Anda di halaman 1dari 8

BAB V

SELF-DETACHMENT

A. TEKNIK SELF-DETACHMENT (Engel, 2014a: 59-64)


Teknik ketiga adalah self-detachment, membantuklien memiliki
kehendak bebas untuk mengambil jarak dan sikap (self-detachment)
terhadap gejala-gejala dan masalah-masalah yang berhubungan dengan
asumsi negatif. Konselor meminta klien mengidentifikasi anggapan
yang salah, perilaku negatif terhadap dirinya dan orang lain, serta
mengikatkan diri pada perspektif baru yang perlu dikembangkan,
melalui outwork task. Konselor menjelaskan tentang konsep sikap diri.
Self-detachment adalah pengambilan jarak dan sikap terhadap
masalah untuk memenuhi kebutuhan pada tingkat ketegasan diri, yaitu
individu harus berperilaku dan bertindak berdasarkan standar, aspirasi,
tujuan, atau penilaian orang lain. Secara ontologis, ketegasan diri
mengatasi masalah-masalah kemanusiaan tingkat tinggi dengan cara
mengambil jarak terhadap keinginan dan ketakutan yang berlebihan.
Ketegasan diri berhubungan dengan kemampuan memberdayakan
spiritual yang ada dalam diri klien, terkait sejumlah aspirasi, cita-
cita, harapan, dan nilai-nilai yang ingin di capai. Klien mengikatkan
diri pada perspektif baru yang dikembangkan yaitu menyukai tempat,
44 SELF-DETACHMENT

orang, atau pikiran yang mengingatkan pada preseden buruk, dan


berhasil keluar dari keterpurukan serta masalah yang menimpanya.
Teknik self-detachment dibangun berdasarkan kemampuan klien
untuk menjauhkan diri dan mengambil jarak terhadap keinginan dan
ketakutan yang berlebihan. Tujuan teknik ini adalah untuk membantu
klien membuat jarak antara dirinya dengan gejala dari masalah yang
dialaminya, dengan kata lain mengambil jarak atas symptom (gejala).
Klien dibantu untuk menyadari bahwa mereka tidak identik dengan
ketakutan masa lalunya, obsesi, rendah diri, rasa tidak aman, depresi,
kecanduan, penyakit fisik, atau ledakan emosional. Klien didorong
untuk melihat bahwa mereka bukanlah korban yang tak berdaya secara
biologis, psikologis, dan sosial, tetapi punya kekuatan yang dapat
mengambil jarak dan sikap terhadap keadaan mereka. Teknik ini sangat
individual, dan dapat dilakukan dengan cara (a) menjelaskan keberadaan
klien tentang kebebasan dan tanggung jawab; (b) menjelaskan faktor
negatif dan positif keadaan klien; (c) menjelaskan apa yang ada di
masa lalu dan apa yang mungkin dapat dicapai klien di masa depan;
(d) menjelaskan apa yang menjadi tanggung jawab dan tidak menjadi
tanggung jawab klien.
Tujuan dari teknik ini adalah membantu klien untuk tidak
menghindari rasa takut, tetapi menghadapinya dengan humor yang
merupakan salah satu sumber daya spirit manusia. Teknik ini juga
memungkinkan klien mengadopsi sikap baru, untuk memobilisasi
dan memanfaatkan kapasitas manusia secara eksklusif dengan
menertawakan dirinya sendiri, sebagai upaya mengatasi sendiri
penyakitnya, yang mungkin mengarah pada kesembuhan (Wong,
2007:7). Selain itu, klien dapat mengembangkan harapan realistis.
Dengan demikian, kapasitas untuk melakukan self-detachment
dimungkinkan hanya karena setiap individu memiliki kehendak bebas,
dalam pengertian bahwa setiap individu tidak bebas dari situasi dan
kondisi, tetapi ia bebas menentukan sikapnya atau menyikapi situasi
dan kondisi tersebut.
SELF-DETACHMENT 45

B. APLIKASI WEBSITE SELF-DETACHMENT


Berikut ini merupakan cuplikan tampilan aplikasi website logo
konseling dari proses sesi ketiga.

Gambar 21 Tampilan Aplikasi Website Logo Konseling pada Sesi 3

Konselor membantu klien mengembangkan asumsi berpikir positif


untuk ketegasan dirinya. Konselor meminta klien mengidentifikasi
anggapan yang salah, perilaku negatif terhadap dirinya dan orang lain,
serta mengikatkan diri pada perspektif baru yang perlu dikembangkan.
Media yang dipakai adalah bereksperimen dengan situasi.
Sasarannya adalah ketegasan diri klien. Tujuannya adalah klien dapat
mengembangkan asumsi berpikir positif.

C. MATERI LAYANAN

1. Identifikasi Bias Harapan Anda


Apakah anda korban kekerasan fisik, psikis dan seksual dari
masalah yang anda alami? (ya/tidak). Apakah anda mengalami trauma
dengan peristiwa tersebut? (ya/tidak). Apakah anda merasa kosong,
hampa dan hilang harapan karena preseden buruk tersebut? (ya/tidak).
Apakah perasaan tidak berguna selalu menghantui hidup anda? (ya/
46 SELF-DETACHMENT

tidak). Apakah takut gagal adalah hal terburuk yang akan terjadi atas
anda? (ya/tidak). Apakah anda kehilangan kesempatan bermain, belajar
dan bekerja? (ya/tidak). Apakah anda gagal menjadi tulang punggung
keluarga? (ya/tidak). Apakah anda tidak mengharapkan sesuatu dari
hidup ini lagi? (ya/tidak).

2. Identifikasi Perilaku Anda yang Tidak Membantu


Apakah anda sering menghindari tempat, orang, atau pikiran yang
mengingatkan pada preseden buruk? (ya/tidak). Apakah anda sering
merokok, alkohol, penyalahgunaan zat dan obat-obatan terlarang
sebagai tindakan menyelamatkan diri dari masa lalu yang buruk? (ya/
tidak). Apakah anda sadar bahwa merokok, alkohol, penyalahgunaan
zat dan obat-obatan terlarang bukanlah jalan keluar dari masa lalu
yang buruk? (ya/tidak). Bukankah hal tersebut hanya merusak hidup
dan masa depan anda? (ya/tidak). Apakah anda pernah berpikir untuk
bunuh diri, sebagai bentuk pelarian dari masalah? (ya/tidak).

3. Mengembangkan Harapan Realistis


Apakah anda sadar dan menerima kenyataan bahwa anda pernah
menjadi korban kekerasan fisik, psikis, dan seksual dari masalah yang
anda alami? Apakah anda merasakan ada hikmat dengan peristiwa
tersebut? Apakah ada makna yang anda temukan melalui preseden buruk
tersebut? Apakah anda berharga dan berguna setelah anda diterima
oleh keluarga dan teman? Apakah bersama keluarga dan teman adalah
hal yang terindah dalam hidup anda? Apakah harapan anda memiliki
tujuan hidup tercapai, apabila mendapat kesempatan bermain, belajar
dan bekerja? Apakah anda optimis menjadi tulang punggung keluarga
yang sukses? Apakah hidup yang anda jalani sungguh bermakna bagi
anda dan keluarga?

4. Identifikasi Perilaku yang Membantu


Apakah anda menyukai tempat, orang, atau pikiran yang
mengingatkan pada preseden buruk, setelah anda memaafkan orang-
SELF-DETACHMENT 47

orang yang menyebabkan anda jatuh dalam masalah? Yakinkah anda


bahwa tanpa merokok, alkohol, penyalahgunaan zat dan obat-obatan
terlarang, anda tetap optimis memperjuangkan dan melanjutkan hidup
ini? Bukankah dengan berperan sebagai istri/suami pendamping
suami/istri dan orang tua bagi anak-anak anda berharga bagi mereka?
Yakinkah anda memiliki harapan masa depan bersama keluarga?
Apakah bersama keluarga, anda mengembangkan harapan realistis,
untuk mencapai tujuan dan menemukan makna hidup?

D. ARAHAN UNTUK KONSELING


Marshall (2009:59) mengatakan bahwa self-detachment dapat
juga digunakan untuk masalah klien dengan gangguan kecemasan.
Untuk penanganan masalah kecemasan, menurut Marshall perlu
memperhatikan beberapa hal sebagai berikut: Pertama, harus ada
konfirmasi bahwa kecemasan klien tidak terkait dengan beberapa
penyakit lain, seperti hasil dari endogen, hipotiroidisme depresi,
diabetes, penyakit infeksi, atau penyakit lain yang memerlukan
penanganan secara langsung. Kedua, self-detachment dapat dilakukan
dengan tujuan membantu klien untuk bersantai, dan penataan dirinya
secara relaksasi. Inti dari self-detachment juga memperbaiki dan
mengatasi keadaan dan gejala-gejala yang menakutkan. Prinsip ini
sejalan dengan teknik “diagnostik alternatif” dari Lukas (Marshall,
2009:50), yang menggabungkan gejala-gejala dan kecemasan yang
berhubungan dengan sumber daya dan pengalaman-pengalaman
positif. Ketiga, metode tersebut bertujuan mengidentifikasi gejala-
gejala kepanikan dan sumber daya, potensi, kekuatan yang dimiliki
klien untuk meningkatkan efektivitas dan mengembangkan harapan
realistis, serta rasa percaya diri dalam menangani kecemasan.
Self-detachment dapat digunakan sebagai teknik untuk melakukan
konfrontasi terhadap bias harapan yang dialami klien. Teknik tersebut
bertujuan mengembangkan harapan yang realistis. Self-detachment
pada dasarnya memanfaatkan kemampuan mengambil jarak dan
kemampuan mengambil sikap terhadap kondisi yang dialami klien
48 SELF-DETACHMENT

dan lingkungannya. Dengan teknik ini, konselor mengupayakan agar


para klien yang mengalami bias harapan dapat mengembangkan
harapan yang realistis. Untuk mencapai tujuan tersebut para klien
juga dilibatkan dalam kegiatan-kegiatan yang positif dalam rangka
mengubah perilaku dan meningkatkan kualitas hidup positif, serta
bereksperimen dengan bias harapan untuk mengembangkan keyakinan
diri dan mengembangkan harapan yang realistis.

E. PROSES KONSELING
Tabel 4. Proses KonselingTeknik Self-Detachment

TAHAP PENGAMBILAN
TAHAP AWAL TAHAP AKHIR
SIKAP DAN JARAK
a. Konselor menjelas­ a. Konselor menyadarkan a. Yakinlah bahwa
kan keberadaan klien untuk menerima anda berharga
klien tentang kenyataan bahwa anda bagi mereka.
kebebasan dan pernah menjadi korban b. Pastikan bahwa
tanggung jawab. kekerasan dari jaringan anda memiliki
b. Konselor trafficking perempuan. harapan masa
menjelaskan faktor b. Konselor meyakinkan depan bersama
negatif dan positif klien, bahwa ada makna keluarga.
keadaan klien. yang anda temukan c. Bersama
c. Konselor melalui preseden buruk keluarga,
menjelaskan apa tersebut. anda bisa
yang ada di masa c. Konselor mengarahkan mengembangkan
lalu dan apa yang klien untuk menyukai harapan realistis,
mungkin dapat tempat, orang, atau untuk mencapai
dicapai klien di masa pikiran yang mengingatkan tujuan dan
depan. pada preseden buruk. menemukan
d. Konselor d. Konselor meyakinkan klien makna hidupmu.
menjelaskan apa bahwa ia punya kebebasan d. Ternyata anda
yang menjadi berperan dan bertanggung berharga di balik
tanggung jawab jawab sebagai istri/suami semua situasi
dan tidak menjadi pendamping suami/istri yang anda alami
tanggung jawab dan orang tua bagi anak- saat ini.
klien. anak.
SELF-DETACHMENT 49

TUJUAN TEKNIK
DAN SASARAN MEDIA EVALUASI
PENCAPAIAN
a. Tujuannya adalah Bereksperimen dengan Sesi ini berhasil
klien dapat situasi. apabila ketegasan
mengembangkan klien memisahkan
asumsi berpikir dirinya dengan
positif. berbagai fenomena
b. Sasarannya adalah masalah dapat
ketegasan diri mengembangkan
klien. asumsi berpikir
positif.

Anda mungkin juga menyukai