Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

TINDAKAN PREVENTIF DALAM PENGELOLAAN KELAS YANG BERSIFAT


FISIK
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dalam Mata Kuliah Pengeloaan Kelas

Disusun Oleh :
Kelompok 4
Siti Nurul Fatimah (2621084)
Devi Lestari (2621091)
Widia Ninggrum (2621113)

Dosen Pengampu : Dr.M.Arif,S.Pd.I,M.Ed,Ph.D

PRODI BIMBINGAN DAN KONSELING


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BUKITTINGGI
TAHUN AJARAN
2022M/1443H
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan Kesehatan jasmani dan
rohani sehingga kita masih tetap bisa menikmati indahnya alam ciptaan-Nya. Sholawat dan
salam senantiasa tercurahkan kepada teladan kita Muhammad SAW yang telah menunjukkan
kepada kita jalan yang lurus berupa ajaran agama yang sempurna dan jadi rahmat bagi
seluruh alam .

Penulis sangat bersyukur karena telah menyelesaikan makalah yang menjadi tugas
mata kuliah Pengeloaan Kelas, dengan judul Tindakan Preventif Dalam Pengeloaan Kelas
Yang Bersifat Fisik.Disamping itu, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu hingga terselesaikannya makalah ini.

Akhir kata, penulis memahami, jika makalah ini tentu jauh dari kesempurnaan maka
kritik dan saran sangat kami butuhkan guna memperbaiki karya-karya kami diwaktu
mendatang.

Bukittinggi, 04 April 2022

Penulis,

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI..................................................................................................................................ii
BAB I : PENDAHULUAN........................................................................................................1
A. Latar belakang...................................................................................................................1
B. Rumusan masalah.............................................................................................................2
C. Tujuan..................................................................................................................................2
BAB II : PEMBAHASAN.........................................................................................................3
A. Tindakkan Preventif dalam Pengeloaan Kelas........................................................3
1. Kondisi fisik................................................................................................................3
a) Ruangan tempat berlangsungnya kegiatan pembelajaran...............4
b) Pengaturan tempat duduk.........................................................................4
c) Ventilasi dan pengaturan cahaya............................................................6
d) Pengaturan penyimpanan barang-barang.............................................6

BAB III : PENUTUP...................................................................................................................8

A. Kesimpulan........................................................................................................................8
B. Saran.....................................................................................................................................8

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................9

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Untuk mengajar suatu kelas, guru dituntut mampu mengelola kelas, yakni
menyediakan kondisi yang kondusif untuk berlangsungnya proses belajar mengajar.
Kalau belum kondusif, guru harus berusaha seoptimal mungkin untuk membenahinya.
Oleh karena itu kegiatan mengelola kelas akan menyangkut “mengatur tata ruang
kelas yang memadai untuk pengajaran ”dan“ menciptakan iklim belajar-mengajar
yang serasi”.
Mengatur tata ruang kelas maksudnya guru harus dapat mendisain dan
mengatur ruang kelas sedemikian rupa sehingga guru dan anak didik kreatif, betah
belajar di ruang itu. Misalnya, bagaimana mengatur meja dan tempat duduk,
menempatkan papan tulis, tempat meja guru, bahkan bagaimana pula harus mengatur
hiasan dalam kelas. Disamping itu semua, kelas harus selalu dalam keadaan bersih.
Kemudian yang berkaitan dengan menciptakan iklim belajar mengajar yang
serasi, maksudnya guru harus mampu menangani dan mengarahkan tingkah laku anak
didiknya agar tidak merusak suasana kelas. Kalau sekiranya terdapat tingkah laku
anak didik yang kurang serasi, misalnya ramai, nakal, ngantuk atau mengganggu
teman lain, guru harus dapat mengambil tindakan yang tepat, menghentikan tingkah
laku anak tadi, kemudian mengarahkan kepada yang lebih produktif.
Dalam hal ini secara konkrit ada beberapa langkah yang dapat diambil guru,
yakni:
a)Langkah-langkah siswa yang sudah sesuai dengan tujuan perlu
dikembangkan dengan memberi dukungan yang positif.
b) Guru mengambil tindakan yang tepat bila siswa menyimpang dari tugas
c) Sikap Siswa yang keras ditanggapi dengan memadai dan tenang
d) Guru harus memperhatikan dan memperhitungkan reaksi-reaksi yang tidak
diharapkan.
Dalam mencapai target untuk menciptakan iklim belajar yang sesuai maka
sebagai seorang guru, kita harus mampu merencanakan upaya preventif dalam
manajemen kelas dalam bentuk membangun komitmen dalam kegiatan pembelajaran.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Tindakan preventif dalam pengelolaan kelas?
2. Apa saja kondisi fisik dalam Tindakan preventif dalam pengeloaan kelas?

C. Tujuan
1. Mengtahui penjelasan Tindakan Preventif dalam Pengelolaan Kelas
2. Untuk mengetahui kondisi fisik dalam Tindakan Preventif dalam Pengeloaan
kelas

2
BAB II

PEMABAHASAN

A. Tindakkan Preventif dalam Pengeloaan Kelas


Tindakan preventif dalam pengelolaan kelas merupakan pencegahan terhadap
1
perilaku menyimpang. Menurut J.J Hasibuan, yang dimaksud dengan tindakan
preventif dalam pengelolaan kelas adalah suatu usaha yang berhubungan dengan
penciptaan dan pemeliharaankondisi belajar yang optimal dengan tujuan untuk
2
mencegah timbulnya perilaku yang mengganggu kegiatan belajar.
Tindakan preventif merupakan langkah awal yang dilakukan oleh guru dalam
mengelola kelas. Pengelolaan kelas itu sendiri adalah segala usaha yang diarahkan
untuk mewujudkan suasana belajar mengajar yang efektif dan menyenangkan serta
3
dapat memotivasi siswa untuk belajar dengan baik sesuai dengan kemampuan. Dari
pengertian tersebut dapat diketahui bahwa dalam setiap proses pembelajaran seorang
guru harus telah merencanakan dan mengusahakan kondisi-kondisi yang
memungkinkan tercapainya tujuan pembelajaran. Agar terhindar dari kondisi yang
merugikan dan mengkibatkan tidak akan tercapainya tujuan pendidikan maka seorang
guru haruslah melakukan suatu usaha. Usaha yang dilakukan tersebut adalah tindakan
pencegahan/tindakan preventif.
Tujuan dari pelaksanaan tindakan priventif ini adalah untuk menciptakan
4
kondisi pembelajar yang menguntungkan. Dimensi pencegahan dapat berupa
tindakan guru dalam mengatur lingkungan belajar, mengatur peralatan dan
lingkungan sosio emosional.
a. Kondisi dan situasi pembelajaran
1) Kondisi fisik
Kondisi fisik tempat belajar mempunyai pengaruh penting terhadap
hasil perbuatan belajar. Lingkungan fisik yang menguntungkan dan memenuhi
syarat minimal mendukung meningkatnya intensitas proses perbuatan belajar

1 Aat Syafaat, 2008, Peranan Pendidikan Agama Islam dalam Mencegah


Kenakalan Remaja (Juvenile Delinquency), Jakarta: Raja Grafindo Persada, h. 139.
2 J.J Hasibuan, dkk, Proses Belajar Mengajar : Kesimpulan Dasar Mengajar Mikro (Bandung :
Anggota IKAPI, 1998 h. 179.
3 Tim Dosen Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia. 2012. Manajemen Pendidikan
Bandung
: Alfabeta, h. 106.
4 Mudasir, Manajemen Kelas (Yogyakarta : Penerbit Zanafa Publishing 2011), h. 77.

3
peserta didik dan mempunyai pengaruh positif terhadap pencapaian tujuan
pengajaran. Lingkungan fisik yang dimaksud adalah:
a) Ruangan tempat berlangsungnya kegiatan pembelajaran
Ruangan tempat pembelajaran harus memungkinkan untukm siswa
bergerak leluasa tidak berdesak-desakan sehingga tidak saling
mengganggu antara peserta didik yang satu dengan yang lainnya. Besarnya
ruangan kelas sangat tergantung pada berbagai hal antara lain:

(1) Jenis kegiatan, apakah kegiatan pertemuan tatap muka


dalam kelas ataukah kerja di ruang praktikum.

(2) Jumlah peserta didik yang melakukan kegiatan- kegiatan


bersama secara klasikal secara relatif membutuhkan ruangan
rata-rata yang lebih kecil perorang bila dibandingkan dengan
kebutuhan ruangan untuk kegiatan kelompok. Jika ruangan
tersebut mempergunakan hiasan, pakailah hiasan- hiasan yang
mempunyai nilai pendidikan yang dapat secara langsung
mempunyai ‘daya sembuh” bagi pelanggaran disiplin. Misalnya
dengan menempelkan pajangan dengan kata-kata baik, anjuran,
5
dan sebagainya.

Mengenai masalah ukuran kelas ini, berdasarkan hasil penelitian


Pilkington terhadap siswa sekolah dasar dan menengah,jauh dari jumlah
anak didik yang ideal menurut kesepakatan para ahli. Kebanyakan mereka
6
menyepakati bahwa ukuran kelas yang ideal adalah terdiri dari 24 siswa.

b) Pengaturan tempat duduk


Hal yang terpenting dalam pengaturan tempat duduk ini adalah
memungkinkan terjadinya tatap muka sehingga dengan itu guru juga
sekaligus bisa memperhatikan tingkah-laku peserta didik. Dalam
pengaturan tempat duduk, sebaiknya ukuran tempat duduk siswa itu
jangan terlalu besar agar mudah diubah-ubah formasinya. Pengaturan
tempat duduk akan mempengaruhi kelancaran pengaturan proses belajar

5 Martinis Yamin dan Maisah. 2010. Kepemimpinan dan manajemen masa depan. Bogor. IPB Press, h.
40-41.
6 Syaiful Bahri Djamarah, 1994, Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru, Surabaya: Usaha
Nasional, h. 90.

4
mengajar. Sesuai dengan data penelitian, menurut Howells dan Becker
yakni:
(1) Anggota kelompok (siswa) yang ditempatkan di
tengah kemungkinan besar keluar sebagai pemimpin
kelompok
(2) Pemimpin-pemimpin kelompok (siswa)
mungkin muncul dari bagian meja paling sedikit
pesertanya (siswanya).
(3) Apabila komunikasi bebas, komunikasi terbanyak
akan terjadi antara mereka (siswa) yang duduk
berhadapan. Sementara komunikasi minimal
akan terjadi antara mereka yang duduk bersebelahan.
Dengan kata lain, komunikasi akan cenderung
7
mengalir menyilang dibandingkan mengitari meja.

Sedangkan menurut pendapat Bobbi De Porter mengemukakan


beberapa bentuk pengaturan tempat duduk yaitu:

(1) Gunakan setengah lingkaran untuk diskusi kelompok

besar yang dipimpin oleh seorang fasilitator.

(2) Rapatkan tempat duduk ke dinding jika guru ingin

memberi tugas perseorangan dan mengosongkan

pusat ruangan untuk memberi petunjuk kepada

sekelompok kecil atau mengadakan diskusi sekelompok besar


sambil duduk di lantai.

(3) Jika bisa, ganti tempat duduk tradisional dengan

8
meja dan kursi lipat agar lebih fleksibel.

Pengaturan tempat duduk ini juga bisa dilakukan dengan

cara sebagai berikut:

7 Ibid, h. 91.
8 Bobbi De Porter, 2007, Quantum Teaching, Bandung: Kaifa, h. 70.

5
(1) Berbaris berjajar

(2) Pengelompokan yang terdiri atas 8 sampai 10 orang

(3) Setengah lingkaran seperti dalam teater,

dimana disamping guru bisa bertatap muka dengan

peserta didik juga mudah bergerak untuk segera

memberi bantuan kepada peserta didik

(4) Berbentuk lingkaran

(5) Individual yang biasanya terlihat di ruang

baca, di perpustakaan atau di ruang prakterk

9
laboratorium.

c) Ventilasi dan pengaturan cahaya


Ventilasi harus cukup untuk menjamin kesehatan peserta
didik. Udara yang sehat akan cukup apabila ventilasinya baik,sehingga
semua peserta didik bisa menghirup udara segar yang
cukup mengandung oksigen. Jendela dalam ruangan juga
harus bisa menjamin cahaya matahari masuk ke dalam
ruangan, sehingga peserta didik bisa melihat tulisan dengan
jelas, baik tulisan di papan tulis, di buku catatan dan
sebagainya. Cahaya sebaiknya datang dari sebelah kiri, cukup
terang, akan tetapi tidak menyilaukan bagi peserta didik.
d) Pengaturan penyimpanan barang-barang
Barang-barang hendaknya disimpan pada tempat khusus
yang mudah dicapai kalau diperlukan dan akan dipergunakan bagi
kepentingan belajar. Barang-barang yang karena nilai praktisnya tinggi
dan dapat disimpan dalam ruangan kelas seperti buku palajaran, pedoman
kurikulum dan sebagainya hendaknya disimpan dengan sedemikian rupa
sehingga tidak mengganggu kegiatan peserta didik.
Suhaenan Suparno mengemukakan kriteria yang harus dipenuhi ketika
melakukan penataan fasilit as ruang kelas sebagai berikut:

9 Ahmad Rohani, 2004, Pengelolaan Pengajaran, Jakarta: Rineka Cipta,h. 128.


6
(1) Penataan ruangan dianggap baik apabila menunjang
efektivitas proses pembelajaran yang salah satu petunjuknya a
dalah anak-anak belajar dengan aktif dan guru dapat mengelola
kelas dengan baik.

(2) Penataan tersebut bersifat fleksibel (luwes) sehingga


perubahan dari satu tujuan ke tujuan yang lain dapat dilakukan
sedemikian rupa sehingga sesuai dengansifat kegiatan
yangdituntut oleh tujuan yang akan
dicapai pada waktu itu.

(3) Ketika anak belajar tentang suatu konsep, maka ada


suatu fasilitas-fasilitas yang dapat memberikan bantuan untuk
memperjelas konsep-konsep tersebut yaitu berupa gambar-
gambar, model atau media yang lain sehingga konsep-konsep
tersebut tidak bersifat verbalitas. Tempat penyimpanan alat dan
media tersebut cukup mudah dicapai sehingga waktu belajar
siswa tidak terbuang

(4) Penataan ruang dan fasilitas yang ada di kelas harus


mampu membantusiswa meningkatkan motivasi siswa untuk
belajar sehingga mereka merasa senang belajar. Indikator ini
tentu tidak dengan mudah segera diketahui, tetapi guru yang
berpengalaman akan dapat melihat apakah siswa belajar dengan
10
senang atau tidak.

10 Abdul Majid, 2006, Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar


Kompetensi Guru, Bandung: Remaja Rosda Karya, h. 168-169.

7
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Tindakan preventif dalam pengelolaan kelas adalah suatu usaha yang
berhubungan dengan penciptaan dan pemeliharaan kondisi belajar yang optimal
dengan tujuan untuk mencegah timbulnyaperilaku yang mengganggu kegiatan belajar.
Tujuan dari pelaksanaan tindakan priventif ini adalah untuk menciptakan kondisi
pembelajar yang menguntungkan.
Tindakan preventif yang bersifat fisik meliputi ruangan tempat
berlangsungnya kegiatan pembelajaran, pengaturan tempat duduk, ventilasi dan
pengaturan cahaya, pengaturan penyimpanan barang-barang . Untuk itu guru harus
bijak dalam melakukan tindakan preventif ini supaya peserta didik dapat belajar
dengan nyaman saat proses pembelajaran berlangsung.

B. SARAN
Dengan makalah ini, penulis berharap semoga pembaca mengetahui baik dan
buruk dalam pembelajaran Pengelolaan Kelas dan juga mengetahui Tindakan
preventif dalam Pengelolaan Kelas yang bersifat fisik. Saya menyadari bahwa
makalah ini masih terdapat banyak kekurangan, oleh karena itu kritik, saran dan
masukkan yang sifatnya mmebangun sangatlah kami harapkan untuk baiknya
makalah ini kedepan.

8
DAFTAR PUSTAKA

Aat Syafaat, 2008, Peranan Pendidikan Agama Islam dalam Mencegah Kenakalan

Remaja (Juvenile Delinquency), Jakarta: Raja Grafindo Persada

Abdul Majid, 2006, Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar Kompetensi

Guru, Bandung: Remaja Rosda Karya.

Ahmad Rohani, 2004, Pengelolaan Pengajaran, Jakarta: Rineka Cipta.

Bobbi De Porter, 2007, Quantum Teaching, Bandung: Kaifa,

J.J. Hasibuan dkk, Proses Belajar Mengajar: Ketrampilan Dasar Mengajar Mikro (Bandung:

Anggota IKAPI, 1988)

Martinis Yamin dan Maisah. 2010. Kepemimpinan dan manajemen masa depan.

Bogor: IPB Press

Mudasir, Manajemen Kelas, (Yogyakarta: Penerbit Zanafa Publishing, 2011).

Tim Dosen Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia. 2012.

Manajemen Pendidikan. Bandung : Alfabeta.

Syaiful Bahri Djamarah, 1994, Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru, Surabaya:

Usaha Nasional.

Anda mungkin juga menyukai