PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hotel merupakan salah satu sarana wisata yang sangat penting bagi para
wisatawan karena hotel menyediakan sarana penginapan dan melayani makanan
dan minuman untuk para wisatawan yang berkunjung ke sebuah destinasi. Pada
sebuah hotel terdapat beberapa departemen operasional yang hasilnya berupa
layanan dapat dinikmati oleh para tamu. Departemen tersebut adalah Kantor
Depan, Departemen Food & Beverage, Departemen Housekeeping. Departemen
Food & Beverages terbagi 2 (dua) yaitu Food & Beverage Service dan Food
Production. Food & Beverages Product menyediakan makanan untuk tamu
selama menginap di hotel, sedangkan Food Service bertugas melayani para tamu
di restoran.
Standar Operasional adalah sistem yang di susun untuk memudahkan,
merapikan, dan menertibkan pekerjaan kita. Manfaat Standard Operating
Procedure (SOP) adalah sebagai landasan atau pedoman dalam menjalankan
tugas, alat ukur kinerja, dan juga dapat memberikan rasa percaya diri karyawan
dalam melakukan setiap langkah kerja. Pengertian SOP menurut Insani (1998:9),
dalam buku yang berjudul standar operasional prosedur (SOP) sebagai pedoman
pelaksanaan administrasi perkantoran dalam rangka peningkatan pelayanan. SOP
merupakan suatu cara untuk menghidari miskomunikasi, konflik dan
permasalahan pada pelaksanaan tugas/pekerjaan pada suatu organisasi.
Ekotama (2015:41), serta Joko Dwi Santoso dalam Purnamasari (2015:10)
mengemukakan bahwa SOP memiliki tiga uraian yaitu standard, operating, dan
procedure. Ketiga uraian tersebut akan diuraikan di bawah ini:
1. Standard mengandung pengertian seperti tertera di bawah ini.
1
b) Aktivitas tersebut menggambarkan alur kegiatan kerja baik yang rutin
maupun nonrutin.
c) Operasional adalah kegiatan kerja atau aktivitas-aktivitas di dalamnya
yang terkait dengan kaidah-kaidah yang sudah ditentukan.
d) Dalam penerapannya, aktivitas-aktivitas tersebut harus sesuai dengan
kaidah atau standar yang diberlakukan.
3. Procedure mengandung arti sebagai berikut ini.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat kami rumusan rumusan masalah
sebagai berikut:
1) Bagaimana standar penyajian makanan?
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka dapat kami simpulkan bahwa tujuan
dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1) Untuk mengetahui bagaimana standar penyajian makanan;
2
6) Untuk mengetahui bagaimana standar keselamatan kerja di dapur hotel.
BAB II
PEMBAHASAN
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa dapur adalah tempat untuk
memproduksi/mengolah makanan dan minuman dari bahan yang belum jadi,
dipersiapkan sesuai dengan metode yang ditetapkan untuk dapat disajikan dan dijual
kepada tamu, dimana dapur dilengkapi dengan peralatan yang mendukung proses
pengolahan makanan dan minuman.
4. Setiap penyajian makanan harus dihias (garnish) dengan bahan dan warna
yang serasi dan bahan tersebut dapat dimakan.
3
5. Menyajikan makanan dipiring lodor, misalnya untuk meja prasmanan,
penyajian harus tetap menarik dengan tetap dihias dan makanan utama
dipisahkan dengan makanan pengiring dan saosnya.
6. Sebelum penyajian, makanan harus diperiksa kembali terutama kebersihan dan
peralatannya.
Tata cara para pelayan restoran dalam menyajikan pesanan ke meja tamu
sangat perlu diperhatikan karena bisa sangat mempengaruhi citra layanan sebuah
restoran. Oleh sebab itu jenis penyajian makanan juga harus diperhatikan.
Meski menu yang disajikan tampak mengundang selera, juga dengan rasa
yang lezat, tapi jika cara ketika menyajikannya ke hadapan tamu tidak sopan
misalnya, maka menu yang lezat boleh jadi tidak akan lagi enak dimakan atau
bahkan tidak jadi dimakan sama sekali oleh tamu, karena unsur dari sebuah
kepuasan tidak hanya dari lezatnya masakan, tapi melainkan pelayanan yang
diberikan sebuah restoran.
4
memilik tujuan yang berbeda-beda. Berikut 3 standar umum yang biasa digunakan
dalam penyajian makanan di sebuah restoran:
1. Buffet style
Biasanya ciri paling mudah dikenali dari penyajian table d’hote (set menu)
ini adalah meja Anda sudah disediakan peralatan makan lengkap yang tertata rapi,
dengan serbet dan sebuah menu yang bertuliskan makanan yang akan dihidangkan
dalam jamuan makan set menu tersebut.
2. A la carte
Table D’ hote atau yang sering disebut dengan ‘set menu’, merupakan
sebuah penyajian makanan yang terdiri dari 4-6 menu dan disajikan dengan
berurutan. Penyajian menu dilakukan dengan jeda, sesuai dengan waktu dan
kondisi yang terjadi di sebuah restoran. ‘Set menu’ lengkap umumnya terdiri
dari apptetizer, soup, main course, dessert, dan ditutup dengan penyajian
coffee atau tea. Peralatan yang digunakan disusun lengkap dan tertata rapi
sesuai dengan ‘set menu’ yang ditawarkan restoran. Tamu tidak bisa memilih
makanan yang akan disajikan karena sudah tertulis di sebuah menu dengan
makanan yang akan disajikan.
Biasanya ciri paling mudah dikenali dari penyajian table d’hote (set
menu) ini adalah meja tamu sudah disediakan peralatan makan lengkap yang
tertata rapi, dengan serbet dan sebuah menu yang bertuliskan makanan yang
akan dihidangkan dalam jamuan makan set menu tersebut.
Menurut Mertayasa (2012 : 39) Secara umum jenis penghidangan atau penyajian
makanan dapat dibagi menjadi 5 jenis yaitu:
Jika kita berbicara tentang penghidangan ini kita akan teringat pada
keluarga Ratu Victoria yang menikmati hidangan dalam suatu ruang makan di
mana Head atau Master menyuguhkan makanan. Makanan peneman lainnya
seperti kentang (potatoes), sayur–sayuran (vegetable), bumbu–bumbuan (sauce)
dan makanan peneman lainnya diletakkan di atas meja dan para tamu akan
mengambil serta melayani diri sendiri. Dewasa ini cara tersebut masih
6
dilaksanakan. Di mana makanan pokok (main dish) dapat disajikan langsung di
atas meja dan para tamu akan melayani diri sendiri. Bentuk yang lain dari
pelayanan ini adalah makanan pokok (main dish) diletakkan langsung di atas
pemanas (hot plate) di dekat tuan rumah (host) dengan perlengkapannya,
misalnya piring. Kemudian si tuan rumah meletakkan/ meracik di atas piring
dan menyuguhkan pada tamu dan untuk makanan peneman para tamu akan
mengambil secara bergantian.
5. Prasmanan (Buffett Service)
Cara hidangan ini makin popular dalam ruang makan. Dalam acara ini
para tamu diperkenankan mengambil dan memilih makanan sendiri yang telah
diatur di atas meja buffett. Tetapi pada buffett yang baik makanan penarik dan
selera dan juga soup akan disajikan di meja makan sebelum para tamu datang
ke meja buffet. Minuman, roti, dan mentega serta kadang-kadang makanan
penutup (dessert) juga disajikan oleh para petugas restoran. Jadi peralatan yang
disiapkan untuk menikmati makanan tersebut tidak ubahnya peralatan yang
dipasang pada restoran biasa. Jika pelayanan tidak dilaksanakan, maka buffet
harus diatur dan dilengkapi dengan makanan penarik selera (appetizer),
peralatan makanan (table silver), roti dan mentega (bread and butter), makanan
pokok (main dish), makanan peneman lainnya (accompaniment), makanan
penutup (dessert), dan minuman (beverages). Pengaturan secara khusus
misalnya dengan menempatkan piring makanan pada barisan pertama, peralatan
makanan, lap makan (napkin), roti dan mentega tersebut. Meja buffet khusus
untuk appetizer, untuk main dishes, minuman dan dessert akan memudahkan
serta mengurangi kepadatan pada saat pengambilan makanan yang
mempercepat pelayanan. Seorang petugas harus selalu mengadakan koordinasi
antara petugas buffet dan petugas dapur. Seorang petugas dapur harus selalu
siap di belakang meja buffet dengan pakaian yang lengkap dan bersih, yang
bertugas:
a) Berfungsi sebagai tuan rumah yang menyajikan, menerangkan, dan
membantu untuk mengambilnya.
b) Memotong daging serta menyajikannya.
7
d) Memeriksa peralatan agar berfungsi untuk menjaga makanan tetap
panas ataupun dingin.
e) Membersihkan makanan yang jatuh ke lantai supaya tidak terjadi
kecelakaan (contoh: tamu jatuh karena licin).
B. Standar Biaya Produksi Makanan
1. Standar Biaya
Sedangkan menurut Ray, Eric, dan Peter (2007:80) biaya standar adalah
tolok ukur ataupun biaya yang telah dirumuskan sebelumnya untuk menentukan
berapa yang harus dibayar untuk setiap unit input. Berdasarkan pengertian
tersebut, pada dasarnya biaya standar adalah biaya yang direncanakan sebelumnya
untuk proses suatu produk tertentu. Manajer dibantu oleh akuntan memiliki
wewenang dalam merumuskan biaya standar tersebut. Biaya standar berfungsi
sebagai tolok ukur dalam melakukan suatu proses produksi agar pengendalian
biaya dapat terwujud.
8
2. Biaya Produksi
10
Struktur organisasi kitchen akan berbeda menurut besar kecilnya perusahaan
dan jenis perusahaan tersebut dalam hal ini adalah Hotel atau Restaurant. Misalnya
dalam sebuah Restaurant yang dapat menampung 300-400 orang dengan
menghidangkan makanan secara ala’ carte akan berbeda struktur organisasinya
dibandingkan dengan Restaurant yang menampung kurang dari itu atau bahkan lebih
dan mempunyai beberapa seksi/bagian atau outlet seperti Hotelhotel besar. Walaupun
pada kenyataanya ada dua Restorant atau Hotel yang boleh dikatakan sama namun
dalam struktur organisasinya pasti akan ditemui adanya perbedaan tergantung kepada
menu maknan yang dijual, adanya beberapa seksi/ bagian atau otlet, volume
pekerjaannya yang tidak sama dan aturan-aturannya yang berbeda, tergantung siapa
yang menjadi Chefnya. Pada umumnya dapat dijumpai organisasi kitchen sebagai
berikut :
7. Butchery
10. Traniee
11
Setiap bahan maknan mempunyai spesifikasi dalam penyimpanan tergantung
pada besar dan banyaknya makanan dan tempayat penyimpanannya. Sebagian
besar dapat dikelompokan menjadi :
a. Makanan jenis daging, ikan, udang, dan olahanya
12
Untuk makanan kering dan makanan terolahan yang disimpan dalam suhu
kamar, maka rang penyimpanan harus diatur sebagai berikut :
1) Makanan diletakkan dalm rak-rak yang tidak menenpel pada dinding,
lantai dan langit-langit, maksudnya adalah :
a) Untuk sirkulasi udara segar agar dapat segera masuk keseluruh
ruangan;
b) Mencegah kemungkinan jamahan dan tempat persembunyian tikus;
2) Makanan yang berbau tajam harus ditutup dalam kantong plastik yang
rapat dan dipisahkan dari makanan lain, kalau mungkin dalam lemari
yang berbeda, kalau tidak letaknya harus berjauhan;
13
3) Makanan yang disimpan tidak lebih dari 2 atau 3 hari harus sudah
dipergunakan;
4) Lemari tidak boleh terlalu sering dibuka, maka dianjurkan lemari
untuk keperluan sehari-hari dipisahkan dengan lemari untuk keperluan
penyimpanan makanan.
e. Penyimpanan makanan kering :
Setiap barang dibeli harus dicatat dan diterima oleh bagian gudang untuk
ketertiban administrasinya. Setiap jenis makanan mempunyai kartu stock,
sehingga bila terjadi kekurangan barang dapat segera diketahui.
E. Standar Hygine Dapur
human contact with the hazards of wastes as well as the treatment and proper
disposal of sewage or wastewater.
4) Sanitation generally refers to the provision of fasilities and service for the safe
disposal of human urine and feces (World Health Organization).
Dari beberapa pengertian tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa yang
dimaksud dengan sanitasi adalah suatu usaha pencegahan penyakit yang
14
menitikberatkan kegiatannya kepada usaha – usaha kesehatan lingkungan hidup
manusia.
Menurut Rejeki (2015:2) dikutip dari Putu Sudira (1996:17) berdasarkan
buku Theory of Catering dikemukakan bahwa: Hygiene adalah ilmu kesehatan
dan pencegahan timbulnya penyakit. Hygiene lebih banyak membicarakan
masalah bakteri sebagai penyebab timbulnya penyakit. Seorang juru masak di
samping harus mampu mengolah makanan yang enak rasanya, menarik
penampilannya, juga harus layak dimakan. Untuk itu, makanan harus bebas dari
bakteri atau kuman penyakit yang membahayakan kesehatan manusia, sedang
Sanitasi lebih memperhatikan masalah kebersihan untuk mencapai kesehatan.
2. Fasxilitas Sanitasi
a) Air bersih;
c) Toilet bersih;
15
e) Tempat cuci tangan bersih;
30°C)
16
4. Penyajian Makanan
c) Pengambilan makanan siap saji oleh penyaji tidak boleh kontak langsung
dengan anggota tubuh, misal dengan alat, sarung tangan, dll.
d) Peralatan makanan yang telah habis pakai harus dicuci paling lambat 5 menit
sesudahnya.
e) Makanan hendaknya disajikan dalam keadaan hangat (misal 60°C), kecuali
untuk makanan yang memang disajikan dalam kondisi dingin (es)
f) Tetap memperhatikan etika kesopanan dan etika kesehatan lainnya, misal:
pakaian yang bersih dan sopan, tidak sambil merokok, tidak batuk/bersin
didepan makanan yang disajikan, tidak menggaruk bagian tubuh pada saat
mengelola dll.
5. Peralatan
a) Peralatan kontak langsung tak boleh mengeluarkan logam berat ( Pb, As, Cu,
Zn, Cd, Sb/antimon ), tidak mudah korosi, tidak ada sudut mati, mudah
dibersihkan;
b) Disimpan pada tempat yang aman dari kontaminasi;
17
melaksanakanketentuanketentuan yang telah ditetapkan dalam Standar Operasional
Prosesdur (SOP) keselamatan kerja.
Selain faktor manusianya itu sendiri, kecelakaan kerja dapat dipengaruhi oleh
faktor lingkungan (Permana Putra & Nurlaela, 2018). Oleh karena itu, penerapan
hygiene, sanitasi dan keselamat kerja menjadi sangat penting dan tidak dapat
dipisahkan. Setidaknya ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam upaya
penerapan keselamatan kerja sesuai Peraturan Menteri Ketenagakerjaan No. 5 Tahun
2018 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja Pasal 9 ayat 5
poin (a) – (i) seperti:
1) Penyediaan alat pelindung diri (APD);
18
1) Konstruksi bangunan, kondisi dapur dapat dikatakan ideal jika jarak antar
sections serta penempatan peralatan kerja efisien, luas dapur yang disesuaikan
dengan kapasitas jumlah tamu restoran, serta adanya alur kerja yang baik.
2) Lantai, lantai terbuat dari bahan yang tidak mudah licin
3) Dinding, dinding mudah dicuci, dibersihkan serta tidak ada celah atau retak.
4) Ventilasi, harus memiliki jendela, pintu dan lubang udara ataupun exhaust
untuk sirkulasi udara segar dan menjaga lingkungan kerja agar sehat.
5) Pencahayaan, pencahayaan dan penerangan haruslah mencukupi ruang kerja.
19
biasanya terdapat dalam tempat cuci piring dapat menyebabkan terjadinya
kecelakaan kerja
d) Luka bakar, hal yang paling sering serta wajar terjadi dalam kecelakaan
kerja di dapur yakni luka bakar, mulai dari luka bakar ringan hingga luka
bakar parah yang terjadi yang diakibatkan kontak dengan permukaan
panas pemanggang (griller), oven, kompor, alat pengukus, alat
penggorengan serta peralatan masak lainnya yang menghasilkan energi
panas
e) Terpeleset dan jatuh, seringnya terjadi jatuh di dalam dapur umumnya
disebabkan oleh lantai yang licin serta berminyak. Karyawan juga banyak
yang tidak memperhatikan keadaan dari lantai tersebut. bahaya dari lantai
berminyak dan basah akan semakin buruk apabila terjadi saat jam kerja
operasional dapur sedang sibuk.
f) Kebakaran, sebagian besar dapur memiliki potensi kebakaran yang cukup
tinggi karena penggunaan api yang terus menyala. Potensi kebakaran yang
terjadi di perusahaan penyedia jasa makanan lebih tinggi di banding jenis
bisnis lainnya.
20
5) Celemek (apron), haruslah menutupi dari bagian pinggang sampai
dengan bagian lutut yang berfungsi sebagai pelindung.tapi jangan
menggunakan celemek yang terlalu panjang karena dapat
membahayakan keselamatan
6) Celana panjang (Trousers), untuk kenyamanan, celana harus
terbuat dari bahan katun dan tidak ketat, juga tidak boleh terlalu
panjang karena berbahaya untuk keselamatan
7) Sepatu (shoes), sepatu keselamatan yang digunakan di dapur
haruslah nyaman, kuat, dan melindungi jari jari kaki. Bagian alas
kaki harus lah memiliki sol anti licin dan bagian atas tidak
menyerap.
BAB III
21
PENUTUP
A. Simpulan
Penyajian makanan adalah suatu cara untuk menyuguhkan makanan kepada tamu
agar bisa dimakan secara keseluruhan dengan memperhatikan komposisi dan
penyatuan warna yang menarik untuk menambah nafsu makan. Dalam penyajian
makanan di sebuah restoran umumnya memiliki 3 standar penyajian yang sering
digunakan. Perbedaan cara penjamuan ini tentu memilik tujuan yang berbeda-
beda. Berikut 3 standar umum yang biasa digunakan dalam penyajian makanan di
sebuah restoran yaitu, Buffet , A la carte, dan Table D’ hote.
B. Saran
22
DAFTAR PUSTAKA
Agus Mertayasa, I Gede. (2012). Food and Beverage Service Operational. Yogyakarta:
Andi.
Bartono dan Ruffino. 2010. Tata Boga Industri. Yogyakarta: Andi. Bogasari. 2016.
Lasagna Bayam Jamur. www.bogasari.com. Diakses pada 21 Januari.
Bartono dan Ruffino. 2010. Tata Boga Industri. Yogyakarta: Andi. Ekawatiningsih, P,
dkk.2008. Restoran Jilid 1 untuk SMK. Jakarta : Direktorat.
Bagus Putu Sudira. 1996. Tata Boga. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah. Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan.
Proyek Pendidikan Non Teknik II.
Carter, William K. 2009. Akuntansi Biaya Buku 1 Edisi 14.Jakarta : Salemba Empat.
Carter, W.K. & Usry, M.F. 2002. Akuntansi Biaya Buku 1. Ed.13. Jakarta: Salemba
Empat.
Salemba Empat.
Salemba Empat.
2014|Administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id