sensasi dan presepsi , atensi , perasaan , reaksi ,
asosiasi , menjadi bab – bab utama dalam buku teks yang di tulis .

Kehormatan sebagai pendiri psikologi di berikan kepada Wundt bukan kepada


Fechner. Element of Psychophysis Fechner diterbitkan pada 1860, kurang lebih 15
tahun sebelum Wundt memulai psikologi. Wundt sendiri menulis bahwa karya
Fechner tersebut mempresentasikan dalam “penaklukan pertama” dalam psikologi
eksperimental ( Wundt, 1888, hal. 471). Ketika Fechner Wafat, tulisan-tulisannya
diwariskan kepada Wundt, yang menyampaikan ekologi( ucapan duka cita) pada
pemakaman Fechner. Selain itu, murid Wundt, E. B. Titchenr, merujuk pada Fechner
sebagai bapak psikologi eksperimental (Benjamin, Braynt, Campbell, Lutter & Holtz,
1997).

Komentar mnegenai hakikat penemuan berbicara tentang perlunya menjual


sebuah ide pada komunitas ilmiah “untuk dapat memberikan kontrbusi besar
terhadap pengetahuan , berhasil dengan baik dalam menyelesaikan tugas
memastikan dampak dari sebuah ide sama dengan originalitas ide tersebut. Dan
berhasil dengan baik menjual ide tersebut barangkali bahkan lebih penting”.
( Berscheit, 2003, hal.110).

Wundt dengan sengaja berusaha menemukan sebuah sains baru. Dalam kata
pengantar untuk edisi pertama bukunya yang berjudul principle of physiological
(1873-1874) menuliskan “karya yang saya ketengahkan kehadapan public ini adalah
upaya untuk menandai sebuah rana baru dalam sains” tujuannya adalah untuk
mempromosikan psikologi sebagai sebuah sains independen. Wundt adalah
seorang agen yang gigih dari sesuatu yang sudah dibangun, seorang pendorong
berbakat bagi sesuatu yang pasti akan terjadi.

A. Wilhelm Wundt (1832-1920)

P a g e 2 | 21
 Kehidupan Wilhelm Wundt

Wilhelm Wundt menghabiskan tahun-tahun awal kehidupannya dibeberapa kota


kecil didekat Mannheim, Jerman. Masa kecilnya dilalui dalam kesendirian. kakak
lelaki nya berasrama dan yang membedakan dari anak lainnya fantasinya untuk
menjadi seorang penulis terkenal . tetapi, nilai-nilai disekolahnya buruk .

Dia lebih banyak menghabiskan waktu umtuk melamun dari pada belajar , dan
dia gagal pada tahun pertamanya di Gymnasium ( sebutan untuk sekolah
menengah akademis di Eropa khususnya Negara – Negara berbahasa Jerman ).
Dia tidak bisa bergaul dengan teman-teman sekelasnya dan di cemooh oleh
guru-gurunya. Ketika berhasil lulus pada usia 19 tahun, dia mempersiapkan diri
untuk meneruskan diri ke Universitas.

Wundt memutuskan untuk menjadi seorang dokter, untuk mengajar 2 tujuan


yakni bekerja dalam bidang sains dan mencari nafkah. Dia mengambil studi
medis di Universitas tubingan dan Universitas Heidelberg ;di Heidelberg dia
mengambil mempelajari anatomi, fisiologis, fisika, pengobatan , dan kimia.

Dimulai sejak tahun 1867 , wundt mengajar sebuah mata kuliah tentang psikologi
fisiologis di Heidelberg, sebuah tawaran formal pertama di dunia untuk kuliah
semacam itu. Dari kuliah-kuliah yang di sampaikannya lahir sebuah buku
signifikan lainnya , Principles of Physiological Psychology, di terbitkan dalam dua
bagian pada 1873 dan 1874. Wundt merevisi buku tersebut dalam enam edisi
selama 37 tahun, yang terakhir di terbitkan pada 1911. Istilah “psikologi
fisiologis” dalam judulnya bisa menyesatkan. Pada masa itu kata “fisiologis”
digunakan secara sinonim dengan kata dalam bahasa Jerman yang berarti
“ekperimental”.

Tahun-tahun Leipzig

Wundt memulai fase terlama dan terpenting dalam karirnya pada 1875 ketika
dia menjadi dosen filsafat di Universitas Lipzig, tempat dimana dia mengerjakan
begitu banyak hal selama 45 tahun. Pada tahun 1881 ia mulai menerbitkan
sebuah jurnal berjudul Philosophical Studies, sebuah publikasi resmi untuk
laboratorium baru tersebut dan sebuah sains baru. Dia ingin menyebut jurnal
tersebut sebagai Psychological Studies tetapi mengurungkan niatnya, karena
sudah ada jurnal semacam itu (meskipun jurnal ini membahas masalah spiritual
dan gaib).

Pada 1906 Wundt dapat mengubah judul jurnalnya menjadi Psychological


Studies. Laboratorium Wundt dan reputasinya yang semakin meninggi menarik
minat banyak mahasiswa ke Lipzig untuk bekerja bersama nya. Di antara
mereka adalah orang-orang Amerika, yang sebagian besar kembali ke Amerika
Serikat untuk membangun laboratorium mereka sendiri. Sehingga laboratorium

P a g e 3 | 21
Leipzig memberikan pengaruh yang amat besar terhadap perkembangan
psikologi modern, menjadi sebuah model bagi laboratorium-laboratorium baru
dan melanjutkan riset.

Dalam kehidupan pribadinya, Wundt dikenal sebagai orang yang pendiam


dan rendah hati, dan hari-harinya tersusun dengan teliti. Pagi hari, Wundt
mengerjakan penulisan buku atau artikel, membaca tulisan para mahasiswa, dan
menyunting jurnalnya. Disiang hari, dia memeriksa ujian atau pergi ke
laboratorium. Seseorang mahasiswa Amerika masih ingat kalau kunjungan
laboratorium Wundt terbatasnya hanya sekitar 5-10 menit. Rupanya, meskipun
dia begitu yakin akan riset laboratoriumnya, dia bukan seorang pekerja
laboratorium “(Cattell,1928, hal.545).

Selanjutnya pada hari yang sama, Wundt akan berjalan-jalan dan secara
mental mempersiapkan kuliah sorenya, yang biasanya disampaikannya pada
jam 4 sore. Malam hari dicurahkan untuk music, politik, dan ketika masih muda
kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan hak-hak mahasiswa dan pekerja.
Dia memiliki kehidupan yang nyaman, keluarganya memperkejakan sejumlah
pelayan rumah tangga dan sering mengadakan pesta.

Psikologi Kultural

Dengan laboratorium dan jurnal yang telah berdiri, dan jumlah riset yang
sangat banyak untuk diarahkannya, Wundt mengalihkan energinya untuk
filsafat. Selama beberapa tahun sejak 1880-1891, dia menulis tentang etika,
logika, dan filsafat sistematik. Dia menerbitkan edisi kedua Principles of
Psysiological Psychology pada 1880 dan edisi ketiga pada 1887, dan masih
terus memberi kontribusi artikel untuk jurnalnya.

Psikologi cultural berhubungan dengan berbagai macam tahap


perkembangan mental manusia seperti yang termanifestasi dalam bahasa,
seni, mitos, social,adat istiadat, hokum, dan moral.

Wundt yakin bahwa fungsi-fungsi mental yang lebih sederhana seperti


sensasi dan persepsi, harus dipelajari melalui metode-metode laboratorium.
Bagi Wundt, proses berpikir yang lebih tinggi hanya dapat didekati melalui
sarana-sarana eksperimental seperti sosiologi, antropologi, dan psikologi
social. Usulannya yang menyebutkan bahwa kekuatan-kekuatan social
berperan penting dalam perkembangan proses-proses kognitif masih tetap
dianggap penting, tetapi kesimpulan Wundt bahwa proses ini tidak dapat
dikaji secara eksperimental segera tertantang dan terbukti tak benar. Wundt
mencurahkan waktu selama 10 tahun untuk mengembangkan psikologi
kulturalnya. Sebuah survey yang mencakup kumpulan artikel selama 90
tahun yang diterbitkan dalam American Journal of Psychology menunjukan

P a g e 4 | 21
bahwa, dari semua kutipan terhadap karya yang diterbitkan Wundt, kurang
dari 4% yang merujuk pada Cultural Psychology. Sebaliknya, Principles of
Psysiological Psychology menjadi rujukan lebih dari 61% dari semua
karyanya (Brozek, 1980).

Seperti yang kita ketahui, psikologi baru berkembang subur di Amerika


Serikat, dengan sebuah pendekatan yang agak berbeda dari pendekatan
Wundt. Salah satu periset terkenal era itu mencatat bahwa psikologi cultural
tidak menarik karena ia (muncul pada saat ketika kematangan dalam
psikologi Amerika sudah tumbuh dimana para pekerja di Amerika jauh lebih
tertutup terhadap kesan pesan dari luar negeri dibandingkan era-era
sebelumnya “ yakni antara tahun 1880-an dan 1890-an (Judd, 1961,
hal.219).

Wundt melanjutkan riset sistematik dan karya teoristiknya sampai akhir


hayatnya ditahun 1920. Analisis dalam produktivitasnya menunjukan bahwa
dia telah menulis sebanyak 54 ribu halaman antara tahun 1853 dan 1920
menghasilkan 2,2 halaman setiap harinya (Boring, 1950;Bringmann & Balk,
1992). Fantasi masa kecilnya untuk menjadi seorang penulis terkenal telah
terwujud.

Studi Terhadap Pengalaman Sadar

Wundt mengadaptasi metode-metode investigasi ilmiah untuk psikologi baru dan


melanjutkan mempelajari pokok kajiannya dengan cara yang sama seperti yang di
lakukan oleeh para ilmuwan fisika dalam mempelajari pokok kajian mereka.

Dalam pandangan Wundt, kesadaran mencakup banyak bagian dan dapat di kaji
dengan menggunakan metode analisis atau reduksi. Wundt menulis : “ karena itu,
langkah pertama dalam investigasi sebuah fakta harus merupakan untur-unsur
individual …. Yang membentuknya” (di kutip dalam Diamond, 1980a, hal.85).

Ada sedikit kesamaan antara pendekatan Wundt dengan pandangan mayoritas dari
kalangan empirisis dan asosianis. Wundt tidak setuju dengan gagasan jika unsur-
unsur kesadaran itu dikatakan statis (yang disebut atom pikiran), yang secara pasif
terhubung melaluinsuatu proses asosiasi mekanis. Sebaliknya Wundt yakin bahwa
kesadaran itu aktif terlibat dalam mengelola kontennya sendiri. Oleh sebab itu,
mempelajari unsure-unsur, konten, ataupun struktur kesadaran saja, hanya akan
menjadi awal untuk memahami proses psikologis.

Voluntarisme. Karena wundt memfokuskan perhatian pada kapasitas mengelola-


diri yang di miliki pikiran, dia menemani sistemnya ini sebagai voluntarisme.
Vokuntarisme merujuk pada kekuatan kehendak untuk mengelola konten-konten,
pikiran menjadi proses-proses berpikir yang lebih tinggi.

P a g e 5 | 21
Pengalam antara dan langsung ( mediated dan immediate experience). Menurut
Wundt para Psikologi harus lebih memfokuskan perhatian mereka untuk
mempelajari pengalaman langsung dari pada pengalaman antara. Pengalaman
antara member kita informasi atau pengetahuan mengenai sesuatu selain dari pada
unsure-unsur sebuah pengalaman.

Pengalam langsung kita melihat bunga tersebut sebetulnya bukan sedang melihat
pada objek itu sendiri tetapi lebih pada pengalaman tentang sesuatu yakni warna
merah. Bagi Wundt pengalaman langsung itu tidak akan bias atau tak ternoda oleh
interpretasi personal apapun, seperti mendeskripsikan pengalaman melihat warna
merah bunga mawar dalam hal objeknya bunganya itu sendiri.

Gagasan seorang ahli kimia Rusia Dimitri Mendelep dalam membangun tabel
periodik unsur kimia mendukung tujuan Wundt. Para sejarawan berpendapat
bahwa Wundt mungkin berusaha untuk menciptakan sebuah “tabel periodik” untuk
pikiran (Max & Cronan-hilix, 1987).

Metode Introspeksi

Wundt memutuskan bahwa metode observasi harus melibatkan introspeksi-


pengkajian terhadap kondisi mental dari diri seseorang. Metode introspeksi bukan
hasil ciptaan Wundt ; penggunaannya dapat di telusuri sampai Socrates. Inovasi
Wundt adalah aplikasi dari control eksperimental akurat terhadap kondisi-kondisi
dimana introspeksi dilakukan.

Dalam fisika, introspeksi telah digunakan untuk mempelajari cahaya dan suara ;
dalam fisiologi, ia telah diaplikasikan untuk meriset organ-organ indra. Sebagai
contoh, untuk memperoleh informasi mengenai indra, seorang investigator
memberikan sebuah stimulus dan meminta subyek untuk melaporkan sensasi yang
muncul dan dirasakan.

Introspeksi, atau presepsi internal, seperti yang di praktikan dilaboratorium Wundt di


Universitas Leipzige, dilakukan di bawah peraturan dan kondisi eksplisit yang di
tetapkan Wundt;

 Pengamat harus bisa menentukan kapan proses akan dijalankan.


 Pengamat harus berada dalam kondisi siap atau atensi penuh.
 Observasi harus dapat diulang sampai beberapa kali.
 Kondisi eksperimental harus dapat di variasikan agar dapat mengontrol
manipulasi stimulasi.

Wundt yakin bahwa bentuk introspeksi miliknya – persepsi internal – dapat


menyediakan data mentah yang di perlukan untuk masalah-masalah yang menjadi
cakupan dalam ilmu psikologi, sama seperti presepsi eksternal dapat menyediakan
data bagi ilmu pengetahuan ilmiah seperti astronomi dan kimia. Dalam persepsi

P a g e 6 | 21
eksternal, focus observasi berada diluar diri pengamat; misalnya, sebuah bintang,
atau suatu reaksi yang dihasilkan oleh campuran beberapa bahan kimia dalam
sebuah tabung uji.

Tujuan mempraktikan persepsi internal dalam kondisi-kondisi eksperimental yang


sangat ketat adalah untuk menghasilkan observasi yang akurat yang dapat di
reflikasi, seperti halnya persepsi eksternal menghasilkan observasi bagi ilmu
pengetahuan alam yang dapat diulang kembali secara independen oleh para peneliti
lain. Para pengamat ini dituntutb menyelesaikan observasi introspektif individual
yang jumlahnya amat luar biasa yakni 10.000 observasi sebelum mereka dinilai
cukup siap untuk bisa memberikan data yang bermakna bagi riset laboratorium
Wundt.

Secara teori para pengamat terlatih Wundt ini tidak perlu berhenti –untuk memikirkan
mengenai proses tersebut (dan barangkali untuk memberikan interpretasi pribadi
tertentu)- tetapi dapat melaporkan pengalaman sadar mereka hamper secara
langsung dan otomatis.

Wundt sangat jarang menerima introspeksi kualitatis semacam itu, dimana subyek
menggambarkan begitu saja pengalaman batin (inner; dalam-diri) mereka. Jenis
laporan introspektif yang dicarinya terutama berhubungan dengan penilaian sadar
subyek mengenai ukuran, intensitas, dan durasi berbagai macam stimuli fisik; yang
dimaksud disini adalah penilaian-penilaian kuantitatif yang dibuat di dalam riset
psikofisika.

Seorang sejarawan menginvestigasi perbandingan penggunaan data kualitatif


versus kuantitatif dalam eksoerimen-eksperimen yang dilakukan Wundt. Dia
menemukan bahwa” di dalam hampir 180 studi eksperimental yang diterbitkan
antara tahun 1883 dan 1903 yang dikumpulkan dalam 20 volume jurnal
Philosophische Studien ( Jurnal pertama Wundt,Philosophical Studies), hanya ada
empat yang menggunakan data introspektif kualitatif” (Danzinger, 1980,hal. 248).

Unsur-unsur Pengalaman Sadar

Setelah menentukan pokok kajian dan metodologi untuk sains psikologi barunya,
Wundt menjabarkan tujuan-tujuannya:

 Menganalisis proses-proses sadar menjadi unsure-unsur dasarnya,


 Menemukan bagaimana unsur-unsur disintesiskan atau dikelola, dan
 Menentukan hokum-hukum yang berkaitan yang mengatur pengelolaan
unsur-unsur tersebut.

Sensasi.Wundt mengusulkan bahwa sensasi itu adalah salah satu bentuk elementer
pengalaman. Sensasi akan muncul ketika sebuah organ indera distimulasi dan

P a g e 7 | 21
menyebabkan implus mencapai otak. Sensasi dapat diklasifikasikan berdasarkan
intensitas, durasi, dan modalitas indera.

Perasaan. Perasaan adalah bentuk pengalaman elementer lainnya. Sensasi dan


perasaan aspek-aspek simultan dari pengalaman langsung. Perasaan adalah
pelengkap subyektif sensasi tetapi tidak muncul secara langsung dari sebuah organ
indera.

Wundt mengusulkan teori 3 dimensi perasaaan, observasi introspektif pribadinya.


Dia menyimpulkan bahwa sebagian dari pengalaman dengan suatu pola suara
adalah sebuah perasaan senang atau tidak senang yang subyektif. (mencatat
bahwa perasaan subyektif muncul pada saat ketika sensasi fisik yang
diasosiasiakan terhadap bunyi klik) Wundt kemudian mengusulkan bahwa kondisi
perasaan ini dapat disusun dalam sebuah kontinum, yang menjangkau mulai dari
sangat disukai sampai sangat tidak disukai.

Wundt mencatat macam persaan kedua ketika dia mendengar bunyi klik metronom :
sedikit ketegangan dalam mengantisipasi suara yang akan terdengar berikutnya,
yang diikuti dengan perasaan lega setelah bunyi klik yang ditunggu terdengar. Dia
menyimpulkan bahwa selain kontinum perasaan senang atau tidak senang,
perasaan juga memiliki dimensi ketegangan atau relaksasi. Lebih jauh, dia merasa
sedikit bergairah ketika dia menaikan laju bunyi klik, dan merasa lebih tenang,
meskipun agak tertekan, ketika dia mengurangi laju bunyi kliknya.

Setiap perasaan elemeter dapat digambarkan secara efektif dengan menentukan


lokasinya didalam ruang tiga-dimensi ini-yakni, posisinya pada masing-masing
dimensi tersebut.

Karena wundt menganggap emosi itu sebagai perpaduan kompleks dari perasaan-
perasaan elementer, jika seseorang dapat menunjukan dengan tepat perasaan-
perasaan elemnter didalam kisi 3-dimensi,makavemosi dapat dijabarkan menjadi
unsure-unsur mental seperti ini.

 Mengelola unsur-unsur pengalaman sadar

Selain penekanannya pada unsure-unsur pengalaman sadar, Wundt juga


melihat bahwa ketika memandang sebuah objek dalam dunia nyata, persepsi
kita memiliki suatu kesatuan atau keseluruhan.

Kesatuan pengalaman sadar ini terbentuk dari bagian elementer tersebut, Wundt
menjelaskan fenomena ini melalui doktrin apersepsi (pemahaman dengan
menggunakan pengalaman masa lalu)-nya. Proses mengelola unsure-unsur
mental menjadi sebuah keseluruhan adalah sebuah sintesis kreatif (juga dikenal
sebagai hokum resultan dalam fisika), yang menciptakan sebuah properti baru
dari pembangunan atau penggabungan unsur-unsur tersebut. Wundt menulis:

P a g e 8 | 21
“Setiap senyawa fisika memiliki sejumlah karakteristik dari beberapa unsur”
(Wundt, 1896. Hal.375).

Bagi Wundt, apersepsi adalah sebuah proses aktif. Kesadaran kita bukan hanya
sekedar dipengaruhi oleh sensasi-sensasi dan perasaan-perasaan elementer
yang kita alami. Tetapi, pikiran justru memengaruhi unsure-unsur ini dalam
sebuah cara kreatif untuk menciptakan sebuah keseluruhan

Nasib Psikologi Wundt di Jerman

Pada masa hidup Wundt--- sampai tahun 1941, dua dekade setelah Wundt
tiada--- psikologi di universita-universitas di Jerman tettap menjadi sub bagian
filsafat.

Pada 1912, ketika Society of Experimental Psycholgy mengadakan pertemuan di


Berlin, Jerman kalangan psikolog secara formal mendesak pejabat pemerintah
untuk menyediakan tambahan dukungan financial. Sebagai responnya, walikota
Berlin mengimplikasikan bahwa pertama-tama dia harus dapat melihat hasil-hasil
yang bermanfaat dari semua riset psikologi iini. Pesannya jelas: “Jika psikologi
ingin medapatkan lebih banyak dukungan, hal-hal yang mewakilinya harus dapat
membuktikan kegunaannya bagi masyarakat. (Ash,1995, hal.45).

Barangkali ini adalah salah satu alas an mengapa psikologi Wundt tidak dapat
menancapkan akarnya pada iklim pragmatis di Amerika Serikat. Wundt
mendekati psikologi sebagai sebuah sains akademis; dia sama sekali tidak
tertarik untuk menerapkan psikologinya pada masalah-masalah praktis.

Oleh karena itu, meski ada penerimaan luas dari universitas-universitas di


banyak Negara lainnya, psikologi Wundtian ditempat asalnya sendiri di Jerman
relatif lambat dalam berkembang menjadi sebuah sains tersendiri. Pada 1991,
sepuluh tahun sebelum Wundt wafat, psikologi Jerman memiliki tiga buah jurnal
dan beberapa buku teks serta laboratorium tetapi hanya ada 4 ilmuwan yang
mendaftarkan diri mereka didalam direktori resmi sebagai psikolog dan bukan
filosof. Pada 1925, hanya ada ada 25 orang di Jerman yang menyebut diri mere
psikolog, dan hanya ada 14 dari 32 universitas yang mendirikan jurusan
psikologi secara terpisah (Turner, 1982)

Kritisisme terhadap psikologi Wundtian

Beberapa kritik mempertanyakan : Jika introspeksi yang dilakukan oleh


beberapa pengamat berbeda menghasilkan hasil yang berbeda lalu bagaiman
kita memutuskan siapa yang benar ? Eksperimen-eksperimen yang
menggunakan teknik introspeksi tidak bisa selalu mendapatkan persetujuan
karena observasi introspektif adalah observasi pribadi--- yang artinya merupakan
pengalaman pribadi. Karena sifatnya yang demikian maka ketidaksepakatan

P a g e 9 | 21
tidak dapat diselesaikan dengan mengulang observasi. Wundt sebenarnya tau
akan kelemahan ini tetapi yakin bahwa dengan member lebih banyak pelatihan
dan pengalaman kepada para pengamat, metode ini dapat ditingkatkan.

Pendapat pribadi wundt mengenai hal-hal politis juga menawarkan target


kritisme dan mungkin juga menjelaskan apa yang oleh seorang sejarahwan
digambarkan sebagai “penurunan yang gegabah didalam psikologi Wundtian
anatara dua Perang Dunia (1918-1939)…. Kumpulan hasil riset dan tulisan
wundtian yang amat banyak hampir semuanya telah lenyap didalam dunia yang
berbahasa Inggris” (Blumenthal, 1985, hal.44).

Pernyataan-pernyataan ini dinilai memntingkan diri sendiri dan tidak benar, dan
membuat banyak psikologi Amerika menentang Wundt dan psikologinya
(Benjamin, Durkin, Link Vestal & Acord 1992; Sanua 1993).

Sebelumnya Wundt telah dua kali dinominasikan sebagai pemenang


penghargaan Nobel, yakni tahun 1907 & 1909, dan pada 1915 menjadi salah
satu dari enam finalis. Meskipun dia adalah “Psikolog paling terkenal didunia
pada waktu itu dan menjadi orang yang punya banyak pencapaian besar petik
dia tidak pernah menang (Benjamin, 2003, hal.735).

Sistem yang digunakan Wundt juga mengahadapi persaingan yang semakin


ketat diwilayah-wilayah yang berbahasa jerman mengikuti peristiwa perang dunia
I. Selama tahun-tahun akhir kehidupan Wundt muncul dua lairan pemikiran di
Eropa yang lebih besar pandangan-pandangannya yakni : psikologi Gestalt di
Jerman dan psikonalisis di Austria.

Warisan Wundt
Untuk membangun sebuah laboratorium psikologi yang pertama
dibutuhkan seseorang yang memiliki pengetahuan luas mengenai fisiologis
dan filsafat kontemporer yang mampu mensistensiskan secara efektif ide-ide
dan metode-metode dari disiplin ini. Agar dapat mencapai tujuannya, dia
harus menolak pemikiran-pemikiran non ilmiah masa lalu dan memotong tali
yang mengikat psikologi ilmiah barunya dengan filsafat mental lama. Oleh
karena itu, Wundt mampu menghindari pembahasan tentang jiwa yang kekal
dan hubungannya dengan raga yang tak kekal.
Wundt memulai sebuah domain sains baru, dan melakukan riset di
laboratorium yang dirancangnya. Dia menerbitkan hasil-hasilnya dalam
jurnalnya sendiri dan mencoba membangun sebuah teori sistematis
mengenai hakikat pikiran manusia. Sebagian muridnya menyebar mendirikan

P a g e 10 | 21
laboratorium. Dengan demikian Wundt telah memberikan kepada psikologi
semua pernak-pernik yang diberikan sains modern.
Hasil dari upaya-upaya yang dilakukan Wundt mempresentasikan sebuah
pencapaian suatu arti penting besar yang mengharuskan kita untuk
memberikan kedudukan unik bagi Wundt di antara para psikolog di zaman
modern. Sebuah survei terhadap49 sejarawan Psikologi Amerikam yang
dilakukan 70 tahun setelah Wunt tiada mengungngkapkan bahwa dia masih
tetap dipandang sebagai psikolog paling penting sepanjang masa (Korn,
Davis, & Davis, 1991)

Perkembangan Lain dalam Psikologi German


Wundt memonopoli psikologi baru hanya dalam waktu singkat. Walaupun
Wundt adalah pengorganisir dan pembentuk sistem paling penting pada masa-
masa awal pskologi. Para periset yang tidak sepaham dengan sudut pandangan
Wundt mengusulkan gagasan-gagasan berbeda , yaitu mengembangkan
psikologi menjadi sebuah sains. Karya mereka, bersama dengan karya Wundt,
tak dapat disangkal telah menjadikan Jerman sebagai pusat pergerakan.
Para psikolog Amerika pada masa-masa awal, kembali ke Amerika Serikat
dan menjadikan psikologi Wundtian menjadi sesuatu yang berciri khas Amerika.

B. Hermann Ebbinghaus (1850-1909)


Hanya beberapa tahun setelah Wundt mengklaim bahwa tidak mungkin
melakukan eksperimen-eksperimen terhadap proses mental yang lebih tinggi,
seorang psikolog Jerman yang bekerja sendiri, terisolasi dari pusat psikologi
akademis, mulai bereksperimen dengan sukses pada proses-proses mental yang
lebih tinggi. Hermann menjadi psikolog pertama yang mengivestigasi
pembelajaran dan memori secara eksperimental. Dalam melakukan penyelidikan
ini, dia tidak hanya menunjukkan bahwa Wundt salah dalam hal ini, tetapi juga
mengubah cara orang mempelajari asosiasi, atau pembelajaran.
 Kehidupan Ebbinghausz
Ebbinghaus dilahirkan di dekat kota Bonn, Jerman, pada 1850, dan
menempuh studi peguruan tingginya di Universitas Bonn lalu melanjutkan ke
beberapa universitas di Halle dan Berlin. Selama menempuh studi akademis,

P a g e 11 | 21
ketertarikannya berubah dari sejarah dan literature ke filsafat. Dia
menghabiskan waktunya selama tujuh tahun untuk melakukan studi secara
independen di Inggris dan Perancis, di mana ketertarikannya berubah lagi, kali
ini menuntunnya menuju ke sains.
Tiga tahun sebelum Wundt mendirikan laboratoriumnya, di sebuah toku
buku di London, ia membeli buku bekas karya Fechner, Elements of
Psychophysics. Buku ini sangat mempengaruhi pikirannya, dan pada akhirnya,
juga memengaruhi arah psikologi baru.
Ebbinghaus memutuskan untuk melakukan apa yang telah dilakukan
Fechner pada psikofisika, terhadap bidang psikologi, dengan pengukuran yang
akurat dan sitematis.

Riset Tentang Pembelajaran


Cara biasa yang ditempuh Ebbinghaus mempelajari pembelajaran adalah
dengan mengkaji asosiasi-asosiasi yang sudah terbentuk. Fokus Ebbinghaus
berbeda; dia memulai studinya dengan formasi awal dari sejumlah asosiasi.
Dengan cara ini dia dapat mengontrol kondisi-kondisi yang di dalamnya rantai
ide terbentuk sehingga dengan demikian membuat studi pembelajaran menjadi
lebih obyektif.
Karya Ebbinghaus untuk masalah pembelajaran dan melupakan, dinilai
sebagai salah satu contoh besar karya jenius original dalam psikologi
eksperimental. Ebbinghaus telah sangat memperluas ruang lingkup psikologi
eksperimental. Ebbinghaus tetap berusaha melakukannya meskipun dia tidak
memiliki posisi akademis, tidak ada guru, murid, dan laboratorium. Selama 5
tahun dia menjalankan sendiri serangkaian study yang cermat dan terkontrol
menggunakan dirinya sebaga satu-satunya subyek
Untuk materi-materi yang akan dipelajari Ebbinghaus membuat daftar
silabel yang serupa, tetapi tidak identik. Dia mengulangi tugas tersebut cukup
sering agar dapat meyakinkan dirinya mengenai akurasi dari hasil-hasilnya.
Sehingga, dia dapat meniadakan kesalahan-kesalahan variable dari satu
percobaan ke percobaan lain dan mendapatkan ukuran rata-rata.

Riset dengan Silabel yang Tak Bermakna

P a g e 12 | 21
Sebagai kajian pokok dalam risetnya Ebbinghaus menciptakan apa yang
kini dikenal sebagai nonsense syllables, yang telah merevolusi studi
terhadap pembelajaran.
Ebbinghaus mencari sejumlah alternatif untuk kata-kata yang biasa
digunakan sehari-hari sebagai pokok kajiannya karena dia melihat adanya
sebuah kesulitan yang inheren dengan menggunakan cerita atau puisi sebagai
materi-materi stimulus. Makna atau asosiasi sudah terleatkan pada kata-kata
tersebut oleh orang-orang yang sudah familiar dengan bahasa tersebut.
Asosiasi yang sudah ada ini dapat memfasilitasi pembelajaran materi.
Ebbinghaus ingin menggunakan materi yang tidak terasosiasi secara seragam,
benar-benar homogen, dan sama-sama tidak familiar. Suku kata-suku kata
yang diciptakannya, biasanya terdiri dari dua konsonan dengan sebuah vocal
diantara keduanya (seperti kata lef, bok, atau yat) yang dapat memenuhi
kriteria ini. Dia menulis semua kombinasi huruf vokal dan konsonan yang
memungkinkan pada kartu-kartu, yang menghasilkan kumpulan 2.300 suku
kata yang dari suku kata-suku kata tersebut dia secara acak megambil materi
stimulus yang akan dipelajari.
Data sejarah selanjutnya—yang diberikan seabad kemudian, pada 1980-an,
oleh psikolog Jerman—memberi kita sebuah interpretasi baru bagi
pemahaman kita tentang suku kata tak bermakna (Gundlach, 1986). Mereka
tidak selalu hanya terbatas pada tiga hurup, dan mereka tidak harus selalu tak
bermakna.
Investigasi data sejarah yang sangat cermat ini mengungkapkan bahwa
sebagian dari suku kata-suku kata tersebut ada yang terdiri dari empat, lima
atau enam huruf. Seluruh daftar kata stimulus yang tidak bermakna sengaja
dibuat terbebas dari asosiasi-asosiasi sebelumnya.
Reinterpretasi terhadap tulisan-tulisan Ebbinghaus ini juga mengungkapkan
bahwa dia fasih berbahasa Inggris dan Perancis sama fasihnya dengan
bahasa Jermannya, dan telah belajar bahasa Latin dan Yunani. Karena itulah,
dia sulit menemukan suku kata yang sama sekali tidak bermakna baginya.
Ebbinghaus merancang beberapa studi menggunakan rangkaian suku kata
tak bermaknanya untuk menentukan pengaruh dari beberapa kondisi
eksperimental pada retensi dan pembelajaran manusia. Sebuah studi yang

P a g e 13 | 21
menginvestigasi perbedaan antara kecepatan mememori daftar suku kata
versus kecepatan mememori materi yang memiliki makna yang lebih jelas.
Dari pengamatan yang dilaksanakan, dia menyimpulkan bahwa materi yang
tak bermakna atau tidak terasosiasi kira-kira 9 kali lebih sulit untuk dipelajari
daripada materi bermakna.
Dia juga mempelajari pengaruh panjangnya materi yang akan dipelajari
dalam jumlah repetisi yang dibutuhkan untuk mencapai hasil reproduksi yang
sempurna. Dia menemukan bahwa materi yang lebih panjang membutuhkan
lebih banyak repetisi dan akibatnya membutuhkan lebih banyakwaktu untuk
mempelajarinya. Signifikansi dari karya Ebbinghaus adalah dalam kontrolnya
yang cermat terhadap kondisi-kondisi eksperimental, analisis kuantitatifnya
terhadap data, serta kesimpulannya bahwa waktu belajar untuk masing-
masing suku kata serta waktu belajar total keduanya meningkat bersamaam
dengan semakin panjangnya suku kata.
Ebbinghaus mempelajari beberapa variable lainnya yang diharapkannya
akan ikut memengaruhi pembelajaran dan memori yakni: pengaruh belajar
berlebihan, asosiasi di dalam daftar, pengulasan materi, dan rentang waktu
antara pembelajaran dan mengingat. Risetnya mengenai pengaruh waktu
menghasilkan kurva kelupaan Ebbinghaus yang terkenal, yang menunjukkan
bahwa materi akan lebih cepat dilupakan pada beberapa jam pertama setelah
pembelajaran dan akan semakin lambat setelah itu.
Pada 1880, Ebbinghaus menerima sebuah posisi akademis di Universitas
Berlin. Dia menerbitkan sebuah buku yang berjudul On Memory: A
Contribution to Experimental Psychology (1885). Program risetnya merupakan
sebuah contoh skil teknis, ketekunan dan kemampuan kreatif.

Kontribusi Lainnya bagi Psikologi


Pada 1890, bersama fisikawan Arthur K nig, Ebbinghaus menerbitkan jurnal
yang berjudul Journal of Psychology and Psysiology of the Sense Organs,
jurnal baru yang disambut baik di Jerman.
Pada terbitan pertama mereka, Ebbinghaus dan K nig membuat sebuah
pernyataan yang berani terhadap dua macam disiplin yang namanya menjadi

P a g e 14 | 21
judul jurnal tersebut: psikologi dan fisiologi. Pernyataan ini, hanya 11 tahun
setelah Wundt mendirikan laboratorium eksperimentalnya.
Ebbinghaus tidak lagi mendapat dukungan di Universitas Berlin, karena
tidak ada lagi terbitan yang dihasilkannya. Pada 1894, dia menerima sebuah
posisi di Universitas Breslau, tempat di mana dia bekerja sampai tahun 1905,
dan setelah itu dia dipindah ke Universitas Halle. Dia menciptakan sebuah
latihan melengkapi kalimat, yang sering dianggap sebagai alat uji proses
mental tingkat tinggi pertama yang sangat berhasil. Sebuah model yang
dimodifikasi dari tugas tersebut diguanakan dalam tes kemampuan kognitif
modern.
Pada 1902, Ebbinghaus menulis sebuah buku yang sangat sukses, The
Principles of Psychology, dan pada 1908 dia menerbitkan 1908 A Summary of
Psychology. Kedua buku ini terbit dalam beberapada edisi. Setelah
Ebbinghaus wafat karena penyakit pneumonia pada 1909, buku-buku itu
direvisi oleh beberapa penulis lainnya.
Salah satu ukuran kelayakan historis secara keseluruhan dari seorang
historis adalah seberapa baik posisinya mampu bertahan melalui ujian waktu.
Riset Ebbinghaus membawa obyektivitas, kuantifikasi, dan eksperimentasi
kepada studi pembelajaran. Hal ini karena visi dan dedikasi Ebbinghaus yang
bekerja mendalami asosiasi telah mengubah spekulasi mengenai atribut-
atributnya menjadi investigasi ilmiah formal. Banyak kesimpulan-kesimpulan
yang dibuatnya tentang hakikat pembelajaran dan memori masi tetap valid
lebih dari satu abad setelah dia mengungkapkannya.

C. Franz Brentano (1838-1917)


Fransz lahir di Jerman pada tanggal 16 Januari 1838. Pada usia sekitar 16
tahun, Franz Brentano mulai mengikuti pelatihan kependetaan. Dia menempuh
pendidikan di beberapa universitas di Berlin, Munich, dan Tübingen di Jerman,
menerima gelar dalam ilmu filsafat dari Tübingen pada 1864. Dia ditahbiskan
sebagai pendeta pada tahun yang sama, dan dua tahun kemudian dia mulai
mengajar filsafat di Universitas Wüzburg, tempat di mana dia juga menulis dan
mengajar karya Aristotle. Pada 1870, Dewan Perwakilan Vatikan di Roma
menerima doktrin papa! Infallibility (sifat yang tak pernah salah dalam kepausan),

P a g e 15 | 21
sebuah ide yang diusulkan oleh Brentano. Dia mengundurkan diri dan secara
resmi meninggalkan gereja.
Buku Brentano yang paling terkenal, Psychology from an Empirical Standpoint,
diterbitkan pada 1874. Buku Brentano bertolak belakang dengan pandangan-
pandangan Wundt. Di tahun tiu juga, Brentano ditunjunk menjadi dosen filsafat di
Universitas Vienna. Dia adalah dosen yang populer, pengaruhnya tumbuh
dengan pesat di Vienna, sejumlah muridnya berhasil mencapai kemasyhuran.
Diantara mereka yang paling menonjol adalah Christian von Ehrenfels dan
Sigmund Freud. Pada 1894, Brentano pension dari mengajar tetapi masih tetap
melakukan studi dan menulis.
Brentano dianggap sebagai salah satu psikolog penting dalam awal
perkembangan psikologi karena ketertarikannya yang beragam. Dia adalah
pelopor intelektual dari psikologi Gestalt dan beberapa aliran psikologi
humanistik. Dia juga mempunyai tujuan yang sama dengan Wundt untuk
menjadikan psikologi sebagai sebuah sains. Apabila psikologi Wundt bersifat
eksperimental, psikologi Brentano bersifat empiris. Menurut Brentano metode
utama psikologi seharusnya adalah observasi, bukan eksperimentasi, meskipun
bukan berarti dia menolak sama sekali metode eksperimental. Dia menganggap
pendekatn empiris secara umum lebih luas ruang lingkupnya karena ia menerima
data-data dari observasi, pengalaman individual, maupun eksperimentasi.
Studi mengenai Tindakan Mental
Brentano menentang ide fundamental Wundt bahwa psikologi harus
mempelajari konten pengalaman sadar. Menurut pendapatnya pokok kajian
yang sesuai untuk psikologi adalah aktifitas mental, seperti tindakan mental
ketika melihat ketimbang konten mental dari apa yang dilihat seseorang.
Dia berpendapat bahwa, harus ada pembeda antara pengalaman sebagai
sebuah struktur atau konten, dengan pengalaman sebagai sebuah aktifitas.
Sebagai contoh, ketika melihat sekuntum bunga merah, bagi Brentano,
tindakan melihat warna merah adalah sebuah contoh pokok kajian psikologi
yang sesungguhnya. Dia menyatakan bahwa warna merah itu adalah sebuah
kulaitas fisik, tetapi tindakan melihat warna adalah sebuah aktifitas mental.

P a g e 16 | 21
Pendefisian ulang pokok kajian psikologi oleh Brentano membutuhkan
sebuah metode studi yang berbeda. Studi mengenai tindakan mental
membutuhkan observasi pada skala yang lebih luas.
Brentano membuat kemajuan dalam du acara untuk mempelajari tindakan
mental:
a. Melalui memori (mengingat proses mental yang terlibat dalam suatu kondisi
mental tertentu)
b. Melalui imajinasi (mengimajinasikan suatu kondisi mental dan
mengobservasi proses-proses mental yang menyertainya)

D. Carl Stumpf (1848-1936)


Terlahir dalam keluarga medis di Bavaria, Carl Stumpf menjadi terbiasa
dengan sains. Sebagai mahasiswa di Universitas Wüzburg, dia menjadi tertarik
pada hasil karya Brentano dan memfokuskan perhatiannya pada filsafat dan
sains. Atas saran Brentano, Stumpf menempuh pendidikan di Universitas G
ttingen, tempat ia menerima gelar doktoralnya pada 1868. Stumpf memperoleh
beberapa posisi akademis sambal tetap meneruskan karyanya dalam psikologi
baru.
Pada 1894, Stumpf mendapat posisi mengajar dalam bidang psikologi di
Jerman, yakni di Universitas Berlin. Dia membangun laboratorium khusus
miliknya mulai dari tiga ruangan kecil menjadi sebuah lembaga besar dan
penting. Stumpf adalah orang yang memimbing dua psikolog lainnya yang
nantinya akan mendirikan psikologi Gestalt, sebuah aliran pemikiran yang
menentang pandangan-pandangan Wundt.
Tulisan-tulisan awal Stumpf dalam bidang psikologi berhubungan dengan
persepsi ruang, tetapi karyanya yang paling berpengaruh adalah Psychology on
Tone, diterbitkan dalam dua volume (1883, 1890). Karya ini dan beberapa studi
tentang music lainnya memberi tempat kedua setelah Helmholtz dalam bidang
akustik, dan mereka berdua dianggap sebagai pelopor dalam upaya mempelajari
music secara psikologis.

 Fenomenologi

P a g e 17 | 21
Stumpf berpendapat, data primer untuk psikologi adalah fenomena.
Fenomenologi, jenis introspeksi yang lebih disukai Stumpf, merujuk pada
pengkajian pengalaman yang tidak bias, yakni, pengalaman yang sama seperti
pada saat ia terjadi.
Dalam rangkaian terbitan, Stumpf dan Wundt terlibat dalam pertarungan
sengit mengenai introspeksi nada. Pada intinya, masalahnya adalah tentang:
Laporan introspeksionis manakah yang lebih kredibel? Dalam hal melaporkan
pengalaman tentang nada-nada musikal, haruskah kita menerima hasil dari
oara pengamat laboratorium Wundt ataukah para musisi pakar Stumpf?
Stumpf menolak untuk menerima hasi-hasil yang diperoleh di laboratorium
Leipzig Wundt.
Stumpf mendirikan sebuah lembaga pengumpulan rekaman music primitive
dari berbagai negara di seluruh dunia. Dia juga mendirikan Berlin Association
for Child Psychology. Dan dia mengemukakan teori emosi yang berusaha
mengurangi perasaan terhadap sensasi, sebuah ide yang relevan dengan teori
emosi kognitif kontemporer.

E. Oswald Külpe (1862-1915)


Awalnya adalah pengikt Wundt, Oswald Külpe memimpin sebuah kelompok
mahasiswa dalam gerakan protes terhadap apa yang dipandangnya sebagai
pembatasan di dalam psikologi Wundt.
Pada 1881, Külpe memulai pendidikannya di Universitas Leipzig. Dia
berencana menekuni bidang sejarah, tetapi karena pengaruh Wundt
mengubahnya menjadi bidang filsafat dan psikologi ekperimental . Setelah
menerima gelarnya, dia menjadi asisten dosen dan asisten Wundt, menjalankan
riset di laboratorium psikologi.
Külpe menulis sebuah buku teks pengantar, Outline of Psychology (1893), dan
mendedikasikannya untuk Wundt. Dalam buku tersebut, Külpe mendefinisikan
psikologi sebagai sebuah sains tentang fakta pengalaman sebgai sesuatu yang
tergantung pada orang yang mengalaminya.
Pada 1894 Külpe menerima tawaran mengajar di Universitas Wüzburg, dan
dua tahun kemudian Külpe mendirikan sebuah laboratorium psikologi. Külpe tetap
mengabdikan dirinya kepada para mahasiswanya dan kepada risetnya sepanjang

P a g e 18 | 21
sisa hidupnya.

 Perbedaan Külpe dengan Wundt


Dalam Outline of Psychology, Külpe tidak membahas tentang proses
berpikir; pada waktu itu, posisinya masih sejalan dengan pandangan Wundt
bahwa tidak mungkin bereksperimen dengan proses-proses mental tingkat
tinggi. Baru beberapa tahun kemudian, Külpe menjadi yakin bahwa proses
berpikir itu memang dapat dipelajari secara ekperimental
 Introspeksi Eksperimental
Külpe menciptakan sebuah metode yang disebutnya introspeksi
eksperimental sistematik, yang melibatkan, pertama, melakukan sebuah
tugas kompleks, kemudian meminta subyek memberikan laporan-laporan
introspektif mengenai proses-proses kognitif mereka selama melakukan tugas
tersebut. Wundt melarang penggunaan pelaporan retrospektif di
laboratoriumnya. Wundt mempelajari pengalaman sadar ketika ia terjadi,
bukan memori setelah ia terjadi.
Pendekatan Külpe ini bersifat sistematik karena seluruh pengalaman dapat
digambarkan dengan tepat dengan cara memisah-misahkannya dalam
beberapa periode waktu. Tugas-tugas yang sama diulang sampai beberapa
kali sehingga laporan introspektif tersebut dapat dikoreksi, dikolaborasi, dan
dikuatkan. Laporan-laporan ini biasanya dilengkapi dengan beberapa
pertanyaan tambahan, yang mengarahkan perhatian subyek pada poin-poin
spesifik.
Masih ada perbedaan lain antara pendekatan introspektif Külpe dan Wundt.
Wundt menentang untuk meminta subyek-subyeknya menggambarkan
pengalaman-pengalaman sadar subyektif mereka secara terperinci.
Sebaliknya, introspeksi eksperimental sistematik Külpe menekankan pada
perincian subyektif.
Dalam introspeksi eksperimental sistematik Külpe pelaku ekperimen
mengasumsikan sebuah peran yang lebih aktif dalam proses riset. Di
laboratorium Wundt, keterlibatan pelaku eksperimen terbatas pada
menyampaikan materi stimulus dan mencatat hasil-hasil observasi subyektif.

P a g e 19 | 21
Singkatnya, pendekatan Külpe bertujuan secara langsung untuk
menginvestigasi apa yang terjadi di dalam benak subyek selama ia mengalami
sebuah pengalaman sadar.
Berpikir Tanpa Citra
Hasil-hasil dari introspeksi langsung Külpe terhadap proses berpikir
mendukung sudut bahwa berpikir dapat terjadi tanpa adanya konten
inderawi atau pencitraan. Penemuan ini selanjutnya dikenal sebagai
berpikir tanpa citra (imageless thought), untuk merepresentasikan ide
bahwa makna di dalam pikiran tidak harus selalu melibatkan citra-citra
tertentu.
 Topik-topik Riset Laboratorium Würzburg
Salah satu kontribusi signifikan adalah sebuah studi yang dilakukan oleh
Karl Marbel mengenai penilaian beban komparatif. Merbe menemukan
bahwa, meskipun sensasi dan citra ada ketika tugas dikerjakan,
tampaknya mereka tidak memainkan peran apa pun dalam proses
penilaian. Subyek tidak dapat melaporkan bagaimana penilaian mereka
tentang beban yang lebih ringan atau lebih berat muncul di dalam pikiran
mereka.
Studi yang dilakukan Henry Watt menunjukkan bahwa dalam sebuah tugas
asosiasi-kata, para subyek banyak memiliki sedikit informasi yang relevan
untuk bisa melaporkan mengenai proses penilaian sadar mereka.
Penemuan ini menguatkan pendirian Külpe bahwa pengalaman sadar tidak
hanya dipisahkan menjadi sensasi dan citra saja. Para subyek Watt dapat
merespon dengan benar tanpa menyadari secara sadar adanya suatu
niatan untuk melakukan hal tersebut ketika mereka memberikan respon.

Para subyek Watt jelas telah membangun suatu tahap tak sadar atau
kecenderungan menentukan untuk merespon dengan cara yang
diinginkan, begitu mereka memahami instruksinya. Predisposisi di luar
kesadaran dengan cara tertentu mampu mengontrol aktifitas-aktifitas
sadar. Sehingga, pengalaman dipandang sebagai tergantung bukan hanya
pada unsur-unsur sadar tetapi juga pada kecenderungan menentukan tak
sadar, yang membuat pikiran tak sadar dapat memberi pengaruh terhadap
perilaku manusia.

P a g e 20 | 21
P a g e 21 | 21

Anda mungkin juga menyukai