Anda di halaman 1dari 14

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Dasar Teori
2.1.1 Pengertian Obat Tradisional
Obat tradisional adalah obat-obatan yang diolah secara tradisional, turun
temurun, berdasarkan resep nenek moyang, adat-istiadat, kepercayaan, atau
kebiasaan setempat. Menurut penelitian masa kini, obat-obatan tradisional
memang bermanfaat bagi kesehatan dan saat ini penggunaannya cukup gencar
dilakukan karena lebih mudah dijangkau masyarakat, baik harga maupun
ketersediaannya (Parwata, 2016).
Obat Tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan
tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan galenik atau campuran dan
bahan-bahan tersebut, yang secara traditional telah digunakan untuk pengobatan
berdasarkan pengalaman Hal ini sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 246/Menkes/Per/V/1990, tentang Izin Usaha Industri Obat Tradisional dan
Pendaftaran Obat Tradisional (I Made, 2016)
2.1.2 Pengembangan Obat Herbal
Pengembangan obat tradisional yang kandungan zat aktifnya kecil (<1%)
sehingga sulit diisolasi. Dalam hal ini kandungan kimianya akan banyak jenisnya
sehingga dapat dikatakan sebagai standarisasi ekstrak tanaman obat (campuran
galenik). Standarisasi dalam hal ini dapata dilakukan mulai dari bahan baku obat
sampai menjadi sediaan Fitofarmaka. Ekstrak terstandar (muktikomponen/
campuran bahan aktif) atau sediaan fitofarmaka yang mengandung ekstrak
terstandar yang berkhasiat, terjamin kualitasnya, keamanannya serta kemanfaatan
terapinya (Jamu, Oht dan Fitofarmaka) (Parwata, 2016)
2.1.3 Definisi Eliksir
Elixir adalah larutan hidroalkohol yang jernih dan manis dimaksudkan
untukpenggunaan vital dan biasanya diberi rasa untuk menambah kelezatan.
Dibandingkan dengan sirup, elixir biasanya kurang manis dan kurang kental
karena mengandung kadar gula yang lebih rendah dan akibatnya kurang efektif
apabila dibandingkan dengan sirup dalam menutupi rasa senyawa obat. Walaupun
demikian, karena sifat hidroalkoholnya elixir lebih mampu mempertahankan
komponen-komponen larutan yang larut dalam air dan yang larut dalam alkohol
daripada sirup. Juga karena stabilitasnya yang khusus dan kemudahan dalam
pembuatannya menjadikan elixir lebih disukai daripada sirup (Laverius M.F.,
2011).
Perbandingan alkohol yang ada pada elixir berbeda-beda karena masing-
masing komponen elixir mempunyai sifat kelarutan dalam alkohol dan air yang
berbeda pula.Tiap elixir memerlukan campuran tertentu dari alkohol dan air untuk
mempertahankan semua komponen dalm larutan. Jika zat aktif memiliki kelarutan
yang jelek dalam air,maka banyaknya alkohol yang dibutuhkan lebih besar
daripada jika zat aktif memiliki kelarutan yang baik dalam air. Disamping alkohol
dan air, pelarut-pelarut lain yang sering digunakan adalah : Propilen glikol;
gliserin yang digunakan sebagai pelarut pembantu (Nurlaela E., Nining S. and
Ikhsanudin A., 2012).
Walau banyak elixir yang dimaniskan dengan sukrosa atau sirup sukrosa,
beberapa menggunakan sorbitol, gliserin atau pemanis buatan seperti sakarin.
Elixir mempunyai kadar alkohol yang tinggi biasanya menggunakan pemanis
buatan seperti sakarin, yang dibutuhkan hanya dalam jumlah kecil daripada
sukrosa yang hanya sedikit larut dalam alkohol dan membutuhkan jumlah yang
lebih besar untuk kemanisan yang sama. Semua elixir menganndung bahan
pemberi rasa untuk menambahkan kelezatan dan hampir semua elixir mempunyai
zat pewarna untuk meningkatkan penampilannya (Salasa M.A., 2013)
Kadar alkohol terendah adalah 3% dan yang tertinggi mencapai hingga 44%.
Biasanya elixir dapat mengandung 5-10% alkohol. Elixir yang mengandung
alkohol lebih dari 10-13% dapat bersifat sebagai pengawet sendiri dan tidak perlu
penambahan zat anti mikroba untuk pengawetannya (Saptarini O. Perawati dan
Hartanto Y, 2012).
Satu keuntungan elixir lebih dari obat yang dalam bentuk pemberiaan padat
adalah kemudahan penyesuaian dan kemudahan pemberian dosis terutama pada
anak-anak. Pada keadaan dimana elixir obat dimaksudkan untuk anak-anak,
dalam perdagangannya biasanya disertai dengan sendok atu tetesan yang
dikalibrasi dalam wadah untuk memudahkan orang tua dalam mengukur dosis
sesuai yang dianjurkan oleh dokter ataupun yang tertera pada wadah. Karena
elixir mengandung alkohol dan biasanya mengandung minyak yang mudah
menguap yang dapat rusak oleh adanya udara dan sinar, maka dalam
penyimpanannya paling baik dalam wadah yang tertutup rapat tahan cahaya untuk
menjaga terhadap temperatur suhu dan cahaya yang berlebih (Suharto M.A.P, Edy
H.J. dan Dumanauw J.M, 2012).
2.1.4 Pembagian Eliksir
a. Eliksir Bukan Obat
Eliksir bukan obat dapat digunakan untuk ahli farmasi dalam pembuatan
resep yang dibuat segar, yang meliputi:
1. Penambah zat-zat obat untuk pembawa yang memberi rasa enak, dan
2. Pengencer eliksir obat yang ada.
Dalam pemilihan pembawa untuk senyawa-senyawa obat. ahli farmasi
harus memperhatikan sendiri kelarutan dan stabilisasi senyawa obat dalam air
dan alcohol. Jika pembawa hidroalkohol dipilih, proporsi yang ada harus
hanya sedikit diatas jumlah yang diperlukan untuk mempengaruhi dan
mempertahanka larutan obat. Bila ahli farmasi diminta untuk mengencerkan
eliksir obat yang ada, maka eliksir obat yang dipilih untuk pengencer dan
harus mempunyai konsentrasi alcohol kira-kira sama dengan eliksir yang akan
diencerkan. Juga, rasa dan bau pengencer harus tidak bertentangan dengan
eliksir obat dan semua komponen harus tercampurkan secara kimia dan fisika.
Ada tiga eliksir bukan obat yang biasa digunakan yaitu Eliksir Aomatik,
Eliksir Benzaldehid Campuran dan Eliksir Iso-Alkohol (Utami, P.
Puspaningtyas D.E, 2013).
b. Eliksir Obat
Eliksir obat digunakan untuk keuntungan pengobatan dari zat obat yang
ada. Umumnya, eliksir-eliksir resmi yang ada diperdagangan mengandung zat
obat tunggal. Keuntungan utama dari hanya satu obat yang terkandung, bahwa
dosis yang diperlukan dapat dinaikkan dan diturunkan dengan meminum
eliksir lebih banyak atau kurang, padahal bila dua atau lebih zat obat ada
dalam sediaan yang sama, tidak mungkin meningkatkan atau menurunkan
kadar suatu zat obat yang diminum tanpa secara otomatis dan bersamaan
mengatur dosis obat lain yang ada, perubahan yang mungkin tidak diinginkan.
Karena itu, untuk pasien yang memerlukan minum lebih dari satu obat, banyak
dokter untuk memilih untuk minum sediaan yang terpisah dari tiap obat
sehingga bila dibutuhkan pengaturan dosis satu obat, dapat dikerjakan tanpa
dosis obat lainnya secara bersamaan ikut diatur. Beberapa diantaranya
dibicarakan secara singkat berikut ini (Utami, P. Puspaningtyas D.E, 2013).
2.1.5 Pembuatan Eliksir
Eliksir biasanya dibuat dengan larutan sederhana dengan pengadukan dan
atau dengan pencampuran dua atau lebih bahan-bahan cair. Komponen yang larut
dalam alkohol dan dalam air umumnya dilarutkan terpisah dalam alkohol dan air
yang dimurnikan berturut-turut. Kemudian larutan air ditambahkan kelarutan
alkohol, dan sebaliknya, untuk mempertahankan kekuatan alkohol yang setinggi
mungkin selamanya sehingga pemisahan yang minimal dari komponen yang larut
dalam alkohol terjadi. Bila dua larutan selesai dicampur campuran dibuat sesuai
dengan volume dengan pelarut atau pembawa tertentu. Sering campuran akhir
akan tidak jernih, tetapi keruh, terutama karena pemisahan beberapa minyak
pemberi rasa dengan menurunnya konsentrasi alkohol. Bila ini terjadi, eliksir
biasanya dibolehkan untuk dibiarkan beberapa jam yang ditentukan untuk
menjamin penjenuhan pelarut hidroalkohol dan untuk memungkinkan butiran
minyak bergabung sehingga dapat dihilangkan dengan lebih mudah dengan
disaring (Wijaya S, 2013).
2.1.6 Kelebihan dan Kekuranagan Eliksir
 Mudah ditelan dibandingkan dengan tablet atau kapsul.
 Rasanya enak.
 Larutan jernih dan tidak perlu dikocok lagi.
 Alkohol kurang baik untuk kesehatan anak.
 Mengandung bahan mudah menguap, sehingga harus disimpan dalam
botol kedap dan jauh dari sumber api.
2.1.7 Kebaikan Eliksir
 Mempunyai bau dan rasa sedap sehingga mudah diberikan kepada
pasien, terutama bayi dan anak-anak
 Takaran pemakaian mudah diatur
 Sediaan stabil dalam penyimpanan
2.1.8 Keburukan Eliksir
 Kandungan alcohol didalam elixir dapat menjadi stimulansia terhadap
saluran cerna pasien terutama pada bayi dan anak-anak.
 Etanol mudah menguap, sehingga kemasan jika tidak ditutup rapat
maka mudah terjadi penghabluran
2.2. Uraian Tanaman
2.2.1 Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L.)
1. Klasfikasi Tanaman Belimbing Wuluh
(Averrhoa bilimbi L) (Dasuki, 1991)
Regnum : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Gambar 2.2
Ordo : Geraniales
Belimbing Wuluh
Famili : Oxalidaceae (Averrhoa bilimbi L.)
Genus : Averrhoa
Spesies : Averrhoa bilimbi L.
2. Nama Lain atau Nama Daerah Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L.)
Belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.) terasuk kedalam familia
Oxalidaceae. Nama lokalnya antara lain : Limeng, Selimeng, Thilimeng
(Aceh); Selemneg (Gayo); Asom, Belimbing, Balimbingan (Batak); Malimbi
(Nias); Balimbieng (Minangkabau); Belimbing Asam (Melayu); Balimbing
(Lampung); Calingcing, Balingbing (Sunda); Bhalingbhing Bulu (Madura);
Blingbing Buloh (Bali); Limbi (Bima); Balimbeng (Flores); Libi (Sawu);
Belerang (Sangi) (Herbie, 2015).
3. Morfologi Tanaman Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L.)
Belimbing wuluh disebut juga sebagai belimbing sayur yang merupakan
tumbuhan yang hidup pada ketinggian 5 hingga 500 meter diatas permukaan
laut (Rahayu, 2013). Belimbing wuluh sering disebut belimbing sayur atau
belimbing asam karena memiliki rasa yang cukup asam dan biasanya
digunakan sebagai bumbu masakan atau ramuan jamu. Belimbing wuluh
berasal dari kepulauan maluku dan menyebar ke seluruh bagian negara
Indonesia. Nama ilmiah belimbing wuluh adalah Averrhoa bilimbi L.
(Gendrowati, 2015). Belimbing wuluh memiliki batang yang kasar berbenjol-
benjol, bercabang sedikit, arahnya condong keatas. Cabang muda berambut
halus seperti beludru, warna coklat muda. Daun berupa daun majemuk
menyirip ganjil dengan 21-45 pasang anak daun. Anak daun bertangkai
pendek, bentuknya bulat telur sampai lonjong, ujung runcing, pangkal
memudar tepi rata, panjang 2-10 cm, lebar 1-3 cm, warna hijau, permukaan
bawah berwarna hijau muda (Herbie, 2015). Menurut Gendrowati (2015),
batang pohon belimbing wuluh memiliki ketinggian mencapai ±15 meter
dengan percabangan yang sedikit. Batangnya tidak terlalu besar dengan
diameter sekitar 30 cm. Daunnya tersusun ganda dengan bentuk kecil, bulat
telur. Ukurannya antara 2-10 cm × 1-3 cm dan berwarna hijau. Bunganya
merupakan bunga majemuk yang tersusun dalam malai sepanjang 5-20cm
secara berkelompok. Bunga keluar dari percabangan dengan bentuk seperti
bintang yang berwarna ungu kemerahan. Buahnya bentuknya lonjong bulat
persegi. Panjangnya sekitar 4-6,5cm, berwarna hijau agak kekuningan. 8 Biji
dalam bentuk gepeng. Pohon belimbing wuluh dapat tumbuh didataran redah
hingga mencapai 500 mdpl. Rasa buahnya asam (Samtosa, 2014).
4. Kandungan Kimia Tanaman Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L.)
Buah belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.) mengandung banyak vitamin
C alami yang berguna sebagai penambah daya tahan tubuh dan perlindungan
terhadap sebagai penyakit. Belimbing wuluh mempunyai kandungan unsur
kimia yang disebut asam oksalat dan kalium. Menurut Herlih (1993), dalam
Rahayu (2013) dari hasil pemeriksaan kandungan kimia buah belimbing wuluh
(Averrhoa bilimbi L) mengandung golongan senyawa oksalat, minyak
menguap, fenol, flavonoid, dan pektin. Herbie (2015) menyebutkan batang
belimbing wuluh mengandung saponin, tannin, glukosida, kalsium oksalat,
sulfur, asam format, peroksidase. Sedangkan daunnya mengandung tannin,
sulfur, asam format, peroksidase, kalsium oksalat, dan kalium sitrat.
Belimbing wuluh mengandung banyak zat tannin, saponin, glukosida sulfur,
asam format, peroksida, flavonoid, serta terpenoid. Karena rasanya yang
sangat masam, sudah bisa dipastikan bahwa belimbing wuluh juga
mengandung banyak vitamin C (Gendrowati, 2015).
5. Manfaat Tanaman Jahe Putih (Zingiber officinale Rosc.)
Belimbing wuluh di kalangan masyarakat sangat popular, bahkan melebihi
belimbing manis. Banyak hasil penelitian yang menyebutkan potensi suatu
tanaman dalam mengobati penyakit tertentu ataupun sebagai antibakteri.
Akan tetapi, penggunaan bahan antimikroba kimia, di lingkungan masyarakat
dalam produk pangan lebih popular. Hasil dari penggunaan bahan
antimikroba kimia sebagai pengawet lebih efektif dan biayanya relatif murah.
Ada yang memanfaatkan buah belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.) untuk
dibuat manisan dan sirup, sebagai obat untuk sariawan, sakit perut,
gondongan, rematik, batuk rejan, gusi berdarah, sakit gigi berlubang,
memperbaiki fungsi pencernaan, untuk membersihkan noda pada kain,
menghilangkan bau amis, sebagai bahan kosmetik serta mengkilapkan
barang-barang yang terbuat dari kuningan (Rahayu, 2013). Biasanya buah,
batang, bunga maupun daunnya banyak digunakan untuk menyembuhkan
penyakit seperti; pegal, gondongan, batuk pada anak, batuk biasa maupun
batuk rejan, rematik, sariawan, jerawat dan panu (Herbie, 2015). Belimbing
Wuluh juga dapat menghilangkan sakit (analgetik), memperbanyak
pengeluaran empedu, antiradang, peluruh kencing, astringent (Putra, 2015)
2.3 Uraian Bahan
2.3.1 Alkohol (Ditjen POM, 1995; Rowe, dkk., 2009)
Nama Resmi : AETHANOLUM
Nama Lain : Etanol, alkohol, etilalkohol
Rumus Molekul : C2H6O
Berat Molekul : 46,07 g/mol
Rumus Struktur :

Pemerian : Cairan tak berwarna, jernih, mudah menguap


dan mudah bergerak, bau khas, rasa panas.
Mudah terbakar dengan memberikan nyala biru
yang tidak berasap.
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, dalam kloroform
P dan dalam eter P.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, terlindungi
dari cahaya, tempat sejuk, danjauh dari nyala
api.
Stabilitas : Setil alkohol stabil dengan adanya asam, alkali,
cahaya, dan udara sehingga tidak menjadi
tengik
pH : 7,33
Pka : 16,0
Inkompatibilitas : Dalam suasan asam, larutan etanol dapat
bereaksi hebat dengan bahan yang bersifat basa
dapat berubah warna menjadi gelap disebabkan
olh reaksi dengan sejumlah residual dari
aldehid. Larutan etanol inkompatible dengan
wadah alumunium dan dapat bereaksi dengan
beebrapa obat.
Konsentrasi : 0,02-0,5 %
Kegunaan : Sebagai zat tambahan, juga dapat membunuh
kuman
2.3.2 Aquadest (Dirjen POM, 1979; Rowe, dkk., 2009)
Nama Resmi : Purified Water
Nama Lain : Aqua; aqua purificata; hydrogen oxide.
Rumus Molekul : H2O
Berat Molekul : 18,02 g/mol
Rumus Struktur :

Pemerian : Jernih, tidak bewarna, tidak berasa


Kelarutan : Dapat bercampur dengan alkohol
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Stabilitas : Rentan kontaminasi mikroorganisme jika tidak
disimpan baik
pH : 7
Pka : 15,7
Inkompatibilitas : Meta alkali, magnesium oksida, garam
anhydrous, bahan organik dan kalsium karbid.
Konsentrasi : 100 %
Kegunaan : Sebagai pelarut
2.3.3 Metil Paraben (Dirjen POM 1979, hal 378,rowe 2009, hal 442)
Nama asli : METHYLIS PARABENUM
Nama lain : Methyl paraben
Rumus molekul : C8H8O3
Berat molekul : 126,11 g/mol
Rumus struktur :

Pemerian : Serbuk kristal tidak berwarna sampai putih, dan


tidak berbau.
Kelarutan : Larut dalam 500 bagian air, dalam 20 bagian air
mendidih, dalam eter dan dalam larutan alkali
hidroksida larut dalam 60 bagian gliserol p
panasdan dalam 40 bagian minyaknabati panas,
jika didinginkan larutan tetap jernih.
Penyimpanan : Tersimpan dalam wadah tertutup baik dalam
sejuk dan kering.
Stabilitas : Metil paraben larutan dalam air, stabil pada pH
3-6. larutan air pada pH 3-6 stabil sampai
sekitar 4 tahun pada suhu kamar, sementara
larutan air pada pH 8 stabil sampai sekitar 60
hari penyimpanan.
pH : 2-6
Pka : -
Inkompatibilitas : Aktivitas antimikroba dari metilparaben dan
paraben lainnya jauh berkurang dengan adanya
surfaktan nonionik, seperti polisorbat 80.
Konsentrasi : 0,2%-0,3%
Keegunaan : Pengawet/Antimikroba
2.3.4 Essense Jeruk (Zempleni dkk, 2007: 385)
Nama asli : ESSENSE ORANGE
Nama lain : Essense Jeruk, perisa jeruk
Rumus molekul :-
Berat molekul : 441,4 g/mol
Rumus struktur :-
Pemerian : Terbuat dari kulit jeruk yang masih segar,
diproses secara mekanik dan terkandung lebih
dari 90% lemon.
Kelarutan : Mudah larut dalam alkohol 90%
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup dan tempat yang kering
serta terhindar dari cahaya matahari.
Stabilitas : Pemanasan dapat menyebabkan senyawa
teroksigenasi
pH : 2-4
Pka : 3-5
Inkompatibilitas : Konsentrasi larutan dalam wadah terbuat dari
logam mengandung stainless steel, dapat
mengurangi warna pada penyimpanan
Konsentrasi : 0,1%-3%
Kegunaan : Pengaroma
2.3.5 Propilen Glikol (HOPE. 592: FI IV.712)
Nama asli : Propylen glycolum
Nama lain : Propilen glikol
Rumus molekul : C3H8O2
Berat molekul : 76,09 g/mol
Rumus struktur :

Pemerian : Cairan kental. jernih tidak berwarna, rasa khas,


praktis tidak berbau, higroskopis.
Kelarutan : Dapat bercampur dengan air. dengan aseton,
kloroform, larut dalam eter dan minyak
esensial.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.
Stabilitas : Stabil pada temperature sejuk atau dingin dan
pada wadah yang tertutup baik.
pH : 6,0-7,4
Pka :-
Inkompatibilitas : Inkompatible dengan agen pengoksidasi, seperti
potassium permanganate.
Konsentrasi : 10-25%
Keegunaan : Kegunaan
DAFTAR PUSTAKA
Dirjen POM (Direktur Jenderal Pengawas Obat dan Makanan). 1995. Farmakope
Indonesia. Edisi Keempat. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Hal: 72,
157, 186, 551

Gendrowati, F. 2015.TOGA Tanaman Obat Keluarga. Edited by Geulis. Jakarta


Timur: Padi.

Herbie, 2015. Ramuan Tradisional untuk Pengobatan Darah Tinggi. Penebar


Swadaya. Jakarta.

Herbie, Tandi. 2015. Kitab Tanaman Berkhasiat Obat-226 Tumbuhan Obat untuk
Penyembuhan Penyakit dan Kebugaran Tubuh. Yogyakarta: Octopus
Publishing House, p: 359.

I Made, S. 2016. “Pengaruh Konsentrasi Ekstrak Etanol Daun Pepaya (Carica


papaya L) Terhadap Kematian Larva Nyamuk Aedes aegepti”. E-Jurnal
Medika. 5(8); 1-4.

Laverius M.F., 2011, Ilmu Meracik Obat, Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta. Anonim, 1993, Dasar-dasar Pemeriksaan Mikrobiologi,
Fakultas Kedokteran

Mario Parikesit. 2011. Khasiat dan manfaat buah belimbing wuluh. Surabaya:
Stomata. h.1-8; 67-68.

Nurlaela E., Nining S. and Ikhsanudin A., 2012, Farmasetika, Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta

Parwata, I Made Oka Adi. 2016. Diktat/ Bahan Ajar Kimia Organik Bahan Alam.
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universita Udayana
Denpasar.

Putra.W. S. 2015. ‘Kitab Herbal Nusantara Kumpulan Resep dan Ramuan


Tanaman Obat Untuk Berbagai Gangguan Kesehatan’. (Andien, Ed.)
Yogyakarta: Katahati.

Rahayu, Puji. 2013. Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) Buah Belimbing


Wuluh (Averrhoa bilimbi L) Terhadap Pertumbuhan Candida abicans.
Skripsi. Makassar: Universitas Hasanudin.
Rowe, R.C. et Al. (2009). Handbook Of Pharmaceutical Excipients, 6th Ed, The
Pharmaceutical Press, London.

Salasa M.A., 2013, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, diterjemahkan oleh


Ibrahim, F., Edisi IV, 605-619, Jakarta, UI Press.

Saptarini O. Perawati dan Hartanto Y, 2012. Advanced Nutrition: Macronutriens,


Micronutrients and Metabolism. Boca Raton: CRC Press

Suharto M.A.P, Edy H.J. dan Dumanauw J.M, 2012. Sistematika Tumbuhan
Tinggi. Bandung: Institut Teknologi Bandung

Utami, P. Puspaningtyas D.E, 2013. Pengaruh Air Perasan Buah Belimbing


Wuluh (Averrhoa bilimbi. L.) terhadap Kadar Kolesterol Serum Darah
Tikus Putih.

Wijaya S, 2013. Perihal Resep & Dosis serta Latihan Menulis Resep. Medan:
Universitas Sumatera Utara Press

Anda mungkin juga menyukai