Anda di halaman 1dari 2

Definisi psikologi

Secara etimologi, psikologi berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari dua kata yaitu psyche yang
berarti jiwa dan logos yang berarti ilmu, jadi psikologi merupakan ilmu yang mempelajari jiwa
manusia. Tapi seiring perkembangan zaman, definisi dari psikologi juga ikut berkembang menjadi
ilmu yang tidak hanya mempelajari jiwa manusia saja melainkan juga mempelajari tentang perilaku
dari manusia, pikiran manusia, dan juga penyelesaian dari masalah-masalah dari manusia itu sendiri.
Ilmu-ilmu yang dipelajari oleh psikologi itu sendiri meliputi berbagai hal yaitu :

 Jiwa/mental

 Pikiran

 Kesadaran

 Kepribadian

 Tingkah laku

 Aktivitas manusia dan hewan

 Interaksi manusia

Oswald kulpe (1862-1915)

Oswald kulpe tertarik pada banyak hal seperti music, sejarah, filosofi, dan psikologi. Pada saat dia
focus ke filosofi, dia membuat lima buku filsafat untuk pembaca awam, termasuk salah satunya
filosofi kant. Kulpe mengambil jurusan sejarah di univeritas Leipzig ketika ia menghadiri kuliah
Wundt dan menjadi tertarik pada psikologi. Di bawah pengawasan Wundt, Kulpe menerima gelar
doktornya pada tahun 1887, dan dia tetap menjadi asisten Wundt selama delapan tahun berikutnya.
Kulpe mendedikasikan bukunya of Psychology (1893/1909) untuk Wundt.

1. Imageless Thought. Meskipun dimulai dari kamp Wundtian, Kulpe menjadi salah satu lawan
Wundt yang paling pantas. Kulpe tidak setuju dengan Wundt bahwa semua pemikiran harus
memiliki referensi yang spesifik yaitu sensasi, gambaran, atau perasaan. Kulpe percaya
bahwa beberapa pemikran itu tidak dapat digambarkan.
2. Kulpe juga tidak setuju dengan pendapat wundt yang menjelaskan bahwa proses mental
yang lebih tinggi (seperti berpikir) tidak dapat di pelajari melalui sebuah eksperimen , dan ia
mulai melakukannya dengan menggunakan apa yang ia sebut sebagai Introspeksi
eksperimental sistematis. Teknik ini dilakukan dengan cara memberikan subjek sebuah
masalah untuk dipecahkan dan kemudian meminta mereka untuk melaporkan apa saja
operasi mental yang mereka libatkan untuk memecahkan masalah mereka. Kulpe juga
menjelaskan bahwa dengan adanya Teknik introspeksi ini menandakan bahwa pemikiran
yang tidak dapat digambarkan seperti pencarian, keraguan, kepercayaan diri itu memang
ada.
3. Mental set. Teori ini muncul ketika kulpe sudah berpindah temapt dari universitas liepzig ke
universitas wurzburg. Kulpe menemukan bahwa subjek yang fokus pada masalah tertentu
menciptakan sebuah kecenderungan yang bertahan sampai masalah itu terpecahkan. Selain
itu, meskipun kecenderungan ini masih berfungsi, beberapa orang tidak menyadarinya
karena kecenderungan ini beroperasi pada tingkat bawah sadar. Misalnya, seorang akuntan
dapat menyeimbangkan buku-buku tanpa menyadari fakta bahwa ia menambahkan atau
mengurangi. Mental set juga dapat diinduksi dengan memerintahkan subjek untuk
melakukan tugas yang berbeda atau memecahkan masalah yang berbeda. Mental set juga
dapat diakibatkan oleh pengalaman masa lalu seseorang.

Hans Vaihinger (1852–1933)

Vaihinger menerbitkan buku yang cukup berpengaruh yaitu The Philosophy of “As If”: A System of
the Theoretical, Practical and Religious Fictions of Mankind. Di bukunya Vaihanger menyatakan
bahwa semua yang pernah kita alami secara langsung adalah sensasi dan hubungan di antara
sensasi, Oleh karena itu, yang bisa kita yakini hanyalah sensasi.

Menurut Vaihinger, kehidupan sosial membutuhkan percakapan kita memberikan makna pada
sensasi kita, dan kita melakukannya dengan menciptakan istilah, konsep, dan teori dan kemudian
bertindak "seolah-olah" itu benar. Artinya, meskipun kita tidak pernah bisa tahu jika fiksi kita sesuai
dengan realitas, kita bertindak seolah-olah itu terjadi. Kecenderungan untuk menciptakan makna,
menurut Vaihinger, adalah bagian dari sifat manusia.

Sumber hargehagn

Anda mungkin juga menyukai