Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

KEEFEKTIFAN GAYA KEPEMIMPINAN


Dosen Pengampu : Widi Fajar Widyatmoko S.Psi.. M.HRM.. D.B.A

Disusun Oleh :
AHMAD MIFTAHUL ULUM
5210211086

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS BISNIS & HUMANIORA
UNIVERSITAS TEKNOLOGI YOGYAKARTA
2023

i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan Rahmat, Inayah,
Taufik dan Hinayah sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dengan
bentuk dan isi yang sangat sederhana, semoga makalah ini dapat dijadikan referensi,
pedoman atau panduan membaca dan menyelesaikan tugas mata kuliah Leadership dalam
menambah ilmu tentang kepribadian kepemimpinan.
Besar harapan kami makalah ini dapat membantu menambah ilmu dan pengalaman
bagi para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk dan isi dari makalah ini agar
kedepannya dapat menjadi lebih baik lagi.
Kami akui makalah ini masih banyak kekurangan karena pengalaman yang kami
miliki sangat kurang, untuk itu kami mengharapkan pembaca memberikan masukan yang
membangun demi kesempurnaan makalah ini.

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................iii
BAB 1.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN......................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan..............................................................................................................2
BAB 2.........................................................................................................................................3
PEMBAHASAN........................................................................................................................3
2.1 Definisi Kepemimpinan....................................................................................................3
2.2 Kekuasaan dan Wewenang...............................................................................................4
2.3 Kriteria Seorang Pemimpin..............................................................................................5
BAB 3.........................................................................................................................................7
PENUTUP..................................................................................................................................7
3.1 Kesimpulan.......................................................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................8

iii
iv
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Wawasan nusantara merupakan pandangan bangsa indonesia terhadap lingkungan
tempat berada termasuk diri bangsa indonesia itu sendiri. Kita memandang bangsa
wilayah indonesia berikut bangsa yang ada di dalamnya sebagai satu kesatuan esensi dari
wawasan nusantara adalah kesatuan atau keutuhan wilayah dan persatuan bangsa,
mencakup di dalamnya pandangan akan satu kesatuan politik, ekonomi, sosial budaya,
dan pertahanan keamanan. Wawasan nusantara merupakan perwujudan dari sila iii
pancasila yakni persatuan Indonesia.
Konsep semangat dan kesatuan kebangsaan sudah tumbuh dalam diri bangsa.
Bahkan semangat kebangsaan inilah yang berhasil membentuk satu bangsa merdeka.
keadaan sosiologis masyarakat Indonesia dan juga keberlangsungan penjajahan yang
memecah belah bangsa, telah melatarbelakangi tumbuhnya semangat dan tekad orang-
orang di wilayah nusantara ini untuk bersatu dalam satu nasionalitas, satu kebangsaan
yakni bangsa Indonesia. Semangat bersatu itu pada awalnya adalah bersatu dalam
berjuang membebaskan diri dari penjajahan, dan selanjutnya bersatu dalam wadah
kebangsaan Indonesia. Dengan demikian Wawasan Nusantara tidak hanya wawasan
kewilayahan tetapi juga berkembang sebagai wawasan kebangsaan.
Benteng Vredebrug merupakan benteng kolonial yang menjadi saksi bisu
peristiwa bersejarah di Yogyakarta. Benteng yang terletak di dekat Gedung Agung dan
Keraton Yogyakarta ini mulai dibangun pada abad ke-18, lebih tepatnya pada 1760.
Benteng Vredeburg dibangun oleh Sultan Hamengku Buwono I atas permintaan pihak
Belanda. Belanda berdalih bahwa pembangunan benteng ini dimaksudkan untuk menjaga
keamanan keraton. Namun sejatinya, keberadaan benteng ini untuk memudahkan
pengawasan pihak Belanda terhadap segela kegiatan Keraton Yogyakarta. Sejak 1992,
bangunan benteng ini diubah menjadi Museum Khusus Perjuangan Nasional dengan
nama Museum Benteng Vredeburg.
Pada 9 Agustus 1980, pemerintah melalui Mendikbud dan atas persetujuan Sri
Sultan Hamengku Buwono IX, menetapkan Benteng Vredeburg sebagai pusat informasi
dan pengembangan budaya nusantara. Kemudian pada 16 April 1985, bangunan benteng
ini dipugar untuk dijadikan museum. Setelah pemugarannya selesai pada 1987, museum
mulai dibuka untuk umum. Selanjutnya, pada 1992 bangunan museum secara resmi
ditetapkan sebagai Museum Khusus Perjuangan Nasional dengan nama Museum Benteng
Vredeburg Yogyakarta. Uniknya, Museum Benteng Vredeburg memiliki koleksi
unggulan berupa minirama Kongres Boedi Oetomo, diorama pelantikan Soedirman
sebagai Panglima Besar TNI, mesin ketik Surjopranoto, kendil yang digunakan oleh
Soedirman, Dokumen Soetomo.

1
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana dinamika histori sejarah mengenai Museum Benteng Vredebrug
2. Apa pentingnya wawasan nusantara sebagai konsepsi dan pandangan kolektif
kebangsaan Indonesia dalam konteks pergaulan dunia
1.3 TUJUAN
1. Menambah wawasan mengenai sejarah benteng Vredebrug
2. Mempunyai pengetahuan lebih dalam mengenai kota Yogyakarta
3. Menambah pengetahuan mengenai sejarah ideologi bangsa yang perlu dilestarikan

2
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Wawasan Nusantara


Secara etimologi, kata wawasan nusantara berasal dari dua kata wawasan dan
nusantara. Wawasan dari kata wawas (bahasa jawa) yang artinya pandangan.sementara kata
“nusantara” merupakan gabungan kata nusa yang artinya pulau atau kepulauan. sedangkan
dalam bahasa latin kata lusa berasal dari katanaesos yang dapat berarti semenanjung, bahkan
suatu bangsa.

Wawasan nusantara merupakan wawasan nasional bangsa Indonesia. Namun,


demikian timbul pertanyaan apa arti wawasan nusantara pentingnya kehidupan berbangsa dan
bernegara. Wawasan Nusantara bisa kita bedakan dalam dua pengertian etimologis dan
pengertian terminologi. Secara etimologi, kata wawasan nusantara berasal dari dua kata
wawasan dan nusantara. Wawasan dari kata wawas (Bahasa jawa) yang artinya pandangan.
Sementara kata “nusantara” merupakan gabungan kata nusa yang artinya pulau atau 6
kepulauan, sedangkan dalam Bahasa latin kata lusa berasal dari katanaesos yang dapat berarti
semenanjung, bahkan suatu bangsa. Kata kedua yaitu “antara” memiliki padanan dalam
Bahasa latin, in dan terra yang berarti antara atau dalam suatu kelompok. “antara” juga
mempunyai makna yang samadengan kata inter dalam Bahasa inggris yang berarti antar
(antara) dan relasi. Sedangkan dalam Bahasa sanksekerta. Kata “antara” dapat diartikan
sebagai laut.

Wawasan nusantara sebagai wawasan pembangunan yang mencakup bidang politik,


ekonomi, sosial budaya dan pertahanan keamanan secara terpadu, utuh dan menyeluruh.
Pembangunanan nasional membutuhkan sumber pembiayaan yang tidak cukup berasal dari
sumber daya alam. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara. Pajak memiliki
fungsi anggaran yakni berfungsi untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran negara (fungsi
anggaran). Oleh karena itu, pajak sangat dominan dalam menopang pembangunan nasional.
Wawasan Nusantara telah menjadi cara pandang sekaligus konsepsi berbangsa dan bernegara.
Ia menjadi landasan visional Bangsa Indonesia. Konsepsi Wawasan Nusantara, sejak
dicetuskan melalui Deklarasi Djuanda tahun 1957 sampai sekarang mengalami dinamika
yang terus tumbuh dalam praktek kehidupan bernegara.

3
Wawasan nusantara yang pada awalnya sebagai konsepsi kewilayahan berkembang
menjadi konsepsi kebangsaan. Artinya wawasan nusantara tidak hanya berpandangan
keutuhan wilayah, tetapi juga persatuan bangsa. Bangsa Indonesia dikenal sebagai bangsa
yang heterogen. Heterogenitas bangsa ditandai dengan keragaman suku, agama, ras, dan
kebudayaan. Bangsa yang heterogen dan beragam ini juga harus mampu bersatu.
Pertambahan luas wilayah Indonesia sebagai satu kesatuan memberikan potensi keunggulan
(positif) yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kesejahteraan. Namun demikian juga
mengundang potensi negatif yang bisa mengancam keutuhan bangsa dan wilayah. Wawasan
nusantara sebagai konsepsi kewilayahan selanjutnya dikembangkan sebagai konsepsi politik
kenegaraan sebagai cara pandang bangsa Indonesia terhadap diri dan lingkungan tempat
tinggalnya sebagai satu kesatuan wilayah dan persatuan bangsa.

2.2 Sejarah museum benteng Vredeburg


Salah satu tempat wisata bersejarah di Yogyakarta adalah Museum Benteng
Vredeburg. Benteng Vredeburg ini merupakan saksi dari keberadaan VOC di Yogyakarta
yang didirikan pada 1745 oleh pemerintah Belanda untuk menahan serangan dari Kraton
Yogyakarta. Dengan parit yang mengelilinginya, benteng yang berbentuk segi empat ini
memiliki menara pengawas di setiap sudutnya dan kubu yang memungkinkan tentara Belanda
untuk berjalan berkeliling sambil berjaga-jaga dan melepaskan tembakan jika diperlukan.
Benteng ini mulai diresmikan pada tahun 1992 sebagai Museum Khusus Perjuangan Nasional
dengan nama Museum Benteng Vredeburg. Kemudian tanggal 5 September 1997, dalam
rangka peningkatan fungsionalisasi museum, Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta
mendapat limpahan untuk mengelola museum Perjuangan Yogyakarta di Brontokusuman
Yogyakarta.

Berdirinya benteng Vredeburg di Yogyakarta tidak lepas dari lahirnya Kasultanan


Yogyakarta. Kraton Kasultanan Yogyakarta pertama dibangun pada tanggal 9 Oktober 1755.
Setelah kraton mulai ditempati kemudian dibangun bangunan pendukung lainnya seperti
Pasar Gedhe, Masjid, alun-alun dan bangunan pelengkap lainnya. Kemajuan kraton semakin
pesat sehingga hal ini membawa kekhawatiran bagi pihak Belanda. Oleh karena itu, pihak
Belanda  mengusulkan kepada  Sultan agar diizinkan membangun sebuah benteng di dekat
kraton. Pembangunan benteng tersebut dengan dalih agar Belanda dapat menjaga keamanan
katon dan sektarnya, akan tetapi dibalik dalih  tresebut, Belanda mempunyai maksud

4
tersendiri yaitu untuk memudahkan Belanda dalam mengontrol segala perkembangan yang
terjadi di dalam kraton. Letak benteng yang hanya satu jarak tembak meriam dari kraton dan
lokasinya yang menghadap ke jalan utama menuju kraton menjadi indikasi bahwa fungsi
benteng dapat dimanfaatkan sebagai benteng strategi, intimidasi, penyerangan dan blokade.
Dengan kata lain bahwa berdirinya benteng tersebut dimaksudkan untuk berjaga-jaga apabila
sewaktu-waktu Sultan berbalik menyerang Belanda dan berubah memusuhi Belanda.

Pada masa pemerintahan Belanda benteng Vredeburg ditempati oleh 500 orang
prajurit, tenaga medis, dan juga para residen karena sering digunakan sebagai tempat
berlindung para residen yang bertugas di Yogyakarta. Sejalan dengan perkembangan politik
yang terjadi di Indonesia dari waktu ke waktu, maka terjadi pula perubahan atas status
kepemilikan dan fungsi bangunan Benteng Vredeburg. Secara kronologis perkembangan
status tanah dan bangunan benteng Vredeburg sejak awal dibangunnya (1760) sampai dengan
runtuhnya kekuasaan Hindia Belanda (1942).

Museum bersejarah ini memiliki berbagai kelebihan, pertama adalah lokasinya yang
strategis karena berdekatan dengan Malioboro yang selalu ramai dengan para wisatawan baik
lokal maupun asing. Kedua adalah sejarahnya yang merupakan peniggalan dari kolonial
Belanda di Yogyakarta dan hal ini adalah potensi dari museum benteng Vredeburg untuk
dikenal masyarakat internasional. Ketiga, museum ini walaupun merupakan salah satu
museum kolonial yang masih masih begitu terawat.

Koleksi Museum Benteng Yogyakarta menyajikan beberapa jenis koleksi : 1).


Bangunan-bangunan peninggalan Belanda, yang dipugar sesuai bentuk aslinya, 2). Diorama-
diorama yang menggambarkan perjuangan sebelum Proklamasi Kemerdekaan sampai dengan
masa Orde Baru, 3). Koleksi benda-benda bersejarah, foto-foto, dan lukisan tentang
perjuangan nasional dalam merintis, mencapai, mempertahankan, serta mengisi kemerdekaan
Indonesia.

2.3 Urgensi Wawasan Nusantara Mengenai Museum Benteng Vredebrug


Kondisi nasional (pembangunan) yang tidak merata mengakibatkan keterbelakangan
dan ini merupakan ancaman bagi integritas. Dunia Tanpa Batas Perkembangan Iptek dan
perkembangan masyarakat global dikaitkan dengan dunia tanpa batas merupakan tantangan
wawasan nusantara. Wawasan ialah cara pandang bangsa Indonesia berdasarkan Pancasila
dan Undang-Undang Dasar 1945 tentang diri dan lingkungannya. Unsur-unsur dasar
wawasan nusantara itu adalah wadah, isi, dan tata laku. Dalam kehidupannya, bangsa

5
Indonesia tidak terlepas dari pengaruh interaksi dan interelasi dengan lingkungan sekitar
(regional atau internasional). Salah satu pedoman bangsa Indonesia dalam wawasan nasional
yang berpijak pada wujud wilayah nusantara disebut Wawasan Nusantara.

Tantangan Implementasi Nusantara Pemberdayaan Masyarakat, Pemberdayaan


masyarakat dalam arti memberikan peranan dalam bentuk aktivitas dan partisipasi
masyarakat untuk mencapai tujuan nasional hanya dalam dilaksankan oleh negara-negara
maju dengan Buttom Up Planning, sedang untuk negara berkembang dengan Top Down
Planning. Untuk itu kita dapat mengidentifikasi potensi positif dan negatif dari wilayah
Indonesia yang berciri nusantara. Potensi positif yang ada tentu saja perlu digali, diolah,
didayagunakan, dan dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat. Museum
Benteng Vredeburg ptensi positifnya ialah menjadi pembelajaran sumber sejarah bagi anak-
anak muda untuk mengetahui lebih luas lagi bahwa museum di Indonesia banyak yang
memiliki keunikan dan nilai historis sendiri-sendiri. potensi negatif perlu diantisipasi,
ditanggulangi, dan dijaga agar tidak merusak Museum an tetap merawatnya.

Dinamika yang berkembang itu misalnya, jika pada masa lalu penguasaan wilayah
dilakukan dengan pendudukan militer maka sekarang ini lebih ditekankan pada upaya
perlindungan dan pelestarian alam di wilayah tersebut. Tantangan yang berubah, misalnya
adanya perubahan dari kejahatan konvensional menjadi kejahatan di dunia maya.

6
BAB 3

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Wawasan nusantara bermula dari wawasan kewilayahan dengan dicetuskannya
Deklarasi Djuanda tanggal 13 Desember 1957. Inti dari deklarasi itu adalah segala perairan di
sekitar, di antara dan yang menghubungkan pulau-pulau yang termasuk Negara Indonesia
dengan tidak memandang luas atau lebarnya adalah bagian-bagian yang wajar daripada
wilayah daratan Negara Indonesia, Dengan demikian bagian dari perairan pedalaman atau
nasional yang berada di bawah kedaulatan mutlak milik Negara Indonesia. Museum Benteng
Vredeburg guna mewujudkan perannya di bidang pendidikan adalah dengan kegiatan
pengenalan museum melalui kegiatan Museum Masuk Sekolah baik dari pendidikan Sekolah
Dasar sampai Perguruan Tinggi. Pengembangan fungsi Museum Benteng Vredeburg sebagai
media pembelajaran. Kita dapat mengetahui koleksi museum untuk memahami nilai-nilai
luhur dan juga sejarah perjuangan bangsa Indonesia perlu dibangun dalam kesadaran masing-
masing akan pentingnya hal ini.

7
DAFTAR PUSTAKA

Nusantara, A. Pengertian Visi. “MODUL 6 WAWASAN NUSANTARA”. PENDIDIKAN


KEWARGANEGARAAN 100.

Al-Hakim, dkk. 2016. Pendidikan Kewarganegaraan dalam Konteks Indonesia (Edisi


Revisi). Malang: Madani

Widayarti, S. (2020). Visi nusantara . Alpen.

Kustyaningsih, A., Djono, D., & Yunianto, T. (2018). Museum Benteng Vredeburg Sebagai
Sumber Pembelajaran Sejarah. Jurnal Candi, 18(2), 58-68.

Rukmana, I. (2019). Strategi Pengelolaan Museum Benteng Vredeburg sebagai Wisata


Warisan Budaya di Yogyakarta (The Management Strategy of the Vredeburg Fort
Museum as Cultural Heritage Tourism in Yogyakarta). Jurnal Tata Kelola
Seni, 5(2), 103-119.

Anda mungkin juga menyukai