Anda di halaman 1dari 5

MAKALAH REVIEW MATERI SOSIOLOGI INDUSTRI

“WORK ORGANIZATIONS”

Disusun Oleh:
Salma Rizki Nastiti 14030121120041
Ragil Putri Fitriani 14030121120042
Alvin Aulia Rahman 14030121140210
Satria Thoriq N. M 14030121140149
Hanif El Rasyid 14030121140206

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI BISNIS


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2023
A. The Organizational Principle of Work Structuring
Organisasi kerja sangat penting dalam masyarakat industri modern. Saat ini,
pekerjaan semakin banyak dilakukan di dalam perusahaan yang berstruktur formal
dan birokratis. Organisasi kerja tidak hanya terkait dengan pekerjaan di pabrik atau
industri, tetapi juga terlibat dalam hal-hal seperti administrasi pemerintahan,
pendidikan, rekreasi, dan kesejahteraan. Banyak orang modern mencari nafkah
melalui pekerjaan mereka di perusahaan-perusahaan ini dan juga bergantung pada
organisasi dalam berbagai hal, seperti berbelanja, mencari hiburan, atau mendapatkan
bantuan saat mereka mengalami kesulitan. Cara kerja di masa sekarang telah
didominasi oleh prinsip organisasi, di mana tugas-tugas kerja ditentukan oleh manajer
organisasi, insinyur, dan ahli teknis, bukan oleh tradisi pekerjaan atau serikat pekerja.
Perubahan ini memiliki dampak besar pada masyarakat modern, dan penting bagi kita
untuk memahami bagaimana organisasi bekerja agar dapat menganalisis dan
memahami dunia kerja dalam konteks sosial masyarakat modern

B. The Nature of Work Organizations


Organisasi adalah bagian dari struktur sosial manusia yang dirancang sengaja
dari bentuk lain asosiasi manusia. Semakin meluasnya organisasi dalam sejarah
modern maka harus dipahami sebagai bagian dari tren yang lebih luas dari
peningkatan rasionalisasi, dalam artian organisasi adalah ekspresi dari beberapa
karakteristik budaya dasar masyarakat modern. Organisasi secara khusus merupakan
konstruksi yang bertujuan dan berkarakteristik rasional yang dikompromikan 1)
Kecenderungan dalam kehidupan sosial ke arah konflik manusia, dan 2)
Kecenderungan ke arah kontradiksi struktural dan konsekuensi yang tidak diinginkan.
Dalam praktik sosiologis, organisasi terlepas dari kejelasan tujuan, melibatkan
banyak orang yang memiliki tujuan yang berbeda, sehingga perlu adanya kerjasama
yang terjalin supaya organisasi dapat bertahan dengan berbagai perbedaan dan konflik
kepentingan. Dengan demikian, Organisasi Kerja adalah suatu pengaturan,
pemahaman sosial, dan teknis dimana sejumlah orang berkumpul dalam hubungan
formal dan kontraktual dengan tindakan beberapa orang yang diarahkan oleh orang
lain untuk mencapai tugas yang dilakukan atas nama organisasi.

C. Official and Unofficial Aspects of Organizations


Aspek resmi atau formal organisasi adalah aturan, nilai, dan aktivitas yang
merupakan bagian dari kebijakan dan prosedur yang disetujui manajerial secara
formal. Sisi resmi atau formal organisasi ini hanya dapat muncul ketika individu
manusia memasuki serangkaian peran yang ditunjukkan pada bagan organisasi.
Aspek tidak resmi atau informal adalah aturan, nilai, dan aktivitas yang
dikembangkan oleh orang-orang di semua tingkatan dalam organisasi tetapi tidak
memiliki sanksi manajerial formal. Sisi informal atau tidak resmi organisasi ini
muncul ketika orang atau individu membentuk hubungan dan koalisi kepentingan
dengan orang lain dan umumnya mencari cara untuk mengekspresikan dan membela
kemanusiaan serta mengejar prioritas pribadi mereka.
D. Organizational Structures and Cultures
Struktur organisasi adalah pola tindakan yang teratur atau tetap yang
memberikan bentuk dan tingkat prediktabilitas bagi suatu organisasi. Struktur
organisasi merupakan upaya para manajer dan perancang organisasi lainnya untuk
menyusun tugas, aktivitas, dan menetapkan hierarki komando yang mengendalikan.
Sedangkan budaya organisasi adalah serangkaian makna dan nilai yang dimiliki
bersama oleh anggota organisasi yang menentukan cara yang tepat bagi orang untuk
berpikir dan berperilaku berkaitan dengan organisasi. Ketika kita melihat struktur
organisasi, kita berfokus pada aktivitas dan perilaku reguler. Dan ketika kita
mengalihkan perhatian kita pada makna yang melekat pada aktivitas ini, kita
cenderung menggunakan konsep budaya organisasi.

E. Official Structure and Culture: Basic Organizational Design Principles


Alat Pengendali Resmi Organisasi, yaitu serangkaian peran, aturan, struktur,
pernyataan nilai, simbol budaya, ritual, dan prosedur yang dirancang secara
manajerial untuk mengkoordinasikan dan mengendalikan aktivitas kerja. Serangkaian
prinsip yang mendasari upaya desain organisasi struktural dan budaya modern adalah
prinsip-prinsip birokrasi. Pertama kita dapat mempertimbangkan apa yang diperlukan,
dan kemudian melanjutkan dengan melihat dua 'aliran' pemikiran organisasi yang
preskriptif, prinsip-prinsip administrasi klasik dan Taylorisme/Fordisme, yang
masing-masing telah menyediakan manajemen dengan panduan desain, untuk
organisasi secara keseluruhan dan untuk bagian organisasi yang paling terlibat
langsung dengan tugas-tugas produktif. Prinsip-prinsip kunci tertentu yang telah
diterapkan dalam membentuk organisasi modern, dimana 'birokrasi' menjadi
pusatnya.
Birokrasi adalah pengendalian dan koordinasi tugas pekerjaan melalui hirarki
pemegang jabatan yang wewenangnya berasal dari keahlian mereka dan secara
rasional menyusun suatu sistem aturan serta prosedur yang diperhitungkan untuk
menyediakan sarana yang tepat dalam mencapai tujuan yang ditentukan. Selanjutnya
Prinsip Administratif Klasik, yaitu sebuah aturan desain organisasi yang berlaku
secara universal - struktural dan budaya - diajarkan dan diterapkan secara luas,
terutama pada paruh pertama abad kedua puluh. Taylorisme dan Fordisme, Teori
Taylorisme, menekankan pada peningkatan efisiensi dan produktivitas di tempat kerja
melalui penerapan metode ilmiah. Sedangkan Teori Fordisme, berkaitan dengan
sistem produksi massal yang diterapkan dalam industri otomotif pada awal abad ke-
20.

F. The Limits of Bureaucracy and The Paradox of Consequences


Organisasi-organisasi pemberi kerja modern biasanya didasarkan pada prinsip
birokrasi. Mereka menggunakan berbagai teknik kalkulatif rasional sebagai alat untuk
mencapai tujuan yang diinginkan. Namun, mereka juga menggunakan tenaga kerja
manusia sebagai sumber daya, yang memiliki sifat asertif, kreatif, dan berinisiatif.
Manusia cenderung tidak ingin dijadikan alat untuk mencapai tujuan orang lain. Hal
ini menyebabkan masalah ketika mereka digunakan sebagai instrumen. Setiap
organisasi menghadapi paradoks, yaitu ketika cara yang digunakan oleh manajer
untuk mencapai tujuan tertentu gagal karena setiap individu memiliki tujuan pribadi
yang mungkin berbeda dengan tujuan manajer. Paradoks ini menjelaskan masalah
motivasi dan hubungan kerja yang sering dialami oleh manajemen organisasi. Selain
itu, paradoks ini juga menjelaskan struktur organisasi, pertumbuhan kualitas, fungsi
audit, aspek sumber daya manusia, dan hubungan antara karyawan dalam organisasi.
Hal ini juga menjelaskan mengapa ada lembaga pemerintah dan kuasi pemerintah
yang terlibat dalam mengatur kegiatan organisasi pemberi kerja. Semua ini
merupakan upaya untuk mengatasi kontradiksi yang dapat merusak organisasi.

G. Contingency and Choice In The Shaping of Organizational Structures and


Cultures
Banyak kontinjensi yang ada dalam menentukan pilihan struktur dan budaya
organisasi. Namun faktor kontinjensi teknologi dan lingkungan lebih sering
ditekankan pada saat ini meskipun kontinjensi lainnya ditekankan pada tahapan
selanjutnya. Ada asumsi inti dari teori kontijensi, yaitu ketidakpastian tugas yang
rendah adalah yang paling efektif dilakukan oleh hirarki terpusat karena sederhana,
cepat dan memungkinkan koordinasi yang erat dan murah. Sementara ketidakpastian
tugas yang tinggi membuatnya perlu untuk hirarki melonggarkan kontrol dan dilapisi
struktur partisipatif komunikatif.
Dalam konsepsi tentang bagaimana organisasi dibentuk, manajer tidak dilihat
sebagai pakar teknis yang membuat keputusan netral secara politis tentang organisasi
mereka. Mereka dipandang sebagai orang-orang dengan berbagai kepentingan pribadi
dan kelompok yang, mau tidak mau, bertindak dengan cara 'mikro politik' karena
mereka secara bersamaan melaksanakan tugas-tugas yang mereka bayar untuk
melakukan dan mengelola karir organisasi dan 'kehidupan' mereka.

H. Micropolitics, Careers and Unofficial Management Practices


Dalam beralih pada Mikropolik organisasi, menekankan pada bagaimana
kekuasaan diberikan dalam hierarki birokrasi. Mikropolitik adalah proses dimana
persaingan terjadi untuk hal hal baik dalam kehidupan organisasi tertentu dan pada
waktu tertentu seperti gaji, promosi, mobil perusahaan, status, atau kesempatan untuk
mempengaruhi orang lain. Mikropolitik merupakan bagian dari sisi yang tidak resmi
dari organisasi yang melibatkan individu, kelompok, dan anggota sub-unit organisasi
untuk membentuk koalisi/aliansi untuk membantu rekan dalam mengalahkan saingan
serta mewujudkan tatanan negosiasi organisasi.
Dalam karir, terdapat dua aspek yaitu Aspek Vertikal dan Horizontal; Aspek
Vertikal menekankan pada saat yang sama menjadi rekan kerja dalam perusahaan
bersama dan saingan untuk mendapatkan imbalan, struktur birokrasi memiliki aspek
integratif dan disintegrasi. Sedangkan, Aspek Horizontal menekankan bagaimana
departemen atau sub-unit organisasi dapat terjadi. Pola Indulgensi adalah pengabaian
pelanggaran aturan yang dipilih sebagai imbalan bagi mereka yang diawasi, Penyelia
menghindari efek negatif yang berpotensi dari pekerja yang mengambil aturan
tertentu sebagai standar kinerja minimal dengan menunjukkan fleksibilitas mereka
sendiri dalam berkomplot untuk melanggar aturan tertentu lainnya oleh bawahan

Anda mungkin juga menyukai