Tahap ini bekerja dengan cara saling mengisi (kolaboratif) dengan klien, sehingga
menambah rasa pertanggungjawaban atas kehidupan mereka. Hubungan ini didasari oleh
rasa peduli, keterlibatan, dan persahabatan yang mendalam. Salah satu cara untuk
menciptakan hubungan terapeutik yang bisa berjalan adalah dengan diberinya klien
pertolongan oleh konselor agar bisa menyadari akan aset dan kekuatan yang dimilikinya,
dan bukan dengan menangani kekurangan-kekurangannya serta kewajiban yang harus
dipikulnya. Oleh karena itu konselor aliran Adler berfokus pada dimensi positif dan
menggunakan dorongan semangat serta dukungan. Selama fase permulaan ini hubungan
ini dilakukan dengan jalan mendengarkan, memberi tanggapan, menunjukkan sikap,
menghormati kapasitas klien untuk bisa berubah, dan menunjukkan rasa antusiasme yang
jujur.
Penganut Adler lebih banyak menaruh perhatian pada pengalaman klien yang
subyektif kemudian menggunakannya sebagai teknik. Mereka sesuaikan teknik mereka
pada kebutuhan masing-masing klien. Selama fase permulaan dari konseling teknik
utama adalah hadir dan mendengarkan, mengidentifikasi dan mencari kejelasan sasaran,
serta memberikan empati. Hadir mencakup juga mengaktifkan perilaku seperti bertatap
mata dan secara psikologis selalu siap untuk berhubungan dengan kilen. Mendengarkan
mencakup menangkap pesan klien, baik yang verbal maupun non verbal.
2. Tahapan Kedua : Menggali Dinamika Psikologi yang Ada Dalam Diri Klien
(Analisis dan Penilaian)
Pada tahap kedua penggalian pribadi klien, ada tujuan ganda yaitu untuk
mendapatkan pemahaman yang lebih mengenai gaya hidup klien dan melihat apakah itu
semua mempengaruhi klien dalam menjalankan tugas hidup yang dilakukan sekarang.
Selama tahap penilaian ini, fokus adalah pada konteks sosial dan budaya
individu.Konselor memulai penilaian permulaannya dengan mencari perlakuan apa saja
yang dikerjakan oleh klien dalam berbagai aspek kehidupannya. Penganut aliran Adler
menolong klien untuk menghubungkan perilaku masa lalu, masa kini, dan masa depan.
a) Konstelasi Keluarga
Peristiwa-peristiwa masa kecil yang di ingat jelas, serta kenangan yang spesifik ini
mengungkapkan keyakinan dan kekeliruan dasar.
Salah satu tugas dari konselor yang penting adalah mengintegrasikan dan merangkum
informasi yang telah dikumpulkan tentang konstelasi keluarga klien, kenangan pada
usia dini, dan kekeliruan-kekeliruan dasar, dan juga aset yang dimilikinya.
Rangkuman ini diberikan kepada klien dan dibahas dalam sesi dengan konselor dan
klien secara bersama-sama.
Selama tahap ketiga ini, terapis Adlerian menafsirkan temuan dari penilaian
sebagai jalan untuk pemahaman diri dan wawasan. Para terapis aliran Adler mengajak
kliennya untuk mengembangkan mawas diri tentang tujuan yang keliru dan perilaku
mengalahkan diri sendiri, pemahaman tentang tujuan serta sasaran yang tersembunyi ada
kemungkinan untuk meuncul ke permukaan. Ketika Adlerians berbicara wawasan,
mereka mengacu pada pemahaman motivasi yang beroperasi dalam kehidupan klien.
Pemahaman diri hanya mungkin bila tujuan dan sasaran perilaku tersembunyi dibuat
sadar.
Tahap final dari proses terapi ini adalah tahap berorientasi pada tindakan yang
dikenal sebagai reorientasi dan reedukasi: menempatkan wawasan ke dalam praktek.
Tahap ini berfokus untuk membantu orang menemukan perspektif baru dan lebih
fungsional. Klien didorong dan ditantang untuk mengembangkan keberanian untuk
mengambil risiko dan membuat perubahan dalam hidup mereka. Selama fase ini, klien
dapat memilih untuk mengadopsi gaya hidup baru berdasarkan wawasan yang mereka
peroleh pada fase terapi sebelumnya.
Digunakan untuk menentukan masalah klien berupa fisik atau psikologis. Contoh
“jika saya memiliki pil ajaib yang akan menghilangkan gejala masalah kamu dengan
segera, bagaimana hidup kamu akan berbeda?”. Kemudian klien akan menjawab
dengan jawaban physical basis atau psychological basis.
Penganut Adler percaya bahwa memberi penilaian pada prioritas klien adalah jalan
menuju ke pemahaman gaya hidup mereka. Salah satu jalan untuk menggiring klien
ke prioritas utama adalah dengan jalan menanyakan kepadanya agar melukiskan
secara rinci kegiatannya pada hari-hari tertentu: apa yang ia kerjakan, bagaimana
perasaannya, dan apa yang sedang ia pikirkan. Biasanya, pendeskripsian itu
mengungkap suatu pola yang konsisten. Prioritas utama klien bisa juga ditentukan
dengan jalan mengungkapkan apa yang secara mati-matian dihindari, perasaan apa
terhadap hal-hal yang lain yang secara konsisten diingatnya kembali.
Terapis dapat menciptakan situasi bermain peran di mana klien membayangkan dan
melakukan sesuatu yang mereka inginkan untuk dilakukan. Kalau klien berkata:
"Kalau saja saya bisa ...", mereka bisa diodrong semangatnya untuk memerankan
apa yang ada di angan-angannya paling tidak selama seminggu, hanya untuk
mengetahui apa yang akan terjadi.
Konselor menentukan usaha itu dan imbalan dari sesuatu perilaku untuk kemudian
memorak-porandakannya dengan jalan mengurangi kemanfaatan perilaku itu di
depan mata klien.
Bagi klien dengan problema yang mendesak, yang menginginkan penyelesaian cepat,
terapi aliran Adler menyebabkan adanya kesulitan. Klien macam itu mungkin hanya sedikit
saja minatnya untuk mengeksplorasi masa kanak-kanak dini mereka, kenangan masa awal
kehidupannya, atau pun dinamika dalam keluarga mereka. Melainkan, mereka cenderung
untuk memandang konselor sebagai seorang "pakar" yang mau memberi mereka jawaban
yang spesifik terhadap problema yang mereka hadapi. Mungkin tidak mereka lihat gunanya
sama sekali untuk melihat sampai mendetil tentang perkembangan gaya hidup mereka.
Penganut Adler sadar bahwa ada cara yang lebih baik untuki berita menangani problema
hidup daripada yang selama ini digunakan oleh klien, namum mereka juga tahu bahwa tidak
ada yang mutlak benar dan satu-satunya yang benar. Meskipun terapis punya keahlian dalam
masalah problema kehidupan, mereka bukanlah ahli menyelesaikan problema orang lain.
Melainkan, mereka pandang itu semua sebagai fungsi mereka untuk mengajar orang tentang
adanya metoede alternatif dalam hal menangani problema mereka sendiri. Meskipun
demikian banyak klien yang datang ke kegiatan konseling, dengan harapan terapis bisa
memberi mereka suatu penyelesain terhadap masalah mereka.
LATAR BELAKANG
Teori Psikologi Individu, juga dikenal sebagai teori Adlerian, dikembangkan oleh
Alfred Adler, seorang psikolog Austria pada awal abad ke-20. Teori ini menekankan
pentingnya individu dalam mengembangkan kepribadian mereka dan bagaimana faktor-faktor
sosial mempengaruhi perkembangan manusia. Menurut Adler, individu memiliki dorongan
untuk mencapai tujuan hidup yang lebih tinggi dan memiliki perasaan inferioritas yang
mendorong mereka untuk berusaha menjadi lebih baik. Ia percaya bahwa lingkungan sosial
dan interaksi dengan orang lain sangat penting dalam membentuk kepribadian seseorang.
Adler juga mengemukakan konsep gaya hidup atau pola pikir individu yang
mencerminkan cara mereka memandang dunia dan bertindak di dalamnya. Gaya hidup ini
dipengaruhi oleh pengalaman masa kecil serta hubungan dengan orang tua dan saudara-
saudara. Salah satu konsep utama dalam teori Adlerian adalah rasa persatuan atau kesatuan
manusia. Menurut Adler, manusia adalah makhluk sosial yang terhubung dengan orang lain
melalui hubungan interpersonal. Ia percaya bahwa individu harus bekerja sama dengan orang
lain untuk mencapai tujuan hidup mereka.
Dalam praktiknya, teori Adlerian digunakan dalam terapi psikologis untuk membantu
individu mengatasi masalah emosional dan mental. Terapis menggunakan pendekatan holistik
yang melibatkan identifikasi gaya hidup klien serta membantu mereka mengubah pola pikir
negatif menjadi positif. Secara keseluruhan, teori Psikologi Individu (Aldlerian) menekankan
pentingnya individu dalam perkembangan kepribadian mereka dan bagaimana faktor-faktor
sosial mempengaruhi mereka. Teori ini memberikan wawasan yang berharga tentang
interaksi manusia dengan lingkungan sosial mereka dan memberikan dasar untuk terapi yang
efektif.
SARAN
Dalam penulisan makalah ini kami menyadari masih banyak terdapat kelemahan-
kelemahan dan masih jauh dari kata sempurna. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan
saran dari pembaca agar makalah ini bisa disempurnakan dikemudian hari. Dan Semoga
makalah yang kami buat ini bisa berguna bagi pembaca dan juga bagi calon konselor
nantinya.
SUMBER
Corey, G. (1995). TEORI DAN PRAKTEK DARI KONSELING DAN PSIKOTERAPI.
Semarang: IKIP Semarang Press.
KESIMPULAN