Anda di halaman 1dari 70

ANESTESI LOKAL

Budi Yuwono
■ https://www.youtube.com/watch?v=eCK6K0Y
rjEQ&t=42s

■ https://www.youtube.com/watch?v=3hakIcbC
Wmw&t=29s
Referensi
■ Handbook of Local Anesthesia, Stanley F.
Malamed sixth Ed. 2011. Elsevier.

■ Local Anesthesia and Pain Control in Dental


Practice. Leonard M. Monheim. Third Ed. 1975.
Mosby Co.
PENDAHULUAN
Rasa sakit : suatu sensasi yg tidak menyenangkan yg
ditimbulkan oleh rangsangan yg merusak, sensasi ini
diteruskan oleh saraf khusus menuju SSP untuk di
interpretasikan sebagai rasa sakit

Rasa sakit ini dianggap menguntungkan karena merupakan: -


peringatan adanya bahaya yg merugikan
- mekanisme perlindungan tubuh
Mekanisme Konduksi Impuls
Dalam keadaan istirahat pd permukaan membran sel saraf
terdapat perbedaan potensial antara anion (Na) di luar sel dg
kation (K) didalam sel : resting potential - 70 🡪 -90 mv proses
ini terjadi karena mekanisme sodium pump; memompa ion-ion
Na dari konsentrasi rendah intra sel ke konsentrasi tinggi ekstra
sel.
Pada saat sel saraf menerima rangsangan terjadi perubahan
permeabilitas membran sel shg terjadi peningkatan difusi ion-ion
Na ke dalam sel diikuti ion K keluar sel 🡪 depolarisasi
Proses ini berlangsung sangat cepat & diteruskan dari node ke
node berikutnya sepanjang sel saraf shg terjadi konduksi impuls
sampai ke SSP
Membran sel saraf Sodium pump

Konduksi impuls Blocking AL


Metode Penanganan Rasa sakit
1. Menghilangkan faktor penyebab
2. Menghambat penghantaran impuls rasa sakit
3. Meningkatkan nilai ambang rasa sakit
4. Mencegah reaksi sakit dengan depresi korteks
5. Metode psikosomatik
Anastesi Lokal
pengertian & definisi AL
Analgesia : hilangnya sensasi rasa sakit tanpa
disertai hilangnya kesadaran

Analgesia lokal: hilangnya sensasi rasa sakit pd


bagian tertentu dari tubuh tanpa disertai
hilangnya kesadaran

Anestesia lokal: hilangnya semua sensasi; rasa sakit,


tekan, suhu, fungsi motorik pada suatu daerah
tertentu dari tubuh tanpa disertai hilangnya
kesadaran
definisi
Anastesi lokal: suatu metode penanganan rasa sakit
yg bekerja secara lokal dg jalan memblokir
penghantaran impuls pd serat saraf ke SSP

Analgesia lokal ≠ anastesi lokal

Anastesi umum: hilangnya sensasi secara


menyeluruh disertai hilangnya kesadaran

Anastetikum: bahan/ obat yg digunakan untuk


anastesi
Faktor keberhasilan AL
1. Panjang serat saraf
2. Ukuran serat saraf
3. Konsentrasi larutan AL

Untuk hasil yg maksimal larutan AL harus kontak dg


serat saraf minimal sepanjang 8-10 mm
Keuntungan & kerugian AL
Keuntungan AL Kerugian AL
1. Px masih sadar 1. Px takut berlebihan
2. Gangguan fisiologis ↘
3. Angka morbiditas ↘ 2. Terdapat infeksi regio AL
4. Px dapat segera pulang 3. Px alergi thd bahan AL
sendiri
5. Penerapan AL sederhana, 4. Px tidak kooperatif
tanpa asisten 5. Tindakan bedah besar
6. Biaya murah
6. Terdapat anomali anatomi
7. Px tanpa harus puasa
Macam-macam obat AL
Obat AL digolongkan berdasarkan struktur kimianya, hal ini
penting dari sudut biotransformasi dan reaksi alergi yg
mungkin terjadi, sebab px yg alergi terhadap suatu obat
biasanya juga akan alergi terhadap obat lain yg struktur
kimianya sama

I Golongan Ester II Golongan Amida


1. Benzoid Acid Ester a. lidocaine
a. piperocaine b. mepivacaine
b. meprylcaine c. prylocaine
2. Para Amino Acid Ester
a. tetracaine
b. propaxycaine
3. Meta Amino Acid Ester
a. primacaine
b. uncaine
Sifat ideal Obat AL
1. Bekerja secara reversible
2. Tidak mengiritasi jaringan
3. Derajat toksisitasnya rendah
4. mula kerja cepat, lama kerja panjang
5. Efek anastesi baik, tanpa konsentrasi tinggi
6. daya penetrasi baik
7. tidak menimbulkan reaksi alergi
8. Stabil dlm larutan
9. Dapat disterilkan dg panas
Vasokonstriktor
Obat ini terbuat dari golongan simpatomimetik, bila
diberikan pada organ efektor akan memberi efek yg
sama seperti pada rangsangan pd serat saraf simpatik
adrenergik postganglionik.
Obat ini bekerja dengan merangsang reseptor alfa yg
terdapat pd dinding pembuluh darah yg menyebabkan
kontriksi pembuluh darah 🡪 lokalisir obat AL
Masa kerja AL berbanding langsung dg waktu kontak
aktifnya dg saraf, akibatnya tindakan yg dapat
melokalisasi obat pd saraf akan memperpanjang
waktu AL
Macam Vasokonstriktor
✔ Epineprin (adrenalin) 1:50.000-250.000
✔ levarterenol (nor adrenalin;nor epineprin) 1:30.000
✔ levonordefrin (neo-cobefrin) 1:50.000-250.000
✔ Phenylephrine Hcl (neo-synephrine)
✔ vasophresin Bp (pitersin)
✔ felypressin
✔ Ornipressin

Keuntungan pemberian vasokonstriktor


- Mengurangi toksisitas AL - Meningkatkan
lama kerja AL - Memerlukan volume kecil larutan
AL - Meningkatkan efisiensi AL
Dosis Maksimum AL
Larutan AL Dosis maksimum
o Bupivicaine 150 mg
o Bupivicaine-adrenalin 150 mg
o Etidocaine 300 mg
o Etidocaine-adrenalin 400 mg
o Linguocaine 200 mg
o Linguocaine-adrenalin 500 mg
o Mepivacaine 350 mg
o Mepivacaine-adrenalin 350 mg
o Prolocaine 400 mg
o Prolocaine-adrenalin 400 mg
Dosis maksimal AL dalam sediaan
Ampul
Larutan AL % Max ml
Procaine 2–4 400 mg 20 ml
Lidocaine 2 300 mg 15 ml
Mepivacaine 3 300 mg 15 ml
Prilocaine 4 400 mg 20 ml
Tetracaine 0,25 30 Mg 1,5 ml
Pertimbangan tindakan Praanastesi
lokal
1. Status kardiovaskular
2. Sistem respiratorik
3. Sistem neurologik
4. Defisiensi metabolik
5. Ketidak seimbangan endokrin
6. Manifestasi alergi
7. Kelainan hematologi
Pembagian anastesi lokal
Berdasarkan : area yg teranastesi & tempat insersi jarum

Area yang teranastesi:


Nerve Block : larutan AL dideponer pd atau sekitar batang
saraf utama, efek AL meliputi area yg cukup luas
Field block : larutan AL dideponer pd atau sekitar cabang
saraf terminal
Local infiltration: larutan AL dideponer di sekitar ujung saraf
terminal
Topical Anastesia: bahan AL dioleskan pd permukaan
mukosa atau kulit untuk meniadakan stimuli pd ujung
saraf bebas
Berdasarkan tempat insersi jarum
1. Submucosal injection
jarum diinjeksikan & larutan AL dideponer ke dalam
jar. dibawah mukosa

2. Paraperiosteal injection
jarum diinjeksikan sampai mendekati/ kontak dg
periosteum. Larutan AL dideponer shg terjadi difusi
menembus periosteum & porositas tulang alveolar
3. Intra Osseous injection
injeksi dilakukan ke dlm struktur tulang, setelah
dibuat jalan masuk dg bur

4. Intraseptal injection
modifikasi dari teknik 3. Jarum diinjeksikan ke
dlm tulang alveolar bagian intraseptal diantara
kedua gigi yg akan dianastesi

5. Intra periodontal injection


jarum langsung diinjeksikan pada membran
periodontal dari akar gigi yg bersangkutan
Berbagai Metode AL
Neuroanatomi
Keberhasilan dari metode AL tergantung pd
kemampuan operator dlm melaksanakan prosedur
anastesi dg benar ; tempat deponasi benar & volume
yg memadai.

Karena itu operator dituntut untuk memahami


neuroanatomical yg dapat digunakan sebagai
petunjuk untuk tindakan AL
Nervus Trigeminus (N. V)
Merupakan Nervus cranialis V yg menginervasi
sebagian besar jar. orofacial

Ada 3 cabang:
📫N. Opthalmicus (dvs.1)
📫N. Maxillaris (dvs.2)
📫N. Mandibularis (dvs.3)
N.Opthalmicus (devisi 1)

Merupakan cabang terkecil dari ganglion gasseri


keluar dari cranium melalui fissura orbitalis superior
Menginervasi struktur di dalam; orbita, dahi,
kulit kepala, sinus frontalis, palpebra superior
N. Maxillaris (devisi 2)
Keluar dari cranium melalui foramen rotundum menuju
fossa pterygopalatina terus berjalan melalui fissura
orbitalis inferior ke anterior 🡪canalis infra orbitalis.
Keluar melalui foramen infra orbitalis;
N. infra orbitalis.

N. Infra orbitalis menginervasi:


palpebra inferior, sisi lateral hidung & labium oris
superior
Cabang N. Maxillaris

Cabang pertama N. Maxillaris meliputi:


- n. pharyngeus
- n. palatinus mayus
- n. palatinus minor
- n. nasopalatinus
- n. nasalis superior
n. Palatinus mayus
Keluar melalui foramen palatinus mayor
Inervasi; mucoperiosteum sebelah palatal molar &
premolar RA & beranastomosis dg
n. nasopalatinal

n. Nasopalatinus
Keluar dari kanalis nasopalatinus
Inervasi; mucoperiosteum palatal regio gigi anterior
RA (caninus ka-ki)
Cabang kedua N. Maxillaris meliputi
N. Alveolaris Superior Posterior
Inervasi: semua akar gigi molar ke-2, 3 & akar gigi
molar pertama kecuali akar mesiobukal
Cabang ketiga N. Maxillaris
N. Alveolaris Superior Medius
Inervasi: gigi premolar pertama & ke-2
akar mesiobukal gigi molar pertama RA
Cabang keempat N. Maxillaris
N. Alveolaris Superior Anterior
Inervasi: gigi insisivus sentral, insisivus lateral,
caninus, membran mukosa labial, periosteum, alveolus
🡪 semua pada satu sisi RA
Neuroanatomical N. maxillaris
N. Mandibularis (devisi. 3)
Cabang terbesar keluar dari ganglion
gasseri.
Dari cranium keluar melalui foramen
ovale membentuk 3 cabang;
- n. buccalis longus
- n. lingualis
- n. alveolaris inferior
n. Buccalis longus
Berjalan diantara kedua caput m. pterygoideus externus
menyilang ramus dan masuk ke pipi melalui m.
buccinator
Inervasi: membran mukosa bukal, mucoperiosteum
lateral gigi molar atas dan bawah
n. Lingualis
Berjalan ke bawah superfisial dari m. pterygoideus
internus berlanjut kelingual apeks gigi molar ke-3 RB.
Masuk ke basis lidah melalui dasar mulut
Inervasi: 2/3 anterior lidah, mucoperiosteum &
membran mukosa lingual
N. Alveolaris Inferior
Cabang terbesar N. Mandibularis. Turun dibalik m.
pterygoideus externus disebelah posterior-lateral
n.lingualis, berjalan antara ramus mandibula &
ligamentum sphenomandibularis masuk ke canalis
mandibula.
Bersama arteri alveolaris inferior berjalan di dalam
canalis mandibula & mengeluarkan percabangan untuk
inervasi geligi RB dan keluar melalui foramen mentale

Cabang n. Alveolaris inferior:


n. mylohyoideus, r. dentalis brevis, r.
mentalis & r. incisivus
n. Mylohyoideus
Inervasi: m. Mylohyoideus, venter anterior m.
digastrici di dasar mulut.

r. Dentalis brevis
Inervasi; molar, premolar, proc. Alveolaris &
periosteum, membran mukosa bukal

r. Mentalis
Inervasi: kulit dagu, membran mukosa labium
oris inferior

r. Incisivus
Inervasi: gigi incisivus sentral-lateral, caninus
Neuroanatomical N. mandibularis
ANASTESI LOKAL MAKSILA
Anastesi lokal dapat dilakukan pada N. maksilaris dan
cabangnya;
☞ lokal infiltrasi (sering digunakan)
☞ field block
☞ blok N. alveolaris superior anterior dan medius
(blok N. infra orbital)
☞ blok N. alveolaris superior posterior
☞ blok N. nasopalatina
☞ blok N. palatina mayor
a. Lokal Infiltrasi
- saraf : cabang terminal/ free nerve ending
- area teranastesi : terbatas dimana larutan
AL dilakukan
- pedoman anatomis : tidak ada pedoman khusus
- indikasi : bila hanya sebatas mukosa &
jaringan ikat dibawahnya
- teknik : jarum diinsersikan dibawah
mukosa ke dalam jaringan ikat simptom: tidak ada
simptom subyektif
b. Blok cabang saraf terminal
📫 saraf : cabang saraf terminal besar - Area yg
teranastesi : semua area yg diinervasi - pedoman
anatomi : tergantung area yg diinginkan,
pedoman umum; letak gigi & akarnya serta
periosteum tulang alveolar yg bersangkutan
- indikasi : untuk LA satu/dua gigi RA & sekitarnya
Tehnik
Paraperiosteal/ supraperiosteal. tehnik ini sering digunakan karena
porositas tulang RA; jarum diinsersikan menembus membran
mukosa & jar.ikat dibawahnya sampai menyentuh periosteum lalu
larutan dideponer
c. Blok N. Alveolaris Superior Anterior & Medius
Saraf : cabang saraf terminal besar; n. infra orbitalis, n.
alveolaris superior anterior & medius, n. palpebra inferior
Area : gigi insisive, caninus, premolar & akar mesio bukal
gigi molar pertama bibir atas , pelupuk mata bawah &
sebagian hidung
Pedoman anatomi: infraorbital ridge, infraorbital depression,
supraorbital notch, gigi anterior & pupil mata
Indikasi: untuk bedah yg melibatkan gigi insisive, caninus,
premolar & akar mesio bukal molar pertama RA
Tehnik

px diminta melihat lurus kedepan lalu dipalpasi bag


supraorbital & infraorbital notch, ditarik garis
khayal dari orbita pupil mata, foramen
infraorbitalis, gigi premolar ke-2 & foramen
mentalis. Jarum diinsersikan di mukolabial fold ±
1,9 mm
Simptom:
Kebas pd bibir atas, kelopak mata bawah &
sebagian hidung pd satu sisi
Blok N. alveolaris superior anterior & medius
d. Blok N. Alveolaris Superior Posterior

📫 saraf : N. Alveolar Superior Posterior


📫 Area : Gigi molar RA kecuali akar mesiobukal molar
pertama, periosteum, jar.ikat & mukosa bukal
📫 pedoman anatomi: mukobukal fold, batas anterior &
proc. Coronoideus mandibula, tuberositas
maksila
📫 indikasi: operasi gigi molar RA & jar. penyangga
Tehnik
Jari telunjuk meraba mukobukal fold sampai mencapai
proc. Zygomaticus hingga mendapatkan cekungan, jari
telunjuk diputar hingga kuku jari menghadap mukosa &
jari digeser kelateral membentuk sudut 45o dg bidang
sagital px & px diminta menutup sedikit mulutnya. Jarum
diinsersikan ditengah ujung jari paralel dg ujung jari lalu
dideponir
Symptom Tidak ada symptom subyektif
Blok N. alveolaris Superior Posterior
e. Blok N Nasopalatina
📫 Saraf : Nervus palatinus yg keluar dari foramen
insisivus
📫 Area : bagian anterior palatum durum & mukosa yg
menutupi sampai daerah premolar
📫 Pedoman anatomi: gigi insisive pertama RA & papila
insisiva
📫 indikasi : operasi bagian palatal
📫 teknik : jarum diinsersikan pada foramen insisivus
📫 Simptom : kebas pd mukosa palatum
Blok N.nasopalatina
f. Blok N. Palatinus Mayor

📫 Saraf : N. palatinus mayor


📫 area : bag. Posterior palatum durum &
mukosa yg menutupi sampai daerah
premolar pertama RA
📫 pedoman anatomi: molar kedua & ketiga RA, margin
gingiva gigi molar, garis median palatum, garis
berjarak 1 cm dari marginal gingiva kegaris
median palatum
Teknik

Jarum diinsersikan pada foramen yg terletak di


antara gigi molar ke-2 & ke-3 RA sejauh 1 cm dari
marginal gingiva bagian palatal.
Symptom: kebas pada gingiva palatum posterior
Blok N. palatinus mayor
Teknik anastesi lokal pada Mandibula

Blok N. Alveolaris Inferior


Blok N. Bukalis
Blok N. Lingualis
Blok N. mentalis
Blok N. Insisivus
Blok cabang terminal
Infiltrasi
Variasi Blok mandibular
■ Gow-Gates teknik
■ Vazirani-Akinosi closed-mouth
a. Blok N. Alveolaris Inferior

📫 Saraf: N.alveolaris inferior dan subdivisi; n.


mentalis & n. insisivus
📫 area: corpus mandibula & bagian inferior ramus
seluruh RB, seluruh gigi RB, mukosa & jar. di
bawahnya anterior dari molar pertama RB
📫 pedoman anatomi: lipatan mukobukal fold, batas
anterior ramus mandibula, linea obliqua interna,
trigonum retromolar, linea obliqua eksterna,
ligamen pterygomandibula
Teknik Direct
1. Kepala px menghadap ke depan atau waktu membuka mulut mandibula sejajar dg lantai
2. Dilakukan perabaan pd mukobukal fold sampai linea obliqua eksterna & batas anterior ramus
ascenden
3. Cari cekungan terdalam pd ramus anterior; coronoid notch
4. Jari digerakkan dari trigonum retromolar sampai linea obliqua interna yag merupakan perlekatan
raphe pterygomandibula
5. Jarum diinsersikan dari arah kontra lateral antara premolar pertama & kedua setinggi kuku jari 0,5
cm kearah medial sampai menyentuh tulang permukaan dalam ramus
6. Jarum ditarik 1mm & dideponir sebanyak 1-1,5 cc
7. Jarum ditarik sampai tersisa 1 cm, dideponir untuk N lingualis 0,5 cc
Teknik Indirect metode Fischer
1. Sandaran kepala diletakkan dibelakang telinga. Kepala, leher dan punggung terletak pada satu bidang
2. Waktu px membuka mulut lebar, permukaan oklusal gigirb sejajar /membentuk sudut 10o. Thd lantai
3. Posisi operator; berdiri disamping px agak kedepan (pukul 8)
4. Instruksi px buka mulut selebar mungkin
5. Jari telunjuk tgn kiri meraba bag bukal premolar bawah sampai mengenai linea obliqua eksterna dan tepi
anterior ramus asenden
6. Jari digerakkan keatas dan kebelakang sehingga ditemukan cekungan terdalam “coronoid notch”
7. Jari digeser kemedial sampai diperoleh linea obliquq interne, jari telunjuk diletakkan diatas permukaan
oklusal RB sambil memutar jari telunjuk ke medial
8. Jarum suntik dimasukkan dipertengahan kuku jari telunjuk dari arah kontra lateral sekitar gigi premolar
sampai kontak tulang, tarik sedikit dan ubah arah jarum suntik sejajar permukaan oklusal gigi yg akan
dicabut
9. Masukkan jarum suntik 2-2,5 mm (2/3 panjang jarum) lalu jarum suntik dikembalikan ke arah semula
10. Lakukan aspirasi, jika negatif maka deponer larutan AL 1cc untuk N. Alv. Inferior
11. Kemudian tarik ½ panjang jarum aspirasi lagi dan jika negatif deponer larutan 0,5cc untuk N. Lingualis
12. Pada regio mukobukal fold gigi yg akan di cabut dilakukan infiltrasi 0,5cc untuk N. Bukalis longus
Blok N alveolaris Inferior
Anatomical mandibular block
Blok N Lingualis

📫 saraf : N lingualis
📫 area : 2/3 anterior lidah & mukosa dasar
mulut, mukosa & mukoperiosteum pd
mandibula sisi lingual
📫 Pedoman anatomi: sama dg teknik blok N alveolaris
Inferior
📫 symptom : kebas pd 2/3 anterior lidah
Blok N. Bukalis longus

📫 saraf: N. bukalis longus


📫 area : mukosa bukal dari periosteum daerah
molar RB
📫 pedoman anatomi: linea obliqua eksterna,
tyrigonum retromolar,
📫 teknik : insersi jarum pd mukosa bukal fold di
distal gigi molar ke-3 RB atau
langsung pd trigonum retromolar
📫 symtom: tidak ada
Blok N. Bukalis Longus
Blok N. Mentalis

Saraf : N. mentalis
area : bibir bawah & mukosa labial fold disebelah anterior
foramen mentalis pedoman anatomi: premolar RB,
foramen mentalis terletak di sebelah anterior apeks gigi tsb.
Teknik:
pipi ditarik ke arah bukal lalu jarum diinsersikan pd mukosa labial fold,
penetrasi jarum sampai menyentuh periosteum dari mandibula sebelah
anterior dari apeks premolar kedua, deponir obat 0,5- 1 cc
symptom kebas pd bibir bawah satu sisi
Blok N. Mentalis
Blok N. Insisivus
📫 Saraf: n. insisivus, n. mentalis
📫 area : mandibula & struktur labialnya sebelah
anterior dari foramen mentalis, gigi premolar, caninus,
insisive pd satu sisi, bibir bawah satu sisi
📫 Pedoman anatomi: sama dg blok n. mentalis,
bedanya ujung jarum harus di insersikan tepat kedalam
foramen mentalis
📫 symptom : tidak ada
Blok N. Insisivus
Infiltrasi

📫 Saraf : ujung saraf bebas


📫 area : mukosa & mukoperiosteum pd area yg
dianastesi
📫 pedoman anatomi: tidak ada
📫 indikasi : operasi jar. lunak pd daerah yg terbatas
📫 teknik : sama dg injeksi submukosa
📫 symptom : tidak ada
Berbagai teknik AL
Injeksi Intraligament
Infiltrasi N.Lingual Infiltrasi N. Palatinus Mayor
Komplikasi penggunaan AL
Obat AL Teknik AL
📫 Toksik 📫 Sinkop
📫 Idiosinkrasi 📫 Trismus
📫 Rasa sakit
📫 Alergi & reaksi anafilaktoid
📫 Infeksi
📫 Jarum patah
📫 Hematoma
📫 parastesi
Komplikasi tindakan AL
Armamentarium AL

Anda mungkin juga menyukai