Anda di halaman 1dari 1

Nama : Rizki Maulana Fadhila

NIM : D14190102
Tugas : MK. Analisis Peternakan Kontemporer
Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak diantara Benua Asia dan Benua
Australia serta di antara Samudera Hindia dan Samudera Pasifik sehingga menjadikan Indonesia
sebagai kegiatan lalu lintas perekonomian dunia. Indonesia memiliki dua musim yaitu musim
hujan dan musim kemarau serta dilintasi oleh garis khatulistiwa sehingga Indonesia memiliki
kekayaan flora dan fauna yang melimpah, baik di darat, laut dan udara. Pengaruh musim ini juga
menyebabkan Indonesia menjadi negara agraris, yaitu dapat menghasilkan bahan pangan utama
seperti beras, jagung, sayur-sayuran, buah-buahan, umbi-umbian, singkong, dan lain-lain.
Namun, potensi Indonesia yang melimpah belum dapat dimanfaatkan secara optimal oleh para
stakeholder untuk mensejahterahkan rakyat. Para stakeholder di negeri ini berfokus kepada
tupoksi tugas yang diberikan kepada mereka sesuai dengan ruang lingkup bidang yang diemban.
Ditambah dengan iklim demokrasi di Indonesia yang hanya mencapai 5 tahun sekali membuat
strategi dan rencana-rencana pemerintah terkesan jangka pendek dan akan selalu berubah sesuai
dengan pergantian kepada negara yang baru. Setiap kepala negara memiliki fokus yang berbeda-
beda dalam membangun negeri ini, mulai dari fokus kepada kedaulatan rakyat, ketahanan
pangan, riset dan teknologi, pengembangan ekonomi, dan sebagainya. Rencana jangka panjang
harus diatur dan ditaati seluruh pemimpin baru untuk dapat merealisasikan amanat dari UUD
1945 yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Bangsa yang cerdas dan besar telihat dari
ketahanan pangan dan tingkat konsumsi pangan negara tersebut, khususnya protein hewani.
Protein hewani didapatkan dari produk peternakan yang meliputi susu, daging dan telur.
Sektor peternakan mampu mencerdaskan kehidupan bangsa dengan pemenuhan protein
hewani. Namun, faktanya pemenuhan protein hewani tersebut didapatkan dari pembukaan keran
impor yang deras tanpa ditunjang dengan pengembangan agribisnis peternakan di negeri sendiri.
Hal ini menjadi suatu ironi dimana peternak lokal mendominasi kepemilikan ternak lokal
sebanyak 98%. Kebijakan jangka panjang, terutama dalam bidang peternakan harus
dikewajetahkan dalam bentuk program-program di seluruh kementerian agar Indonesia memiliki
road map yang jelas dalam pembangunan kedepannya. Kementerian sosial dapat berpartisipasi
dalam meningkatkan taraf hidup masyarakat melalui bidang peternakan dan penyediaan
komunitas peternakan. Kementerian Pertanian dapat berpartisipasi dalam pengadaan hewan
ternak dan pelatihan peternak serta program pembibitan untuk melestarikan plasma nutfah.
Kementerian Riset dan Teknologi dapat berpartisipasi dalam pengembangan riset ternak lokal
unggul dan penggunaan teknologi didalamnya. Kementerian Dalam Negeri dapat berpartisipasi
dalam pembatasan kebijakan ekspor dan impor bidang peternakan. Semua kementerian ini harus
bekerjasama dan bersinergi satu dengan lainnya agar tercapai Indonesia jaya.

Anda mungkin juga menyukai