Anda di halaman 1dari 12

BAB III

KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

3.1 Kerangka pemikiran

Seorang auditor dalam melakukan tugasnya membuat audit judgment

dipengaruhi oleh banyak faktor baik bersifat teknis ataupun non teknis.Aspek perilaku

sebagai salah satufaktor yang banyak mempengaruhi pembuatan audit judgment

(Meyer,2001) Cara pandang auditor dalam menanggapi informasi yang berhubungan

dengan tanggung jawab dan resiko audit yang akan dihadapi oleh auditor berhubungan

dengan judgment yang dibuatnya.

Dalam sebuah KAP setiap auditor bekerja dalam sebuah tim. KAP khususnya

devisi pengauditan yang terdiri dari beberapa auditor independen menyediakan jasa

profesionalnya dalam rangka membantu pihak pemakai laporan auditor untuk

menentukan secara objektif mengenai wajar tidaknya laporan keuangan perusahaan.

Pengauditan sangat ditentukan oleh struktur tim audit dan partner yang terlibat. Tim

audit umumnya terdiri dari auditor yunior, auditor senior, supervisi dan manajer.

Keberhasilan seorang manajer dalam sebuah tim atau organisasi tidak terlepas dari

pengaruh gaya kepemimpinannya dalam melaksanakan tugas untuk mencapai tujuan

organisasi sebagaimana yang dinyatakan oleh Yulk (1989) bahwa kepemimpinan

merupakan proses yang mana seorang individu mempengaruhi anggota organisasi

lainnya secara bersama mencapai tujuan organisasi. Tim audit merupakan unit operasi

yang paling dasar dalam pelaksanaan suatu penugasan dalam staf KAP Solomon

(1987). Dalam pelaksanaannya, berbagai aktivitas yang harus dilakukan dalam tim

80
81

audit harus di distribusikan kepada semua anggota tim audit sesuai tugas dalam level

masing- masing anggota. Salah satu aktivitas mendasar yang sangat berpengaruh

terhadap satu kerja tim adalah komunikasi untuk menyampaikan informasi yang akurat

kepada rekan yang tergabung dalam timnya. Komunikasi antar staf tim audit

merupakan aktivitas pokok dalam rangka menggabungkan berbagai informasi

mengenai perolehan bukti audit, pelaksanaan prosedur audit dan pelaksanaan audit

lainnya yang akan menjadi produk akhir yaitu opini yang berkualitas. Kualitas dan

kuantitas informasi atau kelancaran komunikasi yang terjadi dalam tim audit dapat

juga ditentukan oleh gaya kepemimpinan, kultur organisasi yang melekat dalam KAP.

Harvey dan Brown (1996) menyatakan gaya kepemimpinan menentukan arah untuk

seluruh organisasi dan mempengaruhi komunikasi pengambilan keputusan dan pola

kepemimpinan dari seluruh sistem. Perilaku auditor tidak terlepas dari gaya

kepemimpinan dan kultur organisasi (Outley dan Pierce,1995). Kultur merupakan

proses pertukaran pemahaman antar staf dalam suatu organisasi sehingga mereka dapat

bekerja sama Rachma(2000). Berdasarkan pendapat di atas maka dapat dikatakan

bahwa gaya kepemimpinan, kultur dan komunikasi mempengaruhi judgment yang

akan di ambil seorang auditor. Dalam strategi pemodelan persamaan struktural (

Struktural Equitor Model) persamaan yang di teliti dibedakan menjadi dua jenis

konstruk yaitu konstruk eksogen (independent variabel) dan konstruk endogen

(dependent variabel). Konstruk eksogen pertama adalah gaya kepemimpinan di

identifikasikan memiliki efek (pengaruh) langsung terhadap komunikasi dalam tim

audit. Gaya kepemimpinan yang digunakan adalah Gaya kepemimpinan yang

digunakan oleh para peneliti Ohio State University yang mengidentifikasikan dua
82

kelompok perilaku yang mempengaruhi efektivitas kepemimpinan Yaitu : struktur

inisiatif dan pertimbangan. Hasil penelitian sebelumnya oleh Outley dan Pierce (1995)

bahwa gaya kepemimpinan konsiderasi berpengaruh signifikan terhadap komunikasi

dalam tim audit, hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian Safriliana (2001) dan

penelitian Halimatusyadiah (2000).

Konstruk eksogen kedua adalah kultur organisasi yang di postulasikan

mempunyai pengaruh langsung terhadap komunikasi tim audit, kultur organisasi.

Kultur organisasi adalah suatu wujud anggapan yang dimiliki,diterima secara implisit

oleh kelompok dan menentukan bagaimana kelompok tersebut rasakan,pikirkan dan

bereaksi terhadap lingkungan yang beraneka ragam. Kultur adalah faktor yang sangat

berpengaruh terhadap situasi dalam sebuah organisasi. Indriantoro (2000) menyatakan

Kultur Organisasi merupakan salah satu jenis aktiva tak berwujud milik perusahaan

yang dapat meninngkatkan kinerja organisasional. Brown dan Starkey (1994)

mengemukakan bahwa organisasi merupakan instrumen penting dalam memberikan

kerangka acuan tentang bagaimana komunikasi dan informasi di kelola oleh

manajemen. Begitu juga dengan Harvey dan Brown (1996) menyatakan bahwa gaya

kepemimpinan dari kultur organisasi menentukan arah seluruh organisasi dan

mempengaruhi komunikasi, pengambilan keputusan dan pola kepemimpinan dari

seluruh sistem. Hasil penelitian yang dilakukan Rachma (2000) menemukan bahwa

adanya pengaruh signifikan kultur KAP terhadap proses komunikasi dalam tim audit.

Konstruk kultur organisasi dalam penelitian ini di ukur ke dalam tiga dimensi oleh

Wallach (1993) yaitu : birokratis, inovatif dan kultur organisasi suportif. Kultur

birokratis menurunkan wewenang dan tanggung jawab berdasarkan level hirarki


83

berjenjang. Setiap pekerjaan yang dilakukan selalu teratur dan sistematis, berlandaskan

kekuasaan dan pengawasan. Organisasi yang memiliki kultur ini sangat berorientasi

pada kekuasaan, bersikap waspada, mapan, teratur, terstruktur, teregulasi, prosedural

dan berjenjang. Kultur inovatif cenderung menciptakan suasana kerja yang dinamis

dan menggairahkan. Kultur suportif terdiri atas orang- orang yang saling terbuka,

diliputi rasa kekeluargaan satu sama lain, bersahabat, saling percaya, peduli terhadap

yang lain dan adil. Kultur suportif merupakan lingkungan yang penuh kekeluargaan

dan berpartisipasi di dalamnya Wallach(1983). Higginson dan Waxler (1993)

menyatakan bahwa gaya kepemimpinan dan kultur organisasi merupakan refleksi

personalitas CEO nya. Pendapat lainnya yang mengatakan adanya hubungan antara

kepemimpinan dan kultur organisasi adalah Dessler (2000) menyatakan bahwa kultur

organisasi merupakan salah satu variabel penting bagi seorang pemimpin karena kultur

organisasi mencerminkan nilai- nilai yang di akui dan menjadi pedoman bagi perilaku

anggota organsasi.

Konstruk endogen pertama adalah komunikasi yang dipengaruhi oleh gaya

kepemimpinan dan kultur organisasi, konstruk ini dipostulasikan mempunyai pengaruh

terhadap judgment audit. Komunikasi adalah proses penyampaian pesan atau informasi

dari seorang kepada orang lain. Menurut Well dan Prensky (1996) komunikasi

merupakan penyampaian pesan dari sumber melalui media kepada penerima. Rachma

(1987) adalah pengiriman informasi oleh salah seorang anggota kelompok kepada

anggota yang lain dengan menggunakan simbol- simbol tertentu. Dari pendapat di atas

dapat dikatakan bahwa komunikasi merupakan informasi yang dapat berupa pesan atau

simbol tertentu yang dilakukan dua orang atau lebih. Profesi akuntan publik tidak
84

dapat terlepas dari komunikasi, dia selalu dituntut untuk melakukan komunikasi baik

dengan klien maupun dengan karyawan. Putusnya komunikasi antar akuntan dapat

memberi pengaruh kurang baik terhadap kinerja akuntan. Beberapa penelitian

menunjukkan bahwa komunikasi mempunyai implikasi penting terhadap kepuasan

kerja dan turn over akuntan (Rachma, 2000). Komunikasi yang terjalin diantara

anggota tim audit menjadi aktivitas yang sangat fundamental untuk mencapai hasil

akhir yaitu opini audit. Keberhasilan kerja tim sangat dipengaruhi oleh komunikasi tim

audit.

Dalam penelitian ini konstruk komunikasi menggunakan empat dimensi yaitu :

Kecukupan informasi,boundary spanning,kepuasan atas pengawasan dan keakuratan

informasi.

- Kecukupan informasi yang diterima yang mendukung data yang disajikan

dalam laporan keuangan, baik data akuntansi dan informasi pendukung lainnya

- Boundary spanning yaitu serangkaian aktivitas para anggota kelompok yang

saling berinteraksi menyampaikan atau menerima informasi untuk tujuan

pengambilan keputusan.

Aktivitas ini terjadi ketika auditor melakukan akses dengan orang- orang di luar

tim seperti pakar komputer, sistem informasi, perpajakan, keuangan dan statistik

juga dengan pihak- pihak di luar KAP yaitu klien.

- Kepuasan terhadap pengawasan yaitu kualitas dan kuantitas informasi yang

diterima auditor dengan supervisornya. Proses pengawasan dalam hal ini

mencakup pengkordinasian anggota tim audit dalam penugasan, saran- saran dan

evaluasi Hall (1996).


85

- Keakuratan informasi hal ini merefleksikan kualitas umum dari informasi yang

saling di pertukarkan.

Beberapa penelitian menemukan bahwa gaya kepemimpinan mempengaruhi

perilaku auditor dalam KAP yaitu perilaku disfungsional dan perilaku penurunan

kualitas audit (CAR Report 1987 : Kelly 1988).

Pentingnya komunikasi dalam organisasi di dukung hasil penelitian Miles et al

(1996) dalam Wardhani (2000) yang menentukan bahwa komunikasi yang efektif dari

supervisor mengenai pekerjaan akan dapat mengurangi role ambiguity dan role

conflict.

Penelitian yang dilakukan oleh Halimatusyadiah (2000) menemukan bahwa

gaya kepemimpinan kultur organisasi mempunyai pengaruh yang signifikan pada

terbentuknya kualitas dan kuantitas atau kelancaran komunikasi dalam tim audit,

walaupun kultur organisasi mempunyai pengaruh yang lebih besar terhadap

komunikasi dalam tim audit dari pada gaya kepemimpinan. Hasil penelitiannya juga

membuktikan bahwa pengaruh langsung gaya kepemimpinan terhadap komunikasi

dalam tim audit mempunyai pengaruh yang lebih besar dari pada pengaruh tidak

langsung melalui kultur organisasi. hal ini konsisten dengan pernyataan Harvey dan

Brown (1992) bahwa gaya kepemimpinan dan kultur organisasi menentukan arah

seluruh organisasi dan mempengaruhi komunikasi pengambilan keputusan dan pola

kepemimpinan dari seluruh sistem. Hasil penelitian Rachma (2000) menemukan

adanya pengaruh yang signifikan kultur KAP terhadap komunikasi dalam tim audit

khususnya boundary spanning dan kepuasan atas pengawasan.


86

Konstruk endogen kedua adalah judgment auditor yang merupakan variabel

dependent. Judgment auditor yang dipostulasikan sebagai variabel yang dipengaruhi

oleh gaya kepemimpinan dan komunikasi.

Hogarth (1992) mengartikan judgment sebagai proses kognitif yang merupakan

perilaku pemilihan keputusan. Judgment merupakan suatu proses yang terus menerus

dalam perolehan informasi termasuk umpan balik dari tindakan sebelumnya pilihan

bertindak atau tidak bertindak, penerimaan informasi lebih lanjut. Cara pandang

auditor dalam menanggapi informasi berhubungan dengan tanggung jawab dan resiko

audit yang akan dihadapi oleh auditor sehubungan dengan judgment yang dibuatnya.

Faktor yang mempengaruhi persepsi auditor dalam menanggapi dan mengevaluasi

informasi terkait dengan perilaku auditor (etika), pengetahuan, independensi

kompleksitas tugas dan tekanan ketaatan serta pengalaman.

Judgment auditor sebagai konstruk endogen dalam penelitian ini di ukur

dengan pengalaman, kompleksitas tugas dan tekanan ketaatan. Marinus, Wray (1997)

menyatakan bahwa secara spesifik pengalaman dapat di ukur dengan rentang waktu

yang telah digunakan terhadap suatu pekerjaan. Kolodner (1983) pengalaman dapat

digunakan untuk meningkatkan kinerja pengambilan keputusan. Menurut Bruts (dalam

Sularso dan Na’im, 1999) akuntan pemeriksa yang berpengalaman membuat judgment

lebih baik dalam tugas profesional ketimbang akuntan pemeriksa yang belum

berpengalaman.

Abdolmohammadi dan Wright (1987) dalam penelitiannya menunjukkan

bahwa auditor yang tidak pengalaman mempunyai tingkat kesalahan yang lebih

signifikan di banding dengan auditor yang berpengalaman. Pengalaman yang lebih


87

akan menghasilkan pengetahuan yang lebih Christ (1993). Bonner dan Walker (1994)

pengalaman kerja seorang auditor dipandang sebagai suatu faktor penting dalam

memproduksi kinerja akuntan publik, sehingga pengalaman dimasukkan sebagai salah

satu persyaratan dalam memperoleh izin menjadi akuntan publik (SK Menkeu No.

43/KMIC 017/1997) kompleksitas tugas merupakan tingkat kesulitan tugas dan

struktur tugas yang dikaitkan dengan banyaknya informasi tugas dan ketidak jelasan

tugas. Bonner (1994) mengemukakan ada tiga alasan yang cukup mendasar mengapa

penyajian terhadap kompleksitas tugas dalam audit perlu dilakukan. Pertama

kompleksitas tugas di duga berpengaruh signifikan terhadap kerja seorang auditor.

Kedua, sarana dan teknik pembuatan keputusan dan latihan tertentu diduga telah

dikondisikan sedemikian rupa sehingga para peneliti memahami keganjilan pada

kompleksitas tugas audit. Ketiga, pemahaman terhadap kompleksitas tugas dapat

membantu tim manajemen audit menemukan solusi terbaik bagi staf audit dan tugas

audit. Dengan demikian maka kompleksitas tugas yang dihadapi oleh seorang audit

akan menambah pengalaman serta pengetahuannya.

Teori ketaatan menyatakan bahwa individu yang memiliki kekuasaan

merupakan suatu sumber yang dapat mempengaruhi perilaku orang lain dengan

perintah yang diberikannya. Milgran (1974) dalam teorinya dikatakan bahwa bawahan

yang mengalami tekanan ketaatan dari atasan akan mengalami perubahan psikologis

dari seseorang yang berperilaku autonomis menjadi perilaku agen. Judgment akuntan

profesional dapat di rusak oleh konflik kepentingan. Temean De Zoort dan Lord dalam

Hartono (1999) melihat adanya pengaruh tekanan atasan pada konsekuensi yang

memerlukan biaya, seperti tuntutan hukum, hilangnya profesionalisme dan hilangnya


88

kepercayaan publik dan kredibilitas sosial. Hal tersebut mengindikasikan adanya

pengaruh dan tekanan atasan pada judgment yang di ambil auditor. Ashton (1990)

telah mencoba untuk melihat pengaruh tekanan dari atasan pada kinerja auditor dalam

hal budget waktu, akuntabilitas dan justifikasi.

Berdasarkan uraian di atas untuk mempermudah alur penelitian ini di

ilustrasikan dalam kerangka teoritis penelitian pada gambar 3.1.


84

Gambar 3.1 Kerangka Teoritis Penelitian

Struktur Boundary Kecukupan Pengawasan Keakuratan


Inisiatif Spanning Informasi Informasi

Gaya Kempemimpinan

Konsiderasi

Komunikasi Judgment Auditor

Birokrasi

Pengalaman Komp. Tugas Tkn. Ketaatan

Inovatif Kultur Organisasi

Suportif

Keterangan : gaya kepemimpinan, kultur organisasi, komunikasi dan judgment auditor merupakan variabel laten. Struktur

inisiatif , konsiderasi, birokrasi, inovatif, suportif, boundary spanning, kecukupan informasi, pengawasan, keakuratan

89
85

informasi, pengalaman, kompleksitas tugas dan tekanan ketaatan merupakan dimensi dari ke empat variabel laten yang

ada.

90
90

3.2 Hipotesis Penelitian

Hipotesis pada penelitian ini sebagai jawaban sementara dari rumusan

masalah dan kerangka pemikiran diatas dapat di susun hipotesis sebagai berikut :

Ha1 : Gaya Kepemimpinan berpengaruh signifikan terhadap komunikasi

dalam tim audit

Ha2 : Gaya kepemimpinan berpengaruh signifikan secara langsung dan tidak

langsung terhadap judgment auditor

Ha3 : Kultur organisasi berpengaruh signifikan terhadap komunikasi dalam

tim audit

Ha4 : Kultur organisasi berpengaruh secara langsung dan tidak langsung

terhadap judgment auditor

Ha5 : Komunikasi dalam tim audit berpengaruh signifikan secara langsung

dan tidak langsung terhadap judgment auditor.

Anda mungkin juga menyukai