Anda di halaman 1dari 5

LAPORAN SOAP KASUS MAGANG

Laporan SOAP ini diajukan untuk memenuhi nilai Ujian Tengah Semester

Mata Kuliah Pengantar Psikoterapi Kelas 2

Dosen Pengampu:
Dr. Hastaning Sakti M.Kes., Psi.

Fika Nadia Tirta Maharani S.Psi., M.Psi. Psikolog

Disusun Oleh:

Drajat Baskoro Jati 15000120140093

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERISITAS DIPONEGORO

SEMARANG

2023
A. IDENTITAS KLIEN

 Nama (samaran) : Boy


 Jenis Kelamin : Laki- laki
 Tempat, tanggal lahir : Sragen, 15 Februari 2001
 Usia : 22
 Anak ke- :2
 Agama : Islam
 Pekerjaan : Karyawan
 Pendidikan terakhir : S1

B. GAMBARAN SOAP

Aspek Keterangan
S (Subjective) Keluhan dari klien sendiri adalah ia merasa tidak
Gambaran simtom berharga. Disini ia menjelaskan arti tidak berharga adalah dia
atau keluhan klien tau akan potensi yang ia miliki namun merasa tidak pernah
serius dalam hal itu karena tidak memiliki urgensi dan ambisi
untuk mengembangkannya. Selain itu, klien mengatakan
bahwa dia merasa hidup ini tak berarti. Sebenarnya ia
memiliki target & goal pribadi. Namun karena terdapat
beberapa masalah, tujuan tersebut jadi tersamarkan dan
motivasi untuk mencapai tujuan terasa blur. Ia juga merasa
tidak memiliki teman dekat atau sahabat.
Dari keluhan yang telah dipaparkan diatas maka dapat
disimpulkan kilen tidak mengalami masalah psikologis.
Melainkan dapat di diagnosis dari hasil tersebut menunjukkan
klien mengalami demotivasi (tidak memiliki gairah atau
semangat dalam menjalankan sesuatu) karena satu dan lain
hal termasuk masalah pribadi yang dihadapinya.
O (Objective) 1. Thoughts:
Gambaran umum Tidak pernah serius dalam melakukan suatu
klien dari hasil pengembangan potensi karena merasa hidup ini
amatan klinis mengalir dan tidak ada suatu yang dianggap benar-
benar ingin dicapai.
2. Emotion
Mudah meremehkan diri sendiri, tidak percaya diri,
tidak semangat dan merasa kurang akan motivasi,
merasa tidak memiliki sahabat atau bisa dikatakan
orang yang dia anggap special yang bisa
mendengarkan keluh kesah dia.
3. Behaviors
Perilaku yang diarasakan lebih ke diam, malas, dan
suka menunda- nunda pekerjaan.
A (Asesmen dan  Metode Asesmen
Diagnosa) 1. Wawancara
Instrumen asesmen Wawancara digunakan untuk mengetahui keluhan
yang digunakan yang dialami dan dirasakan oleh klien secara
dan hasil analisis lengkap.
sementara 2. Personal Growth Initiative Scale (PGIS)
PGIS digunakan untuk mencari objective atau
gambaran umum klien dari hasil amatan klinis,
dibagikan dengan skala PGIS yang harus diisi oleh
klien.
 Tujuan Asesmen
Utnuk mengetahui gambaran simtom atau keluhan
klien dan mengetahui gambaran umum klien dari hasil
amatan klinis dengan cara wawancara dan membagi
skala PGIS
 Diagnosa
Dari hasil subjective dan objective tersebut
menunjukkan klien mengalami demotivasi karena
klien merasa ada masalah- masalah pribadi yang
membuat tujuan pribadi jadi tersamarkan.
P (Planning) 1. Pertama kita harus sadar bahwa setiap orang pasti
Rencana intervensi memiliki masalahnya sendiri
secara singkat Kita harus sadar bahwa teman atau orang disekitar
kita memiliki masalah pribadi masing- masing
sehingga jangan terlalu kecewa jika teman atau orang
disekitar kita tidak benar benar tidak hadir untuk kita.
2. Membangun Support System
Membangun support system tak lain ialah seperti
membangun benteng pertahanan yang akan
melindungi kita dari badai dan ombak yang bisa
menerjang kapanpun mereka datang. Satu hal yang
perlu kita ingat, bahwa untuk bisa mencintai orang
lain, maka kita harus bisa mencintai diri kita terlebih
dahulu. Begitu pula jika kita ingin bersahabat dengan
orang lain, kita juga harus bisa bersahabat dengan diri
sendiri terlebih dahulu. Oleh karena itu, cobalah untuk
berkawan dengan diri sendiri. Meskipun anggota
support system kelak akan selalu membantu menjaga,
namun percayalah, bahwa diri kita juga termasuk ke
dalam anggota support system itu sendiri. Setelah kita
sudah merasa benar- benar menerima dan mencintai
diri kita baru mencari support system dari luar.
3. Perbanyak Komunikasi dengan orang tua
Umumnya orang tua mencintai anaknya dan ingin
agar anak bahagia, meski orang tua juga memiliki
masalahnya sendiri; orang tua ingin hadir dalam
kehidupan anaknya dan mendampinginya.
Masalahnya, remaja dan orang tuanya seringkali
memiliki pola pikir, cara bicara, dan pandangan yang
berbeda, sehingga remaja justru cenderung
menghindari orangtuanya.
4. Tentukan tujuan hidup
Merasa hampa ketika belum mengetahui tujuan hidup
merupakan hal yang wajar. Seperti orang yang
melakukan perjalanan tanpa tujuan, maka kemanapun
ia melangkah tidak akan mengantarkan ia ke tujuan,
yang memang tidak ada. Kehidupan semacam ini
tidak ada bedanya seperti hamster berlari lari di roda
putar. Kita merasa lelah, namun masih berada di
tempat yang sama. Maka tentukan tujuan hidup kita,
untuk apa Tuhan menciptakan kita. Setelah kita
mengetahui tujuan hidup kita maka buatlah strategi
untuk mencapai tujuan tersebut.

Anda mungkin juga menyukai