Anda di halaman 1dari 12

SEJARAH DIDIRIKANNYA PSIKOLOGI SEBAGAI ILMU

OLEH W. WUNDT DAN PERKEMBANGAN ILMU PASCA PENDIRIANNYA


(MUNCULNYA ALIRAN STUKTURALISME DAN FUNGSIONALISME)

Oleh: Andi Nurul Aisyah Cabamba – 220701501062


Tugas Mata Kuliah Sejarah Aliran Psikologi
Program Studi Psikologi, Fakultas Psikologi, Universitas Negeri Makassar.

A. Psikologi Wundt
Dalam perkembangannya sebelum tahun 1879, psikologi masihlah suatu ilmu yang
tergabung ke dalam ilmu filsafat, pada saat itu sebenarnya sudah terdapat banyak sekali
para ilmuan atau sarjana-sarjana yang tertarik untuk mengkaji pengetahuan tentang
kejiwaan, namun kajian yang dilakukan hanya terbatas pada sesuatu yang bersifat
kejiwaan dan belum terstruktur. Barulah setelah tahun 1879 psikologi berhasil berdiri
sebagai disiplin ilmu dan membangun kerangka keilmuannya sendiri. Hal tersebut tidak
lepas dari kontribusi dan inovasi seorang Wilhelm Wundt, ia membuka labolatorium
psikologi untuk pertama kalinya di dunia yang terletak di Jerman. Gerakan Wund ini telah
menjadi pembuka dan pendorong bagi para ilmuan-ilmuan terdahulu terutama di Eropa
untuk kembali mengkaji unsur-unsur kejiwaan dan kepribadian manusia.
Elemen kajian dasar psikologi oleh Wundt menitikberatkan pada strukturalisme
kesadaran (consciousness), ia menggunakan pendekatan metode eksperimental yang
biasa digunakan pada ilmu-ilmu alam terutama fisiologi. Menurut Wundt kesadaran itu
tidak pasif melainkan aktif dalam mengorganisasi isi dari kesadaran tersebut. Dalam hal
ini voluntarisme, yang memiliki gagasan bahwa pikiran mempunyai kapasitas untuk
mengonrganisir isi dari mental ke dalam proses-proses pikiran yang lebih tinggi. Proses
dimana elemen-elemen mental yang terorganisir tersebut dikenal dengan istilah
Apperception. Psikologi lebih menekankan Immediate Experience daripada Mediate
Experient. Immediate experience adalah pengalaman yang tidak bias berdasarkan
interpretasi personal, sedangkan mediate experiences adalah pengalaman yang hanya
memberikan informasi atau pengetahuan mengenai sesuatu selain elemen-elemen
pengalaman itu sendiri.
Dalam metode interopeksi sebagai ilmu, psikologi khusus pada pengalaman-
pengalaman yang disadari, yang dimana hanya orang yang mengalaminya yang mampu
mengobservasi pengalaman-pengalaman sadarnya.
Tujuan-tujuan psikologi sebagai suatu ilmu antara lain: (1) menganalisis proses-
proses kesadaran berdasarkan elemen dasarnya, (2) menemukan bagaimana elemen
tersebut saling bersintesis dengan terorganisisr, (3) menemukan hukum yang mengatur
pengorganisasian elemen kesadaran tersebut. Dua elemen yang meliputi kesadaran ini,
antara lain sensasi dan perasaan. Sensasi dapat dibedakan berdasarkan intensitas, durasi,
dan sumber inderanya. Dan emosi ialah komplemen subjektif dari sensasi namun tidak
muncul secara langsung oleh organ indera. Kemudian pengelolaan unsur-unsur dalam
pengalaman sadar juga ada dua, yang pertama yaitu persepsi (perception) yang
merupakan kombinasi dari kesan-kesan inderawi dan merupakan suatu proses pasif yang
dipengaruhi oleh stimulasi fisik, anatomi, dan pengalaman masa lalu. Dan yang kedua
ada apesepsi (apperception) yakni proses pengorganisasian elemen-elemen kesadaran
menjadi suatu kesadaran penuh, prosesnya bersifat aktif dan dapat dikendalikan sebab
berkaitan dengan perhatian atau atensi yang dipengaruhi oleh keinginan.
Pada periode ke 1902-1903, dalam buku ke 5-nya yang berjudul “Physiologischen
Pychologie” Wundt memberikan argumen lanjutan mengenai teorinya tentang perasaan
yang membuat konsep apersepsi bertambah penting. Setiap ransangan yang sampai ke
indera manusia akan selalu dipersepsikan, namun hanya sebagian dari persepsi tersebut
akan di apersepsikan, yaitu sengaja diberi perhatian khusus. Pada periode ini Wundt
kemudian menuliskan buku “Volker Psychologie” yang mengemukakan suatu proses
mental yang lebih tinggi dari penginderaan, persepsi, perasaan dan apersepsi. Konsep
volker psychologie ini kemudia berkembang menjadi psikologi sosial.
B. Pasca Pendirian Ilmu Psikologi: Dukungan dan Kritik terhadap Psikologi
Wundt
1. Franz Brentano
Brentano adalah seseorang yang menentang gagasan mendasar Wundt bahwa
psikologi harus mempelajari isi dari pengalaman sadar. Dia berpendapat bahwa subjek
yang tepat untuk psikologi adalah aktivitas mental. Dengan demikian, psikologi tindakan
milik Brentano mempertanyakan pandangan Wundt tentang proses mental yang
melibatkan konten atau elemen. Dia berpendapat bahwa perbedaan harus diambil antara
pengalaman sebagai struktur atau konten dan pengalaman sebagai aktivitas. Tentu saja,
suatu tindakan harus melibatkan suatu objek; beberapa konten sensorik harus hadir karena
tindakan melihat tidak ada artinya tanpa sesuatu untuk dilihat.
Studi tentang tindakan mental membutuhkan pengamatan dalam skala yang lebih
besar. Dengan demikian, kita melihat preferensi Brentano untuk metode yang lebih
empiris daripada eksperimental untuk psikologi tindakannya. Dia tidak mengusulkan
untuk kembali ke filsafat spekulatif. Ingatlah bahwa metodologi Brentano tidak bersifat
eksperimental karena ia memang mengandalkan pengamatan sistematis.
Brentano mengajukan dua cara untuk mempelajari tindakan mental :
a) Melalui memori (mengingat proses mental yang terlibat dalam kondisi
mentaltertentu).
b) Melalui imajinasi (membayangkan kondisi mental dan mengamati yang
menyertainya proses mental).
Meskipun posisi Brentano menarik pengikutnya, psikologi Wundt tetap menonjol
karena Wundt menerbitkan lebih dari Brentano, posisinya pun lebih dikenal. Juga, para
psikolog mengakui bahwa lebih mudah untuk mempelajari sensasi atau konten sadar
dengan metode psikofisika daripada menggunakan observasi untuk mempelajari tindakan
yang lebih sulit dipahami.
2. Carl Stumpf
Menolak pandangan Wundt yang membagi/mereduksi pengalaman yang disadari
menjadi elemen-elemen. Menurut Stumpf, menganalisis pengalaman dengan
mereduksinya ke dalam elemen-elemen mental akan membuat pengalaman tersebut
menjadi artifisial/palsu dan tidak alamiah. Phenomenology: Metode instropeksi yang
menguji pengalaman seperti aslinya/alamiah, dan tidak mereduksi pengalaman ke dalam
elemen-elemen. Data utama psikologi adalah fenomena.
3. Herman Ebbinghaus
Psikolog pertama yang mempelajari proses-proses mental tingkat tinggi proses
belajar & ingatan Mengingat apa yg dipelajari dan memori belum diteliti sebelumnya
secara eksperimental. Dalam penelitiannya, Ebbinghaus menggunakan nonsense
syllables (kata-kata yang tidak bermakna) untuk mempelajari proses belajar dan ingatan.
Menurutnya psikologi harus mengikuti prosedur ilmu-ilmu alam dan menjauhi
filsafat, adapun ruang lingkup topik dan riset psikologi, bukan hanya tentang kesadaran,
namun juga proses mental tingkat tinggi psikologi harus mengembangkan grand theory
(umum) psikologi juga harus bisa diterapkan dan selaras dengan teori.
4. Oswald Kulpe
Selain di Amerika, di Jerman sendiri ajaran Wundt mulai mendapat kritik dan koreksi-
koreksi. Salah satunya dari Oswald Kulpe (1862-1915). Salah seorang muridnya yang kurang
puas dengan ajaran Wundt dan kemudian mendirikan alirannya sendiri di Wurzburg.
Aliran Wurzburg menolak anggapan Wundt bahwa berpikir itu selalu berupa image
(bayangan dalam alam pikiran). Kulpe berpendapat, pada tingkat berpikir yang lebih
tinggi apa yang dipikirkan itu tidak lagi berupa image, tapi ada pikiran yang tak
terbayangkan (imageless thought).
C. Strukturalisme Titchener
Dalam melihat perbedaan pendekatan antara Titchener dan Wundt terdapat pada
metode eksperimental ilmu pengetahuan yang dipegang oleh Wundt, sedangakan
Titchener menggunakan pendekatan strukturalisme. Ciri utama dari psikologi
strukturalisme adalah cara penelitian dengan meggunakan introspeksi yaitu orang yang
menjalani percobaan diminta untuk menceritakan kembali pengalaman dan perasaannya.
dalam hal ini juga terdapat perbedaan pandangan antara Wundt dan Titchener terhadap
introspeksi. Wundt mengatakan bahwa introspeksi adalah menfokuskan pada pengukuran
objektif,kuantitatif, karena dia yakin tidak ada manfaatnya jika menemukan sensasi-
sensasi dan citra-citra elementer kesadaran yang menjadi esesiensi psikologinya.
Sedangkan Titchener menjelaskan bahwa introspeksi adalah tertarik pada analisis
pengalaman sadar kompleks menjadi bagian-bagian komponennya, bukan pada sistesis
unsur-unsurnya melalui apersepsi.
Menurutnya, pokok kajian yang cocok dengan psikologi adalah pengalaman sadar
hal ini berbeda dengan pokok kajian sains lainnya yang bersifat independen dari orang
yang mengalaminya seperti cahaya dan suara dapat dipelajari oleh fisikawan dan
psikolog.
Titchener lebih fokus meneliti elemen-elemen mental/pikiran dan hubungan
mekanisnya melalui proses asosiasi. Kesadaran menurut Titchener, yaitu
penggabungan/penjumlahan pengalaman individu pada suatu waktu tertentu. Sedangkan
pikiran adalah penggabungan dari keseluruhan pengalaman yang terkumpul sepanjang
hidup. Kesadaran dan pikiran hampir sama. Kesadaran melibatkan proses mental yang
terjadi pada satu waktu tertentu, sedangkan pikiran mencakup keseluruhan proses.
Adapun Tiga kondisi/keadaan dasar dari kesadaran: (1) Sensasi, yaitu elemen dasar dari
persepsi, seperti suara, bau, citra atau pengalaman lain yang ditimbulkan dari obyek fisik
di lingkungan. (2) Images, yaitu elemen dari ide, diperoleh melalui pengalaman yang
tidak terjadi pada saat ini (ingatan masa lalu). 3. Afeksi, yaitu elemen emosi, didapatkan
melalui pengalaman seperti cinta, benci, dan sedih. Pengalaman sadar merupakan subyek
penelitian psikologi dan bentuknya sangat tergantung dari orang yang mengalaminya.
Dalam meneliti pengalaman kesadaran, Titchener mengingatkan agar tidak melakukan
stimulus error yang membingungkan proses mental dengan obyek yang diamati.
D. Fungsionalisme
Konsep fungsionalisme oleh James ini muncul sebagai kritik terhadap aliran
strukturalisme Wundt. Jika strukturalisme menekankan pada fakta atau struktur
kesadaran, fungsionalisme lebih menekankan pada fungsi kesadaran. James beralasan
dengan mengetahui fungsi kesadaran, maka kita dapat mengetahui pikiran dan perilaku
manusia secara sempurna dalam pola hubungan terhadap lingkungannya. Aliran
fungsionalisme berusaha menafsirkan fenomena mental berkaitan dengan peran yang
dimainkan dalam kehidupan. Aliran ini memandang psikologi tidak cukup hanya
mempersoalkan apa dan mengapa sesuatu terjadi (struktur), tetapi juga untuk apa sesuatu
tersebut terjadi (fungsi). Artinya, dalam memahami proses penyesuaian perilaku manusia
terhadap lingkungan, fungsionalisme lebih menekankan pada aksi daripada gejala psikis
Fungsionalisme juga lebih menaruh perhatian pada fungsi mental daripada elemen
elemennya.
Perbedaan fungsionalisme dengan strukturalisme dapat digambarkan dari segi
pendekatan, strukturalisme menganalisis struktur pikiran sedangkan fungsionalisme
menyoroti fungsi dari tingkah laku individu pada lingkungan. Kemudian dari segi yang
dipertanyakan, strukturalisme fokus pada pertanyaan apa itu kesadaran?. Di sisi lain,
fungsionalisme menanyakan apa tujuan dari kesadaran dan perilaku?. Dari segi fokus,
strukturalisme memfokuskan diri pada elemen kesadaran sedangkan fungsionalisme lebih
menekankan perilaku. Namun, keduanya menggunakan metode yang sama, yaitu
observasi. Bedanya, observasi pada strukturalisme mengarah pada introspeksi. Adapun
pada fungsionalisme, observasi ditujukan pada perilaku yang muncul.
1. Prinsip Kesadaran
Ciri yang luar biasa dari kesadaran manusia adalah bersifat adaptif yaitu
kemungkinan beradaptasi dan menyesuaikan diri dengan lingkungan . Pengetahuan
tentang kesadaran tidak dapat diterangkan tanpa mempelajari keadaan keadaan dari
kesadaran adaptif . Adapun kesadaran adaptif memiliki beberapa karakteristik
berikut ini: (a) Bersifat pribadi Kesadaran adalah milik individu itu sendiri, bukan
orang lain. (b) Kesadaran tidak statis, tetapi mengalir dan berubah secara terus
menerus setiap orang terus melihat, mendengar, merasa, mencium, menalar, dan
mengingat. (c) Terus–menerus, elemen kesadaran tidak dapat dibagi sebab,
kesadaran adalah aliran yang terus menerus dan merupakan suatu totalitas. (d)
Selektif, kesadaran merupakan adaptasi manusia dalam usahanya mempertahankan
jenis dan dirinya (teori evolusi).
2. Self
James membagi konsep self menjadi dua kategori utama. Pertama ‘me’, yaitu yang
dialami. James memecah diri me menjadi tiga bagian.
a . Diri material, terdiri dari hal - hal yang menjadi milik sendiri, seperti keluarga,
pakaian, tubuh, atau uang.
b. Diri sosial, diri yang sedang berada dalam situasi sosial tertentu . Menurut James
perubahan cara orang bertindak bergantung pada situasi sosial di mana ia berada
James percaya bahwa orang memiliki beragam diri sosial sebanyak partisipasi
yang ia lakukan dalam situasi sosial.
c. Diri spiritual, hakikat mengenal siapa diri sendiri. Diri spiritual lebih
konkret atau permanen daripada diri material dan sosial Diri spiritual lebih
subjektif dan intim . Aspek diri spiritual individu mencakup hal - hal seperti
kepribadian, nilai hidup, ataupun nurani.
Kedua , self sebagai ‘i’ , yaitu diri yang dipikirkan . James menamakan diri ‘i’ sebagai
ego murni. Bagi James, ego murni adalah segala sesuatu yang menjadi tali
penghubung antara masa lalu, sekarang, dan masa depan . Ego murni berkaitan
dengan identitas individu yang muncul secara konsisten dari kesadaran secara terus-
menerus. James mempercayai ego murni mirip dengan sesuatu yang dianggap
sebagai jiwa atau pikiran. Ego murni bukan substansi sehingga tidak dapat diselidiki
dengan ilmu pengetahuan.
3. Emosi
Ada beberapa prinsip penting terkait emosi yang patut diperhatikan. Pertama, emosi
berhubungan langsung dengan perubahan fisiologis. Rasa marah, cinta, takut, dan
sebagainya tidak hanya memaksa seseorang untuk bertindak, tetapi juga memicu
perubahan ekspresi sikap dan mimik wajah desah napas, sirkulasi darah, serta fungsi
organik lainnya dengan cara - cara tertentu. Kedua, emosi adalah persepsi pikiran
atas kondisi fisiologis yang dihasilkan dari beberapa stimulus. Prinsip emosi James
dikenal sebagai teori emosi James - Lange. Pada tahun 1880-an, Carl Lange
mencetuskan teori yang menyatakan bahwa emosi berasal dari perubahan aliran
darah. Teori inilah yang kemudian dikembangkan oleh James.
Inti gagasan James tentang emosi amat sederhana. la mendasarkan pada kenyataan
bahwa emosi sering disertai respons sistem saraf simpatik di dalam tubuh, seperti
degup jantung, telapak tangan berkeringat , perut ketat , otot tegang , dan sebagainya
Manusia dapat merasakan apa yang terjadi di dalam dirinya sebanyak apa yang
terjadi di luar diri. Dalam setiap kasus, respons fisiologis diantarkan ke otak sehingga
muncul dalam bentuk sensasi tubuh. Pola umpan balik sensoris ini memberikan
kualitas emosi yang unik . Rasa takut terasa berbeda dengan marah atau cinta karena
ketiganya memiliki tanda fisiologis yang berbeda. Menurut James, emosi berbeda
dengan keadaan - keadaan lain karena ia memiliki tanggapan tubuh yang
menimbulkan sensasi internal. Demikian pula emosi berbeda satu sama lain karena
disertai dengan respons tubuh dan sensasi berbeda
E. Psikologi Hugo Musterberg (1863 – 1916)
Setelah lulus dari Gimnasium Danzig pada tahun 1882, ia mendaftar di Universitas
Leipzig. Ketika dia mulai belajar psikologi sosial , Münsterberg kemudian mengalihkan
perhatiannya ke kedokteran. Setelah bertemu pelopor psikologi Wilhelm Wundt , yang
mendorongnya untuk menjadi bagian dari lab psikologi di universitas, Munsterberg
memutuskan untuk mengabdikan dirinya untuk mempelajari psikologi. Ia meraih gelar
Ph.D. dalam Psikologi pada tahun 1885 di bawah bimbingan Wundt dan kemudian
memperoleh gelar dokter di Universitas Heidelberg pada tahun 1887. Pada 1887,
Münsterberg menerima posisi sebagai tutor pribadi dan dosen di Universitas Freiburg dan
kemudian menerbitkan buku kecil berjudul Aktivitas Kehendak . Buku itu dikritik oleh
Wundt, serta psikolog Edward Titchener , yang menulis, "Dr. Munsterberg memiliki
karunia menulis yang fatal dengan mudah — fatal terutama dalam ilmu ... di mana akurasi
adalah hal yang paling dibutuhkan."
Ahli psikologi Amerika, William James, di sisi lain, sangat terkesan dengan gagasan-
gagasan Münsterberg, terutama karena mereka mendukung teori emosi James sendiri.
Pada 1891, Münsterberg menjadi asisten profesor di Universitas Leipzig. Pada tahun yang
sama, ia menghadiri Kongres Psikologi Internasional pertama di Paris, Prancis, di mana
ia bertemu William James. Keduanya terus bertemu dan berkorespondensi cukup sering
dan pada tahun 1892, James meminta Münsterberg untuk mengambil alih laboratorium
psikologi di Harvard.
1. Bidang Klinis dan Psikoterapi
Sesuai dengan pelatihannya dalam psikologi eksperimental, serta tertarik untuk
mengkonsolidasikan psikologi terapan, Münsterberg menjabat sebagai psikolog
klinis di laboratoriumnya. Untuk dia, proses psikologis selalu memiliki korelasi fisik
yang terletak di otak, dengan mana, psikopatologi dapat diamati melalui saraf, dan
juga melalui pengamatan perilaku.
2. Bidang Forensik
Sesuatu yang terutama difokuskan oleh Münsterberg adalah studi tentang kesaksian
saksi mata, menganalisis bagaimana orang melihat, atau berpikir mereka telah
melihat hal-hal tertentu. Ini pasti menyebabkan studi tentang memori, ingatan, proses
interpretasi individu, dan dasar-dasar pengaruh sosial ini. Münsterberg adalah salah
satu psikolog pertama yang mempelajari proses saran yang orang-orang dipanggil
untuk mengaku dalam pengaturan hukum terbuka.
3. Bidang Industri
Hugo Munsterberg memberikan kontribusi besar dalam menerapkan sarana psikologi
untuk membantu mencapai tujuan produktivitas yang sama seperti yang dicari oleh teori
manajemen lainnya. Dalam karya utamanya, Psychology and Industrial Efficiency
(Psikologi dan Efisiensi Industri) ia menyarankan bahwa produktivitas dapat ditingkatkan
dengan tiga jalan : dengan menemukan orang yang terbaik, dengan menciptakan
pekerjaan yang terbaik, dan dengan menggunakan pengaruh psikologis, yang disebut
Munsterberg pengaruh yang mungkin (possible effect), untuk mendorong karyawan.
Dalam tiap bidang, Munsterberg menyarankan penggunaan teknik-teknik yang
diambil dari psikologi eksperimen. Sebagai contoh, pengujian psikologi dapat digunakan
untuk membantu dalam memilih karyawan yang memenuhi syarat. Penelitian cara belajar
dapat membantu dalam memperbaiki cara latihan. Dan penelitian tentang tingkah laku
manusia dapat merumuskan teknik-teknik bimbingan kejuruan modern untuk
menentukan ketrampilan yang dibutuhkan untuk suatu pekerjaan dan untuk mengukur
ketrampilan calon pekerja merupakan hasil penelitian Munsterberg.
F. Psikologi Granville Stanley Hall
Granville Stanley Hall lahir di Ashfield, Massachusetts pada tahun 1846. Ia belajar
di Universitas Harvard bersama William James dalam kursus pertama Psikologi di
Amerika Serikat, dan merupakan orang Amerika pertama yang memperoleh gelar PhD
dalam disiplin ini.
Dia tinggal di Jerman untuk sementara, di mana dia belajar di Universitas Berlin dan
bekerja sama dengan Wilhelm Wundt di laboratoriumnya di Leipzig. Kemudian ia
kembali ke negara asalnya, tempat ia mengajar Filsafat dan Bahasa Inggris hingga ia
diangkat sebagai profesor Psikologi dan Pedagogi di Universitas Johns Hopkins. Pada
1883 ia mendirikan laboratorium Psikologi pertama di Amerika Serikat, pada 1887 ia
menciptakan American Journal of Psychology dan dia juga memiliki pengaruh utama
dalam pembentukan American Psychological Association, yang dia menjadi presiden
selama 31 tahun. Dia juga presiden pertama Universitas Clark, didirikan pada tahun 1889.
Teori rekapitulasi Hall menjelaskan bahwa setiap orang pergi/berjalan melalui 2
kesempatan yaitu fisik dan somatic yang diikuti skala evolusi dari pikiran dan badan
(Grezlik 1999). Hall menyatakan bahwa penemuan perkembangan natural anak hanya
satu tahap ke arah prescription pendidikan dan melewati tahap nature, pendidik harus
memutuskan jalan yang seperti apakah yang seharusnya anak pelajari (Hall 1904). Ia
memahami nature yang membantu anak dengan berbeda kapasitas, yang wajib
berpendidikan di level yang berbeda. Anak, katanya, harus teredukasi sesuai dengan
kapasitasnya tetapi tidak melebihi. Dalam diskusi konsep dari “individualization”, Hall
berbicara ide baru dalam hal pendidikan menjadi metode yang menyesuaikan variasi
individual reflect seperti umur, sex, kemampuan, dan vocational ekspetasi (Ross 1972).
Progres perkembangan anak digabungkan dengan contents, skill dan nilai yang harus
bersama diajarkan, yang Hall telah mencoba untuk menguraikan apa yang ia pikirkan
untuk menjadi “idea school”.
Hall berpendapat bahwa anak remaja lahir dalam kehidupan seksual dan sebab itu
umur ini tidak panjang untuk mendapat edukasi. Ia pernah pergi ke suatu Negara bagian
yang mempunyai edukasi yang benar yang hanya dapat dimulai dari remaja ketika anak
telah siap untuk berhubungan dengan moral issue, kebaikan, cinta, pelayanan kepada
orang lain dan memulai untuk memahami sebuah alasan. Selama remaja, Hall berkata,
keseimbangan antara kebebasan dan control akan kebutuhan untuk nurture secara
naturally melalui proses edukasi.
Teori Nurture yang merupakan pengembangan dari G. Stanley Hall tentang teori
Rekapitulasi, menekankan bahwa perubahan-perubahan yang mencirikan siklus
kehidupan manusia hari ini, adalah sejajar dengan perubahan-perubahan yang spesies kita
lalui selama evolusi. Hall melihat masa remaja sebagai periode transisi dari masa kanak-
kanak sampai dewasa. Ia merasa bahwa masa kanak-kanak adalah masa ketika ciri-ciri
bawaan manusia yang serupa dengan binatang. Padahal, ia merasa bahwa masa dewasa
adalah waktu yang membedakan manusia dari binatang dan mengangkat mereka ke
tingkat yang lebih tinggi. Jadi, pada dasarnya teori ini menunjukkan bahwa masa remaja
adalah masa transisi dari menjadi hewan-seperti menjadi manusia seperti (beradab).
Semacam transisi yang sejajar dengan perubahan evolusioner yang terjadi sebagai
manusia berevolusi dari menjadi prasejarah / kera-seperti makhluk, untuk menjadi
manusia yang beradab.
G. Psikologi John Dewey
John Dewey sangat dipengaruhi oleh studi pascasarjana psikologi fisiologis dengan
G. Stanley Hall; kelas termasuk teori, psikologi, dan psikologi eksperimental; dia
melakukan percobaan laboratorium dengan perhatian. Tidak seperti introspeksi, metode
Hall menggabungkan kontrol eksperimental yang ketat, dan pendekatan berbasis biologi
ini menjanjikan John Dewey model pengalaman organik dan holistik yang mampu
mengatasi dualisme subjektivis yang mengganggu model lama, model asosiatif.
Namun, John Dewey masih menemukan psikologi fisiologis mempertahankan
pandangan yang dikabutkan dan mekanistik berdasarkan pada "data indera". Dari
perspektif Hegeliannya, psikologi ini tidak pernah bisa menjelaskan dunia makna hidup
yang lebih luas, lingkungan sosial-budaya. Dengan kata lain, "organisme" mensyaratkan
"lingkungan", dan "lingkungan" mensyaratkan "budaya". Psikologi empiris yang ketat
tidak bisa hanya mempelajari pikiran, tetapi harus menjalin hubungan dengan ilmu-ilmu
lain.
Salah satu ungkapan psikologi awal John Dewey adalah kritik terhadap konsep busur
refleks (1896), yang ditulis di Chicago. Model "refleks arc" perilaku adalah cara yang
semakin berpengaruh untuk menjelaskan perilaku manusia secara empiris dan
eksperimental menggunakan pasangan stimulus-respons, itu berusaha untuk
menggantikan pendekatan lain, kurang diamati dan teruji yang mengandalkan "entitas
psikis" atau "zat mental". Dalam model busur refleks, organisme pasif menghadapi
stimulus eksternal yang menyebabkan respons sensorik dan motorik.
Secara efektif, John Dewey menunjukkan bagaimana model busur refleks, yang
bermaksud menghilangkan asumsi metafisik. Kritik John Dewey dan rekonstruksi busur
refleks menunjukkan perkembangan penting lainnya dalam pragmatismenya.
Argumennya psikologi perlu memberikan perhatian yang lebih besar pada konteks dan
fungsi diterapkan, pada waktunya, untuk semua ilmu, serta logika dan matematika.
Pelajaran metodologis adalah, pada dasarnya, peringatan untuk tidak salah mengartikan
hasil akhir dari analisis untuk keberadaan yang sudah ada. Perbedaan teoretis yang
bermakna dalam situasi tertentu bergantung pada konteks yang lebih luas baik
retrospektif maupun prospektif.
H. Psikologi John Mckeen Cattell
Cattel merupakan salah satu psikologis berkebangsaan Amerika, namun menerima
gelar doktor di Universitas Leipzig, Jerman pada tahun 1886. Setelah itu, ia pergi ke
Universitas Cambridge, Inggris dan belajar pada Francis Galton tentang perbedaan
individual individual differences kaitannya dengan kecerdasan.  Studi tentang individual
differences berkaitan erat dengan aplikasi praktis. Cattell mengemukakan teori tentang
faktor “X”. Sebagai contoh, ada dua orang pelamar kerja. Faktor X, umpamanya, adalah
keterampilan kerja. Kita seringkali tidak mengetahui level X masing-masing pelamar.
Dan ini seringkali pula membuat kita tidak akurat dalam menentukan keputusan lebih
lanjut tentang kedua pelamar itu. Dalam studinya tersebut, Cattell menemukan bahwa
ternyata faktor X pada masing- masing pelamar ternyata berbeda-beda. Oleh karenanya,
ia kemudian menggunakan metode statistik untuk mempelajari banyak orang dan
menemukan bahwa orang- orang itu ternyata banyak perbedaan. Dari temuannya itu, ia
lalu mengembangkan sebuah alat ukur, yaitu tes mental.
Tes mental Cattel ini bertujuan mengukur variasi kapasitas kecerdasan dan
melengkapinya dengan informasi tentang jarak perbedaan range of difference dalam
kelompok tes yang diukur.  Pada tahun 1893, ia menulis tentang masa depan testing.
Cattell yakin bahwa pengukuran psikologis akan menjadi penting dalam kemajuan sosial.
 Cattell juga mendirikan konsultan psikologis yang disebut sebagai The Psychological
Corporation. Ia menyewa psikolog-psikolog dengan kontrak bisnis dalam kaitannya
dengan pemecahan problem kerja.

Anda mungkin juga menyukai