FORMULASI SEDIAAN
a. struktur kimia :
d. pemerian : hablur ringan tidak berwarna atau serbuk berwarna putih, hamper tidak
berbau, rasa agak manis dan tajam.
h. pH/pka : 3,0/3,0
i. kelarutan : larut dalam 550 bagian air dalam 4 bagian etanol (95%) P, mudah larut
dalam kloroform P dan dalam eter P, larut dalam larutan ammonium asetat P, dinatrium
higrogenfosfat P, kalium sitrat P dan natrium sitrat P.
j. stabilitas : stabil dalam udara bebas. Formulasi sediaan asam salisilat yang efektif
adalah memiliki pH mendekati 2,97.
Asam salisilat adalah senyawa turunan asam saisilat yang memiliki sifat
antiinflamasi, analgesik (pereda nyeri) dan keratolitik (mengelupas sel kuli mati). Karena
sifat-sifat ini, asam salisilat sering digunakan dalam sediaan salep untuk mengobati
berbagai kondisi kulit, seperti jerawat, psoriasis, eksim dan keratosis pilaris. Selain itu,
asam salisilat memiliki kemampuan untuk mengurangi pembentukan komedo atau pori-
pori yang tersumbat, sehingga banyak digunakan sebagai bahan aktif dalam sediaan
perawatan jerawat (sulistyaningrum, 2012).
Asam salisilat dibuat dalam sediaan salep dibanding dengan sediaan lain seperti
krim. Keunggulan asam salisilat dibanding krim adalah salep asam salisilat memiliki
konsistensi yang lebih kental dibanding krim, sehingga lebih cocok digunakan untuk
kondisi kulit yang lebih parah seperti eksim dan psoriasis. Salep asam salisilat juga
dapat menembus lapisan kulit terluar dan meresap kedalam jaringan kulit dengan lebih
efektif. Ini memungkinkan senyawa ini bekerja langsung pada area yang terkena
masalah kulit dan memberikan efek yang lebih cepat dan signifikan (sulistyaningrum,
2012).
3. eksipien
1) uraian bahan
Rumus struktur :
pH/pka : -
pemerian : serbuk putih atau Kristal tak berwarna, tidak berasa dan berwarna, berbau
khas benzoin.
Kelarutan : larut dalam lebih kurang 350 bagian air, dalam lebih kurang 3 bagian etanol
(95%) P, dalam 8 bagian kloroform P dan dalam 3 bagian eter P.
Stabilitas : larutan asam benzoa dapat disterilkan dengan autoclave atau filtrasi 0,1%
larutan yang mengandung asam benzoate dapat bertahan selama 8 minggu jika
disimpan dalam wadah polivinit dan suhu ruangan.
Inkompatibilitas : bereaksi bila dicampur asam organic, aktivitasnya sebagai pengawet
dapat menurun apabila dicampur kaolin.
2) alasan penambahan
Selain penggunaan asam benzoate sebagai zat pengawet, terdapat zat lain yang
dapat digunakan sebagai zat pengawet, seperti asam sorbat. Namun asam benzoate
lebih sering digunakan sebagai zat pengawet dalam sediaan salep maupun dalam
makanan dikarenakan asam benzoate memiliki toksisitas yang relative rendah
dibanding asam sorbat dan zat pengawet lainnya (Rorong, 2013).
1) uraian bahan
Rumus struktur :
pH/pka :
kelarutan : praktis tidak larut dalam air dan propilenglikol. Larut dalam alcohol, kloroform
dan eter.
Stabilitas : bila terpapar cahaya dan suhu ekstrim dapat mengubah warna dan
menyebabkan ketidakefektifan.
Inkompatibilitas : inkompatibel dengan oksidator kuat seperti peroksida dan
permanganate. Garam besi dapat mengubah warna dan menghilangkan aktivitas.
Pemanasan dengan katalis menyebabkan peningkatan dekomposisi dengan keluarnya
gas isobutene.
Penyimpanan : wadah tertutup rapat, sejuk, terlindung dari cahaya dan kering.
2) alasan penambahan
Selain BHT yang digunakan pada sediaan salep sebagai antioksidan, terdapat
zat lain yang mempunyai fungsi yang sama yaitu sebagai antioksidan, seperti BHA
(Butylated Hydroxy Anisole). Namun agen antioksidan yang sering digunakan adalah
BHT dikarenakan tidak beracun serta mempunyai kelarutan yang baik dalam
minyak/lemak dibanding zat antioksidan lainnya (Yuliana, 2015).
1) uraian bahan
Rumus struktur :
pH/pka : 7,33/15,9
pemerian : larutan jernih, tidak berwarna dengan karakter bau khas dan rasa terbakar
ketika memakannya.
Kelarutan : tidak larut dalam kloroform, eter dan gliserin, pada air juga apabila terjadi
peningkatan suhu dan terjadi kontraksi volume.
2) alasan penambahan
Penggunaan etanol sebagai pelarut zat pada pembuatan salep ini adalah
dengan konsentrasi secukupnya yang dimaksudkan sebagai pelarut dalam produk
topical (Rowe, 2009).
1) uraian bahan
Berat molekul : -
Rumus molekul : -
Rumus sruktur : -
pH/pka : -
pemerian : massa lunak, lengket, bening, jika dicairkan tidak berbau, hamper tidak
berasa.
Kelarutan : praktis tidak larut dalam air dan dalam etanol 95%. Praktis larut dalam
kloroform pekat dan eter pekat dan eter minyak tanah pekat, larutan kadang-kadang
beropalesensi lemah.
Stabilitas : petrolatum adalah zat yang stabil. Ketika terpapar cahhaya zat ini
teroksidasi. Tingkat oksidasi tergantung kepada beberapa faktor.
Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya, sejuk dan kering.
2) alasan penambahan
Konsentrasi vaselin album pada sediaan ini digunakan sebanyak 89,7 gram
untuk 100 gram sediaan. Konsentrasi ini dimaksudkan untuk salep topical (Rowe,
2009).
4. formula baku
BHT 0,1%
Etanol q.s
5. farmakologi
a. indikasi
asam salisilat sebagai agen antikeratolitik atau keratoplastik pada penyakit kulit
seperti acne vulgaris (jerawat), vesuka vulgaris (common warts), kalus, psoriasis dan
dermatitis seboroik (Departemen Farmakologi, 2016).
b. mekanisme kerja
c. dosis
berdasarkan aturan BPOM RI, 2019 ditegaskan bahwa dosis asam sallisilat yang
diperbolehkan tidak melebihi 2%. Alasannya karena untuk keefektifan pengobatan
kondisi kulit dan meminimalkan resiko efek samping yang tidak diinginkan (BPOM RI,
2019).
d. interaksi obat
Saat mengalami absorbs sistemik, 80-90% asam salisilat pada plasma berikatan
dengan protein (terutama albumin). Asam salisilat berkompetisi dengan berbagai obat
yang terikat pada albumin, yaitu tiroksin, triodotironin, penisilin, fenitoin, kaptopril,
probenesid dan berbagai obat antiinflamasi non-steroid. Penggunaan asam salisilat
secara bersamaan dengan antikoagulan lain ( sebagai contoh : warfarin dan heparin),
obat hipoglikemia, dan metotreksat perlu berhati-hati. Asam salisilat dapat
meningkatkan toksisitas obat-obat tersebut ( Sulistyaningrum, 2012).
e. efek samping
Penggunaan asam salisilat yang berlebihan dapat menimbulkan efek waja bebas
dari jerawat secara cepat, akan tetapi kondisi wajah akan terkikis dan menimbulkan
masalah kulit wajah lainnya seperti peradangan kulit, memerah, panas, ruam dan
dermatitis (BPOM RI, 2019).
f. kontraindikasi
Penggunaan asam salisilat topical relative aman. Zat ini digunakan sebagai obat
bebas di Amerika Serikat dalam konsentrasi 1-40%. Konsentrasi yang lebih tinggi dapat
diberikan dengan kewaspadaan dan edukasi penggunaan yang tepat. Pasien dengan
riwayat sensitivitas atau alergi kontak terhadap asam salisilat topical sebaiknya tidak
diberikan preparat ini (Sulistyaningrum, 2012).
Pada proses pembuatan salep terdapat dua metode, yaitu metode pencampuran
dan metode pemanasan. Pemilihan metode tergantung pada sifat masing-masing
bahan yang akan digunakan. Pada pembuatan salep ini menggunakan bahan basis
atau dasar salep hidrokarbon, yaitu vaselin album (vaselin putih). Dengan demikian
basis dengan sifat tersebut cocok menggunakan metode pencampuran karena basis
atau dasar salep hidrokarbon hanya sejumlah kecil komponen yang ditambahkan
kedalam basis tersebut, jadi tidak perlu dilakukan pemanasan karena memang hanya
menggunakan vaselin album saja, tidak menggunakan kombinasi dengan basis lainnya
(Puspaningrum, 2014).
8. evaluasi sediaan
a. uji organoleptis
uji ini dilakukan dengan mengamati bau, warna, bentuk dan penyebarannya.
Terdapat syarat-syarat dari uji organoleptic, yaitu :
b. uji homogenitas
uji ini dilakukan dengan tujuan untuk melihat apakah zat aktif tercampur
homogen didalam sediaan. Jika tidak tercampur, maka efek terapi yang diberikan salep
akan langsung lama. Selain itu kulit pasien tidak akan nyaman jika ukuran zat padat
yang masih besar-besar mengenai kulit.
c. uji pH
ketika uji pH yang dijadikan ukuran lolos uji atau tidaknya adalah keseragaman
pH. Syarat dari uji pH ini adalah pH ketiga sampel harus seragam.
uji daya sebar dilakukan untuk melihat kemampuan sediaan salep menyebar
pada kulit, dimana suatu basis salep sebaiknya memiliki daya sebar yang baik.